6
Oleh sebab itu, marilah kita tinggalkan ajaran-ajaran dasar tentang Kristus dan menuju kepada ajaran-ajaran yang memimpin kita kepada kedewasaan rohani. Janganlah kita hanya mengulangi ajaran-ajaran dasar. Karena kita sudah cukup menerima ajaran
tentang pertobatan dari semua aturan agama lama (karena itu tidak memimpin kita kepada kedewasaan rohani);
tentang percaya kepada Allah;
tentang perbedaan baptisan agama Yahudi, baptisan Yohanes, dan baptisan sebagai pengikut Kristus;
tentang pemberkatan melalui meletakkan tangan; tentang kebangkitan orang-orang mati;
dan tentang penghakiman yang berlaku selama-lamanya yang akan diberikan Allah kepada setiap manusia.
Jadi, atas pertolongan Allah, marilah kita lanjutkan ajaran yang mendewasakan rohani!
4-6 (4a) Hati-hatilah! Jangan sampai ada di antara kita yang kembali kepada kehidupan yang gelap! (6a) Karena orang yang seperti itu, tidak mungkin kita bimbing kembali untuk bertobat seperti ketika dia baru mengikut Kristus. (4b) Orang seperti itu sudah pernah merasakan kebaikan hati Allah yang dia terima melalui Yesus, dan dia juga sudah merasakan kuasa Roh Kudus. (5) Dia juga sudah mengalami begitu indahnya Kabar Baik dari Allah, dan sudah merasakan kemampuan-kemampuan rohani yang akan kita nikmati di jaman berikut. (6b) Jadi kalau orang seperti itu meninggalkan Kristus, tidak mungkin bertobat lagi. Karena ketika dia meninggalkan Kristus, di mata banyak orang dia seolah-olah sudah menginjak-injak Anak Allah. Sesudah itu, kalau dia kembali dan mau bertobat lagi, seolah-olah dia minta kepada Yesus seperti ini, “Yesus, tolong mati disalibkan sekali lagi untuk saya, supaya dosa-dosa saya yang baru ini dihapuskan!”
Kehidupan rohani kita dapat digambarkan sebagai ladang. Karena kebaikan Tuhan maka salah satu ladang mendapat air hujan yang cukup, lalu menjadi subur dan menghasilkan banyak tanaman bagi para petani, maka Allah akan tetap memberkati ladang itu. Padahal, kalau ladang itu hanya menghasilkan alang-alang dan tanaman berduri, maka ladang itu akan dianggap tidak berguna. Dan akhirnya ladang itu akan dikutuk Allah lalu dibakar.
Saudara-saudari yang saya kasihi: Janganlah kecewa! Biarpun saya sudah menulis hal-hal yang berat itu kepada kalian, saya yakin bahwa kalian tidak termasuk orang-orang yang meninggalkan Yesus itu, tetapi termasuk kepada kita yang sedang diselamatkan. 10 Karena Allah adil. Dia tetap mengingat apa saja yang kalian masing-masing sudah lakukan bagi-Nya, terutama ketika kamu berbuat kasih kepada saudara-saudari seiman untuk memuliakan Allah. Dia memperhatikan bagaimana kamu tetap melayani mereka sampai sekarang, dan Dia tidak akan pernah lupa memberkatimu. 11 Tetapi yang saya sangat rindukan adalah supaya kalian masing-masing terus bersemangat dan terus berbuat kasih yang nyata itu, karena dengan begitu kamu memastikan bahwa kamu akan menerima apa yang kita harapkan di surga. 12 Dengan begitu kamu juga tidak akan menjadi pemalas. Tetapi hendaklah kamu mengikuti teladan saudara-saudari seiman yang sudah mendahului kita ke surga. Perhatikanlah bahwa mereka tetap sabar dan percaya penuh kepada Kristus sampai akhir hidup mereka. Pikirkanlah bahwa sekarang mereka menikmati semua janji Allah.
Allah tidak akan pernah ingkar janji
13-15 Abraham adalah contoh bagi kita. Allah berjanji kepadanya dengan “bersumpah atas diri-Nya sendiri,” (14) waktu Allah berkata,
“Aku bersumpah atas diri-Ku sendiri: … Aku sungguh-sungguh berjanji akan memberkatimu dan memberikan banyak keturunan kepadamu.”
(15) Lalu, sesudah Abraham menunggu dengan penuh keyakinan dan kesabaran, dia pun menerima apa yang dijanjikan itu. (13b) Dan inilah sebabnya kenapa dia bisa yakin akan janji Allah itu: Allah menguatkan janji-Nya dengan “bersumpah demi diri-Nya sendiri.” Memang tidak ada seorang pun yang lebih besar dari Allah, jadi itulah sebabnya Dia menguatkan janji-Nya dengan menyebutkan diri-Nya sendiri.
16 Kita tahu bahwa manusia selalu bersumpah dengan menyebut nama seseorang yang lebih berkuasa (dan biasanya menyebut nama Allah). Dan kalau bersumpah di depan pengadilan dengan menyebut nama Allah, itu berarti Allah akan menghukum orang itu kalau berdusta, dan kesaksiannya dianggap sah. 17 Begitu juga waktu Allah mau menguatkan kebenaran janji-Nya, Dia menguatkan janji-Nya itu dengan sumpah. Karena Allah mau supaya kita keturunan Abraham secara rohani menyadari seperti ini, “Apa yang Allah janjikan kepada kita pasti akan ditepati.” 18 Jadi Allah sudah memberi janji dan sumpah-Nya. Kedua hal itu tidak mungkin diubah-Nya, karena Allah tidak mungkin berdusta. Oleh karena itu, kita yang sudah bergantung penuh kepada kebaikan hati Allah untuk menyelamatkan kita merasa dikuatkan dengan harapan seperti ini, “Allah pasti menepati semua janji-Nya kepada kita!” 19-20 Biarlah harapan kita itu berfungsi seperti sebuah jangkar yang kuat dan aman bagi diri kita sendiri, supaya kita dikuatkan dan tidak terbawa oleh arus apapun. Karena Pengharapan kita sebenarnya adalah Yesus sendiri, yang sudah membuka jalan bagi kita ke dalam Ruang Mahakudus di Rumah Allah di surga. Jadi sekarang kita bisa langsung mendekati Dia di sana dalam doa, karena Yesus sudah bertugas sebagai Imam Agung bagi kita untuk selama-lamanya, sesuai dengan pola Imam Melkisedek.
6:13-15 Kej 22:16a,17