9
Berbagai aturan mengenai cara menyembah Allah menurut perjanjian yang diadakan melalui Musa
Pada perjanjian yang pertama itu, ada berbagai aturan mengenai cara menyembah Allah di dalam Kemah Tuhan yang duniawi, yaitu kemah yang berada pada lokasi yang dipagari. Di situ ada juga mezbah kurban bakaran. Di dalam Kemah itu ada dua ruangan. Yang pertama disebut Ruang Kudus. Di dalam ruangan ini ada lampu dan meja. Dan setiap Hari Sabat roti disediakan di atas meja itu di hadapan Tuhan. Di belakang ruangan yang pertama itu ada pintu masuk ke dalam ruangan yang kedua, dan pintu itu dibatasi oleh kain gorden. Ruang yang kedua itu disebut Ruang Mahakudus. Di dalam ruangan kedua itu terdapat mezbah kecil yang terbuat dari emas, yang digunakan untuk mempersembahkan kemenyan. Dan juga ada Peti Perjanjian yang semuanya berlapis emas. Di dalam peti itu tersimpan botol emas yang berisi makanan yang disebut manna. Dan di situ juga ada tongkat Harun yang pernah bertunas, dan dua lempengan batu yang bertuliskan Kesepuluh Perintah Allah. Di atas peti itu terdapat dua ukiran malaikat penjaga yang terbuat dari emas dan saling berhadapan, di mana sayap kedua malaikat itu terbuka lebar menaungi peti itu. Penutup itu disebut Tempat Pendamaian, karena di situlah Imam Agung memercikkan darah hewan untuk pengampunan dosa umat Israel. Tetapi sekarang bukan waktunya untuk menjelaskan semua hal itu secara terperinci.
Sesudah semua itu disiapkan seperti yang sudah saya jelaskan, tiap-tiap hari para imam masuk dan keluar Ruang Kudus untuk melaksanakan tugas-tugas mereka. Tetapi hanya imam agung saja yang masuk ke dalam Ruang Mahakudus, dan itu pun hanya sekali setahun. Pada waktu itu, dia harus membawa darah dari dua ekor hewan untuk dipercikkan pada Tempat Pendamaian itu. Darah hewan yang pertama dipercikkan untuk dosanya sendiri, dan yang kedua untuk dosa-dosa yang tidak sengaja dilakukan oleh umat Israel. Melalui berbagai aturan itu, Roh Kudus menunjukkan bahwa jalan untuk masuk ke Ruang Mahakudus dan langsung menghadap Allah belum terbuka. Selama ruangan yang pertama masih ada, berarti kita sebagai orang biasa tidak boleh masuk ke situ.
Ini adalah suatu gambaran yang menunjukkan perbedaan cara lama dengan cara baru yang sekarang. Dalam cara lama itu, pemberian sukarela dan kurban pengampunan dosa memang dipersembahkan kepada Allah, tetapi semua itu tidak bisa membuat hati nurani orang-orang yang membawa persembahan itu bersih dengan sempurna. 10 Semua persembahan itu hanya seperti aturan-aturan agama tentang makanan, minuman, dan berbagai adat pembersihan: Yaitu, semua itu hanyalah aturan tentang hal-hal jasmani, dan hanya berlaku sampai Allah memperbaiki semuanya dengan cara yang baru.
Kristus adalah Perantara perjanjian yang baru dengan Allah
11 Jadi, sekarang Kristus sudah menjadi Imam Agung bagi kita. Itu berarti, semua hal baik yang dijanjikan Allah kepada kita, kita terima melalui Dia. Ruang Mahakudus di mana Dia melayani adalah yang surgawi dan sempurna, bukan kemah duniawi yang dibuat oleh tangan manusia. 12 Dan ketika Kristus masuk ke Ruang Mahakudus itu, Dia tidak membawa darah kambing jantan atau anak sapi jantan seperti imam agung dalam cara lama. Tetapi Dia membawa darah-Nya sendiri untuk membayar tebusan bagi kita sekali saja untuk selamanya.
13 Di dalam cara lama, sering kali darah atau cairan binatang dipercikkan kepada para penyembah, supaya membersihkan tubuh mereka dari kenajisan. Hal ini dilakukan sesuai dengan beberapa aturan, yaitu dengan darah kambing jantan, sapi jantan, atau abu dari persembahan sapi muda yang dicampur air. 14 Tetapi dalam cara baru, betapa lebih ampuh lagi darah Kristus, yang melalui Roh Allah (Roh yang hidup selama-lamanya) mempersembahkan diri-Nya sendiri! Darah-Nya menyucikan hati nurani kita secara sempurna, sehingga kita tidak perlu lagi melakukan semua aturan agama lama yang tidak memimpin kita kepada kehidupan rohani yang sebenarnya. Dengan begitu kita sungguh-sungguh bebas untuk melayani Allah yang hidup.
15 Jadi dalam perjanjian yang baru itu, Kristus adalah Perantara antara kita dengan Allah. Dengan begitu, kita yang sudah dipanggil oleh Allah dapat menerima semua berkat yang sudah dijanjikan-Nya, yaitu berkat-berkat yang tahan untuk selama-lamanya. Kita seolah-olah mewarisi berkat-berkat itu. Dan Kristus layak sebagai Perantara karena kematian-Nya untuk membayar harga penebusan manusia, yang diperlukan karena dosa-dosa yang dilakukan di bawah cara perjanjian yang pertama.
16 Karena perjanjian yang baru dengan Allah mulai berlaku secara wajar, yaitu seperti kesepakatan yang dibuat dalam suatu surat warisan. Caranya seperti ini: Suatu surat warisan hanya bisa berlaku apabila pemberi surat warisan itu sudah terbukti meninggal. 17 Karena surat warisan menjadi sah kalau pemberi surat itu sudah meninggal. Kalau orang itu masih hidup, tentu saja surat itu belum berlaku. 18 Dan begitu juga dengan perjanjian Allah yang pertama dengan umat Israel, disahkan dengan darah hewan. 19 Karena sesudah Musa memberitahukan semua perintah dari Hukum Taurat kepada seluruh umat Israel, lalu dia mengambil darah beberapa ekor sapi jantan dan kambing kemudian dicampurkan dengan air. Lalu dia menggunakan tali wol merah untuk mengikat ranting tanaman hisop sebagai alat percik. Dan dengan alat itu, dia memercikkan cairan berdarah itu pada Kitab Taurat dan kepada seluruh umat 20 sambil berkata, “Darah ini menjadi tanda bahwa perjanjian dengan Allah sudah sah, dan kita wajib mengikuti perjanjian ini.” 21 Dan dengan cara yang sama, Musa juga memercikkan darah itu pada Kemah Suci dan pada semua alat yang digunakan dalam ibadah. 22 Dan boleh dikatakan bahwa menurut Hukum Taurat, hampir semua hal harus disucikan dengan darah hewan kurban. Dan dosa tidak bisa diampuni tanpa darah hewan kurban.
23-24 Ingatlah bahwa Kemah Suci di dunia yang disucikan seperti itu hanyalah gambaran atau bayangan dari yang sesungguhnya di surga. Jadi, kalau kemah duniawi yang dibuat dengan tangan manusia harus disucikan dengan darah hewan, tentu kemah yang sesungguhnya harus disucikan dengan persembahan yang jauh lebih mulia dari darah kurban hewan. Dan itulah yang terjadi ketika Kristus masuk dengan darah-Nya sendiri ke Ruang Mahakudus yang sebenarnya! Maka Dia masih berada di sana sebagai Perantara bagi kita di hadapan Allah.
25-26 Jadi Kristus bukan seperti imam agung duniawi, yang terpaksa memasuki Ruang Mahakudus setiap tahun dengan membawa darah yang bukan darahnya sendiri. (26) Kalau Kristus seperti itu, berarti Dia harus menderita dan mempersembahkan diri-Nya berulang kali sejak penciptaan dunia. Tetapi menurut kehendak Allah, Kristus sudah datang ke dunia ini satu kali saja, yaitu pada zaman terakhir di mana begitu banyak nubuatan para nabi menjadi nyata, yaitu dengan mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai kurban untuk menghapus dosa.
27 Memang Allah sudah menentukan bahwa kita manusia hidup dan mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu, kita dihakimi. 28 Begitu juga Kristus hidup dan dipersembahkan sebagai kurban satu kali saja, untuk menanggung semua dosa kita. Ketika Dia datang untuk yang kedua kalinya, Dia tidak akan lagi berurusan dengan masalah dosa. Tetapi pada saat itu, kita semua yang sangat merindukan dan menantikan kedatangan-Nya akan menerima keselamatan yang kita harapkan itu.
9:4 Kel 16:4-36 9:20 Kel 24:8