Kata "Bible" (Alkitab) berasal dari Bahasa Latin dan Yunani yang berarti "kitab," nama yang pantas karena Alkitab adalah Kitab bagi semua orang, bagi segala zaman. Ini adalah Kitab yang tidak ada bandingannya, kitab satu-satunya.
Enam puluh enam kitab yang berbeda membentuk Alkitab. Termasuk di dalamnya kitab Taurat seperti Imamat dan Ulangan; kitab-kitab sejarah, seperti Ezra dan Kisah Rasul; kitab-kitab puisi seperti Mazmur dan Pengkhotbah; kitab-kitab nubuat, seperti Yesaya dan Wahyu, biografi, seperti Matius dan Yohanes, dan surat-surat, seperti Titus dan Ibrani.
Apa itu Alkitab? " Para PenulisKurang lebih 40 orang menjadi penulis Alkitab, ditulis dalam periode sekitar 1.500 tahun. Para penulis ini adalah raja, nelayan, imam, pejabat pemerintah, petani, gembala, dan dokter. Dari keanekaragaman ini muncul kesatuan yang luar biasa, dengan thema umum yang dianyam dalam keseluruhan kitab.
Kesatuan Alkitab adalah karena pada dasarnya Alkitab hanya memiliki satu Penulis, Allah sendiri. Alkitab "dinafaskan oleh Allah (2 Timotius 3:16). Manusia selaku penulis menuliskan secara tepat apa yang Allah ingin mereka tuliskan, dan hasilnya adalah Firman Allah yang suci dan sempurna (Mazmur 12:6; 2 Petrus 1:21).
Apa itu Alkitab? - PembagianAlkitab dibagi dalam dua bagian utama: Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Secara ringkas, Perjanjian Lama adalah kisah mengenai suatu bangsa, dan Perjanjian Baru adalah cerita mengenai seorang Manusia. Bangsa itu adalah cara Allah untuk membawa Manusia itu ke dalam dunia.
Perjanjian Lama menggambarkan berdirinya dan dipeliharanya bangsa Israel. Allah berjanji menggunakan Israel untuk memberkati seluruh dunia (Kejadian 12:2-3). Begitu Israel menjadi suatu bangsa, Allah membangkitkan satu keluarga dalam bangsa itu yang melaluinya berkat akan datang: keluarga Daud (Mazmur 89:3-4). Kemudian dari keluarga Daud dijanjikan seorang Manusia yang akan membawa berkat yang dijanjikan itu (Yesaya 11:1-10).
Perjanjian Baru memerinci datangnya Manusia yang dijanjikan itu. Namanya adalah Yesus, dan Dia menggenapi nubuat-nubuat Perjanjian Lama saat Dia menghidupi hidup yang tak berdosa, mati menjadi Juruselamat, dan bangkit dari antara orang mati.
Apa itu Alkitab? " Tokoh UtamaYesus adalah tokoh utama dalam Alkitab " seluruh kitab pada dasarnya adalah mengenai Dia. Perjanjian Lama menubuatkan kedatanganNya dan mempersiapkan kedatanganNya ke dalam dunia. Perjanjian Baru menggambarkan kedatangan dan karya keselamatan yang dibawaNya ke dalam dunia yang berdosa.
Yesus bukan sekedar figur sejarah; kenyataannya, Dia lebih dari sekedar seorang manusia. Dia adalah Allah dalam wujud manusia, dan kedatanganNya adalah peristiwa terpenting dalam sejarah dunia. Allah sendiri menjadi manusia demi untuk memberi kita gambaran yang jelas dan dapat dimengerti mengenai siapa Dia. Allah seperti apa? Dia seperti Yesus; Yesus adalah Allah dalam wujud manusia (Yohanes 1:14; 14:9).
Apa itu Alkitab? - RingkasanAllah menciptakan manusia dan menempatkannya dalam lingkungan yang sempurna; namun demikian, manusia memberontak melawan Allah dan jatuh dari apa yang diinginkan Allah. Allah menempatkan dunia di bawah kutuk karena dosa, namun segera menjalankan rencana untuk memulihkan manusia dan segala ciptaan pada kemuliaan yang sebelumnya.
Sebagai bagian dari rencana penebusanNya, Allah memanggil Abraham keluar dari Babilonia menuju ke Kanaan (sekitar tahun 2000 SM). Allah berjanji kepada Abraham, anaknya Ishak dan cucunya Yakub (juga disebut Israel) bahwa Dia akan memberkati dunia melalui seorang Keturunan mereka. Keluarga Israel pindah dari Kanaan ke Mesir, di mana mereka bertumbuh menjadi sebuah bangsa.
Sekitar tahun 1400 SM, Allah memimpin keturunan Israel untuk keluar dari Mesir di bawah pimpinan Musa dan memberi Tanah Perjanjian, Kanaan, menjadi milik mereka. Melalui Musa, Allah memberi umat Israel hukum Taurat dan membuat perjanjian dengan mereka: jika mereka setia kepada Allah dan tidak mengikuti berhala dari bangsa-bangsa sekeliling mereka, maka mereka akan makmur. Kalau mereka meninggalkan Allah dan menyembah berhala, maka Allah akan menghancurkan bangsa mereka.
Kurang lebih 400 tahun kemudian, pada masa pemerintahan Daud dan putranya Salomo, Israel mengokohkan diri sebagai kerajaan yang besar dan kuat. Allah berjanji kepada Daud dan Salomo bahwa seorang Keturunan mereka akan memerintah sebagai Raja kekal.
Setelah pemerintahan Salomo, bangsa Israel terpecah. Sepuluh suku di Utara dinamakan "Israel," dan mereka bertahan kurang lebih 200 tahun sebelum Allah menghakimi mereka karena penyembahan berhala: Assyria menawan Israel pada sekitar tahun 721 SM. Dua suku di Selatan dinamai "Yehuda," dan mereka bertahan sedikit lebih lama, namun pada akhirnya mereka juga berbalik dari Allah. Babilon menawan mereka pada sekitar tahun 600 SM.
Sekitar 70 tahun kemudian, Allah dengan murah hati membawa sisa-sisa dari orang-orang tawanan ini kembali ke tanah air mereka. Ibukota, Yerusalem, dibangun kembali sekitar tahun 444 SM, dan Israel sekali lagi memperoleh identitas nasional mereka. Demikianlah Perjanjian Lama berakhir.
Perjanjian Baru dimulai sekitar 400 tahun kemudian dengan kelahiran Yesus Kristus di Yudea. Yesus adalah Keturunan yang dijanjikan kepada Abraham dan Daud, Seseorang yang menggenapi rencana Allah untuk menebus umat manusia dan memulihkan ciptaan. Dengan setia Yesus menyelesaikan pekerjaanNya: Dia mati bagi dosa dan bangkit dari antara orang mati. Kematian Kristus adalah dasar bagi perjanjian baru dengan dunia: semua yang beriman kepada Yesus akan diselamatkan dari dosa dan hidup untuk selama-lamanya.
Setelah kebangkitanNya, Yesus mengutus para muridNya untuk memberitakan kabar mengenai hidup dan kuasaNya untuk menyelamatkan. Murid-murid Yesus pergi ke seluruh penjuru dunia menyebarkan kabar baik mengenai Yesus dan keselamatan. Mereka menjelajahi Asia Kecil, Yunani dan seluruh Kekaisaran Romawi. Perjanjian Baru diakhiri dengan nubuat mengenai kembalinya Yesus untuk menghakimi dunia yang tidak percaya dan membebaskan ciptaan dari dosa.
Jawaban kita kepada pertanyaan ini bukan hanya menentukan bagaimana kita memandang Alkitab dan kepentingannya bagi hidup kita, namun juga pada akhirnya memiliki dampak kekal terhadap kita. Kalau Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan, maka kita perlu menikmatinya, mempelajarinya, menaati dan mempercayainya. Kalau Alkitab adalah Firman Tuhan, tidak memperdulikan Alkitab berarti tidak memperdulikan Tuhan sendiri.
Fakta bahwa Tuhan memberi kita Alkitab adalah bukti dan gambaran kasihNya kepada kita. Istilah "wahyu" berarti Tuhan mengkomunikasikan kepada manusia siapa Dia dan bagaimana kita dapat memiliki relasi yang benar dengan Dia. Ini adalah hal-hal yang kita tidak dapat ketahui kalau Tuhan tidak mewahyukannya kepada kita di dalam Alkitab. Walaupun pewahyuan Allah dalam Alkitab diberikan secara progresif dalam kurun waktu kurang lebih 1500 tahun, Alkitab selalu mengandung segala sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk mengenal Allah agar dapat memiliki hubungan yang benar denganNya. Jikalau Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan, maka Alkitab merupakan otoritas tertinggi dalam hal iman, keagamaan dan moral.
Pertanyaan yang kita perlu pertanyakan kepada diri kita adalah bagaimana kita dapat mengetahui bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan dan bukan hanya merupakan sebuah buku yang bagus? Apakah keunikan Alkitab yang membuat Alkitab berbeda dengan buku-buku keagamaan lainnya? Apakah ada bukti bahwa Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan? Ini adalah jenis-jenis pertanyaan yang perlu diperhatikan jika kita ingin dengan serius meneliti klaim Alkitab bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan, diinspirasikan secara illahi, dan sempurna dalam hal-hal yang menyangkut iman dan penerapannya.
Sama sekali tidak ada keraguan bahwa Alkitab mengklaim diri sebagai satu-satunya Firman Tuhan. Hal ini jelas dalam ayat-ayat seperti 2 Timotius 3:15-17 yang mengatakan, ""dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik."
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, kita perlu meneliti bukti-bukti dari dalam (internal) dan luar (eksternal) bahwa Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan. Bukti-bukti dari dalam adalah hal-hal dari dalam Alkitab sendiri yang membuktikan bahwa Alkitab bersumber dari Allah. Salah satu bukti dari dalam bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan adalah kesatuannya. Sekalipun Alkitab pada dasarnya terdiri dari enam puluh enam kitab yang berbeda, ditulis di tiga benua, dalam tiga bahasa, dalam kurun waktu sekitar 1500 tahun, oleh lebih dari 40 penulis (yang berasal dari latar belakang hidup yang berbeda-beda), Alkitab tetap merupakan satu kesatuan, dari depan sampai akhir, tanpa ada kontradiksi. Kesatuan seperti ini berbeda dari buku-buku lainnya dan merupakan bukti asal usul illahi dari kata-kata Alkitab saat Allah menggerakkan manusia sedemikian rupa sehingga mereka mencatat apa yang dikatakanNya.
Bukti dari dalam lainnya yang mengindikasikan bahwa Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan dapat dilihat dalam nubuat-nubuat mendetil yang dicatat dalam halaman-halaman Alkitab. Alkitab mengandung ratusan nubuat yang diucapkan dengan detil baik yang berhubungan dengan bangsa-bangsa, termasuk Israel, masa depan dari kota-kota tertentu, masa depan dari manusia, sampai kedatangan Dia yang adalah Mesias, Juruselamat bukan hanya bagi Israel, tapi bagi semua orang yang percaya kepadaNya. Berbeda dengan nubuat-nubuat yang ditemukan dalam kitab-kitab religi lainnya, atau yang dikatakan oleh Nostradamus, nubuat-nubuat Alkitab sangat mendetil dan tidak pernah tidak digenapi. Dalam Perjanjian Lama saja, ada kurang lebih tiga ratus nubuat mengenai Yesus Kristus. Bukan saja dinubuatkan di mana Dia akan dilahirkan dan dari keluarga apa, namun juga bagaimana Dia akan mati dan bangkit pula pada hari yang ketiga. Sama sekali tidak ada cara logis untuk menjelaskan penggenapan nubuat-nubuat Alkitab kecuali bahwa Alkitab berasal dari Allah. Tidak ada buku religi apapun yang memiliki tingkat dan tipe nubuat seperti yang dikandung dalam Alkitab.
Bukti internal yang ketiga mengenai asal usul illahi dari Alkitab dapat dilihat dari otoritas dan kuasanya yang khusus. Sekalipun bukti ini lebih subyektif dibanding dengan kedua bukti pertama, bukti ini tetap merupakan kesaksian yang kuat bahwa Alkitab berasal dari Allah. Berbeda dengan kitab-kitab lain yang pernah ditulis, Alkitab memiliki otoritas yang unik. Otoritas dan kuasa ini dapat dilihat dengan jelas dalam banyaknya hidup yang diubah melalui membaca Alkitab. Pengguna narkoba menjadi sembuh, orang homoseks yang menjadi bebas, orang-orang yang hidupnya berantakan mengalami perubahan, kaum kriminal kawakan yang diperbaiki kembali, orang-orang berdosa yang ditegur, kebencian yang diubah menjadi kasih sayang melalui pembacaan Alkitab. Alkitab memiliki kuasa yang dinamis dan mampu mengubah, yang hanya terjadi karena Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan.
Selain bukti-bukti dari dalam bahwa Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan, ada pula bukti-bukti eksternal (dari luar) yang menunjukkan bahwa Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan. Salah satu dari bukti-bukti itu adalah kesejarahan dari Alkitab. Karena Alkitab memberikan detil dari peristiwa-peristiwa sejarah, kebenaran dan keakuratannya dapat dibuktikan sebagaimana dokumentasi historis lainnya. Melalui bukti-bukti arkeologi dan tulisan-tulisan lainnya, kisah-kisah sejarah dalam Alkitab berkali-kali dibuktikan kebenaran dan ketepatannya. Bahkan semua bukti arkelogi dan naskah-naskah yang mendukung Alkitab, membuat Alkitab menjadi buku dari dunia kuno yang paling banyak didokumentasikan. Fakta bahwa Alkitab dengan akurat dan setia mencatat peristiwa-peristiwa sejarah, yang kebenarannya dapat diuji, merupakan indikasi yang kuat mengenai kebenarannya dalam topik-topik religi dan doktrin dan memperkuat klaim bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan.
Bukti luar lainnya bahwa Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan adalah dalam hal integritas orang-orang yang menjadi penulis-penulisnya. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, Tuhan mempergunakan orang-orang dari berbagai latar belakang untuk mencatat kata-kata yang disampaikanNya kepada kita. Saat kita mempelajari hidup orang-orang ini, tidak ada alasan bagi kita untuk mencurigai bahwa mereka tidak jujur dan tidak tulus. Menganalisa kehidupan mereka dan fakta bahwa mereka bersedia utnuk mati (sering kali mati dengan sangat menderita) untuk apa yang mereka percaya, dengan cepat kita akan melihat bahwa orang-orang sederhana, namun jujur, ini sungguh-sungguh percaya bahwa Allah telah berbicara kepada mereka. Orang-orang yang menulis Perjanjian Baru dan ratusan orang percaya lainnya (1 Korintus 15:6) tahu akan kebenaran dari berita mereka karena mereka telah melihat dan melewatkan waktu dengan Kristus setelah Dia bangkit dari antara orang mati. Perubahan yang terjadi karena melihat Kristus yang bangkit begitu dahsyatnya. Dari sembunyi dalam ketakutan, mereka menjadi orang-orang yang bersedia mati untuk berita yang Tuhan telah nyatakan kepada mereka. Hidup dan kematian mereka menyaksikan fakta bahwa Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan.
Bukti eksternal terakhir bahwa Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan adalah bahwa Alkitab tidak dapat dimusnahkan. Karena pentingnya kitab ini dan karena klaim bahwa kitab ini adalah Firman Tuhan, Alkitab berkali-kali diserang dan berusaha dimusnahkan, lebih sering dibandingkan dengan buku-buku lain dalam sejarah. Dari para kaisar Roma seperti Diokletian, sampai para diktator komunis dan orang-orang ateis dan penganut agnostik zaman modern, Alkitab bertahan dari segala serangan dan sampai sekarang masih merupakan buku yang paling banyak dicetak.
Di sepanjang waktu, para kaum skeptik telah menganggap Alkitab sebagai mitos, namun arkeologi telah membuktikan kesejarahan Alkitab. Para penentangnya menyerang pengajaran Alkitab sebagai primitif dan ketinggalan zaman, namun konsep dan pengajaran moral serta hukum dari Alkitab memiliki pengaruh positif terhadap berbagai budaya dan masyarakat di seluruh penjuru dunia. Alkitab terus diserang oleh sains, psikologi, dan gerakan-gerakan politik, namun tetap benar dan relevan hari ini sebagaimana pada waktu mula-mula ditulis. Alkitab adalah kitab yang telah mengubah tak terhingga banyaknya hidup dan kebudayaan dalam 2000 tahun ini. Bagaimanapun para penentangnya berusaha menyerang, menghancurkan atau merendahkan Alkitab, Alkitab tetap kokoh dan benar dan relevan sebelum maupun sesudah diserang. Akurasi Alkitab yang tetap bertahan sekalipun ada berbagai upaya untuk merusak, menyerang atau menghancurkannya adalah merupakan kesaksian yang nyata bahwa Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan. Tidak mengejutkan bahwa bagaimanapun Alkitab diserang, Alkitab akan lolos dan tak berubah. Bukankah Yesus telah berkata, "Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataanKu tidak akan berlalu" (Markus 13:31). Setelah melihat bukti-bukti yang ada, orang dapat mengatakan dengan penuh keyakinan bahwa, "Ya, Alkitab benar-benar adalah Firman Tuhan."
Jikalau Anda membaca Alkitab, terima apa adanya, tanpa prasangka miring untuk mencari-cari kesalahan, Anda akan mendapatkan bahwa Alkitab masuk akal, konsisten dan bisa dikata tidak sulit untuk dimengerti. Benar, ada bagian-bagian yang sulit. Betul, ada ayat-ayat yang kelihatannya bertentangan satu dengan yang lainnya. Kita perlu mengingat bahwa Alkitab ditulis oleh hampir 40 penulis yang berbeda dalam periode sekitar 1,500 tahun. Setiap penulis menulis dengan gaya yang berbeda, dari sudut pandang yang berbeda, kepada hadirin yang berbeda, untuk maksud yang berbeda. Tentulah akan ada perbedaan-perbedaan! Namun demikian, perbedaan bukanlah kontradiksi. Sesuatu baru dapat disebut sebagai salah kalau sama sekali tidak ada cara di mana ayat-ayat atau bagian-bagian Alkitab dapat dicocokkan. Bahkan jikalau saat ini tidak ada jawaban, tidak berarti sama sekali tidak ada jawaban. Banyak orang yang menemukan apa yang dikira sebagai kesalahan dalam Alkitab dalam hal sejarah atau geografi hanya untuk kemudian mendapatkan bahwa Alkitab ternyata benar setelah adanya penemuan-penemuan baru dalam arkeologi.
Di bagian Bahasa Inggris dari situs kami, kami seringkali mendapatkan pertanyaan seperti ini: "Jelaskan bagaimana ayat-ayat ini tidak bertentangan!" atau "Lihat, ada kesalahan dalam Alkitab!" Diakui bahwa beberapa hal yang ditanyakan tidaklah mudah untuk dijawab. Namun demikian, kami percaya bahwa ada penjelasan dan jawaban yang masuk akal dari setiap bagian Alkitab yang dianggap bertentangan dan salah. Ada buku-buku atau situs-situs yang secara khusus mencantumkan "semua kesalahan dalam Alkitab." Kebanyakan orang hanya mengutip dari tempat-tempat ini dan bukan menemukan sendiri apa yang dianggap sebagai kesalahan-kesalahan itu. Juga tersedia berbagai buku dan situs yang menjawab dan menyanggah segala yang dianggap sebagai kesalahan itu. Yang paling menyedihkan adalah bahwa kebanyakan orang yang menyerang Alkitab tidak betul-betul tertarik dengan jawaban, mereka hanya ingin menyerang. Banyak "penyerang-penyerang Alkitab" bahkan tahu tentang adanya jawaban-jawaban tsb, namun mereka tetap menggunakan serangan-serangan kosong yang sama secara berulang-ulang.
Jadi apa yang dapat Anda lakukan saat seseorang mendekati Anda dengan apa yang kelihatannya merupakan kesalahan Alkitab? (1) Dengan berdoa pelajari Alkitab untuk melihat kalau-kalau ada solusi yang sederhana. (2) Lakukan riset dengan menggunakan buku-buku tafsiran Alkitab yang bagus, buku-buku "mempertahankan Alkitab", dan situs-situs riset Alkitab yang tersedia. (3) Tanyakan pada Pendeta atau pemimpin gereja Anda kalau mereka dapat menemukan solusinya. (4) Kalau setelah langkah-langkah (1), (2), dan (3) diikuti tetap tidak ada jawaban yang jelas, - percaya kepada Tuhan bahwa FirmanNya adalah kebenaran dan bahwa jawaban terhadap pertanyaan tsb hanya masih belum ditemukan (2 Timotius 2:15; 3:16-17).
Secara sederhana, kita perlu membaca dan mempelajari Alkitab karena Alkitab adalah kata-kata yang ditujukan Tuhan kepada kita. 2 Timotius 3:16 mengatakan bahwa Alkitab "dinafaskan Allah." Dengan kata lain itu adalah Firman Tuhan untuk kita. Ada begitu banyak pertanyaan yang ditanyakan oleh para filsuf dan orang-orang lainnya yang dijawab oleh Tuhan dalam Alkitab: Apa tujuan hidup ini? Dari mana asal usul saya? Adakah hidup sesudah mati? Apa yang terjadi sesudah mati? Bagaimana saya bisa masuk surga? Mengapa dunia penuh dengan kejahatan? Mengapa saya bergumul untuk berbuat baik? Selain pertanyaan-pertanyaan besar semacam ini, Alkitab juga memberi ribuan nasihat praktis seperti: bagaimana saya menemukan pasangan hidup? Bagaimana memiliki pernikahan yang langgeng? Bagaimana menjadi teman baik? Bagaimana menjadi orangtua yang baik? Apa itu kesuksesan dan bagaimana saya memperolehnya? Bagaimana saya dapat berubah? Apa yang betul-betul penting dalam hidup? Bagaimana saya harus hidup supaya nanti tidak akan menyesal? Bagaimana saya dapat menyenangkan Tuhan? Bagaimana saya memperoleh pengampunan? Bagaimana saya menghadapi situasi yang tidak adil dan peristiwa-peristiwa yang tidak baik dengan cara yang membawa kemenangan?
Kita perlu membaca dan mempelajari Alkitab karena Alkitab sangat dapat diandalkan dan tanpa kesalahan sama sekali. Dibandingkan dengan kitab-kitab "suci" lainnya, Alkitab adalah kitab yang unik karena Alkitab bukan hanya sekedar memberi pengajaran moral dan mengatakan "percaya saya." Sebaliknya, Alkita memberi kita kesempatan untuk mengujinya dengan memeriksa fakta-fakta ilmiah yang disebutkannya. Orang-orang yang mengatakan Alkitab mengandung kesalahan menutup telinga mereka terhadap kebenaran. Suatu kali Yesus bertanya mana yang lebih mudah untuk dikatakan, "Dosamu sudah diampuni" atau, "Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan." Kemudian Dia membuktikan bahwa Dia memiliki kemampuan untuk mengampuni dosa (sesuatu yang kita tidak dapat saksikan dengan mata kita) dengan menyembuhkan orang lumpuh itu (sesuatu yang orang-orang sekitarNya dapat saksikan dengan mata kepala mereka). Demikian pula kita diberi jaminan bahwa Firman Tuhan benar adanya ketika membicarakan hal-hal rohani yang kita tidak dapat uji dengan indra kita, dengan membuktikan kebenarannya dalam bidang-bidang yang dapat kita buktikan (ketepatan historis, ilmiah dan dalam hal nubuat).
Kita perlu membaca dan mempelajari Alkitab karena Allah tidak berubah dan karena pribadimanusia tidak berubah " Alkitab tetap relevan bagi kita pada masa kini sebagaimana ketika saat baru ditulis. Pada saat tehnologi di sekeliling kita berubah, keinginan dan natur manusia tidak berubah. Saat Anda membaca halaman-halaman Alkitab, Anda akan mendapatkan bahwa "tidak ada sesuatu yang baru di bawah matahari." Saat umat manusia berusaha mendapatkan kasih dan kepuasan di tempat-tempat yang salah, Tuhan, Pencipta kita yang baik dan penuh anugrah, memberitahu kita apa yang akan memberi kita sukacita yang BERKELANJUTAN. FirmanNya, Alkitab, adalah begitu penting sehingga Yesus berkata, "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (Matius 4:4) Dengan kata lain jikalau Anda ingin menghidupi hidup Anda secara maksimal sesuai dengan rencana Allah, dengar dan perhatikanlah Firman Tuhan yang tertulis " hal itu bahkan lebih penting dari makan!
Kita perlu membaca dan mempelajari Alkitab karena ada begitu banyak pengajaran yang salah. Alkitab memberi kita tongkat pengukur yang dapat kita pakai untuk menentukan kebenaran dari kesalahan. Alkitab memberi tahu kita seperti apa Tuhan itu. Memiliki pengenalan yang salah terhadap Tuhan adalah penyembahan "berhala" atau "allah palsu." Kita jadinya bukan menyembah Tuhan. Alkitab memberitahu kita bagaimana kita dapat masuk ke surga ... dan itu bukan dengan berbuat baik atau dibaptis atau dengan apapun yang kita LAKUKAN (Yohanes 14:6; Efesus 2:1-10; Yesaya 53:6; Roma 3:10f., 5:8; 6:23;10:9-13). Sejalan dengan hal ini, Firman Tuhan memperlihatkan kita betapa besarnya Allah mengasihi kita (Roma 5:6-8; Yesaya 53:1f). Dan dengan mengetahui hal ini kita ditarik untuk membalas kasihNya (1 Yohanes 4:19).
Alkitab akan memperlengkapi Anda dalam melayani Tuhan (2 Timotius 3:17; Efesus 6:17; Ibrani 4:12). Alkitab menolong Anda untuk mengetahui bagaimana diselamatkan dari dosa dan konsekwensi utamanya (2 Timotius 3:15). Merenungkan Firman Tuhan dan menaati pengajarannya akan membawa kesuksesan dalam hidup (Yosua 1:8; Yakobus 1:25). Firman Tuhan akan menolong Anda untuk melihat dosa dalam hidup Anda dan menolong Anda untuk menyingkirkannya (Mazmur 119:9, 11). Alkitab memberi tuntunan dalam hidup, membuat Anda lebih berhikmat dari para guru Anda (Mazmur 32:8; 119:99; Amsal 1:6). Alkitab akan menolong Anda untuk tidak menghamburkan tahun-tahun kehidupan Anda untuk hal-hal yang tidak akan bertahan dan tidak ada gunanya (Matius 7:24-27).
Membaca dan mempelajari Alkitab akan menolong Anda untuk melihat apa yang ada dibalik "umpan" yang menarik dari "mata kail" pencobaan yang menghasilkan dosa sehingga Anda dapat belajar dari kesalahan orang lain dan bukannya melakukan kesalahan itu sendiri. Pengalaman adalah guru yang agung, namun ketika tiba pada soal belajar dari dosa, pengalaman adalah guru yang sangat keras. Adalah jauh lebih bagus belajar dari kesalahan-kesalahan orang lain. Ada begitu banyaknya tokoh-tokoh Alkitab yang darinya kita dapat belajar, baik sebagai contoh yang positif maupun negatif, kedua-duanya sering didapatkan pada orang yang sama pada saat-saat yang berbeda. Contohnya Daud, pada saat mengalahkan Goliat, si raksasa, mengajar kita bahwa Allah lebih besar dari apapun yang Dia mau kita hadapi (1 Samuel 17). Daud, saat dia menyerah kepada pencobaan untuk berzinah dengan Betsyeba, memperlihatkan bagaimana panjang dan mengerikannya akibat dari "kesenangan yang sebentar saja" (2 Samuel 11 f). Pengenalan akan Alkitab memberi kita harapan dan damai yang sebenarnya ketika segala sesuatu di sekeliling kita hancur berantakan (Roma 15:4; Mazmur 112:7; Habakuk 3:17-19).
Alkitab adalah kitab yang bukan hanya perlu sekedar dibaca. Alkitab adalah kitab untuk dipelajari supaya dapat diterapkan. Kalau tidak, itu seperti menelan makanan tanpa mengunyah dan kemudian memuntahkannya kembali " tidak ada gizi yang diperoleh. Alkitab adalah Firman Tuhan. Karena itu sifatnya mengikat, sebagaimana hukum alam. Bagaimana pentingnya Alkitab dalam hidup kita tidak akan pernah dapat ditekankan secara cukup. Mempelajari Alkitab dapat dibandingkan dengan menambang emas. Jikalau Anda tidak bekerja keras dan hanya "mengayak kerikil di aliran sungai" Anda hanya akan mendapat sedikit debu emas. Tetapi jikalau Anda berusaha untuk "menggali" Anda akan mendapatkan upah yang lebih besar untuk usaha Anda.
Ketika orang mengatakan bahwa Alkitab diilhamkan, mereka menunjuk kepada fakta bahwa Allah mempengaruhi orang-orang yang menulis Kitab Suci dengan cara sedemikian rupa sehingga apa yang mereka tuliskan adalah Firman Allah. Dalam konteks Kitab Suci, kata ilham/inspirasi berarti "dinafaskan oleh Allah." Pengilhaman memberi tahu kita bahwa Alkitab benar-benar adalah Firman Allah, dan dibandingkan dengan kitab-kitab lainnya, ini membuat Alkitab menjadi kitab yang unik.
Sekalipun ada pendapat yang berbeda-beda mengenai sampai taraf apa Alkitab diilhamkan, tidak ada keraguan bahwa Alkitab sendiri mengklaim bahwa setiap kata, dalam setiap bagian Alkitab, diilhamkan oleh Allah (1 Korintus 2:12-13; 2 Timotius 3:16-17). Pandangan semacam ini mengenai Alkitab sering disebut sebagai inspirasi secara "verbal dan menyeluruh" (verbal plenary inspiration). Yang dimaksudkan adalah bahwa pengilhaman adalah untuk semua kata (inspirasi verbal), bukan hanya konsep atau ide. Yang diilhamkan adalah seluruh bagian dan topik Alkitab (inspirasi secara menyeluruh). Ada orang-orang yang percaya bahwa hanya sebagian dari Alkitab yang diilhamkan, atau hanya pemikiran-pemikiran atau konsep-konsep yang berhubungan dengan agama yang diinspirasikan; namun pandangan serupa ini tidak sesuai dengan apa yang diklaim oleh Alkitab sendiri. Pengilhaman secara verbal dan menyeluruh adalah karakteristik penting dari Fiman Tuhan.
Cakupan dari pengilhaman dapat dilihat dengan jelas dalam 2 Timotius 3:16-17, "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik." Ayat ini memberitahukan kita bahwa Allah mengilhamkan Kitab Suci secara keseluruhan dan bahwa hal itu bermanfaat untuk kita. Bukan hanya bagian Alkitab yang berhubungan dengan pengajaran-pengajaran agama yang diilhamkan, namun setiap dan semua bagian, mulai dari Kejadian sampai Wahyu, adalah benar-benar Firman Tuhan. Karena diilhamkan oleh Tuhan, Alkitab merupakan otoritas dalam menentukan doktrin dan sudah cukup untuk mengajar manusia bagaimana dapat memiliki relasi yang bernar dengan Allah, "mendidik orang dalam kebenaran." Alkitab bukan hanya mengklaim sebagai diilhamkan oleh Allah, namun juga mampu mengubah kita dan membuat kita "sempurna," diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.
Ayat lain yang berbicara mengenai pengilhaman Alkitab adalah 2 Petrus 1:21. Ayat ini memberi tahu kita bahwa "Tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah." Ayat ini menolong kita untuk mengerti bahwa sekalipun manusia yang menuliskan Kitab Suci, kata-kata yang mereka tuliskan adalah kata-kata Tuhan sendiri. Meskipun Tuhan memakai orang-orang dengan keunikan pribadi dan gaya menulis yang berbeda-beda, Allah mengilhamkan setiap kata yang mereka tuliskan. Yesus sendiri mengkonfirmasikan pengilhaman Alkitab secara verbal dan menyeluruh ketika Dia berkata, "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi" (Matius 5:17-18). Dalam ayat-ayat ini Yesus meneguhkan keakuratan Alkitab bahkan sampai detil dan tanda baca yang terkecilpun " karena itu adalah kata-kata Tuhan sendiri.
Karena Alkitab adalah Firman Tuhan yang diilhamkan, kita dapat menyimpulkan bahwa Alkitab adalah tanpa salah dan berotoritas. Pandangan yang benar terhadap Tuhan akan menuntun pada pandangan yang benar terhadap FirmanNya. Karena Allah adalah Mahakuasa, Mahatahu, dan sepenuhnya sempurna, FirmanNya akan memiliki karakteristik yang sama. Ayat-ayat yang sama yang menegakkan pengilhaman Alkitab juga meneguhkan bahwa Alkitab tidak ada salahnya dan berotoritas. Tanpa ragu Alkitab adalah sesuai dengan yang diklaim " tanpa dapat disangkal, Firman Tuhan yang berotorits yang ditujukan kepada manusia.
Menentukan makna Alkitab adalah salah satu tugas yang paling penting yang dimiliki oleh seorang percaya dalam hidup ini. Allah tidak memberitahu kita bahwa kita hanya perlu membaca Alkitab. Kita perlu mempelajarinya, dan menggunakannya secara tepat. Mempelajari Firman Tuhan adalah pekerjaan berat. Membaca Alkitab secara sekilas atau sambil lalu kadang menghasilkan kesimpulan yang sama sekali keliru mengenai apa yang Allah maksudkan. Karena itu, sangatlah penting untuk mengerti beberapa prinsip mengenai bagaimana menentukan arti yang sebenarnya dari Kitab Suci.
1. Berdoa dan minta Roh Kudus memberi Anda pengertian. Yohanes 16:13 berbunyi, "Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang." Dalam Yohanes 16 Yesus berbicara mengenai Roh Kudus dan mengatakan bahwa ketika Ia datang (Roh Kudus datang pada hari Pentakosta, Kisah Rasul 2), Dia akan menuntun mereka ke dalam kebenaran. Sebagaimana Roh Kudus menuntun para rasul dalam menulis Perjanjian Baru, Dia juga membimbing kita untuk mengerti Kitab Suci. Ingat, Alkitab adalah kitab milik Allah dan kita perlu bertanya kepadaNya apa artinya. Jikalau Anda adalah seorang Kristen, Penulis Alkitab, Roh Kudus, berdiam dalam diri Anda, ... dan Dia ingin Anda dapat mengerti apa yang Dia tulis.
2. Jangan memisahkan ayat Kitab Suci dari ayat-ayat sekitarnya dan menganggap bahwa arti dari ayat itu bukan bergantung pada ayat-ayat di sekitarnya. Anda perlu selalu membaca ayat-ayat dan pasal-pasal di sekitarnya, dan mengenali tujuan penulisan dari kitab tsb. Alkitab memang berasal dari Allah (2 Timotius 3:16; 2 Petrus 1:21), namun Tuhan menggunakan manusia untuk menuliskannya. Orang-orang ini memiliki thema tertentu dalam pikiran mereka, tujuan penulisan dan hal-hal tertentu yang mereka ingin bicarakan. Baca latar belakang dari kitab Alkitab yang Anda sementara pelajari supaya Anda mengetahui siapa yang menuliskan kitab itu, untuk siapa kitab itu ditulis, kapan ditulis dan mengapa ditulis. Kemudian bacalah pasal-pasal yang mendahului ayat atau ayat-ayat yang Anda sementara pelajari supaya Anda bisa memahami apa topik yang sementara dibicarakan oleh manusia penulis kitab tsb. Berhati-hati dan biarkan kata-kata ayat itu berbicara dari dirinya sendiri. Kadang-kadang orang menaruh arti mereka sendiri kepada kata-kata Firman Tuhan supaya bisa menafsirkannya sesuai dengan keinginan mereka sendiri.
3. Jangan coba untuk mempelajari Alkitab tanpa memperdulikan orang lain. Adalah sombong kalau beranggapan bahwa Anda tidak akan belajar apa-apa melalui karya seumur hidup dari orang-orang lain yang telah mempelajari Kitab Suci tsb. Beberapa orang, secara keliru, mendekati Alkitab dengan pemikiran bahwa mereka akan bergantung semata-mata pada Roh Kudus dan dengan demikian menemukan kebenaran Kitab Suci yang tersembunyi. Kristus, dalam memberikan Roh Kudus, telah memberikan orang-orang yang memiliki talenta dan karunia rohani kepada tubuh Kristus. Salah satu dari karunia rohani ini adalah karunia untuk mengajar (Efesus 4:11-12; 1 Korintus 12:28). Para pengajar ini diberikan oleh Tuhan untuk menolong kita mengerti Firman Tuhan secara benar dan untuk menolong kita menaati Kitab Suci. Mempelajari Alkitab bersama dengan orang-orang percaya lainnya selalu merupakan hal yang bijaksana, saling membantu dalam pengertian dan penerapan kebenaran Firman Tuhan.
Istilah "kanon" digunakan untuk menggambarkan kitab-kitab yang diinspirasikan oleh Allah dan karenanya merupakan bagian dari Alkitab. Aspek yang sulit dalam penentuan kanon Alkitab adalah bahwa Alkitab tidak memberi kita daftar dari kitab-kitab dalam Alkitab. Penentuan kanon adalah sebuah proses, pertama-tama oleh para rabbi and sarjana Yahudi, dan kemudian oleh orang-orang Kristen mula-mula. Pada akhirnya adalah Tuhan sendiri yang menentukan kitab-kitab mana yang merupakan bagian dari kanon Alkitab. Sebuah kitab menjadi bagian dari kanon sejak saat Tuhan menginspirasikan penulisannya. Adalah Tuhan yang memberikan keyakinan kepada manusia-manusia pengikutNya kitab-kitab mana saja yang perlu dimasukkan ke dalam Alkitab.
Dibandingkan dengan Perjanjian Baru, perdebatan mengenai kanon Perjanjian Lama adalah sangat sedikit. Orang-orang percaya berbahasa Ibrani mengenali utusan-utusan Tuhan, dan menerima tulisan-tulisan mereka sebagai diilhamkan oleh Tuhan. Tentu saja ada beberapa perdebatan sehubungan dengan kanon Perjanjian Lama. Namun pada tahun 250 A.D. telah dicapai kesepakatan yang hampir bersifat universal mengenai kanon Alkitab Ibrani. Satu-satunya hal yang masih menjadi masalah adalah apokripha ... yang perdebatan dan pembicaraannya masih berlanjut hingga sekarang. Mayoritas umum dari sarjana-sarjana Ibrani menganggap Apokripha sebagai dokumen religi dan historis yang bagus, namun tidak pada tingkat yang sama dengan Alkitab Ibrani.
Untuk Perjanjian Baru, proses pengenalan dan pengumpulannya dimulai pada abad-abad pertama dari gereja Kristen. Sejak awal sekali beberapa kitab Perjanjian Baru telah diakui. Paulus menganggap tulisan-tulisan Lukas memiliki otoritas yang sama dengan Perjanjian Lama (1 Timotius 5:18, lihat pula Ulangan 25:4 dan Lukas 10:7). Petrus mengakui tulisan-tulisan Paulus sebagai Kitab Suci (2 Petrus 3:15-16). Beberapa kitab Perjanjian Baru diedarkan di antara gereja-gereja (Kolose 4:16; 1 Tesalonika 5:27). Klemen dari Roma mencatat paling sedikit delapan kitab Perjanjian Baru (A.D. 95). Ignatius dari Antiokhia mengenali sekitar tujuh kitab (A.D. 115). Polikarpus, murid Rasul Yohanes, mengakui 15 kitab (A.D. 108). Di kemudian hari Irenaeus mencantumkan 21 kitab (A.D. 185). Hippolytus mengakui 22 kitab (A.D. 170-235). Kitab-kitab Perjanjian Baru yang paling diperdebatkan adalah kitab Ibrani, Yakobus, 2 Petrus, 2 Yohanes dan 3 Yohanes. "Kanon" pertama adalah kanon Muratoria yang disusun pada tahun A.D. 170. Kanon Muratoria mencantumkan semua kitab Perjanjian Baru kecuali kitab Ibrani, Yakobus dan 3 Yohanes. Pada A.D. 363 Konsili Laodikea menjelaskan bahwa hanya Perjanjian Lama (bersama dengan Apokripha) dan 27 kitab-kitab Perjanjian Baru yang dibaca di gereja-gereja. Konsili Hippo (A.D. 393) dan Konsili Kartage (A.D. 397) juga meneguhkan ke 27 kitab yang sama sebagai kitab-kitab yang memiliki otoritas.
Konsili-konsili ini mengikuti sesuatu yang sesuatu yang mirip dengan prinsip-prinsip berikut ini untuk menentukan apakah suatu kitab Perjanjian Baru betul-betul diilhamkan oleh Roh Kudus. 1) Apakah penulisnya adalah seorang rasul atau memiliki hubungan dekat dengan seorang rasul? 2) Apakah kitab itu diterima secara umum oleh Tubuh Kristus? 3) Apakah kitab itu mengandung ajaran moral yang tinggi dan nilai-nilai rohani yang mencerminkan pekerjaan Roh Kudus? Sekali lagi penting untuk diingat bahwa gereja tidak menentukan kanon. Tidak ada konsili gereja mula-mula yang menentukan kanon. Adalah Tuhan, dan hanya Tuhan, yang menentukan kitab-kitab mana termasuk dalam Alkitab. Tuhanlah yang meyakinkan para pengikutNya kitab-kitab mana yang telah diputuskan olehNya. Apa yang dilakukan oleh manusia dalam proses pengumpulan kitab-kitab Alkitab tidaklah sempurna, namun Tuhan, dalam kedaulatanNya, tanpa memandang kebodohan dan keras kepala kita, telah membimbing gereja mula-mula untuk mengenali kitab-kitab yang diilhamkanNya.
Ibrani 4:12 mengatakan, "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." Sekalipun Alkitab ditulis oleh lebih dari 40 penulis dalam kurun waktu lebih dari 1500 tahun, keakuratan dan relevansi Alkitab tetap tidak berubah. Alkitab adalah satu-satunya sumber obyektif untuk untuk semua pewahyuan yang Allah mengenai diriNya dan rencanaNya untuk manusia.
Alkitab mengandung sejumlah besar informasi mengenai alam semesta yang telah dikonfirmasikan melalui pengamatan-pengamatan dan penelitian-penelitian ilmiah. Beberapa ayat ini antara lain: Imamat 17:11; Pengkhotbah 1:6-7; Ayub 36:27-29; Mazmur 102:25-27 dan Kolose 1:16-17. Seiring dengan makin terungkapnya rencana keselamatan Allah bagi umat manusia dalam kisah-kisah Alkitab, berbagai watak digambarkan dengan jelas. Dengan demikian Alkitab menyediakan sejumlah besar informasi mengenai tingkah laku manusia dan kecenderungan-kecenderungannya. Pengalaman kita sehari-hari membuktikan bahwa informasi ini lebih tepat dan lebih menggambarkan kondisi manusia dibandingkan dengan buku teks psikologi manapun. Banyak fakta-fakta sejarah yang diungkapkan dalam Alkitab telah dikonfirmasikan oleh sumber-sumber dari luar Alkitab. Kerap kali penelitian sejarah memperlihatan tingkat kesamaan yang amat tinggi antara kisah-kisah Alkitab dan kisah-kisah dari luar Alkitab mengenai peristiwa yang sama. Dalam banyak kasus, Alkitab bahwa dianggap lebih akurat secara historis.
Namun demikian Alkitab bukan buku sejarah, psikologi atau jurnal ilmiah. Alkitab adalah gambaran yang Allah berikan tentang siapa Dia, apa yang Dia inginkan dan rencananya bagi umat manusia. Komponen yang paling penting dari pewahyuan ini adalah terpisahnya kita dari Tuhan karena dosa dan bagaimana Allah menyediakan pemulihan persekutuan ini melalui pengorbanan anakNya, Yesus Kristus, di atas salib. Kebutuhan kita akan penebusan tidak berubah. Demikian pula keinginan Allah untuk mendamaikan kita dengan diriNya.
Alkitab mengandung sejumlah besar informasi yang akurat dan relevan. Berita Alkitab yang paling penting " penebusan " dibutuhkan oleh manusia secara universal dan terus menerus. Firman Tuhan tidak akan pernah ketinggalan zaman, digantikan atau ditingkatkan. Kebudayaan berubah, hukum berubah, generasi datang dan pergi " namun Firman Tuhan tetap relevan hari ini sebagaimana ketika ditulis untuk pertama kalinya. Tidak semua bagian Alkitab berlaku dengan tegas untuk kita pada zaman sekarang, namun setiap bagian Alkitab mengandung kebenaran yang kita dapat, dan patut, terapkan dalam hidup kita pada zaman ini.
Pada akhirnya, melampaui manusia sebagai penulis, Alkitab ditulis oleh Allah. 2 Timotius 3:16 memberitahukan bahwa Alkitab "dinafaskan" oleh Allah. Allah mengawasi para manusia yang menulis kitab-kitab Alkitab sehingga sekalipun mereka menulis dengan gaya tulisan dan kepribadian mereka masing-masing, mereka tetap mencatat secara persis apa yang Allah ingin mereka katakan. Alkitab tidak didikte oleh Allah, namun dituntun dan secara keseluruhan diilhamkan oleh Allah.
Secara manusiawi, Alkitab ditulis oleh kurang lebih 40 orang dengan latar belakang yang berbeda-beda dalam kurun waktu 1500 tahun. Yesaya adalah seorang nabi, Ezra adalah seorang imam, Matius adalah pemungut cukai, Yohanes adalah seorang nelayan, Paulus adalah pembuat kemah, Musa adalah seorang gembala. Sekalipun merupakan tulisan dari para penulis yang berbeda dalam 15 abad, Alkitab tidak bertentangan satu dengan yang lain dan tidak mengandung kesalahan apapun. Para penulis menyajikan perspektif yang berbeda, namun semuanya memproklamirkan Allah yang esa dan sejati yang sama, dan jalan keselamatan yang sama " Yesus Kristus (Yohanes 14:6; Kisah Rasul 4:12). Tidak banyak kitab-kitab Alkitab yang secara spesifik menyebutkan nama penulisnya. Berikut ini adalah nama-nama kitab sekaligus dengan nama orang yang secara umum dianggap oleh para sarjana Alkitab sebagai penulis kitab tsb. dan perkiraan tahun penulisan.
Kejadian, Keluaran, imamat, Bilangan, Ulangan = Musa " 1400 S.M.
Yosua = Yosua " 1350 S.M.
Hakim-Hakim, Rut, 1 Samuel, 2 Samuel = Samuel/Natan/gad " 1000-900 S.M.
1 Raja-Raja, 2 Raja-Raja = Yeremia " 600 S.M.
1 Tawarikh, 2 Tawarikh, Ezra, Nehemia = Ezra " 450 S.M.
Ester = Mordekhai " 400 S.M.
Ayub = Musa " 1400 S.M.
Mazmur = beberapa penulis yang berbeda, kebanyakan oleh Daud " 1000 " 400 S.M.
Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung = Salomo " 900 S.M.
Yesaya = Yesaya " 700 S.M.
Yeremia, Ratapan = Yeremia " 600 S.M.
Yehezkiel = Yehezkiel " 550 S.M.
Daniel = Daniel " 550 S.M.
Hosea = Hosea " 750 S.M.
Yoel = Yoel " 850 S.M.
Amos = Amos " 750 S.M.
Obaja = Obaja " 600 S.M.
Yunus = Yunus " 700 S.M.
Mikha = Mikha " 700 S.M.
Habakuk = Habakuk " 600 S.M.
Zefanya = Zefanya " 650 S.M.
Hagai = Hagai " 520 S.M.
Zakharia = Zakharia " 500 S.M.
Maleakhi = Maleakhi " 430 S.M.
Matius = Matius - 55 A.D.
Markus = Yohanes Markus " 50 A.D.
Lukas = Lukas " 60 A.D.
Yohanes = Yohanes 90 A.D.
Kisah Rasul = Lukas " 65 A.D.
Roma, 1 Korintus, 2 Korintus, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, 1 Tesalonika, 2 Tesalonika, 1 Timotius, 2 Timotius, Titus, Filemon = Paulus " 50-70 A.D.
Ibrani = tidak diketahui, diduga Paulus, Lukas, Barnabas, atau Apolos " 65 A.D.
Yakobus = Yakobus " 45 A.D.
1 Petrus, 2 Petrus = Petrus " 60 A.D.
1 Yohanes, 2 Yohanes, 3 Yohanes = Yohanes " 90 A.D.
Yudas = Yudas " 60 A.D.
Wahyu = Yohanes " 90 A.D.
Kita hidup dalam zaman yang cenderung tidak peduli ketika berhadapan dengan kesalahan. Bukannya bertanya seperti Pilatus, "Apakah kebenaran itu?" manusia postmodern mengatakan, "Tidak ada kebenaran" atau "Kebenaran itu ada, namun kita tidak dapat mengetahuinya." Kita sudah terbiasa ditipu, dan banyak orang kelihatannya bisa menerima bahwa Alkitab juga mengandung kesalahan.
Doktrin ketakbersalahan Alkitab amatlah penting karena kebenaran itu penting adanya. Hal ini mencerminkan karakter Allah dan merupakan dasar dari pemahaman kita akan segala sesuatu yang diajarkan Alkitab. Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa mutlak bagi kita untuk percaya bahwa Alkitab tanpa salah.
1. Alkitab sendiri mengaku sempurna. "Janji TUHAN adalah janji yang murni, bagaikan perak yang teruji, tujuh kali dimurnikan dalam dapur peleburan di tanah" (Mazmur 12:7). "Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman" (Mazmur 19:8). Semua klaim ini adalah bersifat mutlak. Perhatikan bahwa tidak dikatakan bahwa "Firman Allah pada umumnya murni" atau "Alkitab hampir sempurna." Alkitab mengaku sama sekali sempurna, dan sama sekali tidak ada tempat untuk teori-teori "benar sebagian."
2. Alkitab bertahan atau hancur secara keseluruhan. Kalau sebuah surat kabar besar terus menerus didapati mengandung kesalahan, surat kabar tsb. secara cepat akan kehilangan kepercayaan. Tidak ada gunanya mengatakan bahwa "Semua kesalahan hanya terjadi pada halaman 3." Untuk koran bisa dipercaya dalam hal-hal kecil, koran itu harus benar dalam segala hal. Demikian pula halnya, kalau Alkitab tidak akurat ketika berbicara soal geologi, mengapa teologinya harus dipercaya? Alkitab dapat dipercaya secara keseluruhan atau sama sekali tidak dapat dipercaya.
3. Alkitab adalah cerminan dari Penulisnya. Semua buku adalah demikian adanya. Alkitab ditulis oleh Allah sendiri ketika Dia bekerja melalui manusia sebagai penulis dalam suatu proses yang dinamakan "pengilhaman." 2 Timotius 3:16 mengatakan, "Segala tulisan yang diilhamkan Allah (secara harafiah: "dinafaskan Allah." Lihat pula 2 Petrus 1:21 dan Yeremia 1:2.
Kita percaya bahwa Allah yang telah menciptakan alam semesta mampu untuk menulis sebuah kitab. Dan Allah yang sempurna mampu menulis kitab yang sempurna. Permasalahannya bukan sekedar "Apakah Alkitab mengandung kesalahan?" namun "Dapatkah Allah berbuat salah?" Kalau Alkitab mengandung fakta-fakta yang salah, maka Allah bukan mahatahu dan Dia sendiri dapat berbuat salah. Kalau Alkitab mengandung informasi yang keliru, maka Allah tidak jujur dan adalah penipu. Kalau Alkitab mengandung kontradiksi, maka Allah adalah penyebab kebingungan. Dengan kata lain kalau ketakbersalahan Alkitab bukanlah suatu kebenaran, maka Allah bukanlah Allah.
4. Alkitab menilai kita, bukan sebaliknya. " Sebab firman Allah " sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita" (Ibrani 4:12). Perhatikan pertalian antara "hati" dan "Firman." Firman Allah menguji, hati adalah yang diuji. Mengabaikan sebagain dari Firman untuk alasan apapun adalah memutarbalikkan Firman ini. Kita menjadi penguji, dan firman harus tunduk kepada "wawasan kita yang lebih tinggi." Namun Allah mengatakan, "Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? (Roma 9:20).
5. Berita Alkitab harus dilihat secara keseluruhan. Alkitab bukanlah kumpulan doktrin yang kita bisa pilih sesuka hati. Banyak orang suka kepada ayat-ayat yang mengatakan bahwa Allah mengasihi mereka, namun mereka tidak menyukai ayat-ayat yang mengatakan bahwa Allah akan menghakimi orang-orang berdosa. Namun kita tidak bisa begitu saja memilih apa yang kita sukai dari Alkitab dan membuang sisanya. Kalau Alkitab salah mengenai neraka misalnya, maka bagaimana bisa benar mengenai surga " atau soal lainnya? Kalau Alkitab salah dalam hal detil mengenai penciptaan, maka ada kemungkinan detil mengenai keselamatan juga tidak dapat dipercayai. Kalau cerita mengenai Yunus adalah mitos, maka kemungkinan cerita tentang Yesus juga demikian. Sebaliknya, Yesus telah mengatakan apa yang Dia katakan, dan Alkitab memberi kita gambaran penuh mengenai siapakah Allah itu. " Untuk selama-lamanya, ya TUHAN, firman-Mu tetap teguh di sorga" (Mazmur 119:89).
6. Alkitab adalah satu-satunya peraturan untuk iman dan perbuatan kita. Kalau Alkitab tidak dapat diandalkan, lalu apa dasar kepercayaan kita? Yesus meminta kepercayaan kita, dan itu termasuk percaya pada apa yang disabdakanNya dalam FirmanNya. Yohanes 6:68-69 adalah bagian Alkitab yang indah. Yesus baru saja menyaksikan banyak orang yang mengaku mengikuti Dia meninggalkan Dia. Kemudian Dia berbalik kepada keduabelas Rasul dan bertanya, "Apakah kamu tidak mau pergi juga?" Petrus mewakili yang lain menjawab, "Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal." Kiranya kita memiliki kepercayaan yang sama terhadap Tuhan dan FirmanNya yang hidup.
Tidak satupun hal yang kami presentasikan di sini merupakan penolakan terhadap keakademikan yang sejati. Ketakbersalahan Alkitab tidak berarti bahwa kita berhenti menggunakan pikiran kita atau kita menerima secara membabi buta apa yang dikatakan Alkitab. Kita diperintahkan untuk mempelajari Firman (2 Timotius 2:15), dan mereka yang mempelajarinya dipuji (Kisah 17:11). Kita juga mengakui bahwa ada bagian-bagian yang sulit dalam Alkitab, dan juga perbedaan dalam penafsiran Alkitab. Sasaran kita adalah mendekati Alkitab dengan hormat dan dengan berdoa, dan ketika kita menemukan sesuatu yang kita sulit pahami, kita berdoa lebih keras, kita mempelajari dengan lebih sungguh-sungguh, dan "jika masih tidak mendapatkan jawabannya " dengan rendah hati kita mengakui keterbatasan kita di hadapan Firman Allah yang sempurna.
Tidak ada alasan untuk percaya bahwa Allah akan memberi wahyu tambahan untuk menambah FirmanNya. Alkitab dimulai dengan asal mula umat manusia " Kejadian " dan ditutup dengan berakhirnya umat manusia sebagaimana yang kita ketahui " Wahyu. Segala sesuatu di antaranya adalah untuk kebaikan kita sebagai orang-orang percaya, diberdayakan dengan kebenaran Allah untuk hidup sehari-hari. Kita tahu ini dari 2 Timotius 3:16-17, "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik."
Jikalau ada kitab-kitab yang ditambahkan ke dalam Alkitab, hal ini sama saja dengan mengatakan bahwa Alkitab yang kita miliki sekarang ini masih kurang lengkap " bahwa Alkitab tidak memberitahu kita segala yang kita perlu ketahui. Meskipun hanya berlaku secara langsung untuk kitab Wahyu, Wahyu 22:18-20 mengajarkan kita kebenaran penting mengenai menambahi Firman Allah, " Aku bersaksi kepada setiap orang yang mendengar perkataan-perkataan nubuat dari kitab ini: "Jika seorang menambahkan sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini. Dan jikalau seorang mengurangkan sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan mengambil bagiannya dari pohon kehidupan dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini." Ia yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, berfirman: "Ya, Aku datang segera!" Amin, datanglah, Tuhan Yesus!" (Wahyu 22:18-20).
Kita mempunyai segala yang kita perlukan dalam ke 66 kitab Alkitab. Tidak ada satupun situasi dalam hidup kita yang tidak dibicarakan oleh Alkitab. Apa yang dimulai dalam kitab Kejadian mendapatkan kesimpulan dalam kitab Wahyu. Tanpa diragukan Alkitab sudah lengkap dan cukup. Apakah Allah bisa menambahi Alkitab? Tentu saja. Namun demikian, tidak ada alasan, baik secara Alkitabiah maupun secara teologis, untuk mempercayai bahwa Dia akan melakukan hal itu.
Ini adalah pertanyaan yang amat penting karena keKristenan bukan dimulai dengan mendefinisikan Allah, Yesus Kristus atau keselamatan. Dasar keKristenan ditemukan pada otoritas Kitab Suci. Jikalau kita tidak bisa mengidentifikasikan apa itu Kitab Suci, maka kita tidak dapat dengan tepat membedakan kebenaran teologis dari yang salah.
Kata "kanon" berasal dari peraturan hukum Taurat yang digunakan untuk menentukan apakah sebuah kitab memenuhi standar atau tidak. Namun adalah penting untuk dicatat bahwa tulisan-tulisan Kitab Suci sudah bersifat kanonikal pada saat dituliskan. Kitab Suci adalah Kitab Suci ketika pena menyentuh perkamen.
Mengenai ukuran atau standar yang digunakan untuk menentukan kitab-kitab mana yang seharusnya diklasifikasikan sebagai Kitab Suci, ayat kunci untuk memahami proses dan tujuan serta mungkin masa Alkitab diberikan adalah Yudas 3, yang mengatakan bahwa iman Kristen "telah disampaikan kepada orang-orang kudus." Karena iman kita ditentukan oleh Kitab Suci, pada dasarnya Yudas mengatakan bahwa Kitab Suci diberikan untuk semua orang Kristen. Bukankah indah ketika mengetahui bahwa tidak ada naskah yang masih tersembunyi atau hilang dan menanti untuk ditemukan, tidak ada kitab rahasia yang hanya dikenal oleh sedikit orang-orang pilihan, dan tidak ada orang yang masih hidup yang memiliki wahyu khusus yang mengharuskan kita mendaki gunung Himalaya demi untuk mendapatkan pencerahan? Kuasa supranatural yang sama yang digunakan Allah untuk menghasilkan FirmanNya juga digunakan untuk memeliharanya.
Mazmur 119:60 menjelaskan bahwa seluruh Firman Allah adalah benar adanya. Dengan dasar ini kita dapat membandingkan tulisan-tulisan dari luar kanon Alkitab untuk meliihat apakah mereka tahan uji. Contohnya, Alkitab mengklaim bahwa Yesus Kristus adalah Allah (Yesaya 9:6-7; Matius 1:22-23; Yohanes 1:1, 2, 14; 20:28; Kisah Rasul 16:31, 34; Filipi 2:5-6; Kolose 2:9; Titus 2:13; Ibrani 1:8; 2 Petrus 1:1). Namun banyak teks luar Alkitab yang mengaku sebagai Firman Allah yang mempermasalahkan keillahian Yesus. Ketika ada kontradiksi yang terang-terangan seperti ini, Alkitab yang sudah mapan harus dipercaya, semua yang lain berada di luar batasan Alkitab.
Pada abad mula-mula dari gereja, orang-orang Kristen kadang-kadang dibunuh karena memiliki salinan Alkitab (pada zaman itu kitab-kitab itu adalah dalam bentuk gulungan, bukan disatukan dalam satu jilid sebagaimana sekarang ini). Karena penganiayaan ini, muncul pertanyaan, "Kitab-kitab apa yang layak untuk nyawa dipertaruhkan?" Ada kitab-kitab tertentu yang mungkin mengandung kata-kata Yesus, namun apakah mereka diilhamkan sebagaimana yang dikatakan dalam 2 Timotius 3:16? Konsili-konsili gereja berperan dalam mengakui kanon Alkitab secara terbuka, namun sering gereja-gereja tertentu secara individu atau secara berkelompok mengakui kitab tertentu sebagai kitab yang diilhamkan berdasarkan tulisan di dalamnya (misalnya Kolose 4:16; 1 Tesalonika 5:27). Sepanjang abad-abad permulaan hanya sedikit kitab yang dipertentangkan dan daftar yang lengkap pada dasarnya sudah disepakati pada tahun 303 A.D.
Dalam hubungannya dengan Perjanjian Lama, ada tiga faktor yang mereka pertimbangkan: 1) Perjanjian Baru mengutip atau menyinggung semua kitab Perjanjian Lama, kecuali 2 kitab. 2) Yesus mendukung kanon Ibrani dalam Matius 23:35 ketika Dia mengutip satu dari narasi yang permulaan dan satu lagi dari narasi yang terakhir dari Kitab Suci pada zamanNya. 3) Orang-orang Yahudi memelihara Kitab Suci Perjanjian Lama dengan teliti, dan mereka jarang memiliki kontroversi mengenai mana yang termasuk dan mana yang bukan. Kitab-kitab Apokripa dari Katolik Roma tidak mencapai standar dan tidak termasuk dalam definisi Kitab Suci, dan tidak pernah diakui oleh orang-orang Yahudi.
Kebanyakan pertanyaan mengenai kitab-kitab mana yang termasuk dalam Alkitab berhubungan dengan tulisan-tulisan dari zaman Kristus dan sesudahnya. Gereja mula-mula memiliki beberapa kriteria yang amat spesifik bagi kitab-kitab yang dipertimbangkan sebagai bagian dari Perjanjian Baru. Kriteria-kriteria ini meliputi: Apakah kitab tsb ditulis oleh seseorang yang adalah saksi mata dari Yesus Kristus? Apakah kitab tsb. lulus "ujian kebenaran"? (yaitu apakah kitab itu sepaham dengan kitab-kitab lainnya yang telah disepakati sebagai bagian dari Kitab Suci?). Kitab-kitab Perjanjian Baru yang diterima mereka pada waktu itu telah menjalani ujian waktu dan ortodoksi Kristen telah menerima kitab-kitab ini, dengan hanya sedikit tantangan, selama berabad-abad.
Keyakinan akan penerimaan kitab-kitab tertentu dapat ditelusuri kembali kepada para pembaca di abad pertama yang memberikan kesaksian langsung mereka mengenai otentisitas kitab-kitab itu. Selanjutnya topik akhir zaman dari kitab Wahyu dan larangan untuk menambahkan kata-kata kitab ini dalam 22:18 memberikan dalih yang kuat bahwa kanon sudah ditutup pada saat tulisan tsb. dituliskan (sekitar 95 A.D.)
Ada poin teologis yang penting yang kita tidak boleh abaikan. Allah telah menggunakan FirmanNya selama ribuan tahun dengan satu tujuan " untuk mengungkapkan diriNya dan berkomunikasi dengan umat manusia. Pada akhirnya konsili-konsili gereja tidak menentukan apakah kitab tertentu itu adalah Firman Tuhan; Allah yang menentukan itu ketika manusia sebagai penulisnya dipilih olehNya untuk menulis. Untuk mencapai tujuan akhir ini, termasuk pemeliharaan FirmanNya selama berabad-abad, Allah menuntun konsili-konsili gereja mula-mula dalam pengenalan mereka akan kanon.
Akuisisi pengetahuan mengenai hal-hal seperti natur Allah yang sejati, asal mula alam semesta dan hidup, tujuan dan makna hidup, keajaiban keselamatan, dan peristiwa-peristiwa masa depan (termasuk nasib umat manusia) adalah di luar kemampuan pengamatan dan pengetahuan manusia secara alamiah. Firman Allah yang telah diberikan, yang dihargai dan diterapkan secara pribadi oleh orang-orang Kristen selama berabad-abad, adalah cukup untuk menjelaskan kepada kita segala yang kita perlu ketahui mengenai Kristus (Yohanes 5:18; Kisah Rasul 18:28; Galatia 3:22; 2 Timotius 3:15) dan untuk mengajar, menyatakan kesalahan, dan mendidik orang dalam kebenaran (2 Timotius 3:16).
Kitab-kitab Perjanjian Lama ditulis pada periode tahun 1400 S.M.- 400 S.M. Kitab-kitab Perjanjian Baru ditulis pada kurang lebih tahun 40 A.D. " 90 A.D. Jadi kurang lebih 3400-1900 tahun sudah berlalu sejak kitab dalam Alkitab ditulis. Pada saat ini, naskah asli sudah lenyap. Naskah tsb. tidak lagi ada. Juga pada masa ini kitab-kitab Alkitab telah disalin berulang-ulang. Salinan dari salinan dari salinan dihasilkan. Dengan mengingat ini masih dapatkah kita mempercayai Alkitab?
Ketika Allah pertama kalinya mengilhami manusia untuk menuliskan FirmanNya, itu adalah nafas Allah dan tanpa salah (2 Timotius 3:16-17; Yohanes 17:17). Alkitab tidak menerapkan hal ini kepada salinan-salinan dari naskah asli. Seteliti apapun para ahli Taurat menyalin Kitab Suci, tidak seorangpun yang sempurna. Sebagai akibatnya perbedaan-perbedaan kecil muncul dalam berbagai salinan Kitab Suci. Dari ribuan naskah dalam Bahasa Yunani dan Ibrani yang masih ada, tidak ada satupun yang persis sama sampai pada masa ketika mesin cetak ditemukan pada tahun 1500an A. D.
Namun demikian, sarjana yang bersikap netral akan setuju bahwa Alkitab secara luar biasa terpelihara selama berabad-abad. Salinan-salinan Alkitab yang berasal dari abad 14 A.D. hampir sama isinya dengan salinan-salinan dari abad ketiga A.D. Ketika Naskah-Naskah Laut Mati ditemukan, para sarjana kaget mendapatkan betapa serupanya naskah-naskah tsb. dengan naskah-naskah kuno PL lainnya sekalipun Naskah-Naskah Laut Mati ratusan tahun lamanya lebih tua dari yang pernah ditemukan. Bahkan banyak skeptik dan para pengeritik Alkitab yang mengakui bahwa Alkitab telah diteruskan selama berabad-abad dengan cara yang jauh lebih akurat dibanding dengan naskah kuno apapun.
Sama sekali tidak ada bukti bahwa Alkitab sudah direvisi, diedit, atau dirusak dengan cara yang sistimatis. Jumlah yang besar dari naskah-naskah Alkitab memudahkan untuk mengenali usaha untuk mengaburkan Firman Tuhan. Tidak ada doktrin utama Alkitab yang diragukan sebagai akibat dari perbedaan kecil yang terdapat di antara naskah-naskah tsb.
Sekali lagi pertanyaan, dapatkah kita mempercayai Alkitab? Sudah pasti! Allah telah memelihara FirmanNya sekalipun ada kelemahan manusia yang tidak disengaja maupun serangan-serangan yang disengaja. Kita dapat memiliki keyakinan yang tinggi bahwa Alkitab yang kita miliki hari ini adalah Alkitab yang sama yang ditulis pertama kalinya. Alkitab adalah Firman Allah, dan kita dapat mempercayainya (2 Timotius 3:16; Matius 5:18).
Perjanjian Lama meletakkan dasar untuk pengajaran-pengajaran dan peristiwa-peristiwa dalam Perjanjian Baru. Alkitab adalah wahyu progresif. Jikalau Anda melangkahi setengah dari buku yang bagus dan berusaha untuk menamatkannya, Anda akan sulit untuk memahami para pemerannya, jalan ceritanya dan bagian akhirnya. Demikian pula, Perjanjian Baru hanya dapat dipahami secara utuh ketika dipandang sebagai sesuatu yang dibangun di atas dasar peristiwa-peristiwa, para pemeran, hukum, sistem persembahan, perjanjian dan berbagai janji Perjanjian Lama.
Jika kita hanya memiliki Perjanjian Baru (PB) kita akan datang kepada Injil tanpa mengetahui mengapa orang-orang Yahudi mencari Mesias (Raja Penyelamat). Tanpa PL, kita tidak akan mengerti mengapa Mesias datang (lihat Yesaya 53); kita tidak dapat mengenali Yesus, orang Nazaret itu, sebagai Mesias melalui berbagai nubuat mendetil mengenai Dia (tempat kelahiranNya (Mikha 5:2); cara kematianNya (Mazmur 22, khusus ayat 1, 7-8, 14-18; Mazmur 69:21, dll), kebangkitanNya (Mazmur 16:10), dan banyak lagi detil pelayananNya (Yesaya 52:13; 9:2, dll).
Tanpa PL kita tidak dapat memahami adat istiadat orang-orang Yahudi yang disebutkan secara sambil lalu dalam PB. Kita tidak akan dapat memahami pemutarbalikan yang dilakukan orang-orang Farisi terhadap hukum Allah saat mereka menambahkan kebiasaan mereka sendiri pada hukum itu. Kita tidak akan mengerti mengapa Yesus begitu marah ketika Dia menyucikan halaman Bait Allah. Kita tidak akan mengerti bahwa kita dapat menggunakan hikmat yang sama yang digunakan Kristus ketika berulang kali Dia menanggapi para seterunya (baik manusia maupun Iblis).
Demikian pula halnya kitab-kitab Injil dan Kisah Para Rasul dalam Perjanjian Baru mencatat banyak penggenapan nubuat yang diutarakan ratusan tahun terdahulu dalam Perjanjian Lama. Banyak dari nubuat-nubuat ini berhubungan dengan kedatangan pertama dari Mesias. Dalam kelahiran, kehidupan, mujizat, kematian dan kebangkitan Yesus sebagaimana ditemukan dalam kitab-kitab Injil kita mendapatkan penggenapan dari nubuat-nubuat Perjanjian Lama yang bertalian dengan kedatangan yang pertama dari Mesias. Detil-detil inilah yang mengokohkan klaim Yesus bahwa Dia adalah Kristus yang dijanjikan. Bahkan nubuat-nubuat dalam Perjanjian Baru (banyak di antaranya terdapat dalam kitab Wahyu) adalah berdasarkan nubuat yang terdahulu yang terdapat dalam kitab-kitab Perjanjian Lama. Nubuat-nubuat Perjanjian Baru ini berhubungan dengan peristiwa-peristiwa sekitar kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Kurang lebih dua dari tiga ayar Wahyu adalah berdasarkan ayat-ayat Perjanjian Lama.
PL juga mengandung berbagai pelajaran yang dapat kita petik dari kehidupan banyak tokoh yang jatuh dalam dosa. Dengan mengamati kehidupan mereka kita dapat didorong untuk percaya kepada Allah apapun yang terjadi (Daniel 3) dan tidak berkompromi dalam hal-hal yang sepele (Daniel 1) sehingga pada akhirnya kita dapat setia dalam hal-hal yang besar (Daniel 6). Kita belajar bahwa paling baik mengaku dosa secepatnya dan dengan sungguh-sungguh serta bukannya melemparkan kesalahan (1 Samuel 15). Kita dapat belajar untuk tidak bermain-main dengan dosa karena dosa akan menerkam kita dan gigitannya mematikan (lihat Hakim-Hakim 13-16).
Kita dapat belajar bahwa kita perlu bersandar (dan taat) kepada Allah jika kita mau mengalami kehidupan tanah-perjanjian Allah dalam hidup ini dan firdaus di kemudian waktu (Bilangan 13). Kita belajar bahwa jika kita membayangkan hal-hal berdosa, kita sementara mempersiapkan diri untuk berdosa (Kejadian 3, Yosua 6-7). Kita belajar bahwa dosa memiliki konsekwensi bukan hanya untuk diri kita sendiri, namun juga untuk orang-orang sekitar kita yang kita kasihi, dan sebaliknya, perbuatan baik kita bukan hanya berpahala untuk diri sendiri, namun juga untuk orang-orang yang ada di sekitar kita (Kejadian 3; Keluaran 20:5-6). Dalam Perjanjian Baru kita memiliki teladan Petrus untuk kita pelajari " bahwa kita tidak boleh bersandar pada kekuatan kita sendiri karena kalau demikian kita AKAN gagal (Matius 26:23-41). Dalam kata-kata dari penyamun di salib, kita melihat bahwa melalui iman yang sederhana dan tulus kita akan diselamatkan dari dosa-dosa kita (Lukas 23:39-43). Kita juga melihat bagaimana ciri gereja Perjanjian Baru yang bersemangat (Kisah 2:41-47; 13:1-3, dll).
Juga karena wahyu Alkitab bersifat progresif, Perjanjian Baru memperjelas pengajaran-pengajaran yang hanya dikiaskan dalam Perjanjian Lama. Kitab Ibrani menggambarkan bagaimana Yesus adalah Imam Besar yang sejati dan pengorbananNya yang sekali itu menggantikan semua korban yang hanya merupakan gambaran dari pengorbananNya. Perjanjian Lama memberikan Hukum yang terdiri dari dua bagian: perintah dan berkat/kutuk yang bersumber dari ketaatan atau ketidaktaatan pada perintah-perintah itu. Perjanjian Baru memperjelas bahwa Allah memberi perintah-perintah ini untuk memperlihatkan kebutuhan manusia akan keselamatan dan bukan untuk menjadi jalan keselamatan (Roma 3:19).
Perjanjian Lama menggambarkan sistem persembahan yang diberikan Allah kepada orang-orang Israel untuk secara sementara waktu menutupi dosa-dosa mereka. Perjanjian Baru memperjelas bahwa sistem ini hanyalah kiasan dari pengorbanan Kristus yang melaluinya keselamatan dapat diperoleh (Kisah 4:12, Ibrani 10:4-10). Perjanjian Lama memperlihatkan firdaus yang hilang; Perjanjian Baru memperlihatkan firdaus yang diperoleh kembali melalui Adam yang kedua (Kristus) dan bagaimana suatu hari itu akan dipulihkan kembali. Perjanjian Lama menyatakan bahwa manusia terpisah dari Allah karena dosa (Kejadian 3), dan Perjanjian Baru menyatakan bahwa manusia sekarang dapat dipulihkan kembali hubungannya dengan Allah (Roma 3-6). Perjanjian Lama menubuatkan kehidupan Mesias. Kitab-kitab Injil pada umumnya mencatat kehidupan Yesus dan Surat-Surat menafsirkan kehidupanNya dan bagaimana kita harus menanggapi segala yang telah dan akan dilakukanNya.
Kembali, sekalipun Perjanjian Baru adalah gambar yang "lebih jelas," Perjanjian Lama tidak kalah pentingnya. Selain meletakkan dasar untuk Perjanjian Baru, tanpa PL kita tidak memiliki dasar untuk menentang kesalahan pemutarbalikan politik dalam masyarakat kita di mana evolusi dipandang sebagai pencipta dari semua spesies selama jutaan tahun (dan bukannya hasil dari penciptaan Allah secara khusus dalam enam hari secara harafiah). Kita akan menerima bahwa pernikahan dan keluarga adalah struktur yang berevolusi yang harus terus berubah seiring dengan perubahan masyarakat, dan bukannya sebagai desain Allah untuk membesarkan anak-anak yang saleh dan untuk melindungi mereka yang kalau tidak akan dimanipulasi dan disalahgunakan (paling sering adalah perempuan dan anak-anak).
Tanpa PL, kita tidak akan dapat mengerti janji-janji yang masih akan digenapi Allah terhadap bangsa Yahudi. Akibatnya, kita tidak dapat secara tepat melihat bahwa masa kesengsaraan besar adalah masa tujuh tahun di mana Allah akan secara khusus berkarya dengan bangsa Yahudi yang dulunya menolak kedatanganNya yang pertama namun akan menerima Dia pada kedatanganNya yang kedua kali. Kita tidak akan memahami bagaimana pemerintahan 1.000 tahun Yesus adalah sesuai dengan janji-janjiNya kepada orang-orang Yahudi dan juga bagaimana itu cocok dengan bangsa-bangsa bukan Yahudi. Kita juga tidak akan dapat melihat bagaimana bagian akhir dari Alkitab menyimpulkan hal-hal yang belum selesai yang dimulai di bagian awal dari Alkitab, bagaimana Allah akan memulihkan dunia ini menjadi firdaus sebagaimana yang direncanakanNya, dan bagaimana kita akan menikmati hubungan yang dekat dengan Allah secara pribadi sebagaimana yang terjadi di taman Eden.
Secara ringkas, Perjanjian Lama meletakan dasar dan untuk mempersiapkan bangsa Israel untuk kedatangan Mesias yang akan mengorbankan diriNya bagi dosa-dosa mereka (dan bagi dosa-dosa dunia). Perjanjian Baru menceritakan kehidupan Yesus Kristus dan kemudian menoleh ke belakang kepada apa yang dilakukanNya dan bagaimana seharusnya kita menanggapi karunia hidup kekal dan menghidupi kehidupan kita dengan rasa syukur untuk segala yang telah diperbuatNya bagi kita (Roma 12). Kedua Perjanjian ini mengungkapkan Allah yang sama sucinya, sama pemurahnya dan sama adilnya, yang harus menghukum dosa namun ingin membawa orang-orang berdosa kepada diriNya melalui pengampunan yang hanya dimungkinkan melalui korban penebusan Kristus sebagai pembayaran untuk dosa. Dalam kedua Perjanjian, Allah mengungkapkan diriNya kepada kita dan bagaimana kita harus datang kepadaNya melalui Yesus Kristus. Dalam kedua Perjanjian kita mendapatkan segala yang kita perlukan untuk hidup kekal dan hidup yang saleh (2 Timotius 3:15-17).
Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa Allah memberi kita, bukan satu, tapi empat Injil:
(1) Memberi kita gambaran lebih lengkap mengenai Kristus. Sekalipun Alkitab diilhamkan Allah (2 Timotius 3:16), Allah menggunakan manusia dari berbagai latar belakang dan kepribadian sebagai penulis untuk menggenapkan tujuanNya melalui tulisan mereka. Setiap penulis Injil memiliki tujuan yang khas di balik Injilnya dan untuk mencapai tujuan tsb. setiap mereka menekankan aspek yang berbeda dari kepribadian dan pelayanan Yesus Kristus.
Matius menulis kepada pembaca berlatarbelakang Ibrani dan salah satu tujuan dari Injilnya adalah memperlihatkan dari silsilah Yesus dan penggenapan nubuat-nubuat Perjanjian Lama bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah lama dinantikan, dan harus dipercaya. Penekanan Matius adalah pada Yesus sebagai Raja yang dijanjikan, sang "Anak Daud" yang akan duduk di tahta Israel untuk selama-lamanya (Matius 9:27; 21:9).
Markus, sepupu Barnabas (Kolose 4:10) adalah saksi mata dari peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yesus dan juga merupakan sahabat dari Rasul Petrus. Markus menulis kepada orang-orang non-Yahudi sebagaimana yang nyata dari tidak dimasukkannya beberapa hal yang penting bagi para pembaca dengan latar belakang Yahudi (silsilah, silang pendapat antara Kristus dan para pemimpin Yahudi pada zamanNya, seringnya rujukan pada Perjanjian Lama, dll). Markus menekankan Kristus sebagai Hamba yang Menderita, Dia yang datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dan memberi nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang (Markus 10:45).
Lukas, "sang tabib yang kekasih" (Kolose 4:14), penginjil dan pendamping dari Rasul Paulus menulis Injil Lukas dan kitab Kisah Para Rasul. Lukas adalah satu-satunya penulis Perjanjian Baru yang bukan orang Yahudi. Oleh orang-orang yang menggunakan tulisannya dalam studi geologis dan historis, sejak lama Lukas telah diakui sebagai sejarahwan yang teliti. Sebagai sejarahwan, dia menjelaskan bahwa tujuannya adalah untuk mencatat secara sistimatis kehidupan Kristus berdasarkan keterangan para saksi mata (Lukas 1:1-4). Karena dia secara khusus menulis untuk Tiopilus, yang kelihatannya adalah orang bukan Yahudi yang berkedudukan, Injilnya ditulis untuk para pembaca yang bukan Yahudi, dan tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa iman seorang Kristen adalah berdasarkan peristiwa-peristiwa yang dapat dibuktikan dan diandalkan secara historis. Lukas sering merujuk pada Yesus sebagai "Anak Manusia," menekankan kemanusiaan Kristus dan memberi banyak detil yang tidak terdapat dalam catatan-catatan Injil lainnya.
Injil Yohanes, ditulis oleh Rasul Yohanes, berbeda dari ketiga Injil lainnya dan memuat banyak kandungan teologis yang berkaitan dengan Kristus and makna iman. Matius, Markus dan Lukas sering disebut sebagai "Injil Sinoptis" karena gaya dan isi mereka yang mirip, dan karena mereka memberikan sinopsis dari kehidupan Kristus. Injil Yohanes dimulai bukan dengan kelahiran atau pelayanan Yesus dalam dunia, tapi dengan pekerjaan dan karakteristik sang Anak Allah sebelum Dia menjadi manusia (Yohanes 1:14). Injil Yohanes menekankan keillahian Kristus sebagaimana nyata dari penggunaan frasa-frasa seperti "Firman itu adalah Allah" (Yohanes 1:1), "Juruselamat dunia" (4:42), "Anak Allah" (digunakan berulang-ulang), "Tuhan dan " Allah" (Yohanes 20:28) untuk menggambarkan Yesus. Dalam Injil Yohanes Yesus juga meneguhkan kelillahianNya dengan beberapa pernyataan "Akulah", yang paling menyolok adalah dalam Yohanes 8:58 di mana Dia mengatakan, "sebelum Abraham ada, Aku (sudah) ada" (bandingkan dengan Keluaran 3:13-14). Yohanes juga menekankan fakta kemanusiaan Yesus Kristus. Pada bagian akhir dari Injilnya, Yohanes menuliskan tujuan dari tulisannya, " Memang masih banyak tanda lain yang dibuat Yesus di depan mata murid-murid-Nya, yang tidak tercatat dalam kitab ini, tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya" (Yohanes 20:30-31).
Jadi memiliki empat kisah yang berbeda namun akurat mengenai Yesus memberi kita aspek yang berbeda dari pribadi dan pelayananNya. Setiap kisah ketika ditambahkan kepada ketiga kisah lainnya, menjadi bagaikan benang dengan warna berbeda yang ditambahkan kepada permadani yang ditenun untuk menghasilkan gambar yang lebih lengkap mengenai Dia yang tak terlukiskan. Dan sekalipun kita tidak akan pernah benar-benar tahu segala sesuatu mengenai Yesus Kristus (Yohanes 20:30), melalui keempat Injil kita dapat mengenal Dia secara cukup untuk dapat menghargai siapa Dia dan apa yang telah dilakukanNya bagi kita sehingga kita dapat hidup melalui iman kepadaNya.
2) Untuk memampukan kita secara obyektif menverifikasikan kebenaran dari kisah-kisah mereka. Dari sejak awal, Alkitab mengatakan bahwa keputusan pengadilan tidak boleh dilandaskan pada kesaksiaan dari satu saksi mata belaka, namun harus ada dua atau tiga saksi (Ulangan 19:15). Dengan demikian, memiliki kisah berbeda mengenai pribadi dan pelayanan Yesus dalam dunia ini memampukan kita menilai ketepatan informasi yang kita miliki mengenai Yesus.
Simon Greenleaf, otoritas yang dikenal dan diakui dalam menentukan apa yang dipandang dapat diterima di pengadilan sebagai bukti yang sah, menganalisa keempat Injil dari sudut hukum. Dia memperhatikan jenis kisah saksi mata dalam empat Injil, di mana ada kesamaan namun tiap penulis memilih untuk tidak mencantumkan atau menambah detil yang penulis lain putuskan untuk masukkan atau abaikan, adalah merupakan sumber yang berdiri sendiri dan dapat dipercaya yang dapat diterima di pengadilan sebagai bukti yang kuat. Kalau saja semua Injil mengandung informasi yang persis sama dengan detil yang disajikan dan ditulis dari perspektif yang sama, hal ini menunjukkan persekongkolan, di mana para penulis berkumpul untuk "menyamakan cerita mereka" untuk membuat tulisan mereka lebih dapat dipercaya. Perbedaan antara kitab-kitab Injil, bahkan yang kelihatan sebagai kontradiksi dalam detil waktu pertama kali dianalisa, menunjukkan natur independen dari tulisan-tulisan itu. Oleh karena itu, natur independen dari keempat kisah Injil, informasi yang sama namun dari perspektif yang berbeda, detil dan peristiwa mana yang dicatat, menunjukkan bahwa kisah yang kita miliki mengenai kehidupan dan pelayanan Yesus sebagai mana dijabarkan dalam Injil adalah faktual dan dapat dipercaya.
3) Memberi pahala pada mereka yang dengan rajin mencari. Banyak yang dapat diperoleh dari mempelajari setiap Injil secara individu. Namun ada lebih banyak yang dapat diperoleh dengan membandingkan dan menyarikan kisah-kisah yang berbeda dari peristiwa-peristiwa khusus dalam pelayanan Yesus. Misalnya, dalam Matius 14 kita mendapatkan kisah mengenai 5.000 orang diberi makan dan Yesus berjalan di atas air. Dalam Matius 14:22 kita diberitahukan bahwa Yesus "memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang." Orang mungkin bertanya, mengapa demikian? Dalam Matius tidak diberikan alasan yang jelas. Namun ketika Anda menggabungkan dengan konteks yang diberikan dalam Markus 6, Anda melihat bahwa para murid baru kembali dari mengusir setan dan menyembuhkan orang banyak dengan kuasa yang diberikan Yesus kepada mereka ketika Dia mengutus mereka secara berduaan. Namun mereka pulang dengan "kepala besar," lupa diri dan siap untuk mengajari Yesus (Matius 14:15)! Jadi dengan memerintahkan mereka pada malam itu untuk pergi ke seberang Danau Galilea, Yesus mengungkapkan dua hal kepada mereka saat mereka bergumul melawan angin dan ombak dalam ketergantungan pada diri sendiri sampai subuh ketika Dia berjalan di atas air dan hampir melewati mereka sampai mereka berseru kepadaNya (Markus 6:48-50). Dia mengungkapkan (1) bahwa dengan kemampuan sendiri mereka tidak dapat berbuat apa-apa bagi Allah, dan (2) tidak ada yang mustahil saat mereka berseru kepadaNya dan hidup bergantung pada kuasaNya. Ada banyak lagi contoh "harta karun" yang dapat ditemukan oleh murid Firman Tuhan yang rajin yang mau menggunakan waktu untuk membandingkan bagian-bagian Alkitab yang tidak akan dapat dilihat secara sepintas.
Tidak ada "kitab-kitab yang hilang" atau kitab-kitab yang dikeluarkan dari Alkitab. Ada banyak legenda dan desas desus mengenai "kitab yang hilang", namun cerita-cerita ini tidak mengandung kebenaran sama sekali. Setiap kitab yang diinginkan dan diilhamkan Allah untuk Alkitab ada dalam Alkitab. Ada ratusan kitab-kitab religi yang ditulis pada periode yang sama dengan kitab-kitab Alkitab. Beberapa dari kitab-kitab ini mengandung kisah yang benar-benar terjadi (misalnya 1 Makabe). Beberapa dari kitab-kitab ini mengandung pengajaran rohani yang baik (misalnya Kebijaksanaan Salomo). Namun kitab-kitab ini tidak diinspirasikan Allah. Jikalau kita membaca kitab-kitab ini, misalnya Apokripha, kita harus memperlakukannya sebagai kitab-kitab sejarah yang mungkin mengandung kesalahan, bukan sebagai Firman Allah yang diilhamkan dan yang tanpa salah (2 Timotius 3:16-17).
Injil Thomas misalnya adalah pemalsuan yang ditulis pada abad ke tiga atau ke empat A. D. yang mengaku sebagai karya dari Rasul Tomas. Kitab ini bukan ditulis oleh Tomas. Hampir semua Bapa Gereja mula-mula menganggap Injil Tomas sebagai ajaran sesat. Kitab ini mengandung banyak hal-hal yang salah dan sesat yang katanya dikatakan dan dilakukan oleh Yesus. Tidak ada satupun yang dikatakan itu (atau hanya sedikit sekali) yang merupakan kebenaran. Surat Barnabas bukan ditulis oleh Barnabas dalam Alkitab, tapi oleh seorang penipu. Demikian pula injil Filipus, Wahyu Petrus, kitab Henokh, dll.
Allah itu Esa. Alkitab memiliki satu Pencipta. Alkitab adalah satu kitab. Alkitab memiliki satu rencana anugrah, dicatat dari awal mulanya, pelaksanaannya, sampai kepada puncaknya. Dari predestinasi sampai pemuliaan, Alkitab adalah kisah tentang Allah menebus umat pilihanNya bagi kemuliaanNya. Seiring dengan tersingkapnya rencana dan maksud penebusan Allah di dalam Alkitab, tema yang terus menerus berulang dan ditekankan adalah: karakter Allah, penghakiman terhadap dosa dan ketidaktaatan, berkat bagi iman dan ketaatan, Tuhan Juruselamat dan pengorbanan untuk dosa, dan kerajaan serta kemuliaan yang akan datang. Adalah kehendak Allah bahwa kita mengetahui dan memahami kelima tema ini karena hidup dan nasib kekal kita bergantung padanya. Karena itu adalah tidak terbayangkan bahwa Allah akan mengijinkan informasi vital ini "hilang" karena satu atau lain hal. Tidak, Alkitab sudah lengkap sehingga kita yang membaca dan mengerti dapat "diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik" (2 Timotius 3:16-17).
Kita tidak diselamatkan dengan mempercayai pengilhaman atau bahwa Alkitab tanpa salah. Kita diselamatkan dengan percaya pada Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat dosa-dosa kita (Yohanes 3:16, Efesus 2:8-9, Roma 10:9-10). Namun demikian, pada saat yang sama, hanya melalui Alkitab kita belajar mengenai Yesus Kristus dan kematian serta kebangkitanNya bagi kita (2 Korintus 5:21; Roma 5:8). Kita tidak harus mempercayai segala sesuatu di dalam Alkitab agar supaya diselamatkan - namun kita harus percaya pada Yesus Kristus yang diproklamirkan oleh Alkitab. Sudah barang tentu kita harus berpegang pada Alkitab sebagai Firman Allah dan kita harus percaya pada segala sesuatu yang diajarikan Alkitab. Namun demikian, kita tidak harus percaya pada setiap apa yang diajarkan Alkitab demi untuk diselamatkan. Bahkan kenyataannya, ketika orang baru diselamatkan, biasanya mereka tahu sedikit sekali mengenai Alkitab.
Keselamatan adalah proses yang dimulai dengan pemahaman akan kondisi dosa kita, bukan pemahaman soal ketaksalahan Alkitab. Hati nurani kita memberitahu kita bahwa kita tidak dapat berdiri di hadapan Allah yang suci berdasarkan jasa kita sendiri dan yakin bahwa Dia akan menerima kita. Kita tahu bahwa kita tidak memiliki kebenaran yang cukup untuk itu sehingga kita kemudian berpaling kepadaNya dan menerima pengorbanan AnakNya di atas salib sebagai pembayaran untuk dosa-dosa kita. Kita percaya penuh kepadaNya. Dari saat itu, kita memiliki natur yang baru sama sekali, yang murni dan tidak dinodai oleh dosa. Roh Kudus tinggal dalam hati kita, memeteraikan kita untuk kekekalan. Dari titik itu kita bergerak maju, lebih mengasihi dan menaati Allah dari hari ke hari. Bagian dari "maju ke depan" ini adalah menyantap FirmanNya setiap hari untuk bertumbuh dan menguatkan perjalanan kita denganNya. Hanya Alkitab saja yang memiliki kuasa untuk melakukan mujizat ini dalam hidup kita.
Jika kita percaya dan bersandar pada Pribadi dan karya Tuhan Yesus Kristus sebagaimana yang diajarkan dalam Alkitab, kita diselamatkan. Ketika kita percaya pada Yesus Kristus, Roh Kudus akan bekerja dalam hati dan pikiran kita " dan akan meyakinkan kita bahwa Alkitab benar dan harus dipercaya (2 Timotius 3:16-17). Jika ada keraguan dalam pikiran kita mengenai ketaksalahan Kitab Suci, cara terbaik untuk menghadapinya adalah minta Allah memberi kita kepastian mengenai FirmanNya. Allah selalu bersedia menjawab mereka yang mencari Dia dengan jujur dan dengan segenap hati (Matius 7:7-8).
Alkitab adalah wahyu progresif. Jikalau Anda melangkahi setengah dari buku yang bagus dan berusaha untuk menamatkannya, Anda akan sulit untuk memahami para pemerannya, jalan ceritanya dan bagian akhirnya. Demikian pula, Perjanjian Baru hanya dapat dipahami secara utuh ketika dipandang sebagai sesuatu yang dibangun di atas dasar peristiwa-peristiwa, para pemeran, hukum, sistem persembahan, perjanjian dan berbagai janji Perjanjian Lama (PL). Jika kita hanya memiliki Perjanjian Baru (PB) kita akan datang kepada Injil tanpa mengetahui mengapa orang-orang Yahudi mencari Mesias (Raja Penyelamat). Tanpa PL, kita tidak akan mengerti mengapa Mesias datang (lihat Yesaya 53); kita tidak dapat mengenali Yesus, orang Nazaret itu, sebagai Mesias melalui berbagai nubuat mendetil mengenai Dia (tempat kelahiranNya (Mikha 5:2); cara kematianNya (Mazmur 22, khusus ayat 1, 7-8, 14-18; Mazmur 69:21, dll), kebangkitanNya (Mazmur 16:10), dan banyak lagi detil pelayananNya (Yesaya 52:13; 9:2, dll).
Tanpa PL kita tidak dapat memahami adat istiadat orang-orang Yahudi yang disebutkan secara sambil lalu dalam PB. Kita tidak akan dapat memahami pemutarbalikan yang dilakukan orang-orang Farisi terhadap hukum Allah saat mereka menambahkan kebiasaan mereka sendiri pada hukum itu. Kita tidak akan mengerti mengapa Yesus begitu marah ketika Dia menyucikan halaman Bait Allah. Kita tidak akan mengerti bahwa kita dapat menggunakan hikmat yang sama yang digunakan Kristus ketika berulang kali Dia menanggapi para seterunya (baik manusia maupun Iblis).
Tanpa Perjanjian Lama kita akan kehilangan berbagai detil nubuat yang hanya dapat digenapi kalau Alkitab adalah Firman Allah, dan bukan dari manusia (lihat para nabi besar dan kecil) (cth: Daniel 7 dan pasal-pasal berikutnya). Nubuat-nubuat ini memberi detil terperinci mengenai bangkit dan jatuhnya bangsa-bangsa, bagaimana mereka akan jatuh, apakah mereka akan bangkit lagi, kuasa mana yang akan menggantikan, siapa yang akan menjadi para pemain utama (Darius, Aleksander Agung, dll) dan apa yang akan terjadi pada kerajaan mereka ketika para pelaku utama ini mati. Nubuat-nubuat terperinci ini begitu akurat sehingga para skeptik menuduh bahwa nubuat-nubuat ini ditulis setelah peristiwanya terjadi.
PL juga mengandung berbagai pelajaran yang dapat kita petik dari kehidupan banyak tokoh yang jatuh dalam dosa. Dengan mengamati kehidupan mereka kita dapat didorong untuk percaya kepada Allah apapun yang terjadi (Daniel 3) dan tidak berkompromi dalam hal-hal yang sepele (Daniel 1) sehingga pada akhirnya kita dapat setia dalam hal-hal yang besar (Daniel 6). Kita belajar bahwa paling baik mengaku dosa secepatnya dan dengan sungguh-sungguh serta bukannya melemparkan kesalahan (1 Samuel 15). Kita dapat belajar untuk tidak bermain-main dengan dosa karena dosa akan menerkam kita dan gigitannya mematikan (lihat Hakim-Hakim 13-16). Kita dapat belajar bahwa kita perlu bersandar (dan taat) kepada Allah jika kita mau mengalami kehidupan tanah-perjanjian Allah dalam hidup ini dan firdaus di kemudian waktu (Bilangan 13). Kita belajar bahwa jika kita membayangkan hal-hal berdosa, kita sementara mempersiapkan diri untuk berdosa (Kejadian 3, Yosua 6-7). Kita belajar bahwa dosa memiliki konsekwensi bukan hanya untuk diri kita sendiri, namun juga untuk orang-orang sekitar kita yang kita kasihi, dan sebaliknya, perbuatan baik kita bukan hanya berpahala untuk diri sendiri, namun juga untuk orang-orang yang ada di sekitar kita (Kejadian 3; Keluaran 20:5-6).
Perjanjian Lama juga mengandung sejumlah besar hikmat yang tidak terdapat dalam Perjanjian Baru. Banyak dari hikmat ini terdapat dalam Mazmur dan Amsal. Hikmat ini mengungkapkan bagaimana saya dapat menjadi lebih bijak dari guru saya, apa akibat dari berbagai dosa (membantu kita melihat kail yang tersembunyi di balik umpan), dan apa hasil dari kesuksesan dalam dunia (tidak ada!). Bagaimana saya dapat mengenali bahwa saya orang bebal (yaitu orang yang bodoh secara moral). Bagaimana saya bisa tanpa sengaja namun dengan cepat membuat orang menjauh? Bagaimana saya dapat membuka pintu untuk sukses yang langgeng? Bagaimana saya dapat menemukan makna hidup? Sekali lagi, begitu banyak yang menanti untuk diketemukan oleh orang yang betul-betul mau belajar.
Tanpa PL kita tidak memiliki dasar untuk menentang kesalahan pemutarbalikan politik dalam masyarakat kita di mana evolusi dipandang sebagai pencipta dari semua spesies selama jutaan tahun (dan bukannya hasil dari penciptaan Allah secara khusus dalam enam hari secara harafiah). Kita akan menerima bahwa pernikahan dan keluarga adalah struktur yang berevolusi yang harus terus berubah seiring dengan perubahan masyarakat, dan bukannya sebagai desain Allah untuk membesarkan anak-anak yang saleh dan untuk melindungi mereka yang kalau tidak akan dimanipulasi dan disalahgunakan (paling sering adalah perempuan dan anak-anak).
Tanpa PL, kita tidak akan dapat mengerti janji-janji yang masih akan digenapi Allah terhadap bangsa Yahudi. Akibatnya, kita tidak dapat secara tepat melihat bahwa masa kesengsaraan besar adalah masa tujuh tahun di mana Allah akan secara khusus berkarya dengan bangsa Yahudi yang dulunya menolak kedatanganNya yang pertama namun akan menerima Dia pada kedatanganNya yang kedua kali. Kita tidak akan memahami bagaimana pemerintahan 1.000 tahun Yesus adalah sesuai dengan janji-janjiNya kepada orang-orang Yahudi dan juga bagaimana itu cocok dengan bangsa-bangsa bukan Yahudi. Kita juga tidak akan dapat melihat bagaimana bagian akhir dari Alkitab menyimpulkan hal-hal yang belum selesai yang dimulai di bagian awal dari Alkitab, bagaimana Allah akan memulihkan dunia ini menjadi firdaus sebagaimana yang direncanakanNya, dan bagaimana kita akan menikmati hubungan yang dekat dengan Allah secara pribadi sebagaimana yang terjadi di taman Eden.
Secara ringkas, Perjanjian Lama adalah cermin yang memungkinkan kita melihat diri kita dalam kehidupan pada tokoh PL dan menolong kita untuk belajar dari pengalaman hidup mereka. PL mencerahkan kita mengenai siapa Allah dan karya ajaibNya serta keselamatan yang disiapkanNya. PL (khususnya Mazmur) memberi penghiburan bagi mereka yang dalam penganiayaan dan masalah. Melalui berbagai nubuat yang digenapi terungkaplah mengapa Alkitab adalah kitab yang unik di antara kitab-kitab suci lainnya " hanya Alkitab yang dapat membuktikan apa yang diklaimnya, yaitu firman Allah yang diilhamkan. PL mengungkapkan Kristus dalam halaman demi halaman tulisannya. Di dalamnya terkandung begitu banyak hikmat yang melampaui apa yang disebut atau dikutip dalam PB. Secara singkat, kalau Anda belum menjelajahi halaman-halamannya, Anda kehilangan banyak yang disediakan Allah bagi Anda. Saat Anda membacanya, ada banyak yang tidak dapat Anda langsung pahami, namun ada banyak yang dapat Anda mengerti dan pelajari. Dan saat Anda terus mempelajarinya, mintalah Allah untuk terus mengajar Anda, dan penggalian Anda akan menghasilkan harta karun yang berkilauan.
Sebagai permulaan, adalah penting untuk menyadari bahwa Alkitab bukan kitab bisa yang dapat dibaca dengan lancar dari depan ke belakang. Alkitab sebetulnya adalah perpustakaan, atau kumpulan kitab yang ditulis oleh berbagai penulis dalam beberapa bahasa dalam kurun waktu beberapa ribu tahun. Martin Luther mengatakan bahwa Alkitab adalah "tempat kelahiran Kristus" karena semua sejarah dan nubuat Alkitab pada dasarnya menunjuk pada Kristus. Karena itu membaca Alkitab sepatutnya dimulai dengan kitab-kitab Injil. Kitab Markus adalah kitab yang ringkas dan jalan ceritanya cepat serta merupakan tempat yang bagus untuk memulai. Kemudian Anda mungkin mau lanjut ke Injil Yohanes yang berfokus pada semua yang Yesus klaim mengenai diriNya sendiri. Markus menceritakan apa yang Yesus lakukan, sementara Yohanes menceritakan apa yang Yesus katakan. Dalam Yohanes ada beberapa bagian yang sederhana dan jelas, seperti misalnya Yohanes 3:16, namun juga ada bagian-bagian yang amat dalam. Membaca kitab-kitab Injil (Matius, Markus, Lukas, Yohanes) akan membantu Anda mengenali kehidupan dan pelayanan Kristus.
Sesudah itu, bacalah surat-surat (Roma, Efesus, Filipi). Surat-surat ini mengajar kita bagaimana hidup dengan cara yang memuliakan Allah. Ketika Anda mulai membaca Perjanjian Lama, bacalah kitab Kejadian. Kitab ini memberitahu kita mengenai bagaimana Allah menciptakan dunia dan bagaimana umat manusia jatuh dalam dosa, dan dampak dosa terhadap dunia. Keluaran, Bilangan dan Ulangan mungkin akan sulit untuk dimengerti karena kitab-kitab itu menyinggung mengenai semua hukum yang Allah minta untuk ditaati oleh orang-orang Yahudi. Walaupun Anda tidak seharusnya menghindari kitab-kitab tsb. kitab-kitab itu mungkin lebih baik dipelajari belakangan. Apapun yang terjadi, jangan sampai terpaku dengan kitab-kitab ini. Bacalah Yosua sampai Tawarikh untuk dapat memahami sejarah Israel dengan baik. Membaca Mazmur sampai Kidung Agung akan memberi kesan megenai syair dan hikmat Ibrani. Kitab-kitab nubuat, Yesaya sampai Maleakhi, juga bisa sulit untuk dipahami. Ingat, kunci untuk memahami Alkitab adalah mohon kepada Allah untuk hikmat (Yakobus 1:5). Allah adalah penulis Alkitab, dan Allah mau Anda memahami firmanNya.
Namun demikian, pertama-tama, adalah penting untuk mengetahui bahwa tidak semua orang dapat menjadi murid Alkitab, hanya mereka yang memenuhi "syarat" yang dapat mempelajari Firman dengan berkat Allah.
Apakah Anda diselamatkan oleh iman dalam Yesus Kristus (1 Korintus 2:14-16)?
Apakah Anda lapar untuk Firman Allah (1 Petrus 2:2).
Apakah Anda dengan rajin mencari Firman Allah (Kisah 17:11)?
Jikalau Anda menjawab "ya" untuk ketiga pertanyaan ini, Anda bisa yakin bahwa Allah akan memberkati usaha Anda untuk mengenal Dia dan FirmanNya, di manapun Anda memulai dan bagaimanapun cara Anda mempelajarinya. Kalau Anda bukan seorang Kristen - bahwa Anda sudah diselamatkan oleh iman di dalam Kristus dan memiliki Roh Kudus di dalam diri Anda - Anda akan mendapatkan bahwa tidak mungkin untuk memahami arti dari kata-kata Kitab Suci. Kebenaran dalam Alkitab tersembunyi dari mereka yang belum beriman kepada Kristus, namun adalah hidup bagi mereka yang percaya (1 Korintus 2:13-14; Yohanes 6:63).