Sekte yang sekarang ini dikenal sebagai Saksi Yehowah dimulai di Pennsylvania pada tahun 1870 sebagai kelas pelajaran Alkitab yang dimulai oleh Charles Taze Rusell. Russell menamai kelompoknya "Millenial Dawn Bible Study" (Pemahaman Alkitab Fajar Milenial). Charles T. Russell mulai menulis seri buku yang diberi judul "The Millenial Dawn" (Fajar Milenial) yang kemudian dikembangkan menjadi 6 jilid sebelum kematiannya dan mengandung banyak dari teologi yang sekarang ini dipegang oleh Saksi Yehowah. Setelah kematian Russell ditahun 1916, Hakim J. F. Rutherford, sahabat dan penerus Russell, menulis jilid ke tujuh dan terakhir dari seri "Millenial Dawn, yaitu "The Finished Mysteri" pada tahun 1917. The Watchtower Bible and Tract Society (Lembaga Alkitab dan Risalah Menara Pengawal) didirikan pada tahun 1886 dan dengan cepat menjadi wacana yang melaluinya gerakan "Fajar Milenial" mulai membagikan pandangan mereka pada orang-orang lain. Kelompok ini dikenal sebagai "Russelites" (pengikut/kaum Russell) sampai tahun 1931 di mana karena perpecahan dalam organisasi ini namanya diubah menjadi "Saksi-Saksi Yehowah." Kelompok yang tinggal kemudian dikenal dengan nama "Bible Students" (Siswa-siswa Alkitab)."
Apa yang dipercaya oleh Saksi Yehowah? Mencermati doktrin mereka dalam topik-topik seperti Keillahian Yesus, Keselamatan, Trinitas, Roh Kudus, Penebusan, dll. tanpa diragukan memperlihatkan bahwa mereka tidak percaya pada posisi keKristenan ortodoks dalam subyek-subyek tsb. Saksi Yehowah percaya bahwa Yesus adalah Mikhael, sang penghulu malaikat, ciptaan yang tertinggi. Hal ini bertentangan dengan banyak ayat Alkitab yang dengan jelas mengatakan bahwa Yesus adalah Allah (Yohanes 1:1, 14; 8:58; 10:30). Saksi Yehowah percaya keselamatan diperoleh melalui kombinasi antara iman, perbuatan baik, dan ketaatan. Ini berlawanan dengan begitu banyaknya ayat-ayat Alkitab yang mengatakan bahwa keselamatan diterima dengan iman (Yohanes 3:16; Efesus 2:8-9; Titus 3:5). Saksi Yehowah menolak Trinitas, percaya bahwa Yesus adalah makhluk ciptaan, dan Roh Kudus pada dasarnya adalah kuasa Allah. Saksi Yehowah menolak konsep penebusan oleh penggantian Kristus dan sebaliknya percaya pada teori pembayaran, kematian Yesus adalah untuk membayar hutang dosa Adam.
Bagaimana kaum Saksi Yehowa dapat membenarkan doktrin-doktrin yang tidak Alkitabiah ini? (1) Mereka mengklaim bahwa gereja dalam kurun waktu berabad-abad telah mengkorup Alkitab, dan (2) mereka menerjemahkan ulang Alkitab dalam versi yang mereka sebut the New World Translation (Terjemahan Dunia Baru). The Watchtower Bible and Tract Society (Lembaga Alkitab dan Risalah Menara Pengawal) mengganti teks Alkitab sesuai dengan doktrin mereka yang salah " dan bukannya mendasarkan doktrin mereka pada apa yang diajarkan Alkitab. The New World Translation (Terjemahan Dunia Baru) telah direvisi berkali-kali karena Saksi Yehowa menemukan lebih banyak lagi ayat-ayat Alkitab yang bertentangan dengan doktrin-doktrin mereka.
Nyata dengan jelas bahwa Saksi Yehowa adalah ajaran sesat yang hanya bersumber dari Alkitab secara sangat luas. The Watchtower (Menara Pengawal) mendasari kepercayaan dan doktrin mereka pada pengajaran asli dan pengajaran yang dikembangkan dari Charles Taze Russell, Hakim Joseph Franklink Rutherford and penerus-penerus mereka. Badan Pimpinan Lembaga Alkitab dan Risalah Menara Pengawal adalah satu-satunya lembaga dalam ajaran sesat ini yang memiliki otoritas untuk menafsirkan Alkitab. Dengan kata lain, apa yang dikatakan oleh Badan Pimpinan ini sehubungan dengan ayat-ayat Alkitab tertentu dianggap sebagai kata terakhir dan pemikiran secara independen tidak diperkenankan. Ini bertentangan langsung dengan nasehat Paulus kepada Timotius (dan juga kepada kita) untuk "Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu." Nasehat ini ditemukan dalam 2 Timotius 2:15 adalah merupakan instruksi yang jelas dari Allah kepada setiap anak-anakNya secara individu dalam tubuh Kristus untuk menjadi seperti orang-orang Kristen Berea dan menyelidiki Alkitab setiap hari untuk mendapatkan apakah apa yang diajarkan kepada mereka sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Firman Tuhan.
Saksi Yehowah patut dipuji untuk "usaha penginjilan" mereka. Barangkali tidak ada kelompok agama yang lebih setia dari Saksi Yehowah dalam menyebarkan berita mereka. Sayangnya berita itu penuh dengan distorsi, tipu muslihat dan doktrin-doktrin yang salah. Kiranya Tuhan membuka mata dari para Saksi Yehowah un tuk melihat kebenaran Injil dan kebenaran pengajaran Firman Allah.
Agama Mormon didirikan kurang dari 200 tahun lalu oleh seorang yang bernama Joseph Smith. Dia mengklaim telah menerima kunjungan pribadi dari Allah Bapa dan Yesus Kristus dan menyatakan semua gereja dan pengakuan iman mereka adalah merupakan kekejian bagi Tuhan. Joseph memperkenalkan agama baru yang mengklaim sebagai "satu-satunya gereja yang benar di bumi ini." Masalahnya ajaran Mormonisme bertentangan dengan, memodifikasi dan mengembangkan Alkitab. Orang-orang Kristen tidak punya alasan untuk percaya bahwa Alkitab tidak benar dan tidak cukup. Percaya kepada Allah berarti percaya kepada FirmanNya. Dan setiap ayat Alkitab diinspirasikan oleh Allah, yang berarti berasal dari Allah (2 Timotius 3:16).
Para penganut Mormon percaya bahwa ada empat sumber firman yang diinspirasikan Allah dan bukan hanya satu. 1). Alkitab, "sejauh diterjemahkan dengan tepat." Ayat-ayat mana yang diterjemahkan dengan tidak tepat tidak selalu jelas. 2) Kitab Mormon yang "diterjemahkan" oleh Smith dan diterbitkan pada tahun 1830. Smith mengklaim kitab ini sebagai "kitab yang paling benar" di dunia, dan dengan mengikuti aturan-aturannya orang dapat menjadi lebih dekat kepada Allah dibanding dengan "mengikuti kitab-kitab lain." 3). The Doctrine and Covenants (Doktrin dan Perjanjian) dianggap oleh penganut Mormon sebagai kitab suci dan mengandung kumpulan wahyu modern yang berkaitan dengan Gereja Yesus Kristus yang telah dipulihkan." 4) The Pearl of the Great Price (Mutiara Yang Berharga) dianggap oleh para penganut Mormon sebagai "klarifikasi" doktrin dan pengajaran-pengajaran yang telah hilang dari Alkitab dan juga tambahan informasi mengenai penciptaan bumi.
Penganut Mormon percaya hal-hal berikut ini tentang Allah: bahwa Allah tidak selamanya merupakan Mahkluk yang Tertinggi dalam alam semesta ini, namun Dia mencapai status itu melalui hidup yang benar dan usaha yang terus menerus. Mereka percaya Allah Bapa memiliki "tubuh dari darah dan daging yang persis sama dengan yang dimiliki oleh manusia." Sekalipun kemudian ditinggalkan oleh pemimpin-pemimpin Mormon di zaman modern, Brigham Young mengajarkan bahwa Adam sebenarnya adalah Allah dan bapa dari Yesus Kristus. Orang-orang Kristen mengetahui hal-hal berikut ini tentang Tuhan: hanya ada Satu Allah yang sejati (Ulangan 6:4, Yesaya 43:10, 44:6-8), bahwa Dia ada untuk selama-lamanya (Ulangan 33:27; Mazmur 90:2; 1 Timotius 1:17), Dia tidak diciptakan, namun adalah Pencipta (Kejadian 1, Mazmur 24:1, Yesaya 37:16). Allah sempurna dan tidak ada yang setara denganNya (Mazmur 86:8, Yesaya 40:25). Allah Bapa bukanlah manusia dan tidak pernah merupakan manusia (Bilangan 23:19, 1 Samuel 15:29, Hosea 11:9). Allah itu Roh (Yohanes 4:24) dan Roh tidak terbuat dari darah dan daging (Lukas 24:39).
Mormon percaya bahwa ada tingkatan atau kerajaan yang berbeda-beda setelah kematian: Kerajaan Langit , Kerajaan Bumi dan Kerajaan Bintang dan Kegelapan. Di mana orang akan berada setelah mati bergantung pada apa yang mereka percaya dan lakukan dalam hidup ini. Alkitab memberitahukan bahwa setelah mati kita akan masuk Surga atau Neraka, tergantung pada apakah kita beriman pada Yesus atau tidak. Beralih dari tubuh ini berarti berada bersama dengan Tuhan (2 Korintus 5:6-8). Orang yang tidak percaya akan masuk ke Neraka, atau alam maut (Lukas 16:22-23). Ketika Yesus datang untuk kedua kalinya, kita akan menerima tubuh baru (1 Korintus 15:50-54). Akan ada Langit Baru dan Bumi Baru untuk orang-orang percaya (Wahyu 21:1) dan orang-orang yang tidak percaya akan dilemparkan ke dalam lautan api yang kekal (Wahyu 20:11-15). Tidak ada kesempatan lain untuk penebusan setelah kematian (Ibrani 9:27).
Para pemimpin Mormon mengajarkan bahwa inkarnasi Yesus adalah hasil hubungan fisik antara Allah Bapa dan Maria. Mereka percaya bahwa Yesus adalah Allah, namun setiap manusia juga dapat menjadi allah. Secara historis keKristenan mengajarkan Tritunggal/Trinitas dan bahwa Allah berada untuk selama-lamanya sebagai Bapa, Anak, dan Roh Kudus (Matius 28:190. Tidak seorangpun dapat menjadi Allah, hanya Allahlah yang kudus (1 Samuel 2:2). Kita hanya dapat menjadi suci dalam pandangan Allah melalui iman kepadaNya (1 Korintus 1:2) Yesus adalah satu-satuNya Anak Tunggal Allah (Yohanes 3:16) dan satu-satunya yang pernah hidup tanpa dosa, tanpa cacat cela, dan sekarang menduduki tempat yang paling terhormat di Surga (Ibrani 7:26). Yesus dan Allah secara esensi adalah satu, Yesus adalah Dia yang sudah ada sebelum dilahirkan secara fisik (Yohanes 1:1-8, 8:56). Yesus memberi diriNya kepada kita sebagai korban, dan Allah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan kelak setiap orang akan mengakui Yesus Kristus adalah Tuhan (Filipi 2:6-11). Yesus memberitahu bahwa tidak mungkin seseorang masuk ke Surga melalui perbuatan baiknya sendiri, hanya dengan iman di dalam Dia barulah hal itu dimungkinkan (Matius 19:26). Dan banyak orang tidak akan memilih dia. "Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya" (Matius 7:13). Kita semua pantas menerima hukuman kekal untuk dosa-dosa kita,namun kasih dan anugrah Allah yang tidak terbatas telah memberi jalan keluar kepada kita. " Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita" (Roma 6:23).
Sudah jelas bahwa hanya ada satu cara untuk menerima keselamatan, yaitu mengenal Allah dan PutraNya, Yesus (Yohanes 17:3). Bukan melalui perbuatan, namun melalui iman (Roma 1:17; 3:28). Ketika kita beriman, kita akan menaati hukum-hukum Tuhan dan dibaptiskan karena mencintai Dia, bukan karena baptisan adalah syarat untuk mendapat keselamatan. Kita menerima karunia ini siapapun kita atau apapun yang sudah kita lakukan (Roma 3:22). "Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan" (Kisah 4:12). Sekalipun penganut Mormon biasanya adalah orang-orang yang suka berkawan, pengasih dan baik, mereka ambil bagian dalam agama yang sesat yang mengubah natur Allah, Pribadi dari Yesus Kristus dan jalan keselamatan.
Hal yang terpenting yang dapat kita lakukan untuk mereka yang terlibat dalam ajaran sesat atau pengajaran yang salah adalah berdoa bagi mereka. Kita perlu berdoa agar Tuhan mengubah hati mereka dan membuka mata mereka (2 Korintus 4:4). Kita perlu berdoa agar Tuhan meyakinkan mereka akan kebutuhan mereka akan keselamatan di dalam Yesus Kristus (Yohanes 3:16). Tanpa kuasa Allah dan keyakinan dari Roh Kudus, kita tidak akan pernah dapat berhasil meyakinkan siapapun tentang kebenaran (Yohanes 16:7-11).
Kita juga perlu hidup dengan saleh di hadapan mereka sehingga mereka dapat menyaksikan perubahan yang Allah telah lakukan dalam hidup kita sendiri (1 Petrus 3:1-2). Kita perlu berdoa untuk hikmat untuk tahu bagaimana kita dapat melayani mereka dengan cara yang berkuasa (Yakobus 1:5). Setelah semua ini, kita harus bersedia dan berani saat kita memberitakan Injil. Kita harus memproklamirkan berita keselamatan melalui Yesus Kristus (Roma 10:9-10). Kita perlu senantiasa siap mempertanggungjawabkan iman kita (1 Petrus 3:15), namun kita harus melakukannya dengan kelemahlembutan dan hormat. Saya pernah bertemu dengan beberapa penganut ajaran sesat, dan teman yang bersama dengan saya memberitakan kebenaran kepada mereka, namun dia tidak melakukannya dengan lemah lembut dan hormat. Bahkan para penganut ajaran sesat itu lebih "serupa dengan Kristus" dalam sikap dan tingkah laku mereka dibanding dengan teman saya. Mungkin kami menang dalam pertempuran soal kebenaran, namun kami kalah dalam perang mendapatkan jiwa mereka yang terhilang.
Akhirnya kita menyerahkan keselamatan dari orang-orang yang kita injili kepada Tuhan. Adalah kuasa dan anugrah Allah yang menyelamatkan orang dan bukan usaha kita. Sekalipun bagus dan bijaksana untuk siap memberi pembelaan dan memiliki pengetahuan tentang kepercayaan salah yang kita hadapi, tidak ada satupun dari hal ini yang akan menghasilkan keselamatan bagi mereka yang terperangkap oleh tipu muslihat dari ajaran sesat dan pengajaran-pengajaran yang salah. Yang terbaik dan terutama yang dapat kita lakukan bagi mereka adalah berdoa bagi mereka, bersaksi kepada mereka dan menghidupi hidup keKristenan di hadapan mereka " dan percaya bahwa Roh Kudus akan menarik, meyakinkan dan menobatkan.
Yesus memperingatkan kita bahwa "Mesias-Mesias palsu dan nabi-nabi palsu" akan datang dan akan berusaha menyesatkan orang-orang pilihan Tuhan (Matius 24:23-27; lihat juga 2 Petrus 3:3 dan Yudas 17-18). Cara terbaik melindungi diri dari ajaran sesat dan guru-guru palsu adalah kenali kebenaran. Untuk dapat menemukan kepalsuan, pelajari yang asli. Setiap orang percaya "yang berterus terang memberitakan (terjemahan Inggris: membedakan) perkataan kebenaran" (2 Timotius 2:15) dan yang mempelajari Alkitab dengan teliti akan dapat mengidentifikasikan doktrin yang salah. Contohnya, orang percaya yang telah membaca apa yang dilakukan Bapa, Anak dan Roh Kudus dalam Matius 3:16-17 akan langsung mempertanyakan doktrin yang menyangkal Trinitas. Oleh karena itu, "langkah pertama" adalah mempelajari Alkitab dan menilai semua pengajaran berdasarkan apa yang dikatakan oleh Alkitab.
Yesus mengatakan "dari buahnya pohon itu dikenal" (Matius 12:33). Ketika mencari buah, berikut ini ada tiga ujian yang dapat diterapkan pada semua pengajar untuk menentukan apakah yang diajarkannya itu benar atau tidak.
1). Apa yang dikatakan guru ini tentang Yesus? Dalam Matius 16:15 Yesus bertanya, "Lalu Yesus bertanya kepada mereka: "Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?"" dan karena jawaban ini Petrus dikatakan "berbahagia." Dalam 2 Yohanes 9 kita membaca, " Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak." Dengan kata lain, Yesus dan karya penebusanNya sangatlah penting; waspadalah dengan orang yang menolak bahwa Yesus adalah Allah, yang merendahkan kematian Yesus yang menggantikan kita, atau yang menolak kemanusiaan Yesus. 1 Yohanes 2:22 mengatatakan, "Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak."
2). Apakah guru ini memberitakan Injil? Injil didefinisikan sebagai kabar baik mengenai kematian, penguburan dan kebangkitan Yesus sesuai dengan apa yang dikatakan Alkitab (1 Korintus 15:1-4). Sebaik apapun yang mereka katakan, kalimat-kalimat "Allah mengasihi engkau," "Allah mau kita memberi makan mereka yang lapar"dan "Allah mau Anda menjadi kaya" BUKANLAH berita Injil yang lengkap. Sebagaimana diperingatkan oleh Paulus dalam Galatia 1:7, "Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus." Tidak ada seorangpun, termasuk pengkhotbah besar yang memiliki hak untuk mengubah berita yang Allah telah berikan kepada kita. "Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia." (Galatia 1:9).
3) Apakah guru ini memperlihatkan sifat-sifat yang memuliakan Tuhan? Berbicara mengenai guru-guru palsu, Yudas 11 mengatakan, "Celakalah mereka, karena mereka mengikuti jalan yang ditempuh Kain dan karena mereka, oleh sebab upah, menceburkan diri ke dalam kesesatan Bileam, dan mereka binasa karena kedurhakaan seperti Korah." Dengan kata lain, guru palsu dapat dikenal melalui kesombongan mereka (penolakan Kain terhadap rencana Allah), ketamakan (Bileam bernubuat demi uang) dan pemberontakan (Korah mempromosikan dirinya lebih tinggi dari Musa).
Untuk studi lebih lanjut, telaah kembali kitab-kitab Alkitab yang secara khusus ditulis untuk melawan ajaran palsu dalam gereja: Galatia, 2 Petrus, 2 Yohanes, dan Yudas. Sering kali sulit untuk mengenali guru/nabi palsu. Inilah yang disebut "serigala berbulu domba." Iblis dan pengikut-pengikutnya menyamar sebagai "malaikat terang" (2 Korintus 11:14) dan hamba-hambanya menyamar sebagai hamba-hamba kebenaran (2 Korintus 11:15). Hanya dengan sangat mengenali kebenaran barulah kita dapat mengenali yang palsu.
Dalam fikiran kita, kita sering berpikir bahwa ajaran sesat adalah kelompok pemuja Setan, mempersembahkan binatang dan mengambil bagian dalam upacara pemujaan yang aneh, jahat dan sadis. Dalam kenyataannya kebanyakan ajaran sesat kelihatan tidak ada salahnya. Definisi keKristenan mengenai ajaran sesat adalah kelompok religi yang menyangkal satu atau lebih dasar-dasar kebenaran Alkitab. Atau dalam istilah yang lebih sederhana, ajaran sesat adalah kelompok yang mengajarkan sesuatu yang akan membuat orang tidak dapat diselamatkan jika dia percaya pada pengajaran itu. Dalam soal agama, ajaran sesat adalah kelompok yang mengklaim sebagai Kristen namun menolak kebenaran dasar dari keKristenan yang Alkitabiah.
Dua pengajaran yang paling umum dari ajaran sesat adalah bahwa Yesus bukan Allah dan bahwa keselamatan bukan hanya berdasarkan iman. Penyangkalan terhadap keillahian Kristus mengakibatkan kematian Kristus tidak cukup untuk membayar hutang dosa kita. Penyangkalan terhadap keselamatan berdasarkan iman semata-mata mengakibatkan keselamatan dicapai melalui perbuatan kita " sesuatu yang secara tegas dan konsisten ditolak oleh Alkitab. Dua contoh ajaran sesat yang paling ternama adalah Saksi Yehowa dan Mormon. Kedua kelompok ini mengaku Kristen, namun keduanya menyangkali kedua doktrin dasar yang disebutkan di atas. Saksi Yehowa dan Mormon percaya pada banyak hal yang sesuai dengan dan/atau yang mirip dengan apa yang diajarkan Alkitab. Namun karena mereka menolak keillahian Kristus dan keselamatan hanya berdasarkan iman membuat mereka memenuhi kriteria ajaran sesat. Banyak penganut Saksi Yehowa, Mormon dan ajaran-ajaran sesat lainnya adalah "orang-orang baik" yang dengan sungguh-sungguh mencari Tuhan dan dengan tulus percaya bahwa mereka memiliki kebenaran. Harapan dan doa kita adalah banyak orang yang terlibat dalam ajaran-ajaran sesat "Kristiani" akan dapat melihat kebenaran dan ditarik pada kebenaran keselamatan di dalam Yesus Kristus.
Dalam zaman kita, "tenggang rasa," relatifisme moral diiklankan sebagai nilai utama. Setiap filsafat, ide dan sistim kepercayaan memiliki kebenaran yang sama, kata penganut relatifisme, dan karena itu patut mendapatkan respek yang setara. Mereka yang lebih condong kepada suatu sistim kepercayaan, atau yang lebih payah, mengklaim pengetahuan akan kebenaran mutlak dianggap sebagai orang yang berpikiran sempit, belum dicerahkan, atau bahkan fanatik.
Tentulah setiap agama mengklaim ekslusivitas dan para relatifis tidak mampu untuk secara logis mendamaikan semua kontradiksi yang tajam. Misalnya Alkitab mengklaim bahwa "Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja" (Ibrani 9:27), sementara beberapa agama Timur mengajarkan reinkarnasi. Jadi, apakah kita mati sekali atau mati berkali-kali? Tidak mungkin untuk kedua ajaran tsb sama-sama benar. Kaum relatifis pada dasarnya mendefinisikan ulang kebenaran agar dapat menciptakan dunia paradoks di mana berbagai "kebenaran" yang berkontradiksi dapat berada secara bersama-sama.
Yesus berkata, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" (Yohanes 14:6). Orang Kristen telah menerima Kebenaran, bukan hanya sebagai sebuah konsep namun sebagai seorang Pribadi. Pengakuan semacam ini terhadap Kebenaran memisahkan orang Kristen dari apa yang disebut sebagai "pikiran terbuka" zaman ini.
Orang Kristen secara terbuka mengakui bahwa Yesus sudah bangkit dari antara orang mati (Roma 10:9-10). Jika dia benar-benar percaya pada Kebangkitan, bagaimana mungkin dia memiliki "pikiran terbuka" terhadap pandangan orang tidak percaya bahwa Yesus tidak pernah bangkit kembali? Orang Kristen yang menolak pengajaran Firman Tuhan yang begitu jelas betul-betul adalah merupakan pengkhianatan terhadap Allah.
Perhatikan bahwa kita mengutip dasar-dasar iman kita sebagai contoh-contoh kita sejauh ini. Beberapa hal (seperti kebangkitan Kristus secara fisik) tidak dapat ditawar lagi. Hal-hal lain masih dapat diperdebatkan, seperti siapa yang menulis kitab Ibrani, natur dari "duri dalam daging" Paulus, dan berapa banyak malaikat yang dapat berdiri di ujung jarum. Kita perlu menghindari perdebatan mengenai hal-hal yang sekunder (2 Timotius 2:23; Titus 3:9).
Bahkan ketika mempermasalahkan/berdialog mengenai doktrin-doktrin utama, orang Kristen perlu menahan diri dan menunjukkan sikap hormat. Memiliki perbedaan pandangan adalah satu hal, lain halnya mencibir orang. Kita mesti berpegang teguh pada kebenaran dan pada saat yang sama menunjukkan belas kasih pada mereka yang mempertanyakan kebenaran. Sama seperti Yesus, kita perlu penuh kasih karunia dan kebenaran, kedua-duanya (Yohanes 1:14).
Petrus menunjukkan keseimbangan yang bagus antara memiliki jawaban dan memiliki kerendahan hati: "Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat" (1 Petrus 3:15).
Budhisme adalah salah satu agama utama dunia dalam hal penganut, penyebaran geografis dan pengaruh sosio-budaya. Sekalipun umumnya masih berupa agama "Timur", Budhisme makin populer dan berpengaruh di dunia Barat. Agama ini adalah agama dunia yang unik, meskipun memiliki banyak kesamaan dengan Hinduisme di mana keduanya mengajarkan tentang karma (etika sebab akibat), Maya (natur alam yang adalah ilusi), dan Samsara (lingkaran reinkarnasi). Para penganut Budha percaya bahwa tujuan hidup yang utama adalah untuk mencapai "pencerahan" sebagaimana yang mereka pahami.
Pendiri Budhisme, Siddhartha Gautama, lahir dalam keluarga bangsawan di India sekitar 600 S.M. Menurut cerita, dia hidup dalam kemewahan, tidak banyak tahu dunia luar. Orangtuanya menginginkan supaya dia tidak terkena pengaruh agama dan terlindung dari kesakitan dan penderitaan. Namun demikian, bentengnya dengan cepat ditembus, dia melihat orang tua, orang sakit dan jenazah. Penglihatannya yang keempat adalah seorang pertapa asketis (seseorang yang menolak kemewahan dan kenyamanan) yang penuh kedamaian. Melihat kedamaian si pertapa, dia memutuskan untuk menjadi seorang asketis. Dia meninggalkan hidup dalam kekayaan dan kelimpahan untuk mencari pencerahan melalui kesederhanaan. Dia menjadi ahli dalam menyakiti diri sendiri dan dalam meditasi yang dalam. Dia adalah pemimpin di antara rekan-rekannya. Pada akhirnya, upayanya berpuncak dalam sebuah langkah terakhir. Dia "memanjakan" dirinya dengan semangkok nasi dan kemudian duduk di bawah sebatang pohon ara (yang juga disebut pohon Bodhi) untuk bermeditasi sampai dia mendapat "pencerahan" atau mati. Sekalipun harus menghadapi berbagai pencobaan, pada paginya, dia mencapai pencerahan. Karena itu dia digelari "Yang Dicerahkan" atau "Budha." Dia membawa realisasi baru ini dan mulai mengajar pertapa-pertapa lainnya yang memang sangat tunduk kepadanya. Lima rekannya menjadi murid-muridnya yang pertama.
Apa yang ditemukan oleh Gautama? Pencerahan terletak pada "jalan tengah," bukan melalui kemewahan atau penyiksaan diri. Lagipula, dia mendapatkan apa yang kemudian dikenal sebagai "Empat Kebenaran Mulia" " 1) hidup adalah penderitaan (Dukha), 2) penderitaan adalah karena keinginan (Tanha, atau "keterikatan"), 3) seseorang dapat menghapus penderitaan dengan menghapus keterikatan, dan 4) hal ini dicapai dengan mengikuti jalan mulia delapan unsur. "Kedelapan unsur" terdiri dari memiliki 1) pemahaman yang benar, 2) itikad yang benar, 3) perkataan yang benar, 4) perbuatan yang benar, 5) hidup yang benar (menjadi pertapa), 6) upaya yang benar (mengarahkan tenaga secara pantas), 7) perhatian yang benar (meditasi), dan 8) konsentrasi yang benar (fokus). Pengajaran-pengajaran Budha dikumpulkan dalam Tripitaka atau "tiga keranjang."
Di balik pengajaran-pengajaran tersohor ini adalah pengajaran-pengajaran yang sama dengan Hinduisme, yaitu reinkarnasi, karma, Maya, dan kecenderungan untuk melihat realita secara panteistik. Budhisme juga memiliki teologia yang rumit mengenai berbagai illah dan makhluk-makhluk suci. Namun, sama seperti Hinduisme, pandangan Budhisme mengenai Allah bisa sulit untuk disarikan. Beberapa aliran Budhisme dapat secara sah disebut ateistik, sementara lainnya dapat dikatakan panteistik, sementara lainnya adalah teistik, seperti Budha Tanah Murni. Budha klasik cenderung diam mengenai realita illahi dan karena itu dipandang sebagai teistik.
Budhisme zaman sekarang amat beranekaragam. Ajaran ini dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu Theravada (kendaraan kecil) dan Mahayana (kendaraan besar). Theravada adalah bentuk monastik yang mengajarkan bahwa hanya para rahib yang mendapat pencerahan tertinggi dan nirvana, sementara mahayana memungkinkan tujuan pencerahan ini dicapai juga oleh orang-orang biasa, yaitu yang bukan rahib. Dalam kategori-kategori ini dapat ditemukan berbagai cabang, termasuk di antaranya Tendai, Vajrayana, Nichiren, Shingo, Tanah Murni, Zen dan Ryobu. Karena itu penting untuk orang-orang luar yang berusaha memahami Budhisme untuk tidak menganggap tahu semua detil mengenai aliran Budhisme tertentu ketika yang dipelajari hanyalah Budhisme klasik yang historis.
Budha tidak pernah menganggap dirinya sebagai allah atau dewa apa pun. Sebaliknya, dia memandang dirinya sebagai "penunjuk jalan" bagi orang-orang lain. Hanya setelah kematiannya barulah dia diangkat menjadi allah oleh beberapa pengikutnya, meskipun tidak semua pengikutnya melihat dia sedemikian. Sebaliknya, dalam keKristenan, dikatakan dengan jelas sekali dalam Alkitab bahwa Yesus adalah Anak Allah (Matius 3:17: "lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan") dan bahwa Dia dan Allah adalah satu (Yohanes 10:30). Seseorang tidak bisa memandang dirinya sebagai orang Kristen tanpa percaya kepada Yesus sebagai Allah.
Yesus mengajarkan bahwa Dia adalah jalan dan bukan sekedar seseorang yang menunjukkan jalan, sebagaimana yang ditegaskan oleh Yohanes 14:6: "Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku." Ketika Gautama meninggal dunia, Budhisme sudah merupakan pengaruh besar di India; tiga ratus tahun kemudian, Budhisme telah mencakup sebagian besar Asia. Kitab-kitab suci dan perkataan-perkataan yang dikaitkan dengan sang Budha ditulis sekitar empat ratus tahun setelah kematiannya.
Dalam Budhisme, dosa umumnya dipandang sebagai ketidaktahuan. Walaupun dosa dimengerti sebagai "kekeliruan moral," "kejahatan" dan "kebaikan" dipahami dalam konteks amoral. Karma dipahami sebagai keseimbangan alam dan bukan yang diterapkan secara pribadi. Alam bukan moral; karena itu, karma bukanlah aturan moral, dan dosa pada dasarnya bukanlah tidak bermoral. Karena itu dapatlah kita katakan, berdasarkan pemikiran Budha, bahwa kesalahan kita bukanlah masalah moral karena pada dasarnya itu bukanlah kesalahan antar pribadi. Konsekuensi pemahaman yang demikian amatlah merusak. Untuk orang Budha, dosa lebih serupa dengan salah langkah dan bukannya pelanggaran terhadap natur Allah yang suci. Pemahaman sedemikian akan dosa tidak sejalan dengan kesadaran naluri moral bahwa manusia bersalah di hadapan Allah yang suci karena dosa mereka (Roma 1-2).
Karena Budha menganggap bahwa dosa bukan bersifat pribadi dan adalah kekeliruan yang dapat diperbaiki, Budhisme tidak menerima doktrin kejatuhan, doktrin dasar dalam keKristenan. Alkitab memberitahu kita bahwa dosa manusia adalah masalah kekal yang berdampak kekal. Dalam Budhisme tidak diperlukan juruselamat untuk menyelamatkan orang dari dosa yang mencelakakan. Bagi orang Kristen, Yesus adalah satu-satunya jalan untuk selamat dari hukuman kekal. Untuk orang Budha, yang ada hanyalah hidup secara etis dan bermeditasi kepada dewa dewi dengan harapan dapat memperoleh pencerahan dan Nirvana. Mungkin sekali seseorang harus mengalami sejumlah reinkarnasi untuk melunasi hutang karma yang begitu bertumpuk. Untuk pengikut Budhisme yang sejati, agama itu adalah sebuah filsafat moral dan etis, yang dibungkus dalam penyangkalan terhadap diri sendiri seumur hidup. Dalam Budhisme, realita bukan bersifat pribadi dan bukanlah berdasarkan hubungan; dan karena itu, bukan dalam kasih. Allah bukan saja dipandang sebagai ilusi, namun, dengan melarutkan dosa menjadi kekeliruan bukan moral, dan dengan menolak semua realita materi sebagai sekedar maya ("ilusi"), diri kita sendiri pun kehilangan "diri." Kepribadian menjadi ilusi.
Ketika ditanya bagaimana asal mula dunia, siapa/apa yang menciptakan alam semesta, dikatakan bahwa Budha tetap diam karena di dalam Budhisme tidak ada awal dan akhir. Sebaliknya yang ada hanyalah siklus lahir dan mati yang tidak berkesudahan. Orang bisa bertanya pribadi seperti apa yang menciptakan kita untuk hidup dan mengalami penderitaan serta kepahitan yang begitu luar biasa dan kemudian mati berulang-ulang? Hal itu bisa membuat orang merenung, apa artinya, mengapa peduli? Orang Kristen mengetahui bahwa Allah mengutus anak-Nya untuk mati bagi kita, sekali, supaya kita tidak perlu menderita secara kekal. Dia mengutus Anak-Nya supaya kita tahu bahwa kita tidak sendiri dan bahwa kita dikasihi. KeKristenan mengetahui bahwa hidup itu bukan hanya penderitaan dan mati, "" dan yang sekarang dinyatakan oleh kedatangan Juruselamat kita Yesus Kristus, yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa" (2Tim 1:10)
Budhisme mengajarkan bahwa Nirvana adalah keberadaan tertinggi, suatu kondisi yang murni, dan itu dicapai dengan cara yang relatif terhadap orang itu. Nirvana tidak masuk akal dan tidak sesuai dengan tatanan logis dan karena itu tidak dapat diajarkan, hanya direalisasikan. Sebaliknya, pengajaran Yesus mengenai surga amat jelas. Dia mengajarkan bahwa tubuh fisik kita akan mati, namun roh kita akan bersama dengan Dia di surga (Markus 12:@5). Budha mengajarkan bahwa orang tidak memiliki jiwa secara pribadi, karena diri sendiri atau ego adalah ilusi belaka. Untuk seorang Budha, tidak ada Bapa surgawi yang berbelas kasihan yang mengutus Anak-Nya untuk mati bagi kita, untuk keselamatan kita, untuk menyediakan jalan bagi kita mencapai kemuliaan-Nya. Pada akhirnya, itu sebabnya Budhisme haruslah ditolak.
Sebetulnya tidak ada yang dinamakan Gnostisisme Kristen karena keKristenan yang sejati dan Gnostisisme adalah sistem kepercayaan yang sama sekali berbeda. Prinsip-prinsip Gnostisisme bertentangan dengan apa artinya menjadi seorang Kristen. Karena itu sekalipun ada beberapa bentuk Gnostisisme yang mengaku Kristen, pada dasarnya mereka sama sekali bukan Kristen.
Gnostisisme mungkin adalah bidat yang paling berbahaya yang mengancam gereja mula-mula pada tiga abad yang pertama. Dipengaruhi oleh para filsuf seperti Plato, Gnostisisme adalah berdasarkan dua premis yang salah. Pertama, Gnostisisme mendukung dualisme roh dan materi. Gnostik percaya bahwa materi itu pada dasarnya jahat dan roh itu baik. Sebagai hasilnya, Gnostik percaya bahwa apa pun yang dilakukan dengan tubuh, dosa yang paling keji sekalipun, tidak ada artinya karena hidup yang sejati hanya ada dalam dunia roh belaka.
Kedua, Gnostik mengklaim memiliki pengetahuan yang lebih tinggi, "kebenaran yang lebih tinggi" yang hanya diketahui oleh beberapa orang. Gnostisisme berasal dari kata bahasa Yunani gnosis yang berarti "mengetahui." Para Gnostik mengklaim bahwa mereka memiliki pengetahuan yang lebih tinggi, bukan dari Alkitab, namun diperoleh melalui alam mistis lain yang lebih tinggi. Gnostik memandang diri mereka sebagai kelas yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang lain oleh karena pengetahuan mereka akan Allah yang lebih tinggi dan dalam.
Untuk menghapus gagasan adanya kompatibilitas keKristenan dan Gnostisisme, cukuplah membandingkan pengajaran keduanya mengenai doktrin utama yang dipercayai. Dalam hal keselamatan, Gnostisisme mengajarkan bahwa keselamatan diperoleh melalui memperoleh pengetahuan illahi yang membebaskan orang dari ilusi kegelapan. Meskipun mereka mengakui mengikuti Yesus Kristus dan pengajaran-Nya yang mula-mula, Gnostik bertentangan dengan Dia dalam segala hal. Yesus tidak mengatakan apa pun mengenai keselamatan melalui pengetahuan, hanya melalui iman kepada-Nya sebagai Juruselamat dari dosa. " Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." (Efesus 2:8-9). Lebih jauh lagi, keselamatan yang Kristus tawarkan adalah cuma-cuma dan tersedia bagi semua orang (Yohanes 3:16), bukan hanya bagi sebagian orang saja yang mempunyai wahyu khusus.
KeKristenan menegaskan bahwa hanya ada satu sumber Kebenaran, dan itu adalah Alkitab, Firman Allah yang hidup yang diilhami, tanpa salah, satu-satunya pedoman iman dan perbuatan yang tidak berubah (Yohanes 17:17; 2 Timotius 3:15-17; Ibrani 4:12). Itu adalah wahyu Allah yang tertulis kepada umat manusia dan tidak pernah digantikan oleh pikiran, gagasan, tulisan atau penglihatan manusia. Gnostik, di pihak lain, menggunakan berbagai tulisan sesat pada abad-abad permulaan yang dikenal sebagai injil Gnostik, suatu kumpulan tulisan-tulisan palsu yang mengaku sebagai "kitab-kitab yang hilang dari Alkitab." Untungnya, para bapa gereja mula-mula hampir dengan suara bulat mengenali tulisan-tulisan Gnostik ini pemalsuan yang mengajarkan doktrin yang salah mengenai Yesus Kristus, keselamatan, Allah dan semua kebenaran Kristen lainnya yang penting. Ada kontradiksi yang amat banyak antara "injil" Gnostik dan Alkitab. Bahkan ketika yang dikatakan Gnostik Kristen mengutip Alkitab, mereka mengubah ayat dan bagian dari ayat untuk menyesuaikan dengan filsafat mereka, suatu praktik yang amat dilarang dan diperingatkan dalam Kitab Suci (Ulangan 4:2; 12:32; Amsal 30:6; Wahyu 22:18-19).
Pribadi Yesus Kristus adalah bidang lain di mana keKristenan dan Gnostisisme berbeda secara drastis. Para Gnostik percaya bahwa tubuh fisik Yesus bukan sebenarnya, namun hanya "kelihatannya" demikian, dan roh-Nya turun kepada-Nya pada saat Dia dibaptis, namun meninggalkan Dia sebelum Dia disalibkan. Pandangan demikian bukan hanya menghancurkan kemanusiaan Yesus yang sejati, namun juga penebusan, karena Yesus bukan hanya harus merupakan Allah yang sempurna, namun juga adalah manusia yang sempurna (dan benar-benar memiliki tubuh) yang menderita dan mati di atas salib untuk menjadi korban penggantian yang dapat diterima untuk dosa (Ibrani 2:14-17). Pandangan Alkitab mengenai Yesus mendukung kemanusiaan-Nya dan keillahian-Nya yang sempurna.
Gnostisisme adalah berdasarkan pendekatan pada kebenaran yang bersifat mistis, intuitif, subyektif, ke dalam, dan emosional yang sama sekali bukan baru. Itu sudah amat lama, bermula di Taman Eden dalam bentuk yang berbeda, di mana Iblis meragukan Allah dan Firman yang dikatakan-Nya dan meyakinkan Adam dan Hawa untuk menolaknya dan menerima dusta. Dia berbuat yang sama sekarang ini sambil "berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya" (1 Petrus 5:8). Dia masih mempertanyakan Allah dan Alkitab, dan menjerat setiap orang yang naif maupun yang tidak mengerti Alkitab atau yang mencari wahyu pribadi untuk membuat mereka terasa istimewa, khusus, dan lebih hebat dari orang lain. Mari kita mengikuti Rasul Paulus yang mengatakan "Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik" (1 Tesalonika 5:21) dan kita lakukan ini dengan membandingkan segalanya dengan Firman Allah, satu-satunya kebenaran.
Christian Science dimulai oleh Mary Baker Eddy (1821-1910) yang mempelopori gagasan baru mengenai spiritualitas dan kesehatan. Terinspirasi oleh pengalamannya sendiri soal kesembuhan pada 1866, bertahun-tahun lamanya Eddy melakukan pemahaman Alkitab, doa dan penelitian terhadap berbagai metode penyembuhan. Hasilnya adalah sistem penyembuhan yang dia sebut sebagai "Christian Science" pada 1879. Bukunya, Science and Health with Key to the Scriptures, membuka pengertian baru mengenai hubungan antara jiwa-tubuh-roh. Selanjutnya dia mendirikan perguruan tinggi, gereja, perusahaan penerbitan dan surat kabar yang dihormati, "The Christian Science Monitor." Karena kesamaannya dengan kelompok-kelompok lainnya, banyak yang percaya bahwa Christian Science adalah bidat bukan Kristen.
Christian Science mengajarkan bahwa Allah " Bapa dan Ibu segalanya " adalah baik dan rohani sekali dan semua ciptaan Allah, termasuk natur yang sejati dari setiap orang, adalah keserupaan dengan Allah secara rohani yang tanpa cela. Karena ciptaan Allah itu baik adanya, kejahatan seperti penyakit, kematian dan dosa bukanlah bagian dari realita fundamental. Sebaliknya, kejahatan ini adalah akibat dari hidup terpisah dari Allah. Doa adalah jalan yang utama untuk lebih dekat kepada Allah dan menyembuhkan penyakit manusia. Ini berbeda dengan Alkitab yang mengajarkan bahwa manusia dilahirkan dalam dosa yang diwarisi dari kejatuhan Adam, dan bahwa dosa memisahkan kita dari Allah. Tanpa anugrah penyelamatan Allah melalui kematian Kristus di atas salib, kita tidak akan pernah disembuhkan dari penyakit yang paling utama - dosa.
Bukannya mengajarkan bahwa Yesus menyembuhkan sakit rohani kita (lihat Yesaya 53:5), penganut Christian Science melihat pelayanan Yesus sebagai paradigma mereka sendiri mengenai penyembuhan, dan percaya bahwa hal itu menunjukkan sentralitas penyembuhan dalam kaitannya dengan keselamatan. Penganut Christian Science berdoa untuk lebih mewujudkan realitas Allah dan kasih Allah setiap harinya dan untuk mengalami serta menolong orang lain mengalami dampak pengharmonisan dan penyembuhan dari pemahaman ini.
Bagi kebanyakan penganut Christian Science, kesembuhan rohani adalah pilihan pertama yang efektif dan sebagai akibatnya, mereka beralih pada kuasa doa sebagai ganti perawatan medis. Pihak yang berwenang kadang-kadang mempertanyakan pendekatan ini, khususnya dalam keadaan di mana perawatan kesehatan tidak dilakukan pada anak kecil. Namun demikian, tidak ada kebijakan gereja yang mewajibkan pilihan layanan kesehatan anggota.
Christian Science tidak memiliki pendeta. Sebaliknya, Alkitab dan Science and Health berperan sebagai pendeta dan pengkhotbah. Pelajaran Alkitab dilakukan setiap hari dan dibacakan secara nyaring pada hari Minggu oleh dua orang awam yang dipilih di setiap jemaat setempat. Gereja Christian Science juga melakukan kebaktian kesaksian mingguan di mana anggota jemaat menceritakan pengalaman mereka dengan penyembuhan dan regenerasi.
Dari semua bidat "Kristen" yang ada, "Christian Science" adalah yang namanya paling tidak akurat. Christian Science bukanlah Kristen atau berdasarkan sains. Christian Science menyangkal semua kebenaran inti yang membuat suatu sistem itu "Kristen." Christian Science adalah, pada faktanya, berlawanan dengan sains and menunjuk pada spiritualitas zaman-baru yang mistis sebagai jalan untuk kesembuhan fisik dan rohani. Christian Science harusnya dilihat sebagai bidat dan ditolak karena merupakan bidat anti Kristen.
Tidak diragukan bahwa banyaknya agama yang berbeda dalam dunia menyulitkan untuk mengetahui mana yang benar. Pertama-tama, mari kita memikirkan beberapa pemikiran mengenai topik ini secara umum dan kemudian melihat bagaimana seseorang dapat mendekati topik itu dengan cara yang benar-benar dapat mencapai kesimpulan yang benar mengenai Allah. Tantangan jawaban yang berbeda terhadap isu tertentu tidak terbatas hanya pada topik agama. Misalnya, 100 siswa matematika diberikan pertanyaan yang sulit untuk mereka selesaikan, dan kemungkinan banyak yang akan memberi jawaban yang salah. Namun apakah ini berarti tidak ada jawaban yang benar? Bukan demikian. Mereka yang menjawab salah hanya perlu diperlihatkan kesalahannya dan mengetahui teknik yang diperlukan untuk mendapat jawaban yang benar.
Bagaimana kita mendapatkan kebenaran mengenai Allah? Kita menggunakan metodologi yang sistematis yang dirancang untuk memisahkan kebenaran dari kesalahan dengan menggunakan berbagai tes kebenaran, di mana hasil akhirnya adalah sekumpulan kesimpulan yang benar. Dapatkah Anda membayangkan hasil akhir yang akan dicapai oleh seorang ilmuwan kalau dia pergi ke lab dan mulai mencampur berbagai zat tanpa irama atau alasan? Atau kalau seorang dokter mulai mengobati seorang pasien dengan obat secara acak sambil berharap dia akan sembuh? Ilmuwan maupun dokter tidak menggunakan pendekatan semacam ini; sebaliknya mereka menggunakan metode yang sistematis, yang metodis, logis, dapat dibuktikan, dan terbukti menghasilkan hasil akhir yang benar.
Kalau demikian, mengapa teologia " kajian mengenai Allah " harus berbeda? Mengapa percaya bahwa teologia dapat didekati secara sembarangan dan secara tidak disiplin dan pada akhirnya menghasilkan kesimpulan yang benar? Sayangnya, ini adalah pendekatan yang dilakukan oleh banyak orang, dan inilah salah satu alasan mengapa ada begitu banyak agama. Setelah mengatakan itu, kita kembali kepada pertanyaan bagaimana kita dapat mencapai kesimpulan yang benar mengenai Allah. Pendekatan sistematis bagaimana yang harus digunakan? Pertama-tama, kita perlu menentukan kerangka kerja untuk menguji berbagai klaim mengenai kebenaran, dan kemudian kita membutuhkan peta yang dapat diikuti untuk mencapai kesimpulan yang benar. Berikut ini adalah sebuah kerangka kerja yang baik untuk digunakan:
1. Konsistensi logis - klaim dari suatu sistem kepercayaan harus masuk akal dan tidak bertentangan satu dengan lainnya dengan cara apa pun. Misalnya, tujuan akhir dari Budhisme adalah menghapuskan semua keinginan. Namun untuk dapat menghapuskan keinginan orang harus menginginkan, ini bertentangan dan merupakan prinsip yang tidak logis.
2. Kecukupan empiris - apakah ada bukti yang mendukung sistem kepercayaan itu (baik bukti rasionil, bukti dari luar, dll)? Jelas diperlukan bukti untuk klaim penting yang dibuat supaya apa yang dikatakan dapat diverifikasikan. Misalnya, Mormon mengajarkan bahwa Yesus tinggal di Amerika Utara. Namun sama sekali tidak ada bukti, baik arkeologis, maupun lainnya, yang mendukung klaim itu.
3. Relevansi eksistensial " sistem kepercayaan itu harus menuruti realita sebagaimana yang kita kenal, dan harus menghasilkan perbedaan dalam hidup penganutnya. Deisme, misalnya, mengklaim bahwa Allah melemparkan dunia yang berputar ke dalam alam raya dan tidak berinteraksi dengan yang berdiam di dalamnya. Bagaimana dampak kepercayaan semacam itu bagi seseorang dalam kehidupan sehari-hari? Singkatnya, tidak ada.
Kerangka kerja di atas, ketika diterapkan pada agama, akan mengarahkan seseorang pada pandangan yang benar akan Allah dan akan menjawab empat pertanyaan besar mengenai hidup:
1. Asal mula - dari mana kita berasal?
2. Etika " bagaimana seharusnya kita hidup?
3. Makna - apa tujuan hidup?
4. Nasib - ke mana arah umat manusia?
Namun bagaimana orang dapat menerapkan kerangka kerja ini dalam pencarian akan Allah? Pendekatan tanya/jawab langkah demi langkah adalah cara terbaik untuk digunakan. Menyaring daftar pertanyaan yang mungkin akan menghasilkan pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Apakah kebenaran mutlak itu ada?
2. Apakah rasio dan agama bisa dicampurkan?
3. Apakah Allah ada?
4. Dapatkah Allah dikenal?
5. Apakah Yesus itu Allah?
6. Apakah Allah memperdulikan saya?
Pertama-tama kita perlu mengetahui apakah kebenaran mutlak itu ada. Kalau tidak ada, maka kita tidak bisa mengetahui apa pun secara pasti (rohani atau bukan), dan kita akan menjadi seorang agnostik, tidak yakin apakah kita bisa betul-betul mengetahui sesuatu, atau seorang pluralis, menerima setiap posisi karena kita tidak pasti mana, kalaupun ada, yang benar.
Kebenaran mutlak didefinisikan sebagai yang sesuai dengan realita, yang sesuai dengan obyeknya, menyatakan sebagaimana adanya. Beberapa orang mengatakan bahwa tidak ada yang namanya kebenaran mutlak, namun bersikap seperti ini menghancurkan diri sendiri. Misalnya, kaum relativis mengatakan, "Semua kebenaran itu relatif," namun orang harus bertanya: apakah pernyataan itu benar secara mutlak? Kalau begitu, berarti kebenaran mutlak ada; kalau tidak, kenapa pikirkan? Postmodernisme tidak menerima kebenaran apa pun, namun postmodernisme menerima paling sedikit satu kebenaran mutlak: postmodernisme adalah benar adanya. Pada akhirnya, kebenaran mutlak tak dapat disangkali
Lebih lanjut lagi, kebenaran mutlak pada dasarnya bersifat sempit dan menolak yang berlawanan. Dua tambah dua sama dengan empat, tidak ada jawaban lain yang mungkin. Butir ini penting adanya saat membandingkan sistem kepercayaan dan pandang dunia yang berbeda. Kalau suatu sistem kepercayaan memiliki komponen yang terbukti kebenarannya, maka sistem kepercayaan lain yang memiliki klaim yang berlawanan pastilah salah. Lagi pula, kita harus ingat bahwa kebenaran yang mutlak tidak dipengaruhi oleh ketulusan dan keinginan. Tidak peduli berapa tulusnya seseorang dalam percaya kepada dusta, itu tetap dusta. Tidak ada keinginan dalam dunia yang dapat membenarkan apa yang salah.
Jawaban dari pertanyaan pertama adalah kebenaran mutlak itu ada. Karena itu, agnostisme, postmodernisme, relativisme and skeptisime semuanya adalah posisi yang salah.
Hal ini membawa kita kepada pertanyaan berikutnya mengenai apakah akal/logika dapat digunakan dalam soal agama. Ada yang mengatakan tidak mungkin, namun " mengapa tidak? Yang benar adalah, logika itu vital ketika menganalisa klaim rohani karena logika membantu kita memahami mengapa ada klaim yang harus ditolak sementara yang lainnya diterima. Logika sangat penting dalam membongkar pluralisme (yang mengatakan bahwa semua klaim kebenaran, bahkan yang saling bertentangan pun, adalah benar dan sah).
Misalnya, Islam dan Yudaisme mengklaim bahwa Yesus bukan Allah, sementara keKristenan mengklaim Dia adalah Allah. Salah satu hukum dasar dari logika adalah hukum tidak-bertentangan, yang mengatakan bahwa sesuatu tidak bisa merupakan "A" dan "bukan-A" pada saat bersamaan dan dalam pengertian yang sama. Menerapkan hukum ini kepada klaim Yudaisme, Islam dan keKristenan berarti bahwa salah satunya benar sementara yang dua salah. Yesus tidak bisa merupakan Allah dan sekaligus bukan Allah. Digunakan secara patut, logika adalah senjata yang ampuh untuk melawan pluralisme karena menunjukkan bahwa klaim yang bertentangan terhadap kebenaran tidak mungkin sama benarnya. Pemahaman ini merobohkan cara berpikir "benar untuk kamu namun tidak benar untuk saya."
Logika juga membuang analogi "semua jalan menuju ke Roma" yang digunakan oleh para penganut pluralis. Logika menunjukkan bahwa setiap sistem kepercayaan memiliki tanda-tanda masing-masing yang menunjuk pada lokasi yang pada akhirnya berbeda. Logika memperlihatkan bahwa ilustrasi yang tepat untuk pencarian kebenaran rohani adalah seperti jalan yang rumit - satu jalur menuntun sampai kepada kebenaran, sementara semua lainnya buntu. Semua kepercayaan memiliki kesamaan di permukaan, namun dalam inti pengajaran mereka amat berbeda.
Kesimpulannya adalah bahwa Anda dapat menggunakan akal dan logika dalam urusan agama. Karena itu, pluralisme (kepercayaan bahwa semua klaim kebenaran sama benar dan sahnya) dibuang karena tidak logis dan bertentangan dengan kepercayaan bahwa klaim kebenaran yang bertentangan bisa sama benarnya.
Berikutnya pertanyaan yang besar: apakah Allah ada? Kaum ateis dan naturalis (yang tidak menerima apa pun selain dunia fisik mengatakan "tidak." Sekalipun sepanjang sejarah pertanyaan ini sudah banyak ditulis dan diperdebatkan, tidaklah sulit untuk menjawabnya. Untuk memberinya bobot yang pantas, Anda pertama-tama harus menanyakan pertanyaan ini: Mengapa kita memiliki sesuatu dan bukannya sama sekali tidak ada? Dengan kata lain, bagaimana Anda dan semua yang lainnya bisa ada? Dukungan untuk Allah dapat disajikan dengan amat sederhana:
Ada sesuatu.
Sesuatu tidak berasal dari yang tidak ada.
Karena itu Pribadi yang kekal itu ada.
Anda tidak dapat menyangkal bahwa Anda itu ada karena Anda harus ada baru dapat menyangkali keberadaan Anda (yang menghancurkan diri sendiri), jadi premis pertama di atas benar adanya. Tidak ada orang yang percaya bahwa Anda bisa mendapatkan sesuatu dari yang tidak ada (yaitu, "tidak ada" bisa menghasilkan alam raya), jadi premis yang kedua benar adanya. Karena itu, premis yang ketiga pasti benar " ada Pribadi yang kekal yang bertanggung jawab untuk segala yang ada.
Ini adalah posisi yang tidak akan disangkali oleh orang ateis yang berpikir; mereka hanya mengklaim bahwa alam raya adalah sang pribadi kekal itu. Namun demikian, masalah dengan kedudukan itu adalah semua bukti ilmiah menunjuk pada fakta bahwa alam raya memiliki awal ("letusan besar"). Dan segala sesuatu yang memiliki awal harus memiliki penyebab; oleh karena itu, alam raya memiliki penyebab dan tidak kekal. Karena kedua sumber kekekalan adalah alam semesta yang kekal (terbukti tidak benar) atau Pencipta yang kekal, maka kesimpulan logis adalah Allah itu ada. Menjawab keberadaan Allah secara pasti menghapuskan ateisme sebagai sistem kepercayaan yang sah.
Kesimpulan ini tidak berbicara apa-apa mengenai Allah seperti apa yang ada, namun yang mengagumkan adalah hal ini menyapu satu hal " kesimpulan ini menyingkirkan semua agama panteistik. Semua pandang dunia panteistik mengatakan bahwa alam semesta adalah Allah dan bersifat kekal. Dan pernyataan ini salah adanya. Jadi Hinduisme, Budhisme, Jainisme dan semua agama panteistik tersingkir dari sistem kepercayaan yang sah.
Lebih lanjut lagi, kita mempelajari beberapa hal yang menarik mengenai Allah yang menciptakan alam semesta ini. Dia:
" Bersifat supranatural (Dia berada di luar ciptaan-Nya)
" Dia sangat berkuasa (sanggup menciptakan semua yang diketahui)
" Kekal (ada pada diriNya sendiri, karena Dia berada di luar waktu dan ruang)
" Mahahadir (Dia menciptakan ruang dan tidak dibatasi oleh ruang)
" Tanpa batas waktu dan tidak berubah (Dia menciptakan waktu)
" Tidak bersifat materi (karena Dia melampaui ruang)
" Pribadi (yang tidak bersifat pribadi tidak dapat menciptakan kepribadian).
" Perlu (segala sesuatu bergantung kepadaNya)
" Tidak terbatas dan tunggal (tidak bisa ada dua yang tidak terbatas)
" Beraneka ragam, namun bersatu (sebagaimana alam menunjukkan keanekaragaman)
" Berakal budi (sangguo menciptakan segalanya)
" Moral (tidak ada hukum moral yang bisa ada tanpa pemberi hukum)
" Peduli (kalau tidak, tidak akan ada hukum moral yang diberikan)
Pribadi ini memperlihatkan ciri-ciri yang amat serupa dengan Allah Yudaisme, Islam dan keKristenan, yang menariknya adalah satu-satunya iman inti yang masih tesisa setelah ateisme dan panteisme dihapuskan. Perhatikan bahwa salah satu pertanyaan besar dalam hidup (asal mula) sekarang terjawab: kita tahu dari mana asal usul kita.
Hal ini membawa kita kepada pertanyaan berikut: dapatkah kita mengenal Allah? Pada titik ini, perlunya agama digantikan oleh sesuatu yang lebih penting " perlunya pewahyuan. Agar umat manusia dapat mengenal Allah ini dengan baik, tergantung pada Allah untuk mewahyukan diri-Nya kepada ciptaan-Nya. Yudaisme, Islam dan keKristenan semua mengklaim memiliki kitab yang adalah wahyu Allah kepada manusia, namun pertanyaannya adalah yang mana (kalau ada) yang benar? Tanpa memperdulikan perbedaan-perbedaan kecil, ada dua pertentangan yang utama, yaitu 1) Alkitab Perjanjian Baru 2) pribadi Yesus Kristus. Islam dan Yudaisme keduanya mengklaim bahwa Alkitab Perjanjian Baru tidak benar dalam klaimnya, dan keduanya menolak bahwa Yesus adalah Allah yang berinkarnasi, sementara keKristenan menerima keduanya sebagai benar.
Tidak ada kepercayaan di atas bumi ini yang dapat mengimbangi segunung bukti yang mendukung keKristenan. Mulai dari besarnya jumlah naskah-naskah kuno, mulai dari yang paling awal yaitu dokumen yang tertanggalkan pada saat para saksi mata masih hidup (beberapa hanya 15 tahun setelah kematian Kristus), sampai pada banyaknya kisah (sembilan penulis untuk 27 kitab Perjanjian Baru), sampai pada bukti arkeologis - tidak ada satupun yang bertentangan dengan satu klaim pun dari Perjanjian Baru - sampai pada fakta bahwa para rasul sampai mati pun mengklaim bahwa mereka telah melihat apa yang dilakukan oleh Yesus dan bahwa Dia bangkit kembali dari kematian, keKristenan menentukan standar dalam penyediaan bukti untuk mendukung klaimnya. Otentisitas historis Perjanjian Baru - bahwa PB menyajikan kisah yang sejati mengenai peristiwa yang sebenarnya sebagaimana terjadinya - adalah satu-satunya kesimpulan yang tepat begitu semua bukti sudah ditelaah.
Mengenai Yesus, orang mendapatkan hal yang amat menarik mengenai Dia - Dia mengklaim sebagai Allah dalam wujud manusia. Kata-kata Yesus sendiri (e.g. "Sebelum Abraham dilahirkan Aku sudah ada), perbuatan-Nya (e.g. mengampuni dosa, menerima penyembahan), hidup-Nya yang tanpa dosa dan penuh mujizat (yang digunakan-Nya untuk membuktikan kebenaran klaim-Nya dibandingkan klaim-klaim yang bertentangan), dan kebangkitan-Nya semua mendukung klaim-Nya bahwa Dia adalah Allah. Penulis Perjanjian Baru menegaskan fakta ini berulang-ulang dalam tulisan mereka.
Kalau Yesus adalah Allah, maka apa yang Dia katakan pastilah benar. Dan kalau Yesus mengatakan bahwa Alkitab tanpa salah dan benar dalam segala yang dikatakan (dan Dia mengatakan demikian), hal ini berarti bahwa Alkitab adalah benar dalam apa yang dikatakan. Sebagaimana yang telah kita pelajari, dua klaim kebenaran yang berlawanan tidak mungkin benar kedua-duanya. Jadi segala sesuatu dalam Qur"an Islam atau tulisan Yudaisme yang bertentangan dengan Alkitab tidak mungkin benar. Kenyataannya, baik Islam maupun Yudaisme gagal karena keduanya mengatakan bahwa Yesus bukan Allah yang berinkarnasi, sementara bukti memperlihatkan bahwa Dia adalah demikian. Dan karena kita betul-betul dapat mengenal Allah (karena Dia telah mengungkapkan diri-Nya dalam firmanNya yang tertulis dan dalam Kristus), segala bentuk agnostisisme dapat ditolak. Akhirnya, pertanyaan besar lainnya mengenai kehidupan terjawab " yaitu mengenai etika " karena Alkitab mengandung instruksi yang jelas mengenai bagaimana umat manusia harus hidup.
Alkitab yang sama memproklamirkan bahwa Allah amat peduli kepada umat manusia dan menghendaki agar semua mengenal Dia dengan intim. Bahkan Dia begitu pedulinya sampai Dia menjadi manusia untuk memperlihatkan kepada ciptaan-Nya bagaimana Dia sebenarnya. Ada banyak orang yang berusaha menjadi Allah, namun hanya adalah satu Allah yang menjadi manusia supaya Dia dapat menyelamatkan mereka yang amat Dia cintai dari keterpisahan kekal dengan-Nya. Fakta ini memperlihatkan relevansi eksistensial keKristenan dan juga menjawab kedua pertanyaan besar terakhir mengenai hidup " makna dan nasib. Setiap orang dirancang oleh Allah dengan tujuan tertentu, dan setiap orang memiliki nasib yang menantikan dia - baik hidup kekal bersama Allah atau terpisah secara kekal dari Allah. Kesimpulan ini (dan bahwa Allah menjadi manusia dalam Kristus) juga menolak Deisme, yang mengatakan bahwa Allah tidak tertarik pada urusan manusia.
Pada akhirnya kita melihat bahwa kebenaran utama mengenai Allah dapat ditemukan dan pandangan yang berbelit-belit berhasil dilalui dengan sukses dengan menguji berbagai klaim kebenaran dan secara sistematis menyingkirkan yang salah sehingga hanya kebenaran yang tersisa. Dengan menggunakan uji konsistensi logis, kecukupan empiris, dan relevansi eksistensial, ditambah dengan menanyakan pertanyaan yang benar, kesimpulan yang benar dan berdasar mengenai agama dan Allah dihasilkan. Setiap orang harus sepakat bahwa satu-satunya alasan untuk mempercayai sesuatu adalah bahwa itu benar adanya " itu saja. Sayangnya, keyakinan sejati adalah soal kehendak, dan berapa banyak pun bukti logis yang disajikan, tetap ada saja yang memilih untuk menyangkal Allah yang ada dan tidak melihat satu-satunya jalan yang sejati untuk berdamai dengan Dia.
Gereja Ortodoks Timur bukanlah satu jemaat, namun sebuah kelompok yang terdiri dari 13 badan yang berdiri sendiri, berdasarkan negara lokasi mereka (e.g. Gereja Ortodoks Yunani, Gereja Ortodoks Rusia). Gereja-gereja ini disatukan oleh pemahaman mengenai sakramen, doktrin, liturgi, dan pemerintahan gereja, namun masing-masing mengatur urusan sendiri-sendiri.
Kepala Gereja Ortodoks disebut "patriakh" atau "metropolitan." Patriakh Konstantinopel (Istanbul, Turki) dianggap sebagai partriakh ekumenis " atau universal. Dia yang paling mirip dengan Paus dalam Gereja Katolik Roma. Berbeda dengan Paus, yang dikenal sebagai VICARIUS FILIUS DEI (vikaris Anak Allah), uskup Konstantinopel disebut sebagai PRIMUS INTER PARES (yang pertama di antara yang setara). Dia mendapat kehormatan khusus, namun tidak memiliki kuasa untuk mencampuri ke-12 persekutuan Ortodoks lainnya.
Gereja Ortodoks mengaku sebagai satu-satunya gereja Kristus yang sejati, dan menelusuri asal usulnya sampai kepada para rasul mula-mula melalui rantai suksesi kerasulan yang tidak terputus. Para pemikir ortodoks mendebatkan status rohani dari Katolik Roma dan Protestan, dan beberapa masih menganggap keduanya sebagai ajaran sesat. Sama halnya dengan Katolik dan Protestan, penganut Ortodoks percaya pada Tritunggal, Alkitab sebagai Firman Allah, Yesus sebagai Allah Anak, dan banyak doktrin Alkitabiah lainnya. Namun demikian, dalam doktrin, mereka lebih serupa dengan Katolik Roma dibandingkan dengan Kristen Prostestan.
Sayangnya, doktrin pembenaran oleh iman bisa dikata tidak ada dalam sejarah dan teologia Gereja Ortodoks. Sebaliknya, Ortodoksi menekankan theosis (harafiah, "pengillahian"), proses bertahap di mana orang-orang Kristen menjadi makin serupa dengan Kristus. Apa sering tidak dapat dipahami dalam tradisi Ortodoks adalah bahwa "pengillahian" adalah hasil progresif dari keselamatan, bukan syarat untuk mendapatkan keselamatan. Keunikan Ortodoks lainnya yang bertentangan dengan Alkitab mencakup:
Kesetaraan otoritas antara tradisi gereja dan Alkitab
Menganjurkan pribadi-pribadi untuk tidak menafsirkan Alkitab secara berbeda dari tradisi. Keperawanan kekal Maria.
Doa untuk orang mati.
Baptisan bayi tanpa merujuk pada tanggung jawab dan iman pribadi.
Kemungkinan untuk mendapatkan keselamatan setelah meninggal dunia.
Kemungkinan kehilangan keselamatan.
Walaupun Gereja Ortodoks Timur memiliki orang-orang yang ternama dalam gereja, dan sekalipun ada banyak dalam tradisi Ortodoks yang memiliki keselamatan yang sejati melalui Yesus Kristus, Gereja Ortodoks sendiri tidak menyuarakan berita yang jelas yang dapat diharmoniskan dengan injil Kristus yang Alkitabiah. Panggilan para Reformator mengenai "hanya Alkitab, hanya iman, hanya anugrah, dan hanya Kristus" tidak ada dalam Gereja Ortodoks Timur dan itu adalah harta yang terlalu berharga untuk dibiarkan begitu saja.
Hinduisme adalah salah satu agama terorganisir yang paling tua yang diketahui " kitab-kitab sucinya tertanggal 1400- 1500 SM. Itu juga salah satu yang paling beranekaragam dan rumit, dengan berjuta-juta dewa. Orang-orang Hindu memiliki beranekaragam inti kepercayaan dan terwujud dalam berbagai sekte. Meskipun itu adalah agama ketiga terbesar di dunia, Hinduisme pada umumnya ada di India dan Nepal.
Tulisan utama Hinduisme adalah Veda (dianggap yang paling penting), Upanishada, Mahabrata dan Ramayana. Tulisan-tulisan ini mengandung nyanyian, mantera, filsafat, upacara, puisi dan cerita-cerita yang menjadi dasar kepercayaan orang-orang Hindu. Tulisan-tulisan lain dalam Hinduisme termasuk Brahmana, Sutra dan Aranyaka.
Meskipun Hinduisme sering dianggap politeistik, dengan sebanyak 330 juta dewa, kepercayaan ini memiliki satu "allah" yang tertinggi " Brahma. Brahma adalah entitas yang dipercaya mendiami setiap bagian realita dan keberadaan dalam seluruh alam raya. Brahma bukan suatu pribadi dan tidak dapat dikenali serta dipercaya berada dalam tiga wujud yang berbeda: Brahma " Pencipta; Wisnu - Pemelihara; dan Siwa " Perusak. Ketiga "faset" Brahma ini juga dikenali melalui berbagai inkarnasi dari setiap faset. Adalah sulit untuk meringkaskan teologia Hindu karena setiap aliran Hindu yang berbeda mengandung unsur-unsur dari hampir setiap sistem teologi. Hinduisme dapat bersifat:
1) Monistik " Hanya satu yang ada; aliran Sankara
2) Panteistik " Hanya satu illah yang ada sehingga Allah adalah sama dengan dunia; Brahmanisme
3) Panenteistik " Dunia adalah bagian dari Allah; aliran Ramanuja
4) Theistik - Hanya ada satu Allah, terpisah dari Ciptaan; Hinduisme Bakti
Mencermati aliran-aliran lainnya, Hinduisme bisa ateistik, deistik, atau bahkan nihilistik. Dengan keanekaragaman seperti ini di bawah nama "Hindu", orang bisa berpikir apa yang membuat mereka menjadi "Hindu?" Satu-satunya adalah apakah sistem kepercayaan itu mengakui Veda sebagai kitab suci atau tidak. Kalau ya, maka itu Hindu. Kalau tidak, maka itu bukan Hindu.
Veda lebih dari sekedar buku teologi. Veda mengandung "teo-mitologi" yang kaya dan seru, yaitu suatu mitologi agama yang secara sengaja menganyam mitos, teologi dan sejarah bersama-sama untuk menghasilkan akar agama berbentuk cerita. Teo-mitologi ini berakar begitu dalam dalam sejarah dan budaya India sehingga menyangkal Veda adalah sama dengan melawan India. Karena itu suatu sistem kepercayaan ditolak oleh Hinduisme kalau tidak menerima budaya India pada tingkat tertentu. Kalau sistem itu menerima budaya India dan sejarah teo-mitos nya, maka itu dapat diterima sebagai "Hindu" sekalipun teologianya teistik, nihilistik atau ateistik. Keterbukaan terhadap kontradiksi ini dapat memusingkan orang-orang Barat yang mencari konsistensi logis dan pembelaan rasional dalam pandangan keagamaan mereka. Namun, untuk adilnya, keKristenan tidaklah lebih masuk akal ketika mengaku percaya kepada Yahweh namun hidup sebagai orang-orang ateis praktis, menyangkali Kristus dengan hidup mereka. Untuk Hindu, konflik adalah kontradiksi logis yang sejati. Bagi orang Kristen, konflik lebih merupakan kemunafikan.
Hinduisme memandang umat manusia bersifat illahi. Karena Brahma adalah segalanya Hinduisme memandang bahwa semua orang bersifat illahi. Atman, atau diri, bersatu dengan Brahma. Semua realita di luar Brahma dipandang sebagai ilusi belaka. Tujuan rohani seorang Hindu adalah untuk menjadi satu dengan Brahma, jadi tidak lagi berada dalam bentuk ilusi sebagai "diri pribadi." Kebebasan ini disebut sebagai "moksa." Sampai tercapainya "moksa", orang Hindu percaya bahwa dia akan terus bereinkarnasi supaya dia dapat mengupayakan realisasi-diri akan kebenaran (kebenaran bahwa hanya Brahma yang ada, tidak ada lagi yang lain). Bagaimana seseorang bereinkarnasi ditentukan oleh karma, yang merupakan prinsip sebab akibat yang ditentukan oleh keseimbangan alam. Apa yang dilakukan seseorang di masa lampau mempengaruhi dan berkaitan dengan apa yang terjadi di masa depan, hidup masa lalu dan masa depan termasuk di dalamnya.
Meskipun ini hanya merupakan ringkasan pendek, dapatlah dilihat bahwa Hinduisme bertentangan dengan keKristenan Alkitab di hampir semua sistem kepercayaannya. KeKristenan memiliki satu Allah yang bersifat pribadi dan yang dapat dikenal (Ulangan 6:5; 1 Korintus 8:6); memiliki satu kitab Suci; mengajarkan bahwa Allah menciptakan dunia dan segala yang berdiam di dalamnya (Kejadian 1:1; Ibrani 11:3); percaya bahwa manusia diciptakan Allah menurut gambar-Nya dan hidup hanya sekali (Kejadian 1:27; Ibrani 9:27-28); dan mengajarkan bahwa keselamatan adalah hanya melalui Yesus Kristus (Yohanes 3:16; 6:44; 14:6; Kisah 4:12). Sebagai sistem agama Hinduisme gagal karena Hinduisme tidak mengakui Yesus sebagai Allah-Manusia dan Juruselamat yang berinkarnasi yang unik, satu-satunya sumber keselamatan bagi umat manusia.
Agama Islam dimulai di awal abad ke-7 A.D. oleh seorang yang bernama Muhammad. Dia mengaku mendapat kunjungan dari malaikat Jibril. Selama kunjungan malaikat ini, yang berlangsung selama 23 tahun sampai wafatnya Muhammad, malaikat itu katanya mewahyukan pada Muhammad firman Allah. Wahyu yang didiktekan ini adalah isi Qur"an, kitab suci Islam. Islam mengajarkan bahwa Qur"an adalah otoritas tertinggi dan wahyu terakhir Allah.
Orang-orang Muslim, penganut Islam, percaya bahwa Qur"an adalah firman Allah yang sudah ada dan yang sempurna. Selain itu, banyak orang Muslim yang menolak Qur"an dalam versi bahasa lainnya. Terjemahan bukanlah versi yang sah dari Qur"an yang hanya ada dalam bahasa Arab. Meskipun Qur"an adalah kitab suci yang utama, Sunnah dipandang sebagai sumber kedua untuk pengajaran agama. Sunnah ditulis oleh sahabat-sahabat Muhammad tentang apa yang dikatakan, dilakukan dan disetujui oleh Muhammad.
Kepercayaan utama Islam adalah bahwa Allah adalah Allah yang esa dan sejati dan Muhammad adalah rasul Allah. Cukup dengan mengucapkan kepercayaan ini, orang dapat masuk Islam. Kata "Muslim" berarti "orang yang takluk kepada Allah." Islam menganggap diri sebagai satu-satunya agama yang benar yang menjadi sumber dari semua agama lain (termasuk Yudaisme dan keKristenan).
Orang-orang Muslim mendasari kehidupan mereka pada lima rukun:
1. Pernyataan iman/syahadat: "Tidak ada illah lain selain Allah, dan Muhammad adalah Utusan (Rasul) Allah."
2. Sholat: sholat lima kali dalam sehari
3. Zakat: orang harus memberi kepada mereka yang miskin karena semuanya adalah pemberian Allah.
4. Puasa: selain berpuasa pada waktu tertentu, semua orang Muslim harus berpuasa saat merayakan Ramadan (bulan kesembilan dalam kalender Islam).
5. Haji: berziarah ke Mekkah paling sedikit sekali seumur hidup (pada bulan kedua belas dalam kalender Islam).
Kelima dasar ini, kerangka dari ketaatan orang Muslim, diperlakukan dengan serius dan harafiah. Masuknya seorang Muslim ke firdaus adalah bergantung pada ketaatannya kepada kelima rukun ini.
Dalam hubungannya dengan keKristenan, Islam memiliki beberapa kesamaan dan perbedaan yang mendasar. Sama seperti keKristenan, Islam bersifat monotheistik, namun berlawanan dengan keKristenan, Islam menolak konsep Tritunggal. Islam menerima bagian-bagian tertentu dari Alkitab, seperti Taurat dan Injil, namun menolak yang lainnya sebagai fitnah dan bukan diilhamkan.
Islam mengklaim bahwa Yesus hanyalah seorang nabi, bukan Anak Allah (orang Muslim percaya satu-satunya illah adalah Allah, dan bagaimana mungkin Dia bisa punya Anak?) Islam menganggap Yesus, meskipun lahir dari anak dara, diciptakan sama halnya dengan Adam, dari debu tanah. Orang-orang Muslim percaya bahwa Yesus tidak mati di salib; dan karena itu mereka menolak salah satu pengajaran utama keKristenan.
Akhirnya, Islam mengajarkan bahwa firdaus diperoleh melalui perbuatan baik dan ketaatan kepada Qur"an. Sebaliknya, Alkitab, mengungkapkan bahwa manusia tidak dapat memenuhi standar kekudusan Allah. Hanya karena anugrah dan kasih-Nya orang-orang berdosa dapat diselamatkan melalui iman di dalam Kristus (Efesus 2:8-9).
Jelas bahwa tidak mungkin Islam dan keKristenan sama-sama benar. Salah satu, Yesus atau Muhammad, adalah nabi terbesar. Salah satu, Alkitab atau Qur"an, adalah Firman Allah. Keselamatan diperoleh melalui menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat atau dengan menaati kelima rukun. Sekali lagi tidak mungkin kedua agama itu sama benarnya. Kebenaran ini, memisahkan kedua agama dalam bidang-bidang penting, memiliki konsekuensi kekal.
Apakah Yudaisme dan siapa atau apa itu orang Yahudi? Apakah Yudaisme hanya sekedar sebuah agama? Apakah itu adalah suatu identitas budaya atau hanya suatu kelompok etnis? Apakah orang-orang Yahudi itu suatu suku bangsa atau apakah mereka adalah sebuah bangsa? Apa yang dipercaya oleh orang-orang Yahudi, dan apakah mereka semua percaya pada hal-hal yang sama?
Definisi kamus mengenai orang "Yahudi" mencakup "anggota suku Yehuda," "orang Israel, "warga dari sebuah bangsa yang ada di Palestina dari abad ke-6 S.M. sampai abad 1 A.D.," " seorang yang menjadi bagian dari kesinambungan melalui keturunan atau pertobatan dari orang-orang Yahudi kuno," dan "seseorang yang beragama Yudaisme."
Menurut Yudaisme rabbinik, seorang Yahudi adalah seseorang yang memiliki ibu Yahudi atau seseorang yang secara resmi memeluk Yudaisme. Imamat 24:10 sering dikutip untuk memberi kredibilitas terhadap kepercayaan inil meskipun Taurat tidak memberi klaim khusus untuk mendukung tradisi ini. Beberapa rabbi mengatakan bahwa tidak ada hubungannya dengan apa yang betul-betul dipercaya oleh seseorang. Para rabbi ini memberitahu kita bahwa seorang Yahudi tidak harus menjadi pengikut hukum dan adat kebiasaan Yahudi untuk dapat dipandang sebagai orang Yahudi. Kenyataannya, seorang Yahudi bisa saja sama sekali tidak memiliki kepercayaan kepada Allah dan tetap merupakan orang Yahudi berdasarkan penafsiran rabbinik di atas.
Rabbi lainnya menjelaskan bahwa kecuali seseorang mengikuti hukum-hukum Taurat dan menerima "Tigabelas Prinsip Iman" dari Maimonides (Rabbi Moshe ben Maimon, salah satu sarjana Yahudi terbesar di abad pertengahan), dia bukanlah orang Yahudi. Meskipun orang ini mungkin secara "biologis" orang Yahudi, dia tidak punya hubungan dengan Yudaisme.
Dalam Taurat " kelima kitab pertama dari Alkitab " Kejadian 14:13 mengajarkan bahwa Abraham, dianggap secara umum sebagai orang Yahudi pertama disebut sebagai seorang "Ibrani." Nama "Yahudi" berasal dari nama Yehuda, salah satu dari dua belas anak laki-laki Yakub dan salah satu dari dua belas suku Israel. Nampaknya istilah "Yahudi" pada mulanya merujuk hanya pada mereka yang berasal dari suku Yehuda, namun kemudian ketika kerajaan terpecah setelah pemerintahan Salomo (1 Raja 12), istilah ini merujuk pada siapapun yang ada dalam kerajaan Yehuda, yang termasuk suku Yehuda, Benyamin dan Lewi. Saat ini banyak yang percaya bahwa seorang Yahudi adalah siapapun yang merupakan keturunan Abraham, Ishak dan Yakub, tanpa memandang dari suku mana dia berasal.
Jadi apakah yang dipercaya oleh orang-orang Yahudi, dan apa hukum-hukum dasar dari Yudaisme? Sekarang ini ada lima bentuk utama atau sekte Yudaisme dalam dunia. Mereka adalah Ortodoks, Konservatif, Reformed, Rekonstruksionis, dan Humanistik. Kepercayaan dan tuntutan dari setiap kelompok amatlah berbeda; namun demikian, daftar kepercayaan tradisional Yahudi secara ringkas akan mencakup hal-hal berikut:
Allah adalah Pencipta dari segala yang ada; Dia itu esa, roh (tanpa tubuh) dan hanya Dia yang patut disembah sebagai penguasa absolut dari alam semesta.
Kelima kitab pertama dari Kitab Suci Ibrani diwahyukan oleh Allah kepada Musa. Kitab-kitab itu tidak akan berubah atau ditambah di masa mendatang.
Allah telah berkomunikasi dengan umat Yahudi melalui para nabi.
Allah memperhatikan kegiatan manusia; Dia memberi orang pahala untuk perbuatan baik dan menghukum yang jahat.
Walaupun orang-orang Kristen mendasari banyak dari iman mereka pada Kitab Suci Ibrani sama seperti yang dimiliki oleh orang-orang Yahudi, ada perbedaan besar dalam kepercayaan: Orang Yahudi umumnya menganggap perbuatan dan kelakuan amatlah pentingnya; iman berasal dari tindakan. Hal ini bertentangan dengan orang-orang Kristen konservatif di mana yang paling penting adalah iman dan tindakan adalah hasil dari apa yang dipercaya.
Iman Yahudi tidak menerima konsep Kristen soal dosa asal (kepercayaan bahwa semua orang telah mewarisi dosa Adam dan Hawa ketika mereka tidak menaati perintah Allah di Taman Eden).
Yudaisme menegaskan bahwa dunia dan orang-orang sebagai ciptaan Allah pada dasarnya adalah baik.
Orang-orang percaya Yahudi dapat menyucikan kehidupan mereka dan menjadi lebih dekat kepada Allah dengan menggenapi mitzvoh (perintah illahi).
Tidak ada juruselamat yang diperlukan atau yang dapat bertindak sebagai pengantara.
613 perintah yang terdapat dalam Imamat dan kitab-kitab lainnya mengatur semua aspek kehidupan orang Yahudi. Sepuluh Hukum, sebagaimana yang diutarakan dalam Keluaran 20:1-17 dan Ulangan 5:6-21 membentuk sinopsis singkat dari Taurat.
Mesias (dia yang diurapi oleh Allah) akan datang di masa yang akan datang dan kembali mengumpulkan orang-orang Yahudi ke tanah Israel. Akan ada kebangkitan orang mati secara umum pada waktu itu. Bait Suci Yerusalem, yang dihancurkan pada 70 A. D. oleh orang-orang Romawi akan dibangun kembali.
Kepercayaan tentang Yesus amat beranekaragam. Sebagian memandang Dia sebagai pengajar moral yang agung. Yang lainnya memandang Dia sebagai nabi palsu atau sebagai berhala keKristenan. Beberapa sekte Yudaisme bahkan tidak mau menyebut nama-Nya karena larangan untuk menyebut nama berhala.
Orang-orang Yahudi sering disebut sebagai umat pilihan Allah. Hal ini tidak berarti bahwa mereka dianggap lebih tinggi dari kelompok-kelompok lainnya. Ayat-ayat Alkitab seperti Keluaran 19:5 hanya menyatakan bahwa Allah telah memilih Israel untuk menerima dan mempelajari Taurat, menyembah hanya kepada Allah, beristirahat pada hari Sabat, dan merayakan hari-hari raya. Orang Yahudi bukan dipilih kaena lebih baik dari yang lainnya; mereka dipilih untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa dan menjadi berkat bagi semua bangsa.
Karma adalah konsep teologia yang ditemukan dalam agama Budha dan Hindu. Itu adalah pemikiran bahwa bagaimana Anda hidup akan menentukan kualitas hidup Anda nanti setelah bereinkarnasi. Kalau Anda tidak mementingkan diri sendiri, murah hati dan suci dalam hidup sekarang ini, Anda akan mendapat pahala dengan bereinkarnasi (lahir kembali dalam tubuh jasmani yang baru) dalam hidup yang senang. Namun kalau Anda hidup mementingkan diri sendiri dan jahat, Anda akan bereinkarnasi pada hidup yang lebih berat. Dengan kata lain, dalam hidup yang akan datang, Anda akan menuai apa yang Anda tabur sekarang. Karma berdasar pada kepercayaan teologis akan reinkarnasi. Alkitab menolak pemikiran mengenai reinkarnasi; dan karena itu tidak mendukung pemikiran mengenai karma.
Ibrani 9:27 menyatakan, "Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi." Ayat Alkitab ini amat jelas dalam dua butir penting yang, bagi orang Kristen, meniadakan kemungkinan adanya reinkarnasi dan karma. Pertama, dikatakan bahwa kita "ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja," yang berarti manusia hanya dilahirkan satu kali dan mati satu kali. Tidak ada siklus hidup dan mati serta lahir kembali yang tanpa akhir, suatu pemikiran yang terkandung dalam teori reinkarnasi. Kedua, dikatakan bahwa setelah mati kita menghadapi penghakiman, berarti tidak ada kesempatan kedua sebagaimana dalam reinkarnasi dan karma, untuk hidup yang lebih baik. Hanya ada satu kesempatan dalam hidup dan untuk menghidupinya sesuai dengan rencana Allah, dan itu saja.
Alkitab banyak berbicara mengenai menuai dan menabur. Ayub 4:8 mengatakan, "Yang telah kulihat ialah bahwa orang yang membajak kejahatan dan menabur kesusahan, ia menuainya juga." Mazmur 126:5 mengatakan, "Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai." Lukas 12:24 berkata, "Perhatikanlah burung-burung gagak yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mempunyai gudang atau lumbung, namun demikian diberi makan oleh Allah. Betapa jauhnya kamu melebihi burung-burung itu!" Dalam setiap contoh ini, demikian pula dalam rujukan-rujukan lainnya pada menuai dan menabur, mendapatkan pahala dari apa yang kita lakukan terjadi dalam hidup ini, bukan di hidup yang akan datang. Itu adalah kegiatan masa kini, dan jelas dari rujukan-rujukan itu bahwa buah yang Anda petik adalah sesuai dengan tindakan yang Anda lakukan. Selain itu, apa yang Anda tabur dalam hidup sekarang akan mempengaruhi pahala atau hukuman yang Anda akan terima setelah meninggalkan dunia ini.
Akhirat bukanlah lahir kembali atau reinkarnasi ke dalam tubuh yang berbeda di bumi. Itu adalah penderitaan kekal dalam neraka (Matius 25:46) atau hidup kekal di surga bersama Yesus, yang mati supaya Anda dapat hidup kekal bersama-Nya. Ini harus menjadi fokus hidup kita di dunia. Rasul Paulus menulis dalam Galatia 6:8-9, "Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu. Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah."
Akhirnya, kita harus selalu mengingat bahwa adalah Yesus yang mati di salib yang menghasilkan hidup kekal untuk kita, dan bahwa iman kepada Yesus memberi hidup kekal ini kepada kita. Efesus 2:8-9 memberitahu kita, "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri." Jadi kita melihat bahwa konsep reinkarnasi dan karma tidak sesuai dengan apa yang diajarkan Alkitab mengenai hidup, mati dan menabur serta menuai hidup kekal.
Sebelum kita menelusuri perbedaan antara agama dan kerohanian, pertama-tama kita perlu mendefinisikan kedua istilah. Agama dapat didefinisikan sebagai "kepercayaan kepada Allah atau illah-illah untuk disembah, biasanya diekspresikan dalam perilaku dan ritus/upacara" atau "sistem kepercayaan, penyembahan tertentu yang mencakup pedoman perilaku tertentu." Kerohanian/spiritualitas dapat didefinisikan sebagai "kualitas atau fakta kerohanian, tidak bersifat jasmani" atau "ciri rohani yang ditunjukkan melalui pemikiran, cara hidup, dll; kecenderungan atau nada rohani." Secara ringkas, agama atau kumpulan kepercayaan dan ritual yang mengklaim membawa seseorang ke dalam hubungan yang benar dengan Allah, dan kerohanian/spiritualitas adalah berfokuskan pada hal-hal rohani dan dunia rohani serta bukannya hal-hal fisik/duniawi.
Kesalahpahaman yang paling banyak mengenai agama adalah keKristenan dipandang sekedar salah satu agama seperti Istam, Yudaisme, Hinduisme, dll. Sayangnya banyak yang mengklaim sebagai pengikut keKristenan mempraktikkan keKristenan hanya sebagai suatu agama. Bagi banyak orang, keKristenan tidak lebih dari serangkaian peraturan dan ritual yang harus diikuti oleh seseorang supaya masuk surga setelah meniggal. KeKristenan bukanlah demikian. KeKristenan yang sejati bukanlah agama, namun adalah hubungan yang benar dengan Allah dengan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat-Mesias oleh anugrah melalui iman. Ya, keKristenan memiliki "upacara" yang diikuti (e.g., baptisan dan perjamuan kudus). Ya, keKristenan memiliki "peraturan" yang ditaati (e.g. jangan membunuh, kasihilah satu dengan yang lain, dll). Namun demikian, upacara dan peraturan ini bukanlah inti dari keKristenan. Upacara dan peraturan keKristenan adalah hasil keselamatan. Ketika kita menerima keselamatan melalui Yesus Kristus, kita dibaptis sebagai proklamasi iman itu. Kita merayakan perjamuan kudus untuk mengingat pengorbanan Kristus. Kita menaati daftar perintah dan larangan karena mengasihi Allah dan rasa syukur untuk apa yang telah Dia perbuat.
Kesalahpahaman paling umum mengenai kerohanian adalah bahwa ada banyak bentuk kerohanian, dan semuanya sama benarnya. Bermeditasi dalam posisi tubuh yang tidak wajar, bersekutu dengan alam, berbicara dengan dunia roh, dll., mungkin kelihatan "rohani" namun sebetulnya adalah kerohanian yang keliru. Kerohanian sejati adalah memiliki Roh Kudus dari Allah sebagai hasil dari menerima keselamatan melalui Yesus Kristus. Kerohanian yang sejati adalah buah yang dihasilkan Roh Kudus dalam hidup seseorang: "Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri." (Gal 5:22-23). Kerohanian adalah mengenai menjadi lebih serupa dengan Allah yang adalah Roh (Yohanes 4:24) dan karakter kita menjadi serupa dengan gambar-Nya (Roma 12:1-2).
Apa yang sama antara agama dan kerohanian adalah bahwa keduanya dapat merupakan metode yang salah untuk memiliki hubungan dengan Allah. Agama cenderung menggantikan hubungan yang sejati dengan Allah dengan upacara yang bukan dari dalam hati. Kerohanian cenderung menggantikan hubungan dengan Allah dengan hubungan dengan dunia roh. Keduanya bisa, dan sering adalah jalan yang salah kepada Allah. Pada saat yang sama, agama bisa merupakan sesuatu yang bernilai dalam arti bahwa agama menunjuk pada fakta bahwa Alah itu ada dan kita harus bertanggung jawab kepada-Nya. Satu-satunya nilai agama yang sejati adalah kemampuannya menunjukkan bahwa kita telah berdosa dan membutuhkan seorang Juruselamat. Kerohanian berharga saat menunjukkan bahwa dunia fisik bukanlah segalanya. Umat manusia bukan hanya bersifat materi, namun juga memiliki roh-jiwa. Ada dunia roh di sekeliling kita yang harus kita sadari. Nilai kerohanian yang sejati adalah bahwa itu menunjuk pada fakta bahwa ada sesuatu dan seseorang di balik dunia fisik ini yang dengannya kita perlu berhubungan.
Yesus Kristus adalah penggenapan dari agama dan kerohanian. Yesus adalah Dia yang kepada-Nya kita bertanggung jawab dan kepada Siapa agama yang sejati menunjuk. Yesus adalah satu-satunya dengan siapa kita perlu berhubungan dan kepada siapa kerohanian yang sejati menunjuk.
Scientology adalah agama yang sulit untuk diringkaskan. Scientology menjadi populer karena beberapa selebriti Hollywood menganutnya. Scientology didirikan pada 1953 orang penulis fiksi L. Ron Hubbard, empat tahun setelah dia mengeluarkan pernyataan. "Saya ingin mendirikan suatu agama " di situ ada banyak uang." Di sana pula dia mendapatkan kekayaan " Hubbard menjadi multi-jutawan.
Scientology mengajarkan bahwa umat manusia adalah makhluk kekal (disebut Thetan) yang bukan berasal dari planet ini, dan manusia terperangkap oleh materi, energi, ruang dan waktu (matter, energy, space, time/MEST). Bagi penganut Scientology keselamatan datang melalui proses yang disebut "auditing" di mana "engram" (pada dasarnya kepahitan masa lalu dan ketidaksadaran yang menghasilkan rintangan energi) disingkirkan. Auditing adalah proses yang lama dan dapat berharga ratusan ribu dollar. Ketika akhirnya semua engram disingkirkan, Thetan dapat kembali mengendalikan MEST dan bukannya dikendalikan olehnya. Sampai pada keselamatan, setiap Thetan terus menerus bereinkarnasi.
Scientology adalah agama yang amat mahal untuk dianut. Setiap aspek Scientology memiliki biaya yang berkaitan dengannya. Itu sebabnya "bangku-bangku" Scientology hanya dipenuhi oleh yang kaya. Itu juga adalah agama yang amat ketat dan tegas menghukum mereka yang mencoba meninggalkan ajaran dan keanggotaannya. "Kitab sucinya" hanya terbatas pada tulisan dan pengajaran L. Ron Hubbard.
Meskipun penganut Scientology akan mengklaim bahwa Scientology itu sepaham dengan keKristenan, Alkitab menyanggah setiap kepercayaan yang mereka anut. Alkitab mengajarkan bahwa Allah berdaulat dan satu-satunya Pencipta alam semesta (Kejadian 1:1); umat manusia diciptakan oleh Allah (Kejadian 1:27); keselamatan hanya tersedia untuk manusia oleh anugrah melalui iman di dalam karya Yesus Kristus yang sudah selesai (Filipi 2:8); keselamatan adalah hadiah cuma-cuma yang diterima manusia tanpa perlu berbuat apa pun (Efesus 2:8-9); dan Yesus Kristus hidup dan kini duduk di sebelah kanan Allah Bapa (Kisah 2:33; Efesus 1:20; Ibrani 1:3), menantikan saat di mana Dia akan mengumpulkan umat-Nya kepada-Nya untuk berdiam bersama Dia di surga dalam kekekalan. Semua orang lain akan dibuang ke dalam neraka, terpisah dari Allah untuk selama-lamanya (Wahyu 20:15).
Scientology secara pasti menyangkal keberadaan Allah Alkitab, surga dan neraka. Bagi penganut Scientology, Yesus Kristus hanya seorang guru yang baik yang sayangnya salah dihukum mati. Scientology berbeda dari keKristenan Alkitab dalam setiap doktrin penting. Beberapa perbedaan yang paling penting diringkaskan di bawah ini.
Allah: Scientology percaya bahwa ada banyak allah dan beberapa illah itu lebih tinggi dari illah-illah lainnya. KeKristenan Alkitab di pihak lain mengakui Allah yang esa dan sejati yang mengungkapkan diri-Nya kepada kita di dalam Alkitab dan melalui Yesus Kristus. Mereka yang percaya kepada-Nya tidak dapat percaya konsep yang salah tentang Allah sebagaimana yang diajarkan dalam Scientology.
Yesus Kristus: Sama seperti ajaran sesat lainnya, Scientology menyangkal keillahian Kristus. Bukannya mengikuti pandangan Alkitabiah mengenai siapa Kristus itu dan apa yang Dia lakukan, mereka memberi Dia ciri-ciri dari allah tingkat rendah yang mendapat status yang legendaris setelah bertahun-tahun. Alkitab jelas sekali mengajarkan bahwa Yesus adalah Allah yang menjadi daging dan melalui inkarnasinya Dia dapat menjadi korban untuk dosa-dosa kita. Adalah melalui kematian dan kebangkitan Kristus kita memiliki harapan untuk hidup dalam kekekalan bersama dengan Allah (Yohanes 3:16).
Dosa: Scientology percaya bahwa manusia pada dasarnya bersifat baik dan mengajarkan bahwa merupakan suatu hal yang hina dan tercela kalau memberitahu seseorang bahwa dia harus bertobat atau dia itu jahat. Di sisi lain, Alkitab mengajarkan bahwa manusia berdosa dan satu-satunya harapan baginya adalah dia menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat-Nya (Roma 6:23).
Keselamatan: Scientology percaya pada reinkarnasi dan bahwa keselamatan pribadi dalam hidup ini adalah kebebasan dari siklus kelahiran dan kematian yang berkaitan dengan reinkarnasi. Mereka percaya bahwa praktik keagamaan dari semua kepercayaan adalah jalan universal kepada hikmat, pengertian dan keselamatan. Sebaliknya Alkitab mengajarkan bahwa hanya ada satu jalan keselamatan dan itu adalah melalui Yesus Kristus. Yesus sendiri berkata, "Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" (Yoh 14:6).
Membandingkan ajaran Scientology dengan Alkitab, kita melihat bahwa keduanya jarang memiliki kesamaan. Scientology hanya menjauhkan orang dari Allah dan hidup kekal. Scientology, walaupun kadang-kadang menyamarkan kepercayaannya dengan bahasa yang mirip keKristenan, kenyataannya berseberangan dengan keKristenan dalam setiap ajaran intinya. Scientology jelas, dan sudah pasti, bukan Kristen.
Keberadaan begitu banyak agama dan klaim bahwa semua agama menuntun kepada Allah jelas-jelas membingungkan banyak orang yang dengan sungguh-sungguh mencari kebenaran tentang Allah, yang berakhir dengan keputusasaan dari beberapa orang apakah mereka dapat mendapatkan kebenaran yang mutlak mengenai topik itu. Atau mereka akhirnya memeluk klaim universalis bahwa semua agama menuntun kepada Allah. Tentu saja kaum skeptik juga menunjuk pada adanya begitu banyak agama sebagai bukti bahwa Anda tidak dapat mengenal Allah atau Dia sama sekali tidak ada.
Roma 1:19-21 mengandung penjelasan Alkitab mengenai mengapa ada begitu banyak agama. Kebenaran Allah dilihat dan dikenal oleh setiap manusia karena Allah membuatnya demikian. Bukannya menerima kebenaran mengenai Allah dan tunduk kepadanya, kebanyakan manusia menolaknya dan mencari cara sendiri untuk memahami Allah. Namun ini bukannya menuntun kepada pencerahan mengenai Allah, namun kepada kesia-siaan pikiran. Di sini kita mendapatkan dasar dari "banyak agama."
Banyak orang yang tidak mau percaya kepada Allah yang menuntut kebenaran dan moralitas, sehingga mereka menciptakan Allah yang tidak menuntut hal-hal sedemikian. Banyak orang tidak percaya kepada Allah yang menyatakan bahwa adalah mustahil untuk orang masuk surga dengan cara sendiri. Jadi mereka menciptakan Allah yang menerima orang untuk masuk ke surga kalau orang itu sudah menyelesaikan langkah-langkah tertentu, mengikuti peraturan-peraturan tertentu, dan/atau menaati hukum-hukum tertentu, paling sedikit semampu mereka. Banyak orang tidak menginginkan hubungan dengan Allah yang berdaulat dan mahakuasa. Jadi mereka membayangkan Allah lebih sebagai kekuatan mistis dan bukannya penguasa yang memiliki kepribadian dan kedaulatan.
Keberadaan begitu banyak agama bukanlah bantahan terhadap keberadaan Allah atau dalih bahwa banyak kebenaran mengenai Allah itu kurang jelas. Sebaliknya, adanya begitu banyak agama adalah pernyataan penolakan umat manusia terhadap Allah yang esa dan sejati. Umat manusia telah menggantikan Dia dengan allah-allah yang lebih sesuai dengan selera mereka. Ini adalah suatu usaha yang berbahaya. Keinginan untuk menciptakan Allah kembali dalam gambar kita sendiri bersumber dari natur dosa dalam diri kita " natur yang pada akhirnya akan "menuai kebinasaan" (Galatia 6:7-8).
Apakah semua agama menuntun kepada Allah? Sebetulnya ya. Semuanya menuntun kepada penghakiman-Nya dengan satu kekecualian. Hanya satu " keKristenan " menuntun kepada pengampunan-Nya dan hidup kekal. Tanpa mempedulikan agama apa yang dianut oleh seseorang, setiap orang akan menghadap Allah setelah mati (Ibrani 9:27). Semua agama menuntun kepada Allah, namun hanya satu agama yang akan menghasilkan penerimaan Allah, karena hanya melalui keselamatan melalui iman di dalam Yesus Kristus barulah orang dapat menghampiri Dia dengan penuh keyakinan. Keputusan untuk menerima kebenaran mengenai Allah adalah penting karena satu alasan: kekekalan itu lama sekali kalau salah. Itu sebabnya pemikiran yang benar mengenai Allah begitu penting.