Pertanyaan-Pertanyaan mengenai Penciptaan

Apa kata Alkitab mengenai Kreasi versus evolution?

Pertanyaan: Apa kata Alkitab mengenai Kreasi versus evolution?

Artikel ini tidak bermaksud mengetengahkan argumentasi ilmiah dalam perdebatan Kreasi vs evolusi. Jikalau Anda ingin memperoleh argumentasi ilmiah mengenai Kreasi dan/atau melawan evolusi, kami sangat merekomendasikan Answers in Genesis " http://www.answersingenesis.org, dan Institute for Creation Research " http://www.icr.org. Tujuan dari artikel ini adalah untuk menjelaskan mengapa, menurut Alkitab, bisa ada perdebatan Kreasi vs Evolusi. Roma 1:25 menyatakan, "Sebab mereka menggantikan kebenaran Allah dengan dusta dan memuja dan menyembah makhluk dengan melupakan Penciptanya yang harus dipuji selama-lamanya, amin."

Faktor kunci yang kita semua mesti kenali adalah bahwa sebagian besar dari para sarjana yang percaya pada evolusi juga adalah ateis atau agnostik. Ada beberapa yang berpegang pada semacam evolusi theistik dan yang lainnya berpegang pada pandangan deistik mengenai Allah (Allah ada tapi tidak terlibat dalam urusan dunia " segala sesuatu terjadi menurut hukum alam). Ada beberapa yang dengan tulus dan jujur menganalisa data yang ada dan tiba pada kesimpulan bahwa evolusi lebih cocok dengan data yang ada. Namun demikain, ini hanya mewakili sebagian kecil dari para sarjana yang mendukung evolusi. Sebagian besar dari para sarjana evolusi berpegang bahwa hidup berevolusi sama sekali tanpa intervensi APAPUN dari kuasa yang lebih tinggi. Berdasarkan definisinya, evolusi adalah ilmu pengetahuan yang bersifat naturalistik.

Kalau ateisme itu benar, pasti ada penjelasan lain mengenai bagaimana alam semesta dan hidup bisa ada. Sekalipun beberapa bentuk evolusi telah dipercaya orang sebelum zaman Charles Darwin, Darwin adalah orang pertama yang mengembangkan model yang masuk akal mengenai bagaimana terjadinya evolusi " seleksi alam. Darwin dulunya menyebut dirinya sebagai orang Kristen, namun di kemudian hari dia menyangkali iman Kristen dan keberadaan Tuhan karena beberapa tragedi yang terjadi dalam kehidupannya. Evolusi "diciptakan" oleh seorang ateis. Tujuan Darwin bukan untuk menyangkal keberadaan Tuhan, namun itu adalah salah satu hasil dari teori evolusi. Evolusi memampukan ateisme. Para sarjana evolusi zaman sekarang mungkin tidak akan mengakui bahwa tujuan mereka adalah untuk memberi penjelasan alternatif mengenai asal usul kehidupan dan dengan demikian memberi dasar kepada ateisme. Namun menurut Alkitab, inilah sebabnya teori evolusi berada.

Alkitab memberitahu kita, "Orang bebal berkata dalam hatinya: "Tidak ada Allah"" (Mazmur 14:1; 53:1). Alkitab juga mengatakan bahwa orang-orang tidak dapat berdalih untuk tidak percaya pada Allah Pencipta, "Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih" (Roma 1:20). Menurut Alkitab setiap orang yang menyangkal keberadaan Tuhan adalah orang bebal. Kalau demikian, mengapa ada begitu banyak orang, termasuk beberapa orang Kristen, yang bersedia menerima bahwa para sarjana evolusi adalah penafsir data ilmiah yang tidak bias? Menurut Alkitab mereka adalah orang-orang bebal! Bebal bukan berarti tidak pandai. Kebanyakan para sarjana evolusi adalah orang-orang yang secara intelektual sangat cerdas. Bebal menunjuk pada ketidakmampuan untuk secara pantas menerapkan apa yang diketahui. Amsal 1:7 memberitahu kita, "Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan."

Para sarjana evolusi mengejek Kreasi dan/atau Intelligent Design sebagai tidak ilmiah dan tidak pantas untuk ditelaah secara ilmiah. Menurut mereka, untuk dapat dianggap sebagai "sains" maka sesuatu itu harus dapat diamati dan diuji, harus "alamiah." Secara definisi Kreasi adalah "supranatural." Allah, dan hal-hal supranatural tidak dapat diamati dan diuji (demikian alasan mereka). karena itu Kreasi dan/atau Intelligent Design tidak dapat dianggap sebagai sains. Akibatnya semua data disaring melalui prakonsepsi dan praduga teori evolusi yang sudah terlebih dahulu diterima tanpa ada penjelasan alternatif yang dipertimbangkan.

Namun demikian, asal mula alam semesta dan hidup tidak dapat diuji atau diamati. Baik Kreasi maupun evolusi kedua-duanya adalah sistim yang berdasarkan iman waktu keduanya berbicara mengenai asal usul. Keduanya tidak dapat diuji karena kita tidak dapat kembali milyaran (atau ribuan) tahun untuk mengamati asal mula alam semesta dan hidup dalam alam semesta ini. Sarjana-sarjana evolusi menolak Kreasi berdasarkan alasan yang secara logika juga akan memaksa mereka untuk menolak evolusi sebagai penjelasan "ilmiah" dari asal usul segala sesuatu. Evolusi, dalam hubungannya dengan asal usul, tidak lebih dekat dengan definisi "sains" dibandingkan dengan Kreasi. Evolusi dianggap sebagai satu-satunya penjelasan mengenai asal usul yang dapat diuji; dan karena itu adalah satu-satunya teori asal usul yang bersifat "ilmiah." Ini adalah suatu kebodohan! Para sarjana yang mendukung evolusi menolak teori asal usul yang masuk akal tanpa mau betul-betul mempertimbangkan sumbangsih teori itu karena teori itu tidak sesuai dengan definisi mereka yang sempit dan tidak masuk akal mengenai apa itu "sains."

Jikalau Kreasi itu benar, maka akan ada Pencipta yang kepadaNya kita bertanggung jawab. Evolusi memungkinkan ateisme. Evolusi memberi orang-orang ateis dasar untuk menjelaskan bagaimana hidup dapat berada tanpa adanya Allah Pencipta. Evolusi menyangkali keterlibatan Allah dalam alam semesta. Evolusi adalah "teori kreasi" untuk "agama" ateisme. Menurut Alkitab pilihannya jelas. Kita dapat percaya kepada Firman dari Allah kita yang Mahakuasa dan Mahatahu, atau kita dapat percaya pada penjelasan "ilmiah" dan yang bias dan tidak masuk akal dari orang-orang bebal.

Apa itu Teori Desain Inteligensia?

Pertanyaan: Apa itu Teori Desain Inteligensia?

Teori Desain Inteligensia mengatakan bahwa "sebab-sebab inteligensia dibutuhkan untuk menjelaskan kompleksitas dan kekayaan informasi yang terkandung dalam struktur-struktur biologi, dan penyebab-penyebab ini dapat dideteksi secara empiris." Fitur-fitur biologis tertentu bertentangan dengan penjelasan "kesempatan secara acak" yang menjadi standar penganut Darwin. Fitur-fitur tsb kelihatannya berdasarkan rancangan. Karena secara logika desain membutuhkan desainer yang berinteligensia, kesan adanya desain disebutkan sebagai bukti dari seorang Desainer. Ada tiga argumen utama dari Teori Desain Inteligensia: (1) Kompleksitas yang tak dapat dikurangi, (2) kompleksitas yang ditentukan, dan (3) Prinsip Antropis.

(1) Kompleksitas yang tak dapat dikurangi didefinisikan sebagai " " sebuah sistim tunggal yang terdiri dari bagian-bagian yang berinteraksi secara berpadanan dan menghasilkan fungsi dasar, di mana hilangnya salah satu bagian itu mengakibatkan sistim itu secara efektif berhenti berfungsi." Secara sederhana, hidup terdiri dari bagian-bagian yang berjalinan yang saling bergantung kepada satu dengan yang lain untuk bisa berguna. Mutasi secara acak mungkin menyebabkan berkembangnya bagian yang baru, namun tidak dapat menjelaskan perkembangan secara serentak dari berbagai bagian yang dibutuhkan untuk berfungsinya sistim itu. Misalnya, mata manusia tentunya merupakan suatu sistim yang sangat berguna. Tanpa bola mata (yang pada dirinya sendiri juga merupakan merupakan sebuah sistim yang kompleksitasnya tak dapat dikurangi), syaraf mata, dan lapisan mata (visual cortex), mutasi mata secara acak sebetulnya bersifat kontra-produktif untuk kelangsungan hidup dari spesies itu, dan karenanya akan lenyap melalui proses seleksi alam. Mata bukanlah suatu sistim yang berguna kecuali kalau semua bagiannya berfungsi dengan baik pada saat yang bersamaan.

(2) Kompleksitas yang ditentukan adalah konsep bahwa karena pola kompleks yang tertentu dapat ditemukan pada organisme-organisme, maka suatu bentuk tuntunan harus diperhitungkan bagi asal mula organisme itu. Kompleksitas yang ditentukan mengatakan bahwa tidak mungkin untuk suatu sebuah pola yang kompleks untuk berkembang melalui proses acak. Contohnya, sebuah ruangan yang dipenuhi dengan 100 ekor monyet and 100 buah mesin ketik mungkin pada akhirnya akan menghasilkan beberapa kata, atau bahkan mungkin beberapa kalimat, namun tidak akan pernah menghasilkan drama Shakespeare. Dan makhluk biologis jauh lebih kompleks dibandingkan dengan drama Shakespeare.

(3) Prinsip antropis mengatakan bahwa dunia dan alam semesta ditata sedemikian rupa untuk memungkinkan adanya kehidupan di planet bumi ini. Kalau saja perbandingan unsur-unsur di udara diubah sedikit saja, banyak spesies yang akan punah. Eksistensi dan perkembangan kehidupan di bumi membutuhkan begitu banyak variabel yang perlu diharmoniskan secara sempurna sehingga tidak mungkin untuk semua variabel itu untuk berada secara acak dan tidak terkoordinasikan.

Walaupun Teori Desain Inteligensia tidak mencoba mengidentifikasikan sumber inteligensia itu (apakah itu Allah atau UFO, dll), sebagian besar penganut teori ini adalah kaum theis. Mereka memandang keberadaan desain yang meliputi dunia biologis sebagai bukti dari keberadaan Allah. Ada beberapa orang atheis yang tidak dapat menyangkal bukti kuat adanya desain namun tidak bersedia mengakui Allah Pencipta. Mereka cenderung menafsirkan data yang ada sebagai bukti bahwa bumi dibenihi oleh semacam makhluk angkasa luar yang lebih unggul.

Teori Desain Inteligensia bukanlah Kreationisme Alkitabiah. Ada perbedaan penting antara kedua posisi tsb. Penganut Kreationisme Alkitab mulai dengan kesimpulan: bahwa kisah Alkitab mengenai penciptaan dapat dipercaya dan benar adanya; bahwa kehidupan di atas bumi di desain oleh Agen yang Berinteligensia (Allah). Mereka kemudian mencari bukti-bukti dari alam untuk mendukung kesimpulan ini. Penganut Desain Intelligensia mulai dengan alam dan baru kemudian tiba pada kesimpulan: bahwa hidup di atas bumi ini dirancang oleh Agen yang Berinteligensia (siapapun itu).

Apa itu umur bumi? Berapa umur bumi?

Pertanyaan: Apa itu umur bumi? Berapa umur bumi?

Mempertimbangkan apa yang yang dikatakan Alkitab bahwa Adam diciptakan pada hari ke enam dari keberadaan planet kita, kita dapat menentukan berapa kira-kira umur bumi berdasarkan Alkitab dengan memperhatikan detil kronologi umat manusia. Tentunya ini mengasumsikan bahwa catatan kitab Kejadian adalah akurat, dan ke enam hari penciptaan yang disebutkan dalam Alkitab adalah secara harafiah masing-masing 24 jam, dan bahwa tidak ada kekosongan kronologi yang tidak dapat dijelaskan.

Silsilah-silsilah yang dicantumkan dalam Kejadian pasal 5 dan 11 memberitahukan pada umur berapa Adam dan keturunannya melahirkan generasi-generasi berikutnya secara berurutan mulai dari Adam sampai Abraham. Dengan menentukan di mana secara kronologis Abraham berada dalam sejarah. dan dengan menambahkan umur-umur yang disebut dalam Kejadian 5 dan 11, nyatalah bahwa Alkitab mengajarkan bahwa umur bumi berkisar sekitar 6.000 tahun, lebih atau kurang beberapa ratus tahun.

Bagaimana dengan angka 4,6 milyar tahun yang diterima oleh kebanyakan ilmuwan sekarang dan yang diajarkan di kebanyakan institusi akademis sebagai umur bumi? Umur ini secara utama didasarkan pada dua tehnik penanggalan: penanggalan secara radiometrik dan penanggalan secara geologis. Para ilmuwan yang mendukung umur bumi-muda (sekitar 6.000 tahun) bersiteguh bahwa penanggalan secara radiometrik memiliki kelemahan karena didasarkan pada sejumlah asumsi yang salah, sementara penanggalan secara geologis cacat karena mempergunakan logika yang berputar. Lebih dari itu, mereka menunjuk pada pembuktian ketidakbenaran dari mitos tuanya umur bumi seperti salah pengertian bahwa stratifikasi, proses pembentukan fosil, dan permata, batu bara, minyak, stalaktit, stalagmit, dll memakan waktu yang panjang untuk terjadi. Dan akhirnya para pendukung umur bumi-muda menunjukkan bukti-bukti positif untuk umur bumi-muda sebagai ganti umur bumi-tua yang mereka buktikan ketidakbenarannya. Para ilmuwan pendukung umur bumi-muda mengakui bahwa saat ini mereka masih minoritas secara jumlah namun bersikeras bahwa jumlah mereka akan makin bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah ilmuwan yang menganalisa ulang bukti-bukti yang ada dan lebih mencermati paradigma umur bumi-tua yang sekarang ini diterima.

Pada akhirnya umur bumi tidak dapat dibuktikan. Apakah 6.000 tahun atau 4,6 milyar tahun "kedua pandangan ini (dan pandangan-pandangan lain) bergantung pada iman dan asumsi-asumsi. Mereka yang berpegang pada 4,6 milyar tahun percaya bahwa metode-metode seperti penanggalan radiometrik dapat diandalkan, dan tidak ada sesuatupun yang terjadi dalam sejarah yang dapat mengganggu runtuhnya radioisotop secara normal. Mereka yang berpegang pada 6.000 tahun percaya bahwa Alkitab itu benar adanya, dan faktor-faktor lain bertanggung jawab untuk menjelaskan apa yang "kelihatannya" sebagai umur bumi, seperti misalnya banjir global, atau Allah menciptakan alam semesta dalam keadaan yang "kelihatannya" berumur sangat tua. Sebagai contoh, Allah menciptakan Adam dan Hawa sebagai manusia dewasa. Kalau dokter memeriksa Adam dan Hawa pada hari penciptaan mereka, dokter akan memperkirakan bahwa mereka berumur 20 tahun (atau berapapun kelihatannya umur mereka) " padahal faktanya Adam dan Hawa berumur kurang dari satu hari. Apapun alasannya selalu ada alasan yang baik untuk percaya pada Firman Tuhan dibandingkan dengan kata-kata dari para ilmuwan ateis dengan agenda evolusi.

Apakah banjir Nuh global atau lokal?

Pertanyaan: Apakah banjir Nuh global atau lokal?

Ketika seseorang menyelidiki bacaan Alkitab, adalah jelas bahwa banjirnya bersifat global. Kejadian 7:11 menyatakan bahwa "terbelah segala mata air samudra raya yang dahsyat dan terbukalah tingkap-tingkap di langit." Adalah jelas Kejadian 1:6-7 dan 2:6 bahwa lingkungan sebelum banjir adalah sangat berbeda dari yang kita alami sekarang. Berdasarkan pada ini dan penjelasan bagian alkitab lain, juga catatan fosil dan penemuan geologikal (Ilmu batu-batuan) masa kini, adalah masuk akal jika kita beranggapan bahwa suatu waktu yang lalu, bumi pernah ditutupi dengan semacam tirai air. Tirai ini mungkin saja berupa tirai uap atau dapat terbentuk dari cincin, seperti cincin es planet saturnus. Ini, dikombinasikan dengan lapisan tebal air bawah tanah, dua-duanya dilepaskan pada daratan (Kejadian 2:6) akan mengakibatkan banjir global.

Ayat yang paling jelas yang menunjukkan keluasan banjir adalah Kejadian 7:19-23: "Dan air itu sangat hebatnya bertambah-tambah meliputi bumi, dan ditutupinyalah segala gunung tinggi di seluruh kolong langit, sampai lima belas hasta diatasnya bertambah-tambah air itu, sehingga gunung-gunung ditutupinya. Lalu mati dan binasalah segala yang hidup, yang bergerak di bumi, burung-burung, ternak, dan binatang liar dan segala binatang merayap, yang berkeriapan di bumi, serta semua manusia. Matilah segala yang ada nafas hidup dalam hidungnya, segala yang ada di darat. Demikianlah dihapuskan Allah segala yang ada, segala yang di muka bumi,baik manusia maupun hewan dan binatang melata dan burun-burung di udara, sehingga semuanya dihapuskan dari atas bumi; hanya Nuh yang tinggal hidup dan semua yang bersama-sama dengan dia di dalam bahtera itu.

Dalam bacaan di atas kita tidak hanya menemukan kata "semua/segala" digunakan berulang-ulang, tapi kita juga menemukan frase seperti "dan semua gunung-gunung di bawah kolong langit ditutupi," "sampai lima belas hasta diatasnya bertambah-tambah air itu, sehingga gunung-gunung ditutupinya" (Cukup dalam untuk bahtera itu melintasinya dengan aman), dan "lalu matilah dan binasalah segala yang hidup, yang bergerak di bumi, serta semua manusia," dsb. Jika penjelasan ini tidak dimaksudkan untuk menjelaskan banjir universal yang menutupi seluruh bumi, saya tidak tahu bagaimana Tuhan bisa membuat ini lebih jelas. Juga, jika banjir itu hanya bersifat lokal, mengapa Tuhan menginstruksikan Nuh untuk membangun sebuah bahtera dan bukannya hanya mengatur agar hewan-hewan berpindah dan menyuruh Nuh melakukan hal yang sama? Dan mengapa Dia menginstruksikan Nuh untuk membangun bahtera yang cukup besar untuk diisi dengan segala macam binatang yang kita kenal di bumi sekarang. Orang mungkin akan berpikir bahwa dinosurus tidak sebesar itu pada awalnya dan itu tidak perlu bagi Nuh untuk membawa binatang-binatang yang sudah dewasa ke bahteranya.

Tuhan memang menginstruksikan Nuh untuk menempatkan 2 hewan darat (tidak termasuk hewan laut) ke bahteranya (Kejadian 6:19-22) dengan pengecualian hewan tidak haram dan semua burung, yang mana Nuh harus menyediakan 7 pasang di bahtera (Kejadian 7:2-3).

Petrus juga menjelaskan banjir yang menyeluruh di bumi di 2 Petrus 3:6-7 yang menyatakan: "dan bahwa oleh air itu, bumi yang dahulu telah binasa, dimusnahkan oleh air bah. Tetapi oleh firman itu juga langit dan bumi yang sekarang terpelihara dari api dan disimpan untuk hari penghakiman dan kebinasaan orang-orang fasik." Dalam ayat ini, Petrus membandingkan penghakiman universal yang akan datang dengan banjir pada masa Nuh dan menyatakan bahwa dunia pada saat itu ada dipenuhi oleh air. Juga, janji Tuhan (Kejadian 8:21; 9:11, 15) tidak akan lagi mengirimkan banjir telah dilanggar berkali-kali jika itu termasuk banjir lokal. Lebih jauh lagi, semua orang di dunia dikatakan merupakan keturunan dari tiga anak Nuh (Kejadian 9:1, 19) dan banyak penulis Alkitab selanjutnya menerima kebenaran sejarah mengenai banjir universal (Yesaya 54:9; 1 Peter 3:20; 2 Peter 2:5; Ibrani 11:7). Yang terakhir, Tuhan Yesus Kristus percaya pada banjir universal dan mengambilnya sebagai salah satu bentuk pengrusakan pada dunia ketika Dia datang kembali (Matius 24:37-39; Lukas 17:26, 27).

Ada banyak bukti tambahan non alkitab yang menunjukkan bencana alam di seluruh dunia yang dikarenakan banjir global. Kuburan fosil besar yang terdapat di semua benua, sejumlah besar batu bara yang memerlukan sejumlah besar tanaman yang dikubur dengan cepat, fakta bahwa fosil laut ditemukan pada puncak gunung di seluruh dunia, lebih dari 270 cerita di seluruh bagian dunia, dan perluasan formasi bebatuan menunjukkan lapisan tebal dari penumpukan sedimen (Termasuk yang ditemukan di Grand Canyon) semua memberi kepercayaan pada peristiwa adanya banjir global.

Apakah iman kepada Allah dan sains berkontradiksi?

Pertanyaan: Apakah iman kepada Allah dan sains berkontradiksi?

Sains didefinisikan sebagai "observasi, identifikasi, deskripsi, penyelidikan melalui eksperimen dan penjelasan teoritis mengenai suatu fenomena." Sains adalah metode yang digunakan manusia untuk mendapatkan pengertian yang lebih besar mengenai alam semesta. Sains adalah usaha untuk mendapatkan pengetahuan melalui observasi dan dugaan. Kemajuan dalam dunia sains memperlihatkan daya jangkau logika dan imajinasi manusia. Sekalipun demikian, kepercayaan orang Kristen terhadap sains tidaklah serupa dengan kepercayaan kita terhadap Tuhan. Seorang Kristen dapat beriman kepada Allah dan menghormati sains selama kita mengingat mana yang sempurna dan mana yang tidak.

Kepercayaan kita kepada Allah adalah kepercayaan berdasarkan iman. Kita beriman kepada AnakNya untuk keselamatan, beriman kepada FirmanNya untuk pengajaran, dan beriman kepada Roh Kudus untuk bimbingan. Iman kita kepada Allah haruslah bersifat mutlak karena ketika kita beriman kepada Allah kita bergantung pada Pencipta yang sempurna, mahakuasa dan mahatahu. Kepercayaan kita kepada sains harus bersifat intelektual " dan tidak lebih dari itu. Kita dapat mengandalkan sains untuk melakukan banyak hal yang besar, namun sains juga berbuat kesalahan. Jikalau kita beriman kepada sains, kita bergantung pada orang-orang yang tidak sempurna, berdosa dan terbatas. Sepanjang sejarah sains sudah terbukti salah dalam banyak hal, misalnya bentuk bumi, penerbangan, vaksin, transfusi darah, bahkan reproduksi. Allah tidak pernah salah.

Kebenaran bukanlah sesuatu yang ditakuti oleh orang Kristen, karena itu tidak ada alasan bagi orang Kristen untuk membenci sains yang baik. Belajar mengenai cara Allah membangun alam raya menolong umat manusia untuk lebih menghargai keajaiban ciptaan. Memperluas pengetahuan kita menolong kita untuk mengatasi penyakit, meningkatkan tingkat keperdulian kita dan mengatasi kesalahpengertian. Sekalipun demikian, ada bahayanya ketika para ilmuwan menempatkan kepercayaan mereka pada logika manusia melampaui iman kepada Pencipta kita. Mereka-mereka ini tidak berbeda dari orang-orang yang menganut agama tertentu " mereka memilih beriman kepada manusia dan akan berusaha mencari fakta-fakta untuk mempertahankannya.

Sekalipun demikian, para ilmuwan yang paling rasional, termasuk mereka yang menolak untuk percaya kepada Allah, mengakui keterbatasan dalam pengertian kita akan alam semesta. Mereka mengakui bahwa baik Allah maupun Alkitab tidak dapat dibuktikan atau disangkal oleh sains, sama seperti banyak teori yang mereka sukai yang tidak dapat dibuktikan atau disangkal. Sains dimaksudkan sebagai suatu disiplin yang sama sekali netral, hanya berusaha menemukan kebenaran, bukan untuk membuktikan agenda tertentu. Dan Allah selalu menghendaki kita datang kepadaNya dengan iman, bukan dengan logika.

Banyak sains yang mendukung keberadaan dan karya Allah. Mazmur 19:2 mengatakan, "Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya." Makin ilmu pengetahuan modern belajar mengenai alam semesta, kita makin menemukan bukti dalam ciptaan. Kompleksitas dan replikasi DNA yang mengagumkan, hukum-hukum fisika yang rumit dan saling menunjang, kondisi dan sistim kimia yang begitu harmonis dan sempurna di bumi ini semua mendukung berita Alkitab. Orang Kristen sepatutnya mendukung sains yang mencari kebenaran namun menolak para "imam sains" yang menempatkan pengetahuan manusia di atas Tuhan.

Mengapa Tuhan menempatkan pohon pengetahuan baik dan jahat di Taman Eden?

Pertanyaan: Mengapa Tuhan menempatkan pohon pengetahuan baik dan jahat di Taman Eden?

Allah menempatkan pohon pengetahuan baik dan jahat di Taman Eden untuk memberi Adam dan Hawa pilihan, taat kepada Tuhan atau tidak. Adam dan Hawa bebas melakukan apa yang mereka inginkan, kecuali makan dari pohon pengetahuan baik dan jahat. Kejadian 2:16-17, "Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kau makan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."" Jikalau Tuhan tidak memberi mereka pilihan, pada dasarnya mereka adalah robot yang hanya melakukan apa yang diprogramkan. Tuhan menciptakan Adam dan Hawa sebagai makhluk yang "bebas," dapat mengambil keputusan, dan dapat memilih yang baik dan jahat. Agar supaya Adam dan Hawa benar-benar "bebas" mereka harus memiliki pilihan.

Pada dasarnya tidak ada yang jahat mengenai pohon itu atau buahnya. Rasanya tidak mungkin makan buah dari pohon itu dapat memberi Adam dan Hawa pengetahuan yang lebih banyak. Adalah ketidaktaatan mereka yang membuka mata Adam dan Hawa pada kejahatan. Dosa ketidaktaatan mereka kepada Allah membawa dosa dan kejahatan ke dalam dunia dan ke dalam hidup mereka. Makan buah pohon itu, sebagai tindakan ketidaktaatan kepada Tuhan, adalah hal yang memberi Adam dan Hawa pengetahuan akan kejahatan. Kejadian 3:6-7, "Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya. Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat."

Allah tidak menghendaki Adam dan Hawa untuk berdosa. Allah mengetahui sebelumnya apa akibat dari dosa. Allah mengetahui bahwa Adam dan Hawa akan berdosa, dan karena itu akan membawa kejahatan, penderitaan, dan kematian ke dalam dunia. Kalau begitu mengapa Tuhan menempatkan pohon itu di dalam Taman Eden dan mengijinkan Iblis mencobai Adam dan Hawa? Allah menempatkan pohon pengetahuan baik dan jahat untuk memberi Adam dan Hawa pilihan. Allah mengijinkan Iblis untuk mencobai Adam dan Hawa untuk membuat mereka memilih. Adam dan Hawa menjatuhkan pilihan, berdasarkan kehendak bebas mereka sendiri, untuk tidak taat kepada Allah dan makan buah terlarang. Akibatnya - kejahatan, dosa, penderitaan, penyakit dan kematian melanda dunia sejak saat itu. Keputusan Adam dan Hawa mengakibatkan setiap orang lahir dengan natur dosa, kecenderungan untuk berdosa. Keputusan yang diambil oleh Adam dan Hawa akhirnya menuntut kematian Yesus di atas salib dan mencucurkan darahNya untuk kita. Melalui iman kepada Kristus kita dapat dibebaskan dari konsekwensi dosa dan pada akhirnya bebas dari dosa. Kiranya kita mengaminkan kata-kata dari Rasul Paulus dalam Roma 7:24-25, "Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini? Syukur kepada Allah! oleh Yesus Kristus, Tuhan kita."

Apakah Teori Gap itu? Apakah ada sesuatu yang terjadi antara Kejadian 1:1 dan 1:2?

Pertanyaan: Apakah Teori Gap itu? Apakah ada sesuatu yang terjadi antara Kejadian 1:1 dan 1:2?

Kejadian 1:1-2 mengatakan, "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." "Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air." (Kej 1:2) Teori Gap adalah pandangan bahwa Allah menciptakan bumi yang berfungsi penuh dengan semua binatang, termasuk dinosaurus dan makhluk-makhluk lainnya yang hanya kita ketahui dari catatan fosil. Kemudian, lanjut teori itu, ada sesuatu terjadi yang sama sekali menghancurkan bumi " ada yang berspekulasi bahwa itu adalah jatuhnya Iblis ke bumi " sehingga bumi menjadi tanpa bentuk dan kosong. Pada titik ini, Allah mengulangi kembali, menciptakan kembali bumi dalam bentuk firdaus sebagaimana yang diuraikan dalam Kejadian.

Ada terlalu banyak masalah dengan teori ini untuk dapat dibicarakan dalam jawaban yang ringkas, lagi pula kalau ada sesuatu yang penting yang terjadi di antara kedua ayat, Allah pasti akan memberitahu kita. Allah tidak akan membiarkan kita sekedar berspekulasi mengenai kejadian-kejadian yang begitu penting. Kedua, Kejadian 1:31 mengatakan Allah menyatakan bahwa ciptaan-Nya "sangat baik," yang Dia tidak bisa katakan kalau kejahatan sudah memasuki dunia melalui kejatuhan Iblis dalam "gap." Demikian pula,kalau catatan fosil dijelaskan sebagai jutaan tahun dalam gap, itu berarti kematian, penyakit dan penderitaan sudah umum berabad-abad sebelum kejatuhan Adam. Namun Alkitab memberitahu kita bahwa dosa Adamlah yang membawa kematian, penyakit dan penderitaan kepada semua yang hidup: "Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa" (Rm 5:12).

Mereka yang berpegang pada Teori Gap berbuat demikian untuk mengharmoniskan teori para ilmuwan modern yang berpegang pada teori umur bumi tua " kepercayaan bahwa bumi berumur milyaran tahun lebih tua dari apa yang dijumlahkan dari silsilah manusia yang dicatat dalam Alkitab. Bahkan kaum injili yang bermaksud baikpun sudah mengikuti teori umur bumi tua, menjelaskan kebanyakan Kejadian 1 secara alegoris, sambil berupaya untuk tetap berpegang pada penafsiran harafiah untuk bagian Alkitab lainnya. Bahayanya hal ini adalah menentukan di mana berhenti beralegori dan mulai menafsirkan secara harafiah. Apakah Adam adalah manusia secara harafiah? Bagaimana kita tahu? Kalau dia bukan, apakah dia betul-betul membawa dosa kepada umat manusia, atau dapatkah kita juga mengalegorikan hal itu? Dan kalau tidak ada Adam secara harafiah yang membawa dosa yang kita semua warisi, maka tidak ada alasan untuk Yesus mati di salib. Asal usul dosa yang bukan harafiah menyangkali alasan kedatangan Yesus. sebagaimana yang dijelaskan dalam 1 Korintus 15:22: "Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus." Pada titik itu, keKristenan itu sendiri menjadi palsu dan Alkitab tidak lebih dari buku yang bagus yang mengandung cerita dan dongeng. Bisakah kita melihat ke mana arah cara "berpikir" ini?

Kejadian 1 sama sekali tidak dapat dicocokkan dengan pemikiran bahwa penciptaan terjadi dalam kurun waktu yang panjang, dan bahwa kurun waktu ini terjadi antara Kejadian 1:1 dan 1:2. Apa yang terjadi antara Kejadian 1:1 dan 1:2? Sama sekali tidak ada! Kejadian 1:1 memberitahu kita bahwa Allah menciptakan langit dan bumi. Kejadian 1:2 memberitahu kita bahwa ketika Dia menciptakan bumi, bumi tidak berbentuk, kosong dan gelap; belum selesai dan tidak didiami oleh makhluk apapun. Bagian selanjutnya dari Kejadian 1 memberitahu kita bagaimana Allah menyelesaikan bumi yang tidak berbentuk, kosong dan gelap dengan memenuhinya dengan hidup, keindahan dan kebaikan. Alkitab adalah benar, harafiah dan sempurna (Mazmur 19:7-9). Ilmu pengetahuan tidak pernah membuktikan Alkitab salah dan tidak akan pernah. Alkitab adalah kebenaran tertinggi dan karena itu merupakan standar untuk mengukur teori ilmiah, bukan sebaliknya.

Apakah kreasionisme bersifat ilmiah?

Pertanyaan: Apakah kreasionisme bersifat ilmiah?

Saat ini ada banyak perdebatan mengenai validitas kreasionisme yang didefinisikan sebagai "kepercayaan bahwa alam semesta dan makhluk hidup berasal dari tindakan khusus penciptaan illahi, sebagaimana yang ada dalam kisah Alkitab, dan bukannya melalui proses alamiah seperti evolusi." Penciptaan sebagai ilmu pengetahuan sering ditolak oleh masyarakat sekular dan dituduh sebagai tidak bernilai ilmiah. Namun demikian, kreasionisme jelas-jelas kompatibel dengan pendekatan ilmiah dalam topik apapun. Kreasionisme membuat pernyataan mengenai kejadian-kejadian, tempat dan hal-hal yang sebenarnya. Dan bukan hanya bersangkut paut dengan pemikiran yang subyektif atau konsep yang abstrak. Ada data-data ilmiah yang telah terbukti yang konsisten dengan kreasionisme, dan cara fakta-fakta tsb. berhubungan satu dengan lainnya mendukung penafsiran kreasionis. Sama seperti pemikiran ilmiah umum lainnya digunakan untuk mendukung serangkaian fakta, demikian pula dengan kreasionisme.

Kalau demikian, bagaimana kreasionisme " berlawanan dengan "naturalisme," yang didefinisikan sebagai "pandangan filosofis bahwa segala sesuatu berasal dari hal-hal dan penyebab alamiah, di mana penjelasan supranatural atau rohani disingkirkan atau diabaikan " bersifat ilmiah? Tentu saja jawabannnya bergantung pada bagaimana Anda mendefinisikan "ilmiah." Terlalu sering, "sains" dan "naturalisme" dianggap satu dan serupa, dan secara definisi tidak memasukkan kreasionis. Definisi semacam ini membutuhkan penghormatan yang tidak masuk akal terhadap naturalisme. Ilmu pengetahuan/sains didefinisikan sebagai "pengamatan, identifikasi, uraian, penyelidikan eksperimental dan penjelasan teoritis mengenai fenomena." Tidak ada yang yang mengharuskan ilmu pengetahuan, pada dirinya sendiri, untuk bersifat naturalistik. Naturalisme, sama seperti kreasionisme, membutuhkan serangkaian praanggapan yang tidak bersumber dari eksperimen. Hal-hal itu tidak berdasarkan data atau berasal dari hasil tes. Praanggapan filosofis ini diterima sebelum ada data apapun. Karena baik naturalisme maupun kreasionisme amat dipengaruhi oleh praanggapan yang sama-sama tidak dapat dibuktikan atau diuji, dan dibicarakan jauh sebelum ada fakta, adalah adil untuk mengatakan bahwa kreasionisme itu paling sedikit adalah sama ilmiahnya dengan naturalisme.

Kreasionisme, sama seperti naturalisme, dapat bersifat "ilmiah," dalam hal kompatibilitasnya dengan metode ilmiah untuk penemuan. Namun kedua konsep ini bukanlah ilmu pengetahuan pada dirinya sendiri, karena kedua pandangan mencakup aspek-aspek yang tidak dianggap "ilmiah" dalam pengertian normal. Baik kreasionisme maupun naturalisme bisa salah, yaitu tidak ada eksperimen yang dapat secara mutlak menolak salah satunya. Tidak ada satupun yang dapat diramalkan, keduanya tidak menghasilkan atau mengembangkan kemampuan untuk meramalkan hasil. Dengan hanya berdasarkan kedua poin ini, tidak ada alasan logis untuk menganggap salah satunya lebih secara ilmiah dibandingkan lainnya.

Salah satu alasan utama yang diberikan oleh para naturalis untuk menolak kreasionisme adalah konsep tentang mujizat. Ironisnya, para naturalis biasanya mengatakan bahwa mujizat, seperti misalnya penciptaan khusus, adalah tidak mungkin karena berlawanan dengan hukum alam, yang telah diamati dengan jelas dan secara historis. Pandangan demikian adalah ironis dalam beberapa hal. Satu contoh, abiogenesis, teori bahwa hidup itu muncul dari materi yang tidak hidup. Abiogenesis adalah salah satu konsep ilmiah yang paling ditolak. Namun, pandangan naturalistik yang sejati beranggapan bahwa hidup di bumi " bereplikasi secara sendiri, mandiri, kehidupan organik yang kompleks - lahir secara kebetulan dari materi yang tidak hidup. Hal semacam ini belum pernah diamati dalam sejarah manusia. Perubahan evolusioner yang menguntungkan yang diperlukan untuk menggerakkan suatu makhluk ke bentuk yang lebih kompleks juga tidak pernah diamati. Jadi kreasionisme sebetulnya lebih unggul dalam soal bukti untuk klaim-klaim "mujizat" karena Alkitab menyediakan dokumentasi dari kejadian-kejadian yang bersifat mujizat itu. Menamai kreasionisme sebagai tidak ilmiah hanya karena mujizat berarti hal yang sama harus dikatakan untuk naturalisme.

Ada banyak fakta yang digunakan oleh kedua pihak dalam perdebatan soal penciptaan vs naturalisme. Fakta adalah fakta, namun tidak ada sesuatu yang adalah fakta yang hanya membutuhkan penafsiran tunggal. Perbedaan antara kreasionisme dan naturalisme sekular bergantung pada penafsiran yang berbeda. Khususnya mengenai perdebatan soal evolusi vs penciptaan, Charles Darwin sendiri mengemukakan poin ini. Dalam pengantar kepada The Origin of Species dia mengutarakan, "Saya menyadari bahwa hampir tidak ada butir apapun yang dibahas dalam volume ini yang tidak membutuhkan fakta tambahan, yang sering kelihatannya mengarah pada kesimpulan yang bertentangan dengan apa yang saya simpulkan." Jelaslah Darwin lebih percaya pada evolusi dibandingkan penciptaan, namun dia bersedia mengakui bahwa penafsiran adalah kunci untuk memilih apa yang dipercaya. Seorang ilmuwan mungkin memandang fakta tertentu sebagai dukungan terhadap naturalisme, yang lainnya mungkin akan memandang fakta yang sama sebagai dukungan terhadap kreasionisme.

Lagi pula, fakta bahwa kreasionisme adalah satu-satunya alternatif yang mungkin terhadap pemikiran naturalistik seperti evolusi membuat itu adalah topik yang sah, khususnya ketika dikotomi ini telah diakui oleh beberapa tokoh ilmu pengetahuan yang terkemuka. Banyak ilmuwan yang ternama dan berpengaruh mengatakan bahwa satu-satunya penjelasan yang mungkin untuk kehidupan adalah evolusi naturalistik atau penciptaan khusus. Tidak semua ilmuwan sepakat mana yang benar, namun hampir semua sepakat bahwa salah satunya pasti benar.

Ada banyak alasan mengapa kreasionisme adalah pendekatan yang rasional dan ilmiah terhadap pembelajaran. Salah satunya adalah konsep kemungkinan realistik, dukungan evidensial yang cacat untuk evolusi makro, bukti pengalaman dan seterusnya. Tidak ada dasar logis untuk menerima praanggapan naturalistik secara mentah-mentah dan menolak praanggapan kreasionis secara mentah-mentah. Keyakinan yang kokoh terhadap penciptaan bukan rintangan untuk penemuan ilmiah. Lihat saja pencapaian orang-orang seperti Newton, Pasteur, Mendel, Pascal, Kelvin, Linnaeus dan Maxwell. Semuanya adalah kreasionis yang jelas dan mantap. Kreasionisme bukan "sains," sama seperti naturalisme bukan "sains." Namun demikian, kreasionisme bersifat kompatibel penuh dengan sains.

Mengapa ada dua kisah Penciptaan yang berbeda dalam Kejadian 1-2?

Pertanyaan: Mengapa ada dua kisah Penciptaan yang berbeda dalam Kejadian 1-2?

Kejadian 1:1 mengatakan, "Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi." Dalam Kejadian 2:4 kelihatannya kisah penciptaan yang kedua dan berbeda dimulai. Ide adanya dua kisah yang berbeda mengenai penciptaan adalah salah penafsiran yang sering terjadi pada kedua bagian ini yang sebetulnya menguraikan peristiwa penciptaan yang sama. Keduanya tidak berbeda dalam hal urutan penciptaan dan tidak berkontradiksi satu dengan yang lainnya. Kejadian 1 menjelaskan "enam hari penciptaan" (dan istirahat pada hari ketujuh), Kejadian 2 mencakup hanya satu hari dari minggu penciptaan itu " hari keenam - dan tidak ada kontradiksi.

Dalam Kejadian 2, penulis melangkah mundur dalam urutan waktu ke hari keenam, ketika Allah menciptakan manusia. Dalam pasal pertama, penulis Kejadian menyajikan penciptaan manusia pada hari keenam sebagai puncak dari penciptaan. Kemudian dalam pasal kedua penulis memberikan perincian yang lebih banyak mengenai penciptaan manusia.

Ada dua tuduhan mengenai kontradiksi antara Kejadian 1 dan 2. Yang pertama adalah mengenai tumbuhan. Kejadian 1:11 mencatat Allah menciptakan tumbuh-tumbuhan pada hari ketiga. Kejadian 2:5 mengungkapkan bahwa sebelum penciptaan manusia, tidak ada "belum ada semak apapun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apapun di padang, sebab TUHAN Allah belum menurunkan hujan ke bumi, dan belum ada orang untuk mengusahakan tanah itu" (Kej 2:5). Jadi yang mana? Apakah Allah menciptakan tumbuh-tumbuhan pada hari ketiga sebelum Dia menciptakan manusia (Kejadian 1), atau sesudah Dia menciptakan manusia (Kejadian 2). Kata bahasa Ibrani untuk "tumbuh-tumbuhan" dalam kedua bagian itu adalah kata yang berbeda. Kejadian 1:11 menggunakan istilah yang merujuk pada tumbuh-tumbuhan secara umum. Kejadian 2:5 menggunakan istilah yang lebih spesifik yang merujuk pada tanaman yang berhubungan dengan pertanian, yaitu membutuhkan orang untuk merawatnya, tukang kebun. Kedua bagian itu tidak bertentangan. Kejadian 1:11 berbicara mengenai Allah menciptakan tumbuh-tumbuhan, dan Kejadian 2:5 berbicara mengenai Allah tidak membuat tanaman "yang perlu dirawat" untuk tumbuh sampai Dia menciptakan manusia.

Tuduhan kontradiksi kedua berhubungan dengan hewan. Kejadian 1:24-25 mencatat Allah menciptakan binatang pada hari keenam, sebelum Dia menciptakan manusia. Dalam beberapa terjemahan, Kejadian 2:19 kelihatannya mencatat Allah menciptakan binatang setelah Dia menciptakan manusia. Namun demikian, terjemahan yang baik dan masuk akal mengenai Kejadian 2:19-20 berbunyi, "Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu. Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada segala binatang hutan." Teks itu tidak mengatakan bahwa Allah menciptakan manusia, baru kemudian menciptakan binatang, dan kemudian membawa binatang-binatang itu kepada manusia. Teks itu justru mengatakan, "Tuhan Allah membentuk semua binatang." Tidak ada kontradiksi. Pada hari keenam Allah menciptakan binatang, kemudian menciptakan manusia, dan kemudian membawa binatang-binatang itu kepada manusia dan membiarkan manusia menamai binatang-binatang itu.

Dengan menimbang kedua kisah penciptaan secara terpisah dan mencocokkannya, kita melihat bahwa Allah menguraikan urutan penciptaan dalam Kejadian 1, dan kemudian mengklarifikasikan rincian yang paling penting, khususnya hari keenam, dalam Kejadian 2. Dalam hal ini tidak ada kontradiksi, yang ada hanyalah gaya bahasa yang menjelaskan suatu kejadian dari umum ke detil.

Apakah Kejadian pasal 1 merupakan 24 jam sehari secara harafiah?

Pertanyaan: Apakah Kejadian pasal 1 merupakan 24 jam sehari secara harafiah?

Penyelidikan yang cermat atas kata bahasa Ibrani "hari" dan konteks penggunaannya dalam Kejadian akan menghasilkan kesimpulan bahwa "hari" adalah masa waktu 24 jam secara harafiah. Kata Ibrani yom yang diterjemahkan sebagai "hari" dapat memiliki beberapa makna. Kata itu dapat merujuk pada masa 24 jam yang diperlukan oleh bumi untuk berputar pada sumbunya (e.g. "dalam sehari ada 24 jam"). Kata itu dapat merujuk pada periode antara fajar dan petang (e.g. "Saat matahari masih bersinar hari panas sekali namun malam akan menjadi sedikit lebih dingin"). Kata itu dapat pula merujuk pada kurun waktu yang tidak khusus (e.g. "pada zaman kakek saya ""). Kata itu digunakan untuk merujuk pada masa 24 jam dalam Kejadian 7:11. Kata itu digunakan untuk merujuk pada waktu antara fajar dan petang dalam Kejadian 1:16. Dan digunakan untuk merujuk pada kurun waktu yang tidak tertentu dalam Kejadian 2:4. Jadi apa artinya dalam Kejadian 1:5-2:2 ketika digunakan dalam hubungannya dengan bilangan secara berurut (i.e. hari pertama, hari kedua, hari ketiga, hari keempat, hari kelima, hari keenam, dan hari ketujuh)? Apakah ini adalah 24 jam atau sesuatu yang lain? Dapatkah yom sebagaimana digunakan di sini berarti masa waktu yang tidak tertentu?

Kita dapat menentukan bagaimana yom harus ditafsirkan dalam Kejadian 1:5-2:2 dengan mempelajari konteks kata itu dan membandingkannya dengan konteks lainnya di Alkitab. Dengan demikian kita membiarkan Alkitab menafsirkan diri sendiri. Kata bahasa Ibrani yom digunakan 2301 kali dalam Perjanjian Lama. Di luar Kejadian 1, yom ditambah dengan angka (digunakan 410 kali) selalu mengindikasikan hari yang biasa, i.e. masa 24 jam. Kata "petang" dan "pagi" secara bersama (38 kali) selalu mengindikasikan hari yang biasa. Yom + "petang" atau "pagi" (23 kali) selalu mengindikasikan hari yang biasa. Yom + "petang" (52 kali) selalu mengindikasikan hari yang biasa.

Konteks di mana kata yom digunakan dalam Kejadian 1:5-2:2 menggambarkan setiap hari sebagai "petang dan pagi" membuat amat jelas bahwa penulis Kejadian bermaksud menyatakan masa 24 jam. Acuan pada "petang" dan "pagi" tidak ada artinya kecuali kalau berarti 24 jam yang harafiah. Ini adalah standar penafsiran hari dalam Kejadian 1:5-2:2 sampai 1800an ketika pergeseran paradigma dalam masyarakat ilmiah terjadi, dan lapisan sedimen bumi ditafsir ulang. Kalau sebelumnya lapisan karang ditafsirkan sebagai bukti dari air bah Nuh, masyarakat ilmiah membuang air bah dan menafsirkan kembali lapisan karang sebagai bukti umur bumi yang amat tua. Sejumlah orang Kristen yang bermaksud baik namun sangat keliru berupaya untuk mencocokkan penafsiran anti-air-bah, anti penafsiran Alkitab ini dengan catatan dalam Kejadian dengan menafsirkan kembali yom sebagai kurun waktu yang panjang dan tidak tentu.

Kenyataannya banyak penafsiran umur bumi tua diketahui berdasarkan pada asumsi yang salah. Namun kita tidak boleh membiarkan para ilmuwan yang picik dan keras kepala itu mempengaruhi cara kita membaca Alkitab. Menurut Keluaran 20:9-11 Allah menggunakan enam hari secara harafiah untuk menciptakan dunia sebagai contoh untuk minggu kerja manusia: bekerja enam hari, beristirahat satu hari. Sudah barang tentu Allah sanggup untuk menciptakan segala sesuatu secara cepat kalau Dia menginginkannya. Namun nampaknya Dia mengingat kita bahkan sebelum Dia menciptakan kita (pada hari keenam) dan bermaksud menyediakan contoh untuk kita ikuti.

Apa kata Alkitab mengenai manusia gua, manusia prasejarah, Neanderthal?

Pertanyaan: Apa kata Alkitab mengenai manusia gua, manusia prasejarah, Neanderthal?

Alkitab tidak menggunakan istilah "manusia gua" atau "Neanderthal," dan menurut Alkitab tidak ada yang namanya manusia "prasejarah." Istilah "prasejarah" berarti "bagian dari zaman sebelum dicatatnya sejarah." Itu beranggapan bahwa kisah Alkitab sekedar suatu fabrikasi, karena kitab Kejadian mencatat peristiwa-peristiwa yang mendahului penciptaan manusia (yaitu lima hari pertama penciptaan " manusia diciptakan pada hari keenam). Alkitab jelas bahwa Adam dan Hawa adalah manusia yang sempurna dari saat mereka diciptakan dan bukan berevolusi dari makhluk hidup yang lebih rendah.

Namun demikian, Alkitab ada mencatat kurun waktu terjadinya pergolakan di bumi " air bah (Kejadian 6-9), di mana peradaban sama sekali dihancurkan dan menyisakan hanya delapan orang. Umat manusia terpaksa harus memulai kembali dari awal. Dalam konteks historis itu ada beberapa sarjana yang percaya bahwa manusia tinggal dalam gua-gua dan menggunakan alat-alat dari batu. Orang-orang ini bukan primitif, mereka melarat. Dan jelas sekali mereka bukan setengah monyet. Bukti dari fosil jelas sekali: manusia gua adalah manusia " orang-orang yang tinggal dalam gua-gua.

Ada beberapa fosil monyet yang oleh para paleo-anthropologi Darwinian tafsirkan sebagai semacam peralihan antara kera dan manusia. Pada umumnya orang mengacu pada penafsiran ini ketika membayangkan manusia gua. Mereka membayangkan makhluk-makhluk setengah manusia setengah kera yang berbulu lebat, yang mendekam di dalam gua dekat api, membuat gambar di tembok dengan alat-alat batu yang mereka mulai kembangkan. Ini adalah kesalahpahaman yang umum. Dalam kaitannya dengan paleo-anthropologi Darwinian, kita harus ingat bahwa penafsiran ini mencerminkan pandangan yang ganjil dan bukan berdasarkan bukti. Kenyataannya, bukan saja terdapat tentangan yang besar terhadap penafsiran ini dalam masyarakat ilmiah, para Darwinis sendiri tidak selalu sepaham dalam detil-detilnya.

Sayangnya, pandangan aliran utama yang populer mempromosikan ide bahwa manusia dan kera sama-sama berevolusi dari nenek moyang yang sama, namun jelas bahwa ini bukan satu-satunya penafsiran yang masuk akal mengenai bukti yang ada. Kenyataannya, tidak ada bukti mendukung penafsiran ini.

Ketika Allah menciptakan Adam dan Hawa, mereka adalah manusia yang telah berkembang penuh, mampu berkomunikasi, bergaul, dan mengembangkan diri (Kejadian 2:19-25; 3:1-20; 4:1-12). Bisa dikata lucu melihat upaya para ilmuwan untuk membuktikan adanya manusia gua prasejarah. Mereka menemukan gigi berbentuk tidak teratur dan dari situ menciptakan manusia yang berbentuk ganjil yang tinggal dalam gua dan membungkuk seperti kera. Tidak mungkin sains dapat membuktikan keberadaan manusia gua melalui fosil. Para ilmuwan evolusi hanya memiliki teori, dan mereka memaksa bukti untuk cocok dengan teori mereka. Adam dan Hawa adalah manusia pertama yang diciptakan, sempurna, intelijen dan tegak.

Apa itu evolusi teistik?

Pertanyaan: Apa itu evolusi teistik?

Evolusi teistik adalah salah satu dari tiga pandangan dunia yang utama mengenai asal usul kehidupan, yang dua lainnya adalah evolusi ateistik (juga sering disebut evolusi Darwin dan evolusi alamiah) dan penciptaan khusus.

Evolusi ateistik mengatakan bahwa tidak ada Allah dan bahwa hidup dapat terjadi sendiri secara alamiah dari bahan-bahan pembangun yang tidak hidup yang sudah ada dan dipengaruhi oleh hukum-hukum alam (seperti gravitasi, dll), meskipun asal usul hukum-hukum alam itu tidak dijelaskan. Penciptaan khusus mengatakan bahwa Allah menciptakan hidup secara langsung, baik dari yang tidak ada, maupun dari materi-materi yang sudah ada.

Evolusi teistik mengatakan salah satu dari dua hal. Pilihan pertama adalah Allah itu ada, namun Dia tidak terlibat secara langsung dalam asal mula kehidupan. Dia mungkin menciptakan bahan-bahan bangunan yang mendasari, Dia mungkin menciptakan hukum alam, bahkan Dia mungkin menciptakan semua ini untuk pada akhirnya menghasilkan kehidupan, namun pada suatu ketika Dia berhenti dan membiarkan ciptaan-Nya mengambil alih. Dia membiarkan hukum alam berjalan sendiri, apapun yang terjadi, dan pada akhirnya kehidupan muncul dari materi yang tidak hidup. Pandangan ini serupa dengan evolusi ateistik dalam anggapan mengenai asal mula kehidupan secara alamiah.

Alternatif kedua dari evolusi teistik adalah bahwa Allah tidak sekedar melakukan satu atau dua mujizat untuk menghasilkan kehidupan yang ada sekarang. Mujizat-Nya berlangsung terus. Dia menuntun kehidupan langkah demi langkah dari zaman purba yang sederhana ke zaman sekarang yang rumit, serupa dengan pohon kehidupan evolusi Darwin (ikan menurunkan makhluk amfibi yang menurunkan burung dan binatang menyusui, dll). Ketika hidup tidak dapat berkembang secara alamiah (bagaimana anggota gerak reptil dapat berkembang menjadi sayap burung secara alamiah?), Allah campur tangan. Pandangan ini serupa dengan penciptaan khusus dalam anggapan bahwa Allah bertindak secara supranatural sedemikian rupa untuk menghasilkan kehidupan yang kita ketahui sekarang.

Ada berbagai perbedaan antara pandangan penciptaan khusus Alkitabiah dan pandangan evolusi teistik. Perbedaan utama adalah dalam pandangan masing-masing mengenai kematian. Para penganut evolusi teistik cenderung percaya bahwa bumi berumur milyaran tahun dan kolom-kolom geologis yang mengandung catatan-catatan fosil mewakili waktu amat panjang. Karena manusia tidak muncul sampai belakangan sekali dalam catatan fosil, para penganut evolusi teistik percaya bahwa ada banyak makhluk hidup yang hidup dan mati serta punah jauh sebelum hadirnya manusia. Ini berarti kematian sudah ada sebelum adanya Adam dan dosanya.

Penganut penciptaan Alkitabiah percaya bahwa bumi cukup muda dan catatan fosil terjadi pada masa dan sesudah air bah Nuh. Stratifikasi lapisan-lapisan diperkirakan terjadi karena penyusunan hidrologis dan pencairan, keduanya adalah fenomena-fenomena yang diketahui. Hal ini menempatkan catatan fosil dan kematian dan kehancuran besar yang digambarkan itu terjadi ratusan tahun setelah dosa Adam.

Perbedaan penting lainnya antara kedua pendirian itu adalah bagaimana mereka melihat Kejadian. Para penganut evolusi teistik cenderung menerima teori hari-zaman atau teori kerangka kerja, keduanya adalah penafsiran alegoris terhadap minggu penciptaan dalam Kejadian 1. Penganut penciptaan bumi usia muda berpegang pada 24 jam yang harafiah untuk hari dalam Kejadian 1. Dalam pandangan keKristenan kedua pandangan evolusi teistik mengandung kelemahan di mana keduanya tidak sejalan dengan kisah penciptaan dalam Kejadian.

Penganut evolusi teistik membayangkan scenario di mana bintang-bintang berevolusi, kemudian tata surya kita, kemudian bumi, kemudian tumbuhan dan binatang dan pada akhirnya manusia. Kedua pandangan evolusi teistik berbeda pendapat mengenai peranan Allah dalam apa yang terjadi, namun secara umum keduanya sepaham dalam garis waktu Darwinian. Garis waktu ini bertentangan dengan kisah penciptaan Kejadian. Misalnya, Kejadian 1 mengatakan bahwa bumi diciptakan pada hari pertama dan matahari, bulan dan bintang baru diciptakan pada hari keempat. Ada yang berdalih bahwa kata-kata dalam Kejadian menyatakan bahwa matahari, bulan dan bintang-bintang sebenarnya diciptakan pada hari pertama namun tidak dapat terlihat melalui atmosfir bumi sampai pada hari keempat, sehingga mereka baru disebutkan pada hari keempat. Ini terlalu dibuat-buat karena kisah Kejadian cukup jelas bahwa bumi tidak memiliki atmosfir sampai pada hari kedua. Kalau matahari, bulan dan bintang-bintang diciptakan pada hari pertama, mereka akan kelihatan pada hari pertama.

Lagipula, kisah Kejadian dengan jelas menyatakan bahwa burung-burung diciptakan bersama dengan binatang-binatang laut pada hari kelima sementara binatang-binatang di darat baru diciptakan pada hari keenam. Ini bertentangan langsung dengan pandangan Darwinian bahwa burung-burung berevolusi dari binatang-binatang darat. Kisah Alkitabiah mengatakan bahwa burung-burung mendahului binatang-binatang darat. Pandangan evolusi teistik menyatakan sesuatu yang amat bertolak belakang.

Salah satu tren yang paling disayangkan dalam keKristenan ortodoks adalah penafsiran kembali Kejadian untuk mengakomodasi teori-teori evolusioner. Banyak pengajar Alkitab yang terkenal dan para ahli apologetik yang tunduk pada para penganut evolusi dan percaya bahwa menerima penafsiran harafiah Kejadian adalah merugikan kredibilitas orang-orang Kristen. Akibatnya, para penganut evolusi kehilangan rasa hormat terhadap mereka-mereka yang keyakinannya terhadap Alkitab begitu lemah sehingga dengan cepat mereka berkompromi. Meskipun jumlah mereka yang betul-betul berpegang pada penciptaan makin menurun di kalangan akademisi, beberapa organisasi yang setia, seperti Answers in Genesis, Creation Research Society dan Institute for Creation Research telah mengokohkan bahwa Alkitab bukan saja sejalan dengan sains sejati, namun juga meneguhkan bahwa tidak ada satu katapun dalam Alkitab yang dibuktikan salah oleh ilmu pengetahuan sejati. Alkitab adalah Firman Allah yang hidup, diberikan kepada kita oleh sang Pencipta alam semesta, dan gambaran-Nya mengenai alam semesta tidak sesuai dengan teori evolusi, bahkan dengan pemahaman "teistik" mengenai evolusi.