Kehidupan Kristus

Buku II - PENCOBAAN DAN AWAL PERMULAAN DARI PELAYANANNYA

by George Ford

Table of contents

  1. Pengantar
  2. SETAN MENCOBAI KRISTUS
  3. YESUS MEMILIH MURID MURID YANG PERTAMA
  4. MUJIZAT KRISTUS YANG PERTAMA
  5. YESUS MENYUCIKAN BAIT ALLAH
  6. NIKODEMUS MENGUNJUNGI YESUS
  7. YESUS BERTEMU DENGAN SEORANG WANITA SAMARIA
  8. YESUS, GURU DAN TABIB
  9. YESUS MEMANGGIL EMPAT MURID
  10. YESUS MENGUSIR ROH ROH JAHAT
  11. MENYEMBUHKAN ORANG BANYAK DI KAPERNAUM
  12. Pertanyaan pertanyaan untuk menolong mengetahui pemahaman anda

1. Pengantar

"Allah adalah Roh dan barangsiapa menyembah Dia harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran"(Yohanes 4:24)
"Manusia hidup bukan dari roti saja tetapi dari setiap Firman yang keluar dari mulut
Allah."(Matius 4:4)

2. SETAN MENCOBAI KRISTUS

Pada awal permulaan dari masa kanak-kanak Yesus, kita melihat sesuatu yang merupakan perbuatan-perbuatan Setan yang dinyatakan dalam tindakan-tindakan Raja Herodes, tetapi kita masih belum mendengar disebutnya nama Setan ataupun membaca mengenai dia dengan secara jelas. Tetapi sekarang. kita akan melihat dia sebagaimana tiga sebutan untuknya diketengahkan: Penggoda; Setan (penuduh); dan Si Jahat, Iblis (musuh atau saingan). Injil menunjukkan tentang dia yang berusaha untuk mencobai Yesus agar berbuat dosa dalam kisah mengenai Pencobaan di Padang gurun (Matius 4: 1-11 dan Lukas 4:1-13).

Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa Setan ini sangat jahat dan merupakan mahkluk roh yang nyata, dengan tanpa memiliki tubuh jasmani. Dia adalah kepala dari semua malaikat jahat. Kristus mengatakan bahwa api kekal dipersiapkan untuk Setan dan
malaikat-malaikatnya (Matius 25:41). Kita juga membaca kata-kata berikut ini di dalam ayat enam dari surat Yudas: “Dan bahwa la menahan malaikat-malaikat yang tidak taat pada
batas-batas kekuasaan mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka, dengan belenggu abadi di dalam dunia kekelaman sampai penghakiman pada hari besar.“ Setan yang juga disebut sebagai penguasa dunia, (Yohanes 16:11); ilah zaman ini (II Korintus 4:4). dan penguasa kerajaan angkasa (Efesus 2:2).
Setan dengan cerdik menguasai umat manusia dalam cara yang bukan saja kuat tetapi juga misterius. Bukti terbesar bahwa dia adalah pribadi yang penting dan nyata, dan yang juga sangat berhasil adalah bahwa Kristus mengajar murid-muridNya untuk menyebut di dalam doa-doa mereka, meskipun sangat singkat. Jadi kita diajar untuk berdoa, “Lepaskanlah kami dari yang jahat“ (Matius 6:13 ). Tidak untuk dilepaskan dari hal-hal yang jahat yang untuk itu kita mendoakannya, tidak juga dilepaskan dari perbuatan-perbuatan jahat; tetapi dari yang jahat - tepatnya dari si jahat Itulah sebabnya penting sekali bagi kita untuk menjadikan doa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus ini bagian dari pengalaman hidup kita sehari-hari,
“Lepaskanlah kami dari yang jahat“ - menyadarkan kita bahwa si jahat selalu berupaya untuk

mempengaruhi dan menjerat pikiran kita. Syukurlah bahwa Kristus memberi contoh keteladan pada kita untuk menghadapi dan mewaspadainya
Alkitab juga memberitahu kepada kita bahwa satu-satunya hal yang membatasi Setan atau Si Jahat ini dari menguasai manusia secara total adalah jin atau perkenan Ilahi. Setan mengetahui kenyataan ini dan harus meminta ijin untuk berbuat atau melakukan sesuatu. Bilamana Allah memberi ijin pada dia hal ini karena kasihNya yang besar terhadap
orang-orang yang dicobai. Melalui pencobaan, orang-orang percaya yang berkemenangan dimurnikan, dikuatkan, dan kemudian dimuliakan. Allah mau menyatakan kehendakNya yang indah dan sempurna bagi kita, di balik pencobaan yang Dia ijinkan untuk kita alami. Kita tahu dengan tanpa ragu-ragu lagi bahwa kasih yang murni berada pada akar dari
ujian-ujian ilahi, karena selama Kristus dicobai di padang gurun, adalah Roh Kudus yang meminpin Dia untuk dicobai oleh Setan.

2.1. Pencobaan yang pertama: Rasa Lapar

Maka Yesus dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun untuk dicobai lblis. Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus. Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepadaNya: ”Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti.” Tetapi Yesus menjawab: ”Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (Matius 4:1-4).

Ada dua macam pencobaan yang sangat jelas berbeda. Ada pencobaan penderitaan, yang positif dan menolong; yang dimaksudkan sebagai suatu ujian dengan tujuan untuk memurnikan, menguatkan. dan memuliakan kita, sebagaimana yang Allah lakukan dengan Abraham Rasul Yakobus mendapatkan bahwa pencobaan semacam mi merupakan saat untuk bersukacita: “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan sukacita besar), apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, (Yakobus 1:2). Pencobaan yang kedua adalah pencobaan atau godaan untuk melakukan kejahatan; ini hanya akan mendatangkan kehancuran dan memalukan. Sehubungan dengan pencobaan jenis ini, Yakobus menulia: “Apabila seorang dicobai janganlah ia berkata, “Pencobaan ini datang dari Allah; Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat. dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun“ (Yakobus 1: 13).
Pencobaan Kristus merupakan salah satu dari penstiwa-penstiwa yang sangat menantang untuk ditafsirkan dan dijelaskan. Salah satu dari kesulitan adalah bagaimana merujukkan kemurnianNya yang sempurna dengan perkataan, “ sebaiknya sama dengan kita, la telah dicobai (Ibrani 4:15). Bagaimana kita bisa membandingkan pencobaan terhadap Dia Yang Kudus dengan orang yang berdosa? Apa yang kita ketahui sehubungan dengan karakter Kristus yang sempurna tidak memberi tempat pada kita untuk berpikir bahwa pencobaan terhadap Dia hanya bersifat figuratip atau khayalan saja, karena Dia sendiri adalah sumber dari peristiwa ini sebab tidak ada seorangpun yang hadir bersama Dia ketika Dia dicobai. Dia

tidak akan memberitahu kepada kita mengenai pertemuannya dengan satu pribadi yang tidak ada, atau juga tidak akan mengatakan sesuatu yang tidak benar-benar terjadi sebagai kenyataan. Kami juga percaya bahwa rasul-rasulNya tidak menemukan dengan begitu saja kisah sedemikian itu yang mengisahkan mengenai pertemuan yang menentukan dengan Setan, yang dialami oleh Guru dan Tuhan mereka. Ini berarti bahwa kisah mengenai pencobaan ini adalah nyata dan bukan khayalan.
Di dalam kisah mengenai pencobaannya, Yesus Kristus menyatakan kepada kita suatu rahasia yang dalam dari pengalaman rohaniNya, suatu pencobaan berat yang semua berhasil Dia atasi sendiri. Karena Yesus sendiri yang mengemukakan peristiwa ini adalah penting bagi pembaca untuk tidak membuat berbagai macam dugaan, tetapi lebih baik mengamati teksnya dengan cermat disamping tetap menunjukkan rasa hormat terhadap teks yang dimaksud.
Beberapa orang melihat Setan sebagai alasan untuk membenarkan kejahatan mereka sendiri. Sebagai penjelasan atas kerusakan yang terjadi di dalam diri mereka, yang menyebabkan mereka dan semua umat manusia berbuat dosa. Tetapi pencobaan Yesus bertentangan dengan pendapat ini karena hati dan pikiran Yesus bersih dari dosa. Dalam perkataan lain.pencobaan tidak berasal dari dalam dirinya. Ini berarti bahwa pencobaan itu berasal dari kekuatan Setan yang berada di luar dirinya.Yesus mengakhiri tahun-tahun persiapannya dan baru saja mau melangkah untuk mengawali pelayananNya di hadapan umum tetapi pertama-tama Dia harus berhasil melalui api pencobaan untuk menunjukkan bahwa Dia memenuhi syarat untuk menjadi seorang Juruselamat. Dengan melakukan hal itu, Dia harus melawan pemimpin dari seluruh kekuatan kejahatan dan mengalahkan dia untuk dapat memenuhi nubuatan pertama dari Perjanjian Lama yang diberikan pada orang tua kita yang mula-mula di Taman Eden:
“ dia (Kristus) akan meremukkan kepalamu (Setan) “ (Kejadian 3:15). Dia harus mengalahkan Setan, yang tidak mentaati aturan itu, yang manusia belum pernah mengalahkannya. Dengan mengalahkan Setan, Kristus akan membuka satu-satunya pintu kemenangan bagi semua orang yang menempatkan kepercayaan mereka di dalam Dia. Hanya melalui nama Kristus maka kemenangan itu dapat diperoleh melalui kuasa dari Roh Kudus yang sama, yang sudah memimpin Yesus ke padang gurun dan memahkotai Dia dengan kemenangan.
Yesus, sebagai Anak Manusia, menundukkan diriNya pada kondisi yang sama di bumi yang untuk itu semua manusia mengalaminya; Dia tidak bebas dari siklus pengalaman manusia. Di balik setiap gunung Yang tinggi selalu ada lembah yang dalam dan sesudah sukacita besar, sering kali ada masa-masa dukacita. Jadi Yesus sudah ditinggikan dan dipenuhi dengan sukacita sekarang tiba saatnya untuk perendahan diri dan tekanan-tekanan di Padang gurun Pencobaan. Alkitab yang Kudus mengajarkan kepada kita bahwa setan menunggu sampai manusia mengalami sukacita dengan maksud agar dapat mengalahkan dia, dan kalau ini terjadi akan mendatangkan kesukaan bagi si Pencoba dan tekanan yang lebih besar bagi yang

jatuh ke dalam pencobaan. Contoh-contoh dari Musa, Elia, Petrus, dan Yudas iskariot merupakan bukti yang cukup memadai sehubungan dengan rencana Setan. Setan menyebabkan Musa jatuh ke dalam dosa kemarahan. Dosa kemarahan ini menyebabkan dia terhalang untuk masuk ke dalam Negeri Perjanjian sesudah empat puluh tahun penderitaan di padang gurun, mencegah dia untuk mencapai puncak dari aspirasi-aspirasinya (Bilangan

12:3 dan 20:8-13). Di Gunung Karmel, Elia sudah memenangkan kemenangan besar atas seorang raja dan imam-imam Baal, Ilah mereka. Hanya sehari kemudian, Setan menyebabkan dia jatuh ke dalam dosa keputus-asaan. Dia melarikan diri menuju ke padang gurun Sinai, menjauh dari tempat pelayananNya, dan minta untuk mati ! (1 Raja-Raja

18:30-40;19:1-10). Petrus merasa seolah-olah berada disorga ketikaYesus sangat memuji

dia. Tetapi segera saja dia jatuh ke dalam dosa kesombongan dan Setan mendorong dia untuk mencegah Yesus ke kayu Salib. Sedikit sekali dia menyadari bahwa apa yang dikatakannya itu merupakan saran dari Setan untuk menghalangi karya Penebusan Kristus. Itulah sebabnya mengapa Yesus menegur dia dengan keras dan berkata: “Enyahlah Iblis, engkau suatu batu sandungan bagiku“ (Matius 16:13-23). Yudas Iskariot, sesudah bertahun-tahun menikmati berkat-berkat rohani dalam mendampingi Kristus, dijerumuskan oleh si pencoba yang jahat ini ke dalam dosa ketamakan; dan namanya, sampai sekarang ini sudah menjadi suatu
julukan atau sebutan bagi suatu pengkhianatan yang buruk dan kekerasan hati yang amat sangat (Kisah Para Rasul 1: 15-20).
Kelaliman dari Setan dinyatakan melalui pola yang sama terhadap Yesus. Dia melihat Yesus ditinggikan pada waktu baptisanNya, bersukacita dalam kepenuhan Roh Kudus dan pujian dari BapaNya. Kemudian. dia langsung melancarkan serangannya dan mencoba untuk menjebak Yesus agar jatuh ke dalam dosa. Dia mencobai Yesus dengan tidak henti-hentinya selama empat puluh hari. Sebelum itu, dia sudah menjebak seluruh keturunan umat manusia dengan tanpa pengecualian, menyebabkan setiap orang terjatuh. Sekarang dia berharap untuk mengalahkan Anak Maria, karena Kristus nampaknya seperti sasaran yang empuk,
setidak-tidaknva bila dilihat dari penampilannya yang bisa dilihat dari luar.

2.2. Sebuah perbandingan tentang pencobaan Adam dan Yesus

Setan mencobai Adam yang pertama, menyebabkan dia jatuh, sementara dia berada di dalam taman yang indah penuh dengan semua kesenangan yang bisa dibayangkan. Tidak ada Dosa ataupun kerusakan di sekitar dia; bahkan binatang-binatangpun sangat jinak dan taat. Adam tidak mengenal apa itu sakit penyakit, kesedihan, ataupun kelelahan. Dia tahu bahwa selama dia masih tetap berada dalam kedudukan di mana Allah sudah menempatkan dia, maka keadaan yang serba menggembirakan dan penuh dengan kemuliaan ini akan berlangsung dengan tidak terbatas.

Setan mendapatkan Yesus, Adam yang kedua, di padang gurun dengan tanpa adanya kesenangan jasmani ataupun makanan dan dikelilingi oleh binatang-binatang buas.

Kehidupan awalNya, tidak seperti Adam berada di antara orang-orang berdosa. Yang lebih payah lagi dari semuanya ini adalah. Yesus mengetahui bahwa jika Dia tetap bertahan dalam melaksanakan maksud tujuanNya, maka tahun-tahun penuh dengan kelelahan, kesengsaraan, kehinaan, dan penderitaan yang besar akan menanti Dia, berakhir dengan kematian di kayu Salib. Berada dalam keadaan seperti itu betapa mudah bagi Dia sebenarnya untuk keluar melepaskan diri dari permasalahan ! Yang menemani Dia di padang gurun hanyalah
binatang-binatang buas. Seseorang menyimpulkan, berdasarkan Alkitab, bahwa Adam yang pertama, sebelum kejatuhannya, menguasai baik binatang-binatang yang buas dan jinak. Sikap permusuhan dari binatang-binatang buas terhadap Adam merupakan akibat dari dosanya. Bilamana seseorang membaca bahwa Yesus berada di antara binatang-binatang buas, maka orang akan membayangkan bahwa Dia merebut kembali otoritas yang sudah hilang, seperti Daniel yang berada di gua singa (Daniel 6). Kekudusan yang menyelimuti diriNya, melindungiNya dari gigi-gigi mereka yang tajam. Bisa dipahami bahwa salah satu akibat dari korban penebusan Kristus untuk Dosa adalah kembalinya otoritas yang dimiliki oleh manusia atas kerajaan binatang. Kebaikan terhadap binatang-binatang, yang merupakan salah satu aspek dari agama dan moralitas, akan dipulihkan juga.
Yesus tidak makan selama empat puluh hari dan empat puluh malam di padang gurun. Si Pencoba memanfaatkan kesempatan sehubungan dengan kelemahanNya secara tubuh, dengan maksud untuk semakin melemahkan Dia dengan cobaan-cobaan yang sangat menggoda. Kenyataan bahwa Yesus berpuasa bisa dimengerti karena Dia berada di padang gurun di mana tidak ada makanan. Dia berada di suatu tempat di mana orang tidak dapat menemukan penyediaan dengan mudah, dan Dia disibukkan dengan perkara-perkara rohani. Hal ini menyebabkan Dia tidak punya waktu untuk memikirkan mengenai makanan. Dia tidak akan meninggalkan padang gurun hanya untuk mencari makanan, kecuali Dia dituntun oleh Roh Kudus yang sudah membawa Dia ke sana. Dia tidak merasa lapar sampai masa yang lama ini berakhir.
Pada waktu Setan mencobai Hawa, dia tampil dalam wujud seekor ular, karena tidak ada manusia yang dapat dia pakai. Segera sesudah dia mengelabui Hawa, dia meninggalkan ular; manusia yang sudah jatuh sekarang ini siap untak dia pakai. Pencobaan menjadi semakin
kuat bilamana Setan memakai orang-orang yang dekat dengan kita untuk mencabik-cabik kita. Oleh karena itu, pada waktu Setan mau mengalihkan perhatian Kristus dari maksud tujuan penebusan bagi dunia, dia memakai muridNya yang paling menonjol, Simon Petrus (Markus 8:33).
Penyataan Ilahi tidak memberitahukan apa-apa sehubungan dengan dalam bentuk apa Setan menampakkan diri kepada Yesus. Adalah masuk akal untuk beranggapan bahwa dia tidak menampakkan diri dalam wujud roh jahat dan perbuatan jahatnya akan terhalang karena Yesus akan dengan serta merta melawan dan mengusirnya pergi.
Sepertinya Setan menampakkan diri secara pribadi kepada Yesus. Karena Yesus tidak

mempunyai dosa dalam hatinya, maka pencobaan tidak akan dapat berasal dari dalam dirinya. Setan barangkali pertama-tama menampakkan diri sebagai seorang manusia biasa yang mendekati Yesus di padang gurun. Jika dugaan ini benar, tentunya dia menunjukkan keterkejutannya terhadap rasa lapar Yesus yang diakibatkan oleh pimpinan Roh Kudus yang membawa Dia ke padang gurun dengan tanpa menyediakan makanan apapun, yang merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh manusia. Kemudian, dia barangkali menambahkan, dengan cara yang lemah-lembut, betapa sangat mudahnya bagi Yesus,
sebagai Anak Allah, untuk memenuhi kebutuhanNya sendiri sesuai apa mauNya. Karena Dia sudah menciptakan batu pada awal mulanya, maka adalah sangat mudah baginya untuk merubah batu-batu itu ke dalam bentuk yang lain. Jika Yesus tidak melakukan hal ini, Dia akan menyebabkan terjadinya keragu-raguan, apakah Dia ini benar-benar Anak Allah atau bukan, dan karena sepertinya Allah Bapa sudah melupakan Dia dengan tidak memberikan suatu apapun untuk dimakan, maka adalah mengherankan kalau Yesus harus menunggu perintah dari BapaNya! Dia sepertinya berhak untuk meragukan kasih BapaNya,
bersungut-sungut mengenai penyediaan llahi.
Sekarang, kita bertanya mengapa Yesus tidak menanggapi dengan mengubah batu-batu menjadi roti untuk memuaskan rasa laparnya? Apakah dosa yang Setan mau tanamkan di dalam hati Yesus? Seorang tidak dapat mengatakan bahwa Yesus menolak saran ini hanya karena saran itu berasal dari Setan. Yesus tidak menolak si Pencoba, tetapi cobaan atau godaannya yang Dia tolak, tidak peduli dari manapun itu asalnya. Apapun bentuk yang pasti dari pencobaan ini, kita dapat memperoleh pengetahuan dari jawaban-jawaban dan
keberatan-keberatan Kristus, karena Dia memberikan jawaban-jawaban dari Kitab Suci
Kudus, dan atasnya Dia mengatasi permasalahan yang dihadapiNya.
Jawaban Yesus yang pertama adalah : ”Ada tertulis ” Dengan menanggapi dalam cara ini, Dia menampilkan DiriNya kepada dunia dan kepada Setan, tidak sebagai seorang yang memiliki otoritas, tetapi sebagai manusia yang tunduk di bawah Hukum dan
aturan-aturannya. Dengan mengutip ayat-ayat Alkitab, Dia menunjukkanjuga bahwa ayat-ayat tersebut merupakan rujukan akhir dalam hal-hal keagamaan. Yesus bisa saja menjawab kepada Pencoba dengan mengemukakan berbagai alasan filosofis, tetapi ketika Dia berkata, “Ada tertulis

lapar dan juga tidak akan makan roti; Dia bahkan tidak bisa dicobai sama sekali. Tetapi
semua bayangan Setan ini menjadi berantakan, ketika Yesus menghadapi Setan sebagai Anak Manusia. Kristus tidak bersikeras untuk mengingatkan orang-orang bahwa Dia adalah Anak Allah. Dia mengatakan hal itu hanya sekitar sepuluh kali saja dalam Injil sedangkan Dia berulangkali mempergunakan sebutan “Anak Manusia“ - sekitar lima puluh kali Jika sifat Ilahi Yesus sudah menolong sifat manusianya selama masa pencobaan, maka hal itu akan menunjukkan bahwa sifat manusianya saja tidak akan mampu untuk menolak pencobaan. Dengan demikian maka Dia tidak dapat dikatakan sebagai yang sudah dicobai sama dengan kita, dan Dia tidak akan dapat menjadi contoh teladan bagi umat manusia. Dia tidak melakukan, seperti yang tidak dapat dilakukan oleh pengikut-pengikutnya. ini merupakan alasan yang bisa dimengerti mengapa Dia menolak untuk merubah batu-batu menjadi roti. Selain itu Yesus sendiri mau merasakan sakitnya menderita kelaparan, karena inilah yang dialami oleh banyak orang di dunia
Godaan pertama adalah siasat cerdik yang Setan pergunakan untuk menyebabkan Hawa meragukan Allah. Hawa mau berbuat atau melakukan sesuatu terlepas dari Penciptanya karena dia sudah diperintahkan untuk tidak makan dari pohon yang terdapat di tengah-tengah Taman Eden (Kejadian 3:3). Setan mempergunakan siasat yang sama dalam hal makanan dan minuman. untuk menjadikan umat Israel bersungut-sungut dan mempertanyakan kehendak Allah di padang gurun (Keluaran 16:3). Tetapi, Yesus menunjukkan kepada Setan bahwa Dia tidak bersungut-sungut melawan Bapa ketika Dia merasa lapar, karena Dia memiliki Firman Allah yang hidup bagi Dia, ayat-ayat Kitab Suci adalah lebih penting daripada makanan jasmani. Yesus tidak akan pernah bertindak terpisah dari kehendak Bapa dan Dia tidak akan menghindari rasa lapar, kecuali dengan tuntunan Allah. Sebagaimana dalam suatu kejadian yang lain, Dia menyatakan hal yang sama, ketika Dia berkata. “makananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya“ (Yohanes 4: 34).
Melalui pencobaan ini, Setan juga bermaksud untuk menjadikan Yesus memperhatikan keperluan-keperluan pribadiNya terlebih dahulu. Jika Yesus mengadakan mujizat yang pertama untuk kepentingan diriNya sendiri, maka hal itu akan merupakan keberhasilan yang besar bagi Setan dan akan menghalangi karya keselamatan karena Kristus selanjutnya akan hidup bagi diriNya sendiri dan bukan bagi orang lain. Maksud tujuan Kristus di dalam mengadakan mujizat adalah demi untuk kebaikan orang lain, bahkan musuh-musuhNya. Dia bahkan menyembuhkan telinga dari Malkus, hamba dari imam besar, yang merupakan bagian dari kelompok orang-orang yang mau menangkapnya di Taman Getsemane (Lukas 22:51). Dia tidak melakukan satu mukjizatpun untuk menyenangkan diriNya sendiri. Betapa benar apa yang dikatakan oleh Paulus: “Karena Kristus juga tidak mencari kesenanganNya sendiri…” (Roma 15:3). Jadi, bahkan olokan dan ejekan musuh-musuhNya memperkuat kenyataan dari hal tidak mementingkan diriNya sendiri sebagaimana Dia terpaku di kayu Salib: “Orang lain la selamatkan, biarlah sekarang la menyelamatkan diriNya sendiri, jika la

adalah Mesias, orang yang dipilih Allah“ (Lukas 23:35). Persyaratan pertama dan ajaran penuntun bagi pengikut-pengikutnya adalah penyangkalan diri. Salah satu dari perintahnya yang terbesar adalah: “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu“ (Matius 6:33).
Melalui perbuatan-perbuatan dan perkataan-perkataanNya, Yesus dengan keras menegur pementingan diri sendiri. Si Pencoba menghendaki agar Dia menempatkan perkara-perkara jasmani sebelum perkara-perkara rohani, karena itu menghendaki agar Dia menyenangkan orang-orang dan memenangkan banyak pengikut. Kalau itu yang Dia lakukan, maka Dia
akan mencapai sukses dengan segera dan dapat dilihat secara nyata. Yesus menolak siasat ini karena prinsipNya adalah: “Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal yang akan diberikan kepada Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterainya“ (Yohanes 6:27). Dengan kata-kata ini, Yesus mengajarkan kepada umat manusia. di sepanjang masa, di mana saja, untuk memberikan prioritas untuk melayani jiwa lebih dari melayani tubuh atau jasmani. Belas kasihan yang benar adalah apa yang mendatangkan manfaat bagi jiwa manusia daripada hanya sekedar bagi tubuh atau jasmani. Melayani kebutuhan-kebutuhan jasmani dimaksudkan terutama sebagai sarana atau alat
untuk melayani jiwa manusia yang kekal.
Dia yang sudah dicobai sama dengan kita, dan yang sudah memenangkan kemenangan untuk kita, adalah hadir bersama kita dalam setiap peperangan yang Setan lakukan melawan kita. Jika kita peka akan kehadiranNya bersama kita pada saat pencobaan, Dia akan memberikan kepada kita kemenangan atas Musuh, agar dengan demikian kita dapat bersukacita
bersama-sama dengan Rasul Paulus, yang menyanyikan, “Tetapi syukur kepada Allah yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita“ (1 Korintus

15:57).

Yesus memenangkan kemenangan dalam pencobaan pertama. Dia menolak untuk merubah batu-batu menjadi roti untuk memuaskan perasaan laparNya, Dia mengalahkan pencobaan ini ketika mengatakan, “Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.“

2.3. Pencobaan yang kedua: Sensasionalisme

Kemudian lblis membawaNya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu berkata kepadanya, “Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah dirimu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau la akan memerintahkan malaikat-malaikatNya dan mereka akan menatang Engkau di atas tanganNya, supaya kakimu jangan terantak kepada batu.“ Yesus berkata kepadanya, “Ada pula tertulis: Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!“ (Matius 4:5-7).

Setan sudah dikalahkan ketika untuk pertama kalinya mencobai Yesus, tetapi dia tidak

mudah menyerah dengan begitu saja. Dengan kelicikannya, dia mulai lagi untuk menyerang dalam bentuk yang berbeda. Dia menghentikan pendekatannya yang sederhana dan mempergunakan yang lebih rumit lagi. Dia tahu bahwa setiap kemenangan akan membawa kepada kemenangan yang lain, jadi dia berbuat seolah-olah mendukung ketaatan Kristus terhadap apa “yang tertulis,“ sebagaimana halnya dengan pernyataannya mengenai kesatuannya dengan Bapa. Jelas bagi Setan bahwa Yesus menempatkan prioritas rohani mengatasi dunia jasmani jadi dia meminta kepada Yesus untuk melakukan sesuatu yang tidak akan ada kaitannya dengan perkara-perkara jasmani kendatipun akan menempatkan
tubuhNya dalam bahaya yang besar. Dia meminta kepadanya untuk melakukan sesuatu yang akan mendatangkan pengaruh keagamaan yang besar.Yang memiliki unsur penyangkalan diri dan pelayanan. Dia akan membuktikan kepada semua umat Allah, yang berkumpul di Bait Allah, bahwa Dia adalah benar-benar Anak Allah. Satu-satunya kesamaan antara pencobaan yang pertama dan pencobaan yang kedua adalah ekspresi: “Jika Engkau Anak Allah“
Injil mengatakan bahwa Setan membawa Yesus ke Kota Suci Yerusalem dan meminta Dia untuk berdiri di atas bubungan Bait Allah. Setan berkata, “Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah dirimu ke bawah. Sebab ada tertulis: Mengenai Engkau la akan memerintahkan malaikat-malaikatNya dan mereka akan menatang Engkau di atas tanganNya, supaya kakiMu jangan terantuk kepada batu.“ Sepertinya Setan menampilkan diri sebagai malaikat terang. Paulus melukiskan Setan dalam cara ini ketika dia menulis yang berikut ini: “sebab
Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang“ (II Korintus ll:14). Dia menampakkan diri sebagai salah seorang dari malaikat-malaikat tersebut, sebagaimana yang ditunjukkan dalam Mazmur: “Mereka akan menatang di atas tanganNya, supaya kakiMu jangan terantuk kepada batu“ (Mazmur 91:12). Setan sepertinya memberitahu kepada Yesus bahwa dia sendirilah yang akan melindungi Dia dari kehancuran, meskipun Dia menjatuhkan diriNya dari tempat yang tinggi itu. Jika Yesus mau melakukan hal ini maka Dia akan menunjukkan kepada
orang banyak dan kepada dunia bukti bahwa Dia berasal dari sorga, dari Allah.
Dari jawaban Kristus, kita mengetahui sifat dari pencobaan ini. Dia berkata, “Ada tertulis, janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!“ Dari tanggapan ini kita bisa melihat bahwa apa yang diketengahkan Alkitab pada satu tempat harus ditafsirkan dalam terang apa yang diketengahkan secara keseluruhan. Alkitab adalah penafsir yang paling baik. Kita memahami satu ayat dengan apa yang dikatakan tentang pokok yang sama dalam ayat-ayat yang lain. Ini adalah kunci untuk suatu ekposisi Alkitab yang benar. Pengalaman sudah menunjukkan
bahwa mempergunakan ayat-ayat keluar dari konteksnya dan mengambil pasal-pasal figuratif secara literal (harafiah) dapat mengarah kepada banyak kesalahan yang merusak.
Setan meminta kepada Yesus untuk menunjukkan keangkuhanNya sehubungan dengan AllahNya yang sudah memberikan kuasa, ketika dia mencobai Dia untuk yang kedua kalinya, di hadapan orang banyak. Namun demikian, roh dari Kitab-Kitab Suci dan apa yang terdapat di dalamnya memberikan alasan cukup untuk mengatakan bahwa Allah tidak mengijinkan

manusia untuk menempatkan dirinya dalam bahaya dengan tanpa alasan yang jelas dan memadai. Untuk bersandar pada perlindungan Allah dalam situasi seperti itu adalah salah. Tidaklah pada tempatnya bagi seseorang untuk meminta perlindungan Tuhan bilamana dia mengambil tindakan yang penuh resiko yang sebenarnya tidak perlu untuk dilakukan karena kesombongan atau karena menyukai sensasionalisme (sesuatu yang tidak lumrah). Jelas sekali bahwa hal ini berarti mencobai Tuhan. Yesus menghindari bahaya selama kehidupanNya sampai saatnya tiba dimana Dia mempersembahkan kehidupanNya sebagai korban untuk dosa. Aspek lainnya dari pencobaan ini adalah bahwa Setan meminta kepada Yesus untuk menampilkan suatu tindakan, yang nampak seperti sihir, untuk menjadikan orang-orang percaya kepadanya. Dengan demikian, Dia akan bergantung pada kuasa perbuatan-perbuatan ajaib daripada bergantung pada kuasa dari kebenaran; bergantung pada himbauan-himbauan intetektual daripada bergantung pada perasaan-perasaan hati; bergantung pada banyaknya jumlah orang yang berduyun-duyun mengelilingi Dia daripada mengajar mereka. Jika Setan berhasil mengalihkan perhatian Yesus dari keinginan untuk menarik orang-orang secara rohani maka dia akan tetap mempertahankan kekuasaannya atas
umat manusia, tidak peduli berapa banyak mujizat yang akan disaksikan oleh umat manusia!.
Yesus tidak jatuh ke dalam jebakan yang Pencoba sudah siapkan bagi Dia. Ya, Dia memang akan melakukan perbuatan-perbuatan mujizat sesudah itu, tetapi Dia tidak melakukan hal itu hanya untuk kepentingan sensasionalisme atau untuk menjadikan orang-orang mau percaya kepadaNya. Dia akan mengadakan mujizat-mujizat dengan maksud untuk memantapkan
iman orang-orang percaya. Iman dari umat manusia di dalam Dia tidak akan bergantung pada kuasaNya tetapi pada otoritas tertinggi dari kebenaran, berdasarkan pada kwalitas kekudusanNya, dan karena mengasihi Dia. Kedudukan dari keagamaan adalah hati bukan di kepala. Orang-orang tidak akan pernah melihat terang Allah, kecuali hati mereka dijamah. Inilah sebabnya mengapa Yesus selalu menolak permintaan orang-orang Yahudi ketika mereka meminta untuk melihat mujizat-mujizat dari langit.

2.4. Pencobaan yang ketiga: Politeisme

"Dan Iblis membawaNya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepadaNya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, dan berkata kepadaNya, ”Semua itu akan kuberikan kepadaMu, jika Engkau sujud menyembah aku.” Maka berkatalah Yesus kepadanya, ”Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!” Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus" (Matius 4:8-11).

Sesudah Setan gagal dalam rencananya yang licik dan sederhana, dia menjadi lebih berani. Kita melihat bagaimana dia mulai merubah permintaannya. Dia meminta kepada Kristus untuk melakukan apa yang dilarang; yaitu, untuk sujud menyembah di hadapannya. Sebagai gantinya, dia menjanjikan sesuatu yang tidak dapat dijumlahkan nilainya. Dalam cara yang

tidak kita mengerti Setan membawa Yesus ke atas puncak gunung yang tinggi dari mana dia bisa melihat seluruh kerajaan dunia dan kemuliaannya yang hanya sekejap, sambil berkata,
”Semua itu akan kuberikan kepadamu, jika Engkau sujud menyembah aku“ (Matius 4:9).
Dalam jawaban Kristus terhadap pencobaan ini kita tidak menemukan tanda-tanda bahwa Setan berbohong, atau bahwa janji-janjinya adalah palsu. Sebenarnya, Kristus bisa saja memaksa Setan untuk memenuhi janjinya. Dia menolak apa yang diminta oleh Setan, karena penyembahan hanya layak untuk Allah saja. Jika penyembahan bersifat munafik dan bukan keluar dari dalam hati maka penyembahan yang sedemikian itu tidak akan diterima.
Yesus tidak membenarkan kejahatan untuk mendapatkan kebaikan. Ini selalu merupakan rayuan dari Setan, dan rayuan itu akan merampas dari orang-orang yang suka berkompromi, berkat-berkat yang sebenarnya yang berasal dari Allah.
Pencobaan Setan yang ketiga ini membujuk Yesus untuk menerima kemuliaan dan harapan duniawi. Bahkan murid-murid Yesus dan Yohanes Pembaptis dicobai dalam hal ini. Mereka mengharapkan dan menginginkan kerajaan dunia yang besar yang akan didirikan oleh Yesus. Pada waktu yang Setan juga menginginkan agar Yesus mempromosikan impian populer Yahudi ini. Ini akan menyelamatkan Yesus dari kesulitan. ejekan, dan penderitaan dalam penyalibanNya, di samping akan menghindarkan Dia dari menanti-nanti dengan ,sabar
sampai ratusan tahun lamanya untuk menetapkan otoritasnya di bumi yang merupakan tempat dari Setan. Dengan demikian, di pemandangan Yesus sepertinya Dia dapat mencapai maksud tujuanNya dengan secara cepat dan mudah.
Disini sekali lagi, seperti apa penampilan Setan pada Yesus sukar untuk diketahui, sehingga sampai dia meminta kepada Yesus untuk menyembah kepadanya. Berani sekali Setan menyarankan kepada Anak Allah yang kudus untuk melakukan sesuatu yang dilarang oleh aturan keagamaan, dan hal ini menunjukkan kekeliruan besar yang sudah menyebabkan kejatuhan dari Setan sendiri. Untuk alasan inilah, Kristus menegur dia dengan sangat tegas, “Enyahlah, Iblis!“. Kendatipun Dia mengucapkan kata-kata ini, Yesus tidak menyangkal pembuktian Setan sehubungan dengan kekesalanNya, karena Dia sekali lagi mengutip perkataan Musa: “Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!“ (Ulangan 6:13).
Yesus memerintahkan kepada Setan untuk pergi, tetapi dia pergi hanya untuk sementara. Ketika kemenangan dari Raja Kebenaran atas Penguasa Kejahatan ditetapkan, dan Setan melarikan diri dalam kekalahan, maka kehadiran dari bala tentara sorgapun terbukti karena kita diberitahu bahwa malaikat-malaikat datang melayani Dia. Mereka memberikan kepadanya penghargaan sorgawi atas kemenanganNya dan menunjukkan perkenan Allah yang sangat besar terhadapNya. Betapa bahagianya malaikat-malaikat melayani Raja yang sudah mengalahkan Setan.

Di padang gurun itu, Yesus menghadapi tiga jenis pencobaan: keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup. Pencobaan terhadap daging adalah jasmaniah sifatnya, sehubungan dengan makanan; pencobaan terhadap mata adalah mentalitas sifatnya, karena mengarahkan perhatian manusia untuk melakukan hal-hal yang sensasional; pencobaan terhadap keangkuhan hidup adalah rohani sifatnya dan maksud tujuannya adalah untuk memperoleh kekuasaan, kemuliaan dan kebesaran duniawi. Yesus dicobai seperti kita semua agar dengan demikian Dia bisa memahami dan ikut merasakan bersama kita pada saat kita dicobai. Sebagai akibatnya, Yesus dikuatkan dan dimuliakan. Setan menyaksikan kuasa Yesus karena pencobaan yang pertama adalah meminta kepada Kristus untuk merubah
batu-batu menjadi roti sesuatu yang sebenarnya tidak ada salahnya. Namun demikian, Setan menghendaki agar Yesus melakukan hal itu dengan maksud agar secara perlahan-lahan dia bisa mencabik-cabik Dia dengan rencananya yang lebih jahat.
Kami beranggapan bahwa pencobaan Yesus di padang gurun sebagai baptisannya yang ketiga; yaitu baptisan api sesudah baptisan air dan baptisan Roh Kudus. Ada juga baptisan keempat yang harus Dia jalani: yaitu baptisan darah dan Salib.
Adam yang pertama mewakili semua manusia ketika dia dicobai dan jatuh. Dia
bersama-sama dengan semua keturunannya, layak untuk neraka. Adam yang kedua, Yesus, juga mewakili semua manusia. Ketika Dia dicobai, tetap setia, Dia menjadikan mungkin bagi pengikut-pengikutNya untuk masuk sorga. Dengan kegagalan Adam Yang Pertama, taman Eden menjadi padang gurun. Tetapi karena ketahanan dari Adam Yang Kedua, padang gurun menjadi firdaus. Padang gurun kejahatan menjadi firdaus kebenaran; padang gurun
kebencian menjadi firdaus damai sejahtera. padang gurun kemarahan Ilahi dan pehukuman kekal berubah menjadi firdaus kemurahan dan sukacita Allah dan kehidupan kekal; padang gurun berupa permusuhan terhadap Allah, menjadi firdaus dari anak-anak Allah; padang gurun keputus-asaan dan kehancuran, menjadi firdaus pengharapan dan keselamatan.

3. YESUS MEMILIH MURID MURID YANG PERTAMA

Pada keesokan harinya, Yohanes berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya. Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata: ”Lihatlah Anak domba Allah!” Kedua murid itu mendengar apa yang dikatakannya itu, lalu mereka pergi mengikut Yesus. Tetapi Yesus menoleh ke belakang. Ia melihat bahwa, mereka mengikut Dia lalu berkata kepada mereka: “Apakah yang kamu cari?“ Kata mereka kepadanya: “Rabi (artinya:Guru), di manakah Engkau tinggal?“ Ia berkata kepada mereka: “Marilah dan kamu akan melihatnya.“ Merekapun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia; waktu itu kira-kira pukul empat. Salah seorang dari keduanya

yang mendengar perkataan Yohanes lalu mengikut Yesus adalah Andreas, saudara Simon Petrus. Andreas mula-mula bertemu dengan Simon, saudaranya, dan ia berkata kepadanya: ”Kami telah menemukan Mesias (artinya Kristus).” Ia membawanya kepada Yesus. Yesus memandang dia dan berkata: “Engkau Simon, anak Yohanes, engkau akan dinamakan Kefas (artinya:Petrus - Sebuah Batu Karang)” (Yohanes 1:35-42).

Yohanes Pembaptis berdiri bersama dengan dua orang muridnya ketika dia melihat Yesus lewat. Dia berkata, ”Lihatlah Anak domba Allah!” Salah satu dari kedua murid ini adalah Andreas dari kota Betsaida di sebelah utara dari Danau Tiberias, di Galilea Utara. Dia datang dari tempat yang sangat jauh untuk menjadi murid Yohanes Pembaptis. Yang kedua adalah Yohanes, Anak Zebedius. yang juga berasal dari Betsaida.
Kita tidak tahu apa yang sebelumnya mereka dengar dari guru mereka, Yohanes Pembaptis, tentang Kristus. Tetapi mereka mendengar dia berkata bahwa Yesus adalah Anak domba Allah. Hari berikutnya, Yohanes melihat Yesus datang ke arahnya dan berkata, “Lihat! Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia!“ (Yohanes 1:29). Ketika dia melihat Yesus lewat, dia berkata. “Lihatlah Anak domba Allah!” (Yohanes 1:36). Gelar atau sebutan ini setuju dengan kata-kata dari nabi Yesaya:

"Dia dianiaya, tetapi Dia membiarkan dirinya ditindas, dan tidak membuka mulutnya; seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu, di depan orang-orang yang menggunting bulunya, la tidak membuka mulut Nya." (Yesaya 53:8)

Yohanes Pembaptis adalah anak seorang imam. Pekerjaan khusus dari seorang imam adalah mempersembahkan korban persembahan domba dalam Bait Allah. Korban persembahan tersebut harus tidak bercacat-cela. Ketika Yohanes Pembaptis mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah, dia sebenarnya bermaksud untuk menunjukkan bahwa Yesus adalah sempurna dan tanpa cacat-cela. Orang yang hidup menyendiri dan juga seorang pengkhotbah besar ini penuh dengan Roh Kudus. Dia tahu jelas bahwa korban-korban persembahan binatang di Bait Allah merupakan simbol atau bayangan dari korban persembahan yang asli dan yang sebenarnya; yaitu, Anak Domba Allah, yang dibantai sesuai dengan maksud tujuan Allah yang sudah ditetapkan jauh sebelum dunia dijadikan (I Petrus 1: 18-20). Dia tahu dengan sejelas-jelasnya bahwa korban persembahan binatang tidak dapat menghapuskan
Dosa karena hal ini hanya bisa diwujudkan di dalam Kristus, yang adalah Anak Domba Allah yang dikorbankan.
Pengaruh dari kesaksian Yohanes Pembaptis tentang Kristus sungguh sangat terbukti. Andreas dan Yohanes segera saja mengikut Yesus dengan sepenuh hormat dengan tanpa mengatakan sesuatu apapun. Ketika Kristus memperhatikan mereka, Dia berpaling dan bertanya kepada mereka, ”Apakah yang kamu cari?“ (Yohanes 1:38). Kristus biasanya mengajukan pertanyaan kepada siapapun yang sepertinya mau mengikut Dia. Alasan atau apa yang mendorong pengikut-pengikutNya untuk mengikut Dia adalah sangat berbeda-beda dan semua itu perlu dipastikan terlebih dahulu sebelumnya. Satu kali Dia berkata kepada
orang-orang yang mau mengikut Dia, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang“ (Yohanes 6:26). Itulah sebabnya mengapa Dia tidak menerima mereka sebagai murid-murid.

Andreas dan Yohanes menjawab pertanyaan Yesus dengan penuh hormat dan kesiapan diri. Bahwa mereka ingin menyesuaikan diri pada saat yang tepat untuk mendengar dan belajar
dari Dia. Mereka berkata, “Rabi, di manakah Engkau tinggal?“ (Yohanes 1:38). Dia menolak untuk memberitahu kepada mereka, karena Dia ingin mereka mengetahui bahwa Dia menantikan mereka -- dan masih menantikan setiap orang -- untuk mengikut Dia pada waktu itu juga. Dia menolak orang-orang yang menunda-nunda dalam mengikut Dia. Dia
mendorong orang-orang untuk mengikut Dia dengan segera, jika tidak demikian Dia tidak akan menerima mereka. Dia memberitahu kepada Andreas dan Yohanes, “Marilah dan kamu akan melihatnya.” Ketika mereka mematuhi Dia, Dia meminta kepada mereka untuk tinggal dengan Dia di sepanjang hari. Ini tetap merupakan ketetapan Ilahi untuk melakukan segala sesuatu. Seseorang menerima Iman, bukan karena kesaksian dari orang lain kepadanya, tetapi karena dia mengalaminya secara pribadi. Dia sudah menyaksikan atau melihat sendiri, seperti yang dikatakan oleh Daud: ”Kecaplah dan lihatlah betapa baiknya TUHAN itu!
Berbahagialah orang yang berlindung kepadaNya!“ (Mazmur 34:9).
Kehidupan dari Andreas dan Yohanes berubah secara menyeluruh sesudah mereka bertemu Kristus. Kendatipun Andreas tidak menjadi sangat terkenal, dia membawa Simon, saudaranya, kepada Yesus. Nampak sepertinya bahwa Simon juga menjadi murid Yohanes Pembaptis sebelumnya. Andreas mencari Simon sampai dia menemukannya. Kemudian dia memberitahu kepadanya mengenai harta kekayaan besar yang sudah diketemukannya bersama Yohanes, kawannya. Dia berkata, “Kami telah menemukan Mesias “ (Yohanes

1:41). Ekspresi ini meliputi jalan keselamatan. Siapapun yang menemukan Yesus sudah menemukan segala sesuatu, dan tidak memerlukan lagi orang lain. Yesus adalah yang tentang Dia Daud berkata. ”Tuhan adalah gembalaku, aku tidak akan kekurangan” (Mazmur 23: 1). Dia adalah jalan, kebenaran dan kehidupan (Yohanes 14:6); siapapun yang sudah

menemukan ketiga hal ini sudah menemukan segala sesuatu. Andreas tidak merasa puas dengan kata-kata saja, tetapi menunjukkannya dengan perbuatan, karena dia membawa saudaranya kepada Yesus. Semua yang benar-benar menemukan Yesus seharusnyalah segera mengajak orang-orang yang lain dan membawa mereka kepada Dia, dimulai dengan yang terdekat, sebagaimana Andreas membawa saudaranya.

Segera sesudah Yesus melihat Simon, Dia tahu akan dia. Bahkan, sebelum Dia melihat dia, Dia mengetahui sifat-sifat, talenta-talenta dan masa depan Simon. Dari pertemuan yang pertama, Dia memberi nama baru kepadanya: Petrus (dalam bahasa Gerika) atau Kefas (dalam bahasa Aram) yang kedua-duanya berarti ”batu.“ Petrus tidak layak untuk mendapatkan sebutan ini sampai Roh Kudus memenuhinya, mengijinkan dia untuk menunjukkan talenta-talenta yang menjadikan dia layak untuk nama atau sebutan ini.

Pada keesokan harinya Yesus memutuskan untuk berkangkat ke Galilea. Ia bertemu dengan Filipus dan berkata kepadanya: ”lkutlah Aku!“ Filipus itu berasal dari Betsaida, kota Andreas dan Petrus. Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: “Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret.“ Kata

Natanael kepadanya:“ Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret ?“ Kata Filipus kepadanya: “Mari dan lihatlah!“ Yesus melihat Natanael datang kepadanya, lalu berkata tentang dia: “Lihat inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!“ Kata Natanael kepadaNya: “Bagaimana Engkau mengenal aku?“ Jawab Yesus kepadanya: “Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara.“ Kata Natanael kepadaNya: “Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!“ Yesus menjawab kataNya: “Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu.“ Lalu kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia“(Yohanes

1:43-51).

Simon segera saja bergabung dengan Andreas dan Yohanes. Ketiganya menjadi murid Yesus. Jadi, maksud tujuan dari kunjungan Kristus ke Betsaida terpenuhi sudah. Hari berikutnya, Yesus mempersiapkan diri untuk kembali ke tempat tinggalNya di Galilea. Namun demikian. sebelum Dia pergi Dia memanggil murid yang keempat: Filipus, yang juga berasal Betsaida. Yesus menemukan dia dan berkata, “Ikutlah Aku!“ (Yohanes 1:43). Prinsip umum dalam iman Kristen adalah: “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu, carilah maka kamu akan mendapat., ketoklah maka pintu akan dibukakan bagimu“ (Matius 7:7). Allah
juga menegaskan prinsip ini melalui nabi Yeremia:“Apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati“ (Yeremia 29:13). Tetapi hukum atau ketentuan ini ada pengecualiannya; Filipus dan Matius adalah yang berada di antara pengecualian ini. Bagi mereka, kata-kata dari nabi Yesaya adalah benar:

Aku telah berkenan memberi petunjuk kepada orang yang tidak menanyakan Aku; Aku telah berkenan ditemukan oleh orang yang tidak mencari Aku. Aku telah berkata: “Ini Aku, ini Aku!“ Kepada bangsa yang tidak memanggil namaKu.” (Yesaya 65:1)

Semangat untuk memenangkan jiwa-jiwa bagi Kristus segera saja nampak dalam diri Andreas dan Filipus. Filipus menemukan sahabat khususnya, Natanael, dari Kana di Galilea, dan memberitahukan kepadanya bahwa Yesus adalah Dia yang tentangNya Musa sudah mengatakannya dalam kitab-kitab Taurat, sebagaimana juga yang sudah dituliskan dalam kitab Nabi-nabi (Yohanes 1:45). Natanael meragukan berita ini karena dia percaya bahwa Mesias tidak akan pernah muncul dari Nazaret -- sebuah kota yang terkenal tidak baik reputasinya, karena kejahatan dari penduduknya. Natanael membantah Filipus, dengan menanyakan mungkinkah sesuatu yang baik datang dafi Nazaret. Filipus memberitahu kepadanya untuk datang dan melihat sendiri (Yohanes 1:46). Dia tahu bahwa hal terbaik bagi dia adalah untuk bertemu Yesus sendiri, daripada melibatkan diri dalam perdebatan. Sering kali perdebatan atas kepercayaan-kepercayaan keagamaan adalah sia-sia dan kadang-kadang bahkan merusak. Kesaksian terbaik dari mulut orang-orang percaya adalah “Mari dan lihatlah” (Yohanes 1:39). Roh Kudus berbicara melalui Yesus ketika Dia memberitahu kepada murid-muridNya, ”Marilah dan kamu akan melihatnya” Dia berbicara sekali lagi melalui Filipus dengan kata-kata yang sama. Natanael sangat puas dengan undangan ini dan

tidak meminta bukti-bukti lain untuk memastikannya. Dia sepenuhnya percaya pada persepsi dan kejujuran Filipus, dan setuju untuk bertemu dengan Yesus secara pribadi.
Yesus mengetahui latar belakang dan kesungguhan hati Natanael dengan tanpa perlu untuk bertemu dia atau mendengar mengenai dia dari orang lain. Sementara Nataneal mendekati Yesus bersama dengan Filipus, Dia berkata kepada orang-orang yang ada disekelilingnya: “Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!“ (Yohanes 1:47). Natanael sangat terkejut mendengar kesaksian dari orang yang belum pernah dikenalnya, mengenai dirinya “Bagaimana Engkau mengenal aku?:“ dia bertanya. Yesus menunjukkan kepadanya bahwa Dia sudah melihatnya dengan pandangan supernaturalNya bahkan sebelum Filipus memanggilNya. Dia melihat dia pada saat duduk menyendiri di bawah sebuah pohon ara ketika bersaat teduh dan berdoa, mengira bahwa tidak ada seorangpun yang melihat dia. Dia mendapatkan bahwa Yesus adalah maha tahu, dan segera saja dia percaya kepadaNya. Dia berkata pada Kristus: ”Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!“ (Yohanes

1:49). Bisa saja terjadi bahwa Natanael sudah pernah mendengar kesaksian Yohanes Pembaptis bahwa Kristus adalah dia Anak Allah, entah mendengar sendiri ataupun melalui orang lain, dan oleh karena itu dia mengulangi lagi kesaksian yang pernah diberikan oleh Yohanes Pembaptis, gurunya yang pertama. Adalah Natanael, yang untuk pertama kalinya memberikan gelar kepada Yesus, “Raja orang Israel.“

Yesus menjawab kesaksian Natanael dengan mengatakan, “Kamu akan menyakiskan perkara-perkara yang lebih besar dari ini “ Yesus bermaksud untuk mengatakan bahwa sorga akan terbuka bagi umat manusia sesudah tertutup karena Dosa. Dia, sebagai Anak Manusia. akan menjembatani jurang pemisah antara bumi dan sorga dan mengutus
malaikat-malaikat untuk melayani umat manusia. Mereka akan berjaga-jaga atas orang-orang percaya dan membawa mereka ke sorga sesudah kematian (lihat Ibrani 1: 14; Lukas

16:22). Malaikat-malaikat juga akan melayani Yesus. Anak Manusia bilamana diperlukan

(Yohanes 1: 50, 51).

Ketika mempunyai tiga kesaksian yang menunjukan bahwa Yesus adalah Anak Allah; suara dari sorga pada baptisanNya, Yohanes Pembaptis. dan yang terakhir Natanael. Tetapi kita melihat di sini untuk pertama kalinya, kesaksian dari Kristus sendiri bahwa Dia adalah Anak Manusia; yaitu, Anak Adam. Nabi-nabi lain sudah mempergunakan sebutan ini sebelumnya, khususnya Yehezkiel (Yehezkiel 2:1). Yesus berkenan memakai sebutan ini dan tidak merasa direndahkan oleh sebutan itu. Bahkan Dia juga memuji Natanael karena mempercayaiNya sebagai Anak Allah dan Raja orang Israel. Akankah Yesus memuji Natanael kalau dia berdusta, berkhayal atau hanya membesar-besarkan? Akankah Dia menerima pernyataan hujatan dengan tanpa memprotes? Bagaimana Dia bisa membenarkan sebutan ”Raja orang Israel” jika dia hanya Anak Maria, seorang manusia biasa?
Dalam jawaban Kristus pada Natanael, kita menjumpai kesaksianNya yang pertama tentang diriNya. Tidak ada nabi rasul atau manusia yang pernah mengatakan ini mengenai diriNya

sebelumnya. Bilamana orang yang hidup benar dan tahu segala sesuatu mengucapkan sesuatu tentang diriNya adalah sangat penting untuk mengetahui kebenaran mengenai orang tersebut. Itulah sebabnya mengapa Yesus berkata. “Biarpun Aku bersaksi tentang diriku sendiri,
namun kesaksianKu itu benar, sebab Aku tahu dari mana Aku datang dan ke mana Aku pergi“ (Yohanes 8:14). Tidaklah mungkin bagi Kristus, sebagaimana keberadaanNya, membuat pernyataan-pernyataan palsu, mengenai diriNya karena kejujuranNya akan menjaga Dia dari melakukan sesuatu yang tidak benar dan pengertianNya akan melindungiNya dari melakukan kesalahan apapun. Kalau saja Dia menerima pujian yang
palsu, maka Dia bisa tidak memiliki kemampuan atau secara moral tidak beres. Seorang yang terhormat akan menolak bentuk pujian atau sebutan apapun yang melebihi dari apa yang
layak untuk diterimaNya, entahkah itu yang sehubungan dengan kesalehan, kemampuan, atau kedudukan. Betapa lebih lagi Yesus, Dia akan menolak pernyataan-pernyataan mengenai dirinya yang berlawanan dengan kenyataan-kenyataan yang sebenarnya!
Para tua-tua Yahudi tahu betapa pentingnya perkataan-perkataan yang diucapkan oleh orang yang hidup benar tentang dirinya sendiri. Oleh karena itu, mereka bertanya pada Yohanes Pembaptis siapa dia sebenarnya. Mereka mengajukan pertanyaan kepadanya untuk mendapatkan jawaban yang akan mereka bawa kembali untuk disampaikan pada orang-orang yang telah mengutus mereka. “Apakah katamu tentang dirimu sendiri?“ demikian
pertanyaan mereka (Yohanes 1:22). Keterangan Yohanes Pembaptis mengenai dirinya, kurang dari apa yang seharusnya dia terima. Tidak ada seorangpun yang akan menganggap Yohanes Pembaptis lebih baik atau lebih tahu daripada Kristus yang jauh melampaui setiap orang baik dalam kecerdasan, kejujuran, kerendahan hati, dan yang murni serta benar perkataannya. Itulah sebabnya mengapa kami menekankan pada betapa pentingnya kata-kata Kristus mengenai diriNya.
Adalah jelas bahwa jika ada orang lain selain Kristus akan mengatakan klaim atau pernyataan mengenai diriNya sendiri maka orang tersebut hanya akan mendapatkan hinaan dan bahkan tuntutan dari orang-orang yang cerdas dan saleh. Seorang ateis (orang yang tidak percaya akan adanya Allah), dalam percakapan dengan seorang penulis Inggris yang terkenal Carlyle, menyatakan dengan secara kurang ajar, “Saya dapat mengatakan tentang diri saya seperti apa yang Yesus katakan mengenai dirinya, “Aku dan BapaKu adalah satu“. Carlyle menjawab: ”Ya, tetapi dunia percaya pada pernyataan Kristus. Tetapi dengan anda, siapa yang mempercayai pernyataan anda?“

4. MUJIZAT KRISTUS YANG PERTAMA

"Pada hari ketiga ada perkawinan di Kana yang di Galilea, dan ibu Yesus ada di situ. Yesus dan murid-muridNya diundang juga ke perkawinan itu. Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepadaNya: ”Mereka kehabisan anggur.” Kata Yesus kepadanya: ”Mau apakah engkau dari padaku ibu? SaatKu belum tiba.“ Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pclayan: “Apa yangdikatakan kepadamu buatlah itu!“ Di situ ada enam tempayan yang disediakan untuk

pembasuhan menurut adat orang Yahudi, masing-masing isinya dua tiga buyung. Yesus berkata kepada pelayan-pelayan itu: ”Isilah tempayan-tempayan itu penuh dengan air.”Dan merekapun mengisinya sampai penuh. Lalu kata Yesus kepada mereka: “Sekarang cedoklah dan bawalah kepada pemimpin pesta.“ Lalu merekapun membawanya. Setelah pemimpin pesta itu mengecap air, yang telah menjadi anggur itu - dan ia tidak tahu dari mana datangnya, tetapi pelayan-pelayan, yang mencedok air itu mengetahuinya – ia memanggil mempelai laki-laki, dan berkata kepadanya: ”Setiap

orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.”Hal itu dibuat Yesus di

Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tandaNya dan dengan itu la telah menyatakan kemuliaanNya dan murid-muridNya percaya kepadaNya".

Kita tidak akan menyebut tindakan apapun sebagai mujizat jika kita dapat menemukan penjelasan yang alami untuk itu. Dewasa ini kepercayaan terhadap mujizat sudah semakin meningkat karena manusia sudah memperluas jangkauan kontrolnya terhadap hukum-hukum alam mempergunakannya untuk mendatangkan hasil-hasil yang menakjubkan. Para ilmuwan pada zaman kita sekarang ini sudah jauh melampaui para ilmuwan pada tahun-tahun sebelumnya dalam menghasilkan hal-hal yang mengherankan yang dahulunya disebut
sebagai mujizat -- hal-hal seperti menerbangkan atau mengirim roket ke bulan. Jika umat ciptaan sesekali menemukan hal-hal yang besar, betapa lebihnya yang dapat dilakukan oleh Pencipta dengan hukum-hukum alam yang Dia sudah tetapkan pada tempatnya? Jadi penemuan-penemuan dan penciptaan-penciptaan yang semakin bertambah-tambah sementara waktu terus berjalan, membuktikan dimungkinkannya mujizat-mujizat Ilahi. Mujizat-mujizat tersebut bisa diterima oleh akal -- bahkan sangat perlu -- sebagai bukti yang kelihatan terhadap Pencipta yang mengontrol ciptaanNya. Bukti otentik adalah sangat penting, karena itu merupakan salah satu cara yang sangat berhasil bagi Allah untuk menyatakan kepada manusia apa yang perlu untuk Dia ketahui sehubungan dengan apa yang perlu untuk
diketahui tentang diriNya dan kehendakNya.
Kami tidak mengatakan bahwa catatan mengenai mujizat-mujizat Kristus adalah perlu untuk membuktikan kebesaranNya. Penulis data keempat Injil tidak menunjuk pada Yesus yang mengadakan mujizat sebelum Dia memulai pelayanan pekabaran InjilNya pada usia tiga puluh tahun. Ini merupakan indikasi penting dari keaslian para penulis Injil. Namun demikian, jika kita percaya bahwa para nabi dan rasul mengadakan mujizat-mujizat dengan kuasa Ilahi yang diberikan kepada mereka dari Allah, betapa lebihnya kita harus percaya bahwa sumber dari kuasa -- Allah yang berinkarnasi – akan mengadakan mujizat-mujizat, sesuai dengan haknya, mengatasi apapun yang sudah dilakukan oleh orang lain!
Mujizat Kristus merupakan mujizat belas kasihan dan bukan dendam ataupun kebencian. Hanya dua mujizat yang Yesus lakukan yang mendatangkan kerusakan atau kerugian secara materi, yang maksud tujuannya adalah untuk mengajarkan kepada kita suatu pelajaran rohani (lihat Lukas 8:26-33 ; Markus 11:12-14, 20-24). Dia tidak pernah mengerjakan mujizat untuk maksud tujuan yang hanya mementingkan diri sendiri saja, untuk membuat

orang-orang takjub, atau untuk menarik orang-orang agar mau percaya kepadaNya. Sebaliknya, mujizat-mujizat tersebut dimaksudkan untuk memperkuat atau mempertegas iman orang-orang percaya, karena Dia menolak untuk melakukan mujizat seperti yang diminta oleh orang-orang Yahudi agar mereka bisa percaya. Dalam mujizatNya yang pertama, Dia menunjukkan kemuliaanNya, dan murid-muridNya percaya kepadanya. Dalam semua mujizatNya, ada arti rohani dan maksud tujuan yang dalam Melalui mujizat-mujizat itu, Dia menyatakan pemikiran-pemikiranNya, prinsip-prinsipNya, dan ajaran-ajaranNya yang mulia sebagaimana halnya dengan keindahan dan kualitas kekudusanNya. Lebih dari itu, kita tidak akan banyak belajar mengenai apa saja yang dilakukan dan perjalananNya bilamana tidak ada catatan mengenai perbuatan-perbuatan mujizat yang dilakukaNya. Misalnya, kita menyebutkan mengenai perjalananNya menuju ke daerah Tirus dan Sidon di mana Dia mengadakan salah satu dari mujizat-mujizatNya. Kita juga tidak akan tahu akan belas kasihanNya terhadap semua orang yang dibuktikan melalui mujizat-mujizat kesembuhanNya dan dalam hal memberi makan ribuan orang. Dia menunjukkan otoritasNya untuk mengampuni dosa ketika Dia menyembuhkan orang yang lumpuh di Kapernaum. Jika mujizat-mujizat disingkirkan dari catatan kehidupan Kristus, maka hal itu akan
merobek-robek inti utama dari berita Injil itu sendiri yang menyebabkan catatan mengenai kehidupan Kristus menjadi membingungkan dan sukar untuk dimengerti. Hal itu akan menyebabkan kebenaran dari penulisan Injil dipertanyakan. Lebih dari itu, mujizat Kristus sudah mendukung kebenaran dari pernyataannya bahwa Dia datang dari sorga. Orang-orang yang sungguh-sungguh dan tulus hati pada zaman Yesus percaya kepadanya; orang-orang Yahudi yang memusuhiNya juga mempunyai perasaan yang sama, kendatipun mereka tidak pernah mengakuinya.

4.1. Merubah air menjadi anggur

Berubahnya air menjadi anggur merupakan mujizat yang tidak dapat diterangkan secara alami. Ini merupakan mujizat pertama Yesus yang terjadi di Kana di Galilea, kota asal dari murid baruNya, Natanael yang melampaui murid-murid yang lain dalam hal kuasa dan kejelasan dalam kesaksiannya tentang Yesus. Dalam kasihnya pada Kristus, dia mengundang Gurunya yang baru dan sahabat-sahabatnya untuk datang dan menjamu mereka di rumahnya, seperti yang dilakukan oleh Matius ketika dia masuk percaya (Lukas 5:19-39). Ini juga yang dilakukan oleh Lidia pada zaman para rasul (Kisah Para Rasul 16:15).
Selama kunjungan ke Kana ini Yesus diundang untuk menghadiri pesta perkawinan, bersama dengan ibu, saudara-saudaraNya dan murid-murid. Mereka harus mengadakan perjalanan
dari Nazaret ke Kana, sekitar dua jam perjalanan dengan berjalan kaki. Barangkali
murid-murid tidak mengharapkan kalau Yesus akan menerima undangan ini, mengira bahwa Yesus tidak berbeda dengan guru mereka sebelumnya, Yohanes Pembaptis. Mereka mengira bahwa Yesus akan mengikuti cara atau pola hidup yang sama seperti Yohanes Pembaptis dan pendahulunya yaitu Elia, yang menjauhi kesenangan dunia dan menghayati kehidupan

sebagai petapa. Mereka barangkali mengira bahwa seorang pemimpin besar keagamaan seperti Yesus akan menjauhkan diri dari mengikuti perayaan pesta pernikahan yang berlangsung sampai sepekan, di mana semangat perayaan seringkali akan lebih diutamakan daripada semangat keagamaan. Tetapi Yesus bisa menghadiri upacara yang singkat ini karena sudah menjadi adat kebiasaan bagi mempelai Laki-laki dan perempuan untuk mengadakan waktu sehari penuh sebelum perkawinan mereka di dalam doa, puasa dan pengakuan atas dosa-dosa mereka.
Juruselamat bagi seluruh umat manusia tidak akan menjadi seperti Yohanes Pembaptis. Dia tidak datang untuk menampilkan suatu sistem keagamaan yang ketat dan keras, memberitakan api neraka bagi orang-orang berdosa. Dia ikut merasakan sukacita dan kesedihan dari umat manusia karena Dia datang untuk menunjukkan kasih Allah bagi semua
manusia. Dengan senyum di wajahNya, Dia memberitakan bahwa Dia adalah pemula dan inti kabar baik dari injilNya. Dia menyempurnakan gambaran keagamaan melalui mengembangkan antar hubungan sosial, persekutuan, dan kesukaan-kesukaan dunia yang bersih. Semua ini merupakan simbul dari sukacita rohani yang merupakan salah satu dari
pilar atau tiang dari kerajaanNya.
Yohanes Pembaptis menampilkan keagamaan yang keras dan ketat, sementara Kristus, utamanya, menunjukkan contoh keteladanan dari keagamaan yang penuh dengan kasih dan kemurahan. Yohanes menekan orang-orang untuk bertobat, tetapi Kristus mengundang mereka untuk sadar dan menyesali dosa-dosa mereka. Yohanes tidak makan dan minum dengan orang banyak, tetapi Yesus melakukannya. Dia menerima undangan untuk makan bersama. Yohanes mengenakan pakaian dari kulit dan bulu unta, tetapi jubah Kristus terbuat dari kain lenan yang baik; tentara-tentara Roma membuang undi untuk jubah Yesus tersebut pada penyalibanNya. Ketika memperkenalkan khotbahNya, Yohanes Pembaptis menyatakan, “Hai keturuanan ular beludak! Siapakah yang memberitahukan kepadamu untuk melarikan diri dari pehukumanan yang akan datang?“ (Matius 3:7). TetapiYesus memulai khotbahNya dengan mengatakan, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga“ (Matius 5:3). Murid-murid Yesus mengikuti
langkah-langkah dari Guru baru mereka, dan ketika Dia menerima undangan untuk menghadiri perkawinan di Kana, mereka pergi bersama dengan Dia.
Selama berlangsungnya pesta perkawinan, ternyata anggur habis. Maria tahu akan hal ini karena hubungannya yang dekat dengan keluarga yang menyelenggarakan perkawinan, tetapi tamu-tamu yang lain nampaknya tidak menyadari akan hal ini. Dia memberitahu kepada Yesus bahwa mereka kehabisan anggur. Barangkali dia berharap agar pengharapannya di dalam Dia diperbaharui sesudah mendengar apa yang terjadi di tepi sungai Yordan. Barangkali dia ingin agar Dia menunjukkan kepada orang-orang kemampuan yang dia mengetahui bahwa Dia memilikinya karena dari mana Dia berasal. Dia barangkali juga ingin menampilkan sesuatu, karena rasa kebanggaanNya sebagai seorang ibu, atau barangkali dia

merasa bahwa kehadiran Yesus dan murid-murid yang banyak dianggap sebagai salah satu penyebab dari kekurangan anggur. Barangkali juga karena beberapa alasan lainnya yang kita tidak mengetahuinya.
Jawaban Kristus terhadap permintaan Maria menunjukkan bahwa dia sudah melakukan campur-tangan lebih daripada yang seharusnya. Dia memberitahu kepadanya: “Mau apakah engkau dari padaku, ibu? SaatKu belum tiba“ (Yohanes 2:4). Yesus mengetahui bahwa dia memerlukan kata-kata yang agak keras agar dia mengerti otoritasNya yang baru, pengalaman baru yang ada di hadapanNya, dan perubaban total yang sekarang akan terjadi dalam hubungannya dengan keluargaNya. Kata-kata Yesus ini sepertinya merupakan batas baru antara Dia dan ibuNya. kata-kata Yesus ini memisahkan masa lalu dan masa depanNya. Yesus bermaksud mengajar Dia untuk jangan ikut campur tangan dalam pelayananNya. Ketika Dia berkata kepadanya. “Mau apakah engkau dari padaku, ibu?,“ dia menyadari
bahwa otoritas yang dia punyai terhadapnya tidak akan berlaku lagi. Dia tidak lagi menjadi ibuNya. Sebelum itu, Dia sudah belajar dari dia dan mentaati dia, tetapi sekarang dia belajar dari Dia. Dia tidak lagi memerlukan tuntunan dan bimbingan darinya. Maria menerima teguran yang halus ini dan tunduk kepadaNya dengan penuh hormat, dan memberitahu kepada pelayan-pelayan untuk melakukan apa saja yang Dia perintahkan kepada mereka
Kristus tahu bahwa saatnya untuk melakukan berbagai tanda mujizat sudah tiba. Jadi Dia menunjukkan kepada orang banyak bukti dari karya dan otoritas Ilahinya. Setiap orang mengetahui, teristimewa murid-muridNya, bahwa Dia merendahkan diriNya melalui Inkarnasi adalah pilihanNya dan bukan karena paksaan. Dia bermaksud untuk meneguhkan iman dari pengikut-pengikutnya. Dia juga bermaksud untuk mengembangkan sejenis kemahsyuran yang dapat membawa banyak orang untuk datang dan mendengarkan
ajaran-ajarannya. Dia bermaksud untuk mengundang mereka kepada keselamatan di dalam Dia dengan iman. Dia juga bermaksud untuk menunjukkan kasihNya kepada semua manusia sebagaimana kepada Bapa yang sudah mengutus Dia. SaatNya untuk melakukan suatu mujizat tidak akan tiba sampai semua usaha manusia gagal. Baru kemudian, pertolongan Ilahi tersedia.
Ada enam tempayan di dalam masing-masing bisa memuat sekitar delapan ember air, Karena ada banyak tamu yang baru saja melakukan ritual pembasuhan mereka sesuai dengan hukum Yahudi. maka tempayan-tempayan ini kosong. Ketika saat Kristus untuk melakukan mujizat yang pertama tiba, Dia memberitahu kepada pelayan-pelayan untuk mengisi
tempayan-tenpayan dengan air. Mereka memenuhinya sampai penuh.Yesus kemudian menyuruh mereka untuk mencedok anggur dan membawa kepada kepala perjamuan terlebih dahulu. Ketika orang ingin mencicipinya, dia mengatakan betapa enakaya anggur yang terakhir tersebut, Dia mengatakan hal itu di hadapan umum dan berterima kasih kepada mempelai secara pribadi karena menyimpan anggur yang terbaik untuk dikeluarkan paling akhir.

Kristus bermaksud untuk menyelamatkan keluarga yang menyelenggarakan pesta kawin dari rasa malu yang amat sangat, karena persediaan anggur ternyata tidak mencukupi untuk dihidangkan pada para tamu undangan. Dia melakukan ini dengan mujizat yang sangat jelas yang tidak perlu untuk dijelaskan. Dia menghasilkan anggur dari tempayan air yang kosong untuk membuktikan bahwa anggur itu dibuat dari air, dan bukan dari anggur yang dicampur dengan air. Dia memilih tempayan-tempayan besar untuk jangan menimbulkan kesan bahwa Dia sudah membawa anggur dari luar. Dia minta kepada pelayan-pelayan, bukan
murid-muridNya, untuk menghidangkannya agar dengan demikian tidak ada seorangpun yang akan berpikir bahwa Dia sudah menipu mereka; Dia menyuruh pelayan-pelayan untuk mengisi tempayan sampai penuh, agar dengan demikian tidak ada seorangpun yang menuduh mereka dalam hal sudah menambahkan anggur pada air.
Mujizat ini disaksikan oleh banyak orang dalam jumlah besar dari kota itu termasuk pelayan-pelayan yang tidak pernah bertemu Yesus sebelumnya. Karena itu tidaklah masuk akal kalau mereka sudah bersepakat untuk melakukan tipuan sehubungan dengan hal itu, orang yang bertanggung jawab (kepala perjamuan) menegaskan mutu yang tinggi dari
anggur. Dengan demikian tidak ada orang yang mengira bahwa apa yang diucapkan itu hanya merupakan khayalan dari orang yang sedang mabuk. Kepala Perjamuan Yang bertanggung Jawab untuk pelaksanaan pesta kawin memberitahu kepada setiap orang bahwa sudah terjadi mujizat, dan orang-orang mulai saling membicarakan mengenai anggur baru yang sangat
enak rasanya. Setiap orang kemudian mengetahui bahwa Yesus sudah melakukan mujizat, dan dengan itu, ”Ia telah menyatakan kemuliaanNYa, dan murid-muridNya percaya kepadaNya” (Yohanes 2: 1 1).
Orang-orang merasa yakin akan keaslian dari mujizat ini karena mereka melihat, merasakan, dan mencium bau harum dari anggur. Mujizat ini menunjukkan filsafat dari karya Kristus, karena adalah Dia Yang merubah yang baik menjadi yang terbaik. Dia merubah Hukum Perjanjian Lama ke, Perjanjian Baru. Sama halnya, Dia memperluas baptisan air ke dalam baptisan Roh Kudus, dan menambahkan pada kata-kata tuntunan keagamaan cawan kekal keselamatan bagi pengikut-PengikutNya.
Di antara banyak hal yang menyatakan Yesus sebagai contoh teladan terbaik bagi umat manusia adalah kenyataan bahwa Dia membenarkan penggunaan anggur, memberikan anggur kepada mereka yang menghadiri pesta perkawinan karena Dia tahu keberadaan hati mereka. Namun demikian, Dia tidak menghendaki orang-orang menjadi mabuk, karena hal itu akan merusak mereka. Apa yang kita ketahui tentang prinsip dan sikap Kristus memastikan kita bahwa jika mempergunakan anggur menyebabkan terjadinya sesuatu yang merusak Pada malam itu maka Dia tidak akan membuat anggur. Jika menikmati apa yang dijinkan menurut hukum berubah menjadi batu sandungan bagi orang lain, maka hal itu merupakan kesalahan. Minum anggur dengan maksud tujuan agar menjadi mabuk adalah salah.

Mujizat pertama yang dibuat Yesus terjadi dalam sebuah perkawinan. Jadi Dia menguduskan dan merestui sakramen perkawinan yang merupakan lembaga paling tua dari umat manusia. Allah memulainya di Taman Eden, ketika orang tua pertama kita berada dalam keadaan yang secara menyeluruh tidak berdosa. Semua sakramen yang lain ditetapkan sesudah peristiwa Kejatuhan. Kendatipun Yesus sendiri tidak menikah, kehadiranNya dalam suatu pesta perkawinan menunjukkan dukunganNya terhadap lembaga sosial ini, kenyataannya, kepentingan dari lembaga perkawinan ini ada dua hal. KehadiranNya pada perkawinan di Kana, menegaskan kata-kata, “Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan
” (Ibrani13:4). Juga menolak pandangan yang merusak, yang oleh banyak orang, yang mengatakan bahwa perkawinan merupakan hadiah atau pemberian bagi kelemahan sifat manusia dan ditetapkan untuk menjauhkan manusia dari kejahatan. Pandangan itu dibarengi dengan munculnya ide bahwa tidak menikah merupakan suatu kebajikan. Dan sebagai akibat dari pandangan-pandangan yang keliru beberapa orang menolak perkawinan dan mengutamakan selibat (tidak menikah). Kehadiran Kristus pada pesta perkawinan bertentangan dengan pandangan-pandangan yang salah ini; karena perkawinan itulah yang Allah perintahkan kepada Adam dan Hawa sebelum Kejatuhan: ”Beranak cuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu” (Kejadian 1: 28).
Kehadiran Kristus pada pesta perkawinan ini merupakan satu contoh yang indah dari kehadiranNya dalam setiap perkawinan orang-orang percaya, yang perkawinannya adalah “di dalam Tuhan.” Pada akhir jaman, kita akan merayakan Pesta Perkawinan besar Kristus yang merubah air menjadi anggur dalam pesta perkawinan di Kana. Pada saat “Mempelai
Laki-laki“ sorgawi ini duduk di atas takhta kerajaannya, ”Mempelai perempuan” adalah terdiri dari orang-orang percaya yang merupakan GerejaNya yang dikasihiNya. Pesta Perkawinan tersebut tidak hanya berlangsung selama tujuh hari saja, tetapi selama kekekalan! Berbahagialah orang-orang yang diundang untuk menghadiri pesta perjamuan kawin dari Anak Domba! (Wahyu 19: 1-10).
Jika kita menghormati perkawinan, kita juga menghormati hubungan keluarga. Keberadaan dari pelayanan Kristus dan murid-muridNya menyebabkan mereka seperti mengabaikan tanggung jawab mereka untuk keluarga untuk sementara. Tetapi Yesus, dengan maksud
untuk mengoreksi ketidakseimbangan ini, menghadiri pesta perkawinan pada awal permulaan dari pelayananNya untuk menunjukkan bahwa Dia sangat menjunjung tinggi hubungan keluarga. Pada waktu yang sama, Dia menempatkan persekutuan rohani pada tempat yang lebih tinggi lagi, sebagai yang lebih utama dan sakral, karena hal itu menghubungkan
orang-orang pada Allah, Pencipta mereka; pada Kristus, Juruselamat mereka; dan pada seluruh umat manusia, yang merupakan Saudara dan Saudari mereka secara rohani.

5. YESUS MENYUCIKAN BAIT ALLAH

Sesudah itu Yesus pergi ke Kapernaum, bersama-sama dengan ibuNya dan saudara-saudaraNya dan

marid-muridNya, dan mereka tinggal di situ hanya beberapa hari saja. Ketika hari raya Paskah orang

Yahudi sudah dekat, Yesus berangkat ke Yerusalem. Dalam Bait Suci didapatiNya

pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkanNya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkanNya. Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: ”Ambil semuanya ini dari sini,

jangan kamu membuat rumah BapaKu menjadi tempat berjualan.“ Maka teringatlah

marid-muridNya bahwa ada tertulis: “Cinta untuk rumahmu menghanguskan Aku.“ Orang-orang Yahudi menantang Yesus katanya: “Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian ?“ Jawab Yesus kepada mereka: ”Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikanNya kembali.“ Lalu kata orang Yahudi kepadaNya: “Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?“ Tetapi yang dimaksudkanNya dengan Bait Allah ialah tubuhNya sendiri.

Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-muridNya bahwa hal itu telah dikatakanNya, dan merekapun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus. Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya dalam namaNya, karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakanNya. Tetapi Yesus

sendiri tidak mempercayakan diriNya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua, dan karena tidak perlu seorangpun memberi kesaksian kepadaNya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada

di dalam hati manusia (Yobanes 2:12-25).

Yesus sangat marah karena imam-imam Yahudi sudah menjadikan rumah penyembahan menjadi sarang penyamun. Dalam kemarahanNya, Dia menyucikan Bait Allah sebagai suatu lambang persiapan untuk membersihkan hati manusia yang kenyataannya merupakan bait atau tempat tinggal Allah. Yesus siap untuk bekerja dan Dia tidak menunda-nunda di dalam menjalankan tugasNya. Dia membuat cambuk dari tali dan mengusir keluar dari Bait Allah semua orang yang seharusnya tidak berada di sana. Dia tidak bertindak kejam terhadap para pedagang atau para penukar uang karena Dia ingin agar mereka mengetahui bahwa kemarahanNya tidaklah dimaksudkan untuk melawani mereka secara pribadi, tetapi menentang perbuatan-perbuatan mereka yang jahat. Dia mengusir binatang-binatang dan menjungkir-balikkan meja-meja penukar uang. Tidak ada orang lain yang dapat melakukan hal ini. Dia tidak melepaskan burung-burung merpati, jika Ia melakukan hal itu, maka
burung-burung merpati itu tidak akan ada lagi kegunaannya. Dia hanya memberitahu kepada para pemiliknya untuk menyingkirkan burung-bunmg tersebut. Kemudian Dia berkata kepada setiap orang, “Jangan kamu membuat rumah BapaKu menjadi tempat berjualan.”
Siapakah orang ini yang memisahkan diriNya dari umat Allah yang ada di Bait Allah dan berkata “Rumah BapaKu“? Pernahkah seorang nabi, rasul atau malaikat dari sorga menyampaikan kata-kata seperti itu ? Siapakah orang ini yang berdiri di hadapan orang banyak di dalam Bait Allah, memerintahkan mereka untuk merubah cara-cara hidup mereka, melarang mereka untuk mempergunakan halaman yang seharusnya disediakan bagi
orang-orang yang bukan Yahudi untuk menjalankan usaha jualan mereka? Siapakah orang ini yang memerintahkan mereka untuk keluar pergi ke pasar, mendapatkan apa yang mereka

butuhkan? Siapakah Dia ini Yang melawan para pemimpin Agama, dan kekuasaan mereka, membatalkan kontrak perjanjian mereka dengan Para pedagang dan para penukar uang ? Hak apa yang Dia punyai sehingga mengusir keluar lembu dan kambing mereka,
menjungkir-balikkan meja penukar uang dan mengobrak-abrik catatan pembukuan mereka ? Bagaimana Dia dapat menyakiti perasaan dari para pemimpin agama dan para pedagang Justru pada saat-saat puncak Perayaan ?. Betapa beraniNya Dia mengabaikan kepemimpinan seluiuh bangsa Yahudi yang mendapatkan dukungan kuat dari pemerintahan Romawi ?, Bagaimana dapat Yesus melakukan hal itu sementara banyak imam dan orang Lewi yang secara bergiliran menjalankan tugas-tugas keagamaan mereka sehari-hari ? Tidakkah imam Besar memberikan kepada para pedagang, yang diusir oleh Yesus, hak untuk mempergunakan fasilitas Bait Allah untuk kegiatan perdagangan ini? Bukankah
tentara-tentara Roma juga diberi hak untuk menolong menjaga ketertiban dalam Bait Allah”
Bagaimana dapat Yesus melakukan hal ini atau mengharapkan keberhasilan sesudah Dia melakukannya ?, Jawabannya adalah bahwa hati nurani dari orang-orang itulah yang menolong Dia untuk berhasil, karena orang-orang berdosa adalah pengecut untuk berhadapan dengan hati nurani mereka sendiri dan di hadapan orang lain. Tetapi, orang yang benar,
adalah berani. Salomo, orang yang berhikmat berkata. “Orang fasik lari, walaupun tidak ada yang mengejarnya, tetapi orang benar berani (merasa aman) seperti singa“ (Amsal 28:1). Hati nurani dari para penguasa di Bait Allah dan para pedagang menolong Yesus dalam melaksanakan pekerjaanNya. Ketika Dia memerintahkan mereka dengan otoritas untuk berhenti menjadikan rumah BapaNya sebagai tempat untuk berjualan, mereka tunduk kepadaNya. Selain itu kesaksian Yohanes Pembaptis tentang Dia menegaskan hakNya untuk
mengusir para.pedagang tersebut keluar. Sebelumnya, para pemimpin agama sudah mengirim utusan kepada Yohanes pembaptis untuk mencari tahu mengenai Kristus. Barangkali mereka sudah mendengar tentang mujizat di Kana juga, yang menegaskan otoritas rohaniNya. Lebih dari itu, kesadaran rohani yang kuat di antara orang banyak, sebagai akibat dari pelayanan Yohanes Pembaptis, mempersiapkan hati banyak orang untuk suatu tindakan perubahan. Jadi para pemimpin harus memperhitungkan reak dari pihak yang setia pada agama di dalam bangsa itu, kendatipun jumlah mereka barangkali sedikit.
Alasan-alasan seperti itu meratakan jalan bagi keberhasilan Kristus dalam menentang ketidakberesan dari para pemimpin agama. Kekudusan yang sangat kuat dari pribadiNya, ditambah lagi dengan keterpisahanNya dari orang lain dalam huunganNya dengan Allah, direfleksikan dalam kata- kata, “Rumah BapaKu.“ Rasa hormat yang dihasilkan oleh kekudusan tidak bisa diutarakan.
Imam-imam kepala memprotes tindakanNya dengan mengatakan bahwa Dia tidak berhak untuk ikut campur dengan aturan-aturan mereka untuk Bait Allah kecuali Dia seorang nabi atau rasul yang diutus oleh Allah. Jika ini menang benar, Dia harus membuktikan tugas IlahiNya dengan mengadakan perbuatan mujizat di hadapan mereka yang mau tidak mau

menyebabkan mereka mengakui otoritas keagamaanNya.
Yesus tidak mau bersedia untuk memberikan kepada orang-orang jahat tersebut hak untuk menilai otoritasNya. Dia tidak memberikan kesempatan kepada mereka; Dia tetap saja berdiam diri. Ini berarti bahwa pribadiNya merupakan mujizat yang cukup memadai sesungguhnyalah bahwa pribadi
Yesus merupakan mujizat yang terbesar ! Jika mereka ingin tahu akan hal ini, maka mereka harus membunuh Dia, dan kemudian Dia akan bangkit dari kematian sesudah tiga hari. Dia berkata, "Rombak Bait Allah ini dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.“
Jika bukan karena kekerasan hati mereka, imam-imam kepala akan mengetahui apa yang Yesus maksudkan. Mereka sudah gagal untuk memperhatikan dengan seksama apa yang pernah dikatakan oleh nabi Yesaya:

“Langit adalah takhtaKu, dan bumi adalah tumpuan kakiKu. rumah apakah yang akan kamu dirikan bagiKu? dan tempat apakah yang akan menjadi perhentianKu? Bukankah tanganKu yang membuat semuanya ini, sehingga semuanya ini terjadi,“ demikianlah firman TUHAN. “Tetapi kepada orang inilah Aku memandang: Kepada orang yang tertindas dan patah semangatnya, dan yang gentar kepada firmanKu." (Yesaya 66:1,2)

Stefanus sang murid menjelaskan akan hal ini ketika dia berkata, “Tetapi Yang Maha Tinggi tidak di dalam apa yang dibuat oleh tangan manusia“ (Kisah Para Rasul 7:48). Jawaban Yesus, yang tidak mereka mengerti, menyebabkan kemarahan mereka karena menganggap bahwa perkataanNya, “Robohkanlah Bait Allah ini

mempergunakannya sebagai alasan untuk membunuh Dia. Ketika mereka melemparkan tuduhan-tuduhan dan kemarahan mereka terhadap Dia, mereka mencomoohkan Dia dengan kata-kata yang sama. Ketika mereka meminta kepada Pilatus untuk menjaga kubur Yesus untu mencegah kebangkitanNya, mereka mengutip kata-kata yang sama. Kata-kata ini menyalakan kemarahan dalam hati mereka yang pada akhirnya mencapai puncaknya di kayu Salib, menggenapi nubuatan yang menggambarkan bagaimana cintaNya akan rumah Bapa menghanguskan Dia. Yesus tahu bahwa akibat dari menyucikan Bait Allah akan segera lenyap dan hal-hal akan kembali lagi seperti yang mereka lakukan sebelumnya. Kita mendapatkan Dia melakukan kembali penyucian ini pada waktu yang sama tiga tahun kemudian selama hari raya Paskah. Kenyataan bahwa Dia sudah melakukan penyucian itu sebelumnya tidaklah menghalangi Dia untuk mengulanginya lagi. Dalam hal yang sama, bilamana akibat dari pekerjaan yang baik mulai lenyap dalam kehidupan kita, kita perlu untuk memulainya kembali dan tetap mempertahankannya.
Karena ini merupakan kejadian pertama di mana kita melihat Yesus marah, kita dapat bertanya, ”Bagaimana kemarahan ini dapat terjadi bilaman dikaitkan dengan kesempurnaanNya?” Jawabannya adalah bahwa kemarahan tersebut dapat merupakan kebajikan, sebagaimana halnya kebaikan bisa merupakan sebaliknya. Persyaratan dari kemarahan kudus adalah bahwa kemarahan itu harus bebas dari semua maksud tujuan yang tidak pada tempatnya dan dari pementingan diri sendiri. Paulus berkata: “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam sebelum padam amarahmu, dan janganlah beri kesempatan kepada Iblis (Efesus 4:26, 27). Kita sudah melihat bagainma Yesus marah ketika tempat kudus ini dinodai karena Bait Suci tersebut merupakan tempat persemayaman dari Allah yang kudus dalam dunia ini. Nama Allah, rumahNya, hariNya, firmanNya, dan hamba-hambaNya adalah kudus. Semuanya harus dihormati demi Allah yang kudus. Siapapun menganggap ringan akan hal ini akan ditimpa murka Allah, seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang mengotori Bait Allah.
Kristus juga marah karena orang-orang ternyata lebih menyukai uang, yang menurut Injil merupakan akar dari segala kejahatan: “Karena akar dari segala kejahatan ialah cinta uang“ (I Timotius 6:10). Kata-kata Kristus, “Jangan jadikan rumah BapaKu tempat untuk berjualan,“ menjadikan jelas bahwa mencari keuntungan dari segi keuangan sudah
menggeser kasih Allah dalam hati mereka. “Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon“ (Matius 6:24). Perbuatan-perbuatan anda akan menunjukkan apakah anda melayani Allah atau uang. Uang itu sendiri adalah baik, tetapi bilamana mencintai uang sampai yang kudus dinodai dan agama disalahgunakan untuk mendapatkan keuntungan keuangan, maka hal itu adalah kejahatan. Lebih mengutamakan uang dalam tugas-tugas keagamaan juga merupakan penyembahan berhala.

Dalam peperangan ini Yesus mengalahkan para pemimpin Yahudi. Dia juga mengalahkan Setan yang merupakan sumber dari segala kejahatan. Kendatipun Yesus menolak untuk mengadakan mujizat seperti yang mereka kehendaki Dia sebenarnya melakukan beberapa mujizat yang sangat menolong di Yerusalem dan banyak yang percaya dalam namanya. Orang akan mengira bahwa hal ini akan membuatnya senang dan bahagia, kalau saja Rasul Yohanes tidak menambahkan ungkapan yang mengatakan bahwa ”Yesus sendiri tidak mempercayakan diriNya kepada mereka, karena Ia mengenal mereka semua” (Yohanes

2:24).

Nampaknya iman dari orang-orang ini hanya ada dalam pikiran, dan bukan dalam roh atau hati. Mereka seperti tanaman yang tidak berakal dalam. Mereka tidak bisa bertahan lama, karena pada saat menghadapi derasnya pencobaan dan aniaya, mereka menjadi layu dan akhirnya mati. Beberapa dari mereka yang menerima Kristus mundur karena menghadapi tantangan dan aniaya dari masyarakat mereka sendiri atau karena kemudian menyadari bahwa orang-orang Kristen tidak selalu menikmati berkat-berkat yang sementara. Yang lain lagi berbalik sesudah mereka mengetahui bahwa Yesus tidak datang untuk mendirikan kerajaan Yahudi secara politik. Injil memberikan kepada kita kesaksian mengenai Yesus, yang tidak dapat diberikan oleh orang lain dan tidak dapat dikatakan oleh orang lain manapun: “Tidak perlu seorangpun memberikan kesaksian kepadaNya tentang manusia,sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati manusia“ (Yohanes2:25). Tidak pernah
ada komentar seperti itu yang pernah dikemukakan baik tentang seorang nabi atau rasul. Dari ini kita mengerti dengan jelas bahwa kombinasi antara yang Ilahi dan sifat-sifat manusia di dalam Kristus semakin bertambah-tambah meningkatkan pemahaman praktika dari Yesus terhadap keberadaan hati manusia. Kita akan melihat seberapa baik yang sudah muncul dari pengetahuan akan keberadaan hati manusia ini.

6. NIKODEMUS MENGUNJUNGI YESUS

Adalah seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi. Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: “Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus oleh Allah; sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya. Yesus menjawab, kataNya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.“ Kata Nikodemus kepadaNya: “Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua ? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi ?“ Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.“

Nikodemus menjawab, katanya: “Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?“ Jawab Yesus: “Engkau

adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui dan kami bersaksi tentang apa yang kami lihat, tetapi kamu tidak menerima kesaksian kami. Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal sorgawi? Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia. Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepadanya beroleh hidup yang kekal. Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus AnakNya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkan oleh Dia. Barangsiapa percaya kepadaNya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.

Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat. Sebab barang siapa berbuat jahat, membenci terang dan tidak datang kepada terang itu, supaya perbuatan-perbuatannya yang jahat itu tidak nampak; tetapi barangsiapa melakukan yang benar, ia datang kepada terang, supaya menjadi nyata, bahwa perbuatan-perbuatannya di lakukan dalam Allah“ (Yohanes 3:1-21).

Pada suatu malam yang sunyi seorang Yahudi yang sangat dikenal bernama Nikodemus datang mengunjungi Kristus. Dia dikenal sebagai “pengajar Israel“ dan “pemimpin agama Yahudi.“ Dia seorang anggota dewan. anggota dari Sanhedrin, sebuah lembaga kepemimpinan Yahudi yang beranggotakan tujuh puluh orang ahli kitab. Nikodemus adalah seorang tokoh penting di dalam kehidupan Kristus, karena dia adalah seorang anggota Sanhedrin yang pertama yang dipengaruhi oleh ajaranNya; dia bertanggung jawab dalam hal memperoleh pengajaran Kristus untuk pertama kalinya disampaikan. Penyampaian ajaran yang dimaksud berfokus pada prinsip keagamaan yang mendasar.
Kita dapat membayangkan Kristus dan murid-muridNya sedang berada di rumah di mana mereka diterima untuk bermalam pada malam itu, sesudah kembali dari Kapernaum. Ada terjadi keributan ketika tiba-tiba saja Nikodemus datang dengan jubah kebesarannya. Sebagai seorang Farisi dia adalah di antara orang-orang yang merasa bangga dengan tutup kepala
yang dikenakannya, baju jubah panjang dan lebar, dan tanda-tanda lainnya yang bisa dilihat Yang menunjukkan kedudukannya yang tinggi. Sementara dia masuk ke dalam dia diterima dengan Penuh hormat, karena di dalam dirinya, dia mengkombinasikan kekayaan, orang yang terpelajar, kedudukan, kepemimpinan, kepenatuaan, dan perbuatan-perbuatan baik. Dia
sangat menghargai tempat tinggal yang sederhana dengan mengunjunginya di saat tidak pernah diperkirakan sebelumnya pada waktu malam. Kedatangannya saja sudah mendatangkan keseganan bagi masyarakat, bukan hanya bahwa dia seorang Farisi dan anggota dari dewan tertinggi, tetapi teristimewa karena dia mengunjungi Yesus, setelah Dia menyucikan Bait Allah, mengusir keluar imam-imam kepala.
Kita dapat membayangkan setiap orang bangkit berdiri untuk menunjukkan rasa hormat

untuk penguasa ini. Kristus dan murid-muridNya memulai pembicaraanNya dan memberitahukan maksud tujuan dari kunjunganNya. Ketika Nikodemus berbicara, dia menunjukkan rasa hormatnya secara pribadi pada Kristus. Dia memakai kata Rabbi yang artinya "guru." ini merupakan gelar keagamaan yang tertmggi di antara orang-orang Yahudi. sebutan itu hanya diberikan kepada orang-orang Yang sudah lulus dari seminari teologia. Tidak seorangpun mengharapkan Nikodemus mempergunakan sebutan ini untuk seorang yang masih muda yang bukan lulusan dari salah satu lembaga pendidikan ataupun mengikutinya. Nikodemus kemudian membuat pengakuan : “Kami tahu bahwa Engkau adalah seorang guru yang berasal dari Allah”. Dengan mengakui hal ini Nikodemus meninggikan Yesus pada kedudukan yang lebih tinggi dari para guru bangsanya, guru-guru ini bukan berasal dari Allah, tetapi mendapatkan gelar atau sebutan dari penguasa- penguasa dan sekolah mereka.Dia kemudian mendukung pendapatnya dengan bukti karena dia adalah seorang yang terpelajar, maka dia tidak akan mengakui apapun kecuali dia mempunyai pembelaan yang kuat. Dia mengatakan bahwa tidak ada seorangpun dapat melakukan
mujizat-mujizat yang dilakukan Kristus kecuali Allah menyertainya. Nikodemus adalah sama seperti Simeon -- seorang yang sudah tua yang hidup benar dan setia yang menantikan kedatangan Mesias kepada Israel. Itulah sebabnya mengapa Nikodemus datang untuk
mencari tahu apakah Guru yang baru ini benar Kristus atau bukan. Dari jawaban Yesus, kita melihat bahwa Nikodemus sepertinya membanggakan dirinya sendiri dan bergantung pada kebenaran diri sendiri dan nenek moyangnya untuk keselamatan. Dia juga sudah menjalankan hukum Musa dengan tekun dan sudah menjadi kaya, bukan hanya dalam keuangan tetapi juga dalam berbagai perbuatan baik. Karena dia adalah seorang ahli dalam hukum-hukum Allah dan pengajar agama, orang-orang mengira dialah yang akan menjadi yang pertama di dalam kerajaan sorga. Kedudukan dan martabatnya, di mata banyak orang, menampakkan seolah-olah bahwa kedudukan yang tinggi sedang menantikannya bersama dengan orang-orang kudus di firdaus. Berapa banyak orang yang seperti Nikodemus ini dalam kebergantungan mereka pada pengetahuan keagamaan, ketentuan-ketentuan denominasi atau perbuatan-perbuatan amal untuk keselamatan !.
Kami percaya bahwa Nikodemus mengira dia sudah sangat meninggikan Yesus dengan kata-katanya. Kemudian dia menantikan pengakuan dan penghargaan Kristus. Tidak diragukan lagi bahwa murid-murid Yesus sangat bangga sehubungan dengan kesaksian Nikodemus, dan bersikap optimistis juga. Tetapi Yesus, sebagai seorang tabib atau dokter rohani yang setia, mengetahui adanya penyakit rohani dalam hati tamunya. Kristus bermaksud untuk melukai dia agar dapat menyingkirkan khayalannya, dan memberi obat yang sesuai yang diperlukan. Langkah pertama dalam menyelamatkan jiwa-jiwa yang berpandangan keliru adalah dengan menyingkirkan penopang-penopang di atas mana harapan keselamatan mereka berpijak. Dengan kata-katanya, Yesus membongkar semua penutup yang dengannya Nikodemus sudah mmyembunyikan dirinya dengan
harapan-harapan keselamatan yang salah. Dia tidak menanggapi kata-kata pujian dan

sanjungan Nikodemus. Sebaliknya, Dia berkata, “Sesungguh-sungguhnya Aku berkata kepadamu, kecuali seorang dilahirkan kembali dia tidak dapat melihat kerajaan Allah“ Sepertinya Yesus memberitahu kepadanya, “Karena kamu tidak dilahirkan dari sorga, kamu tidak dapat melihat kerajaanmu.“ Nikodemus bukannya tidak mengetahui pokok mengenai Kelahiran Kedua karena hal itu terdapat di dalam Perjanjian Lama. Tetapi orang-orang Yahudi sudah mentafsirkannya sebagai yang berlaku hanya untuk orang-orang yang tidak mengenal Allah yang tidak dapat diselamatkam kecuali mereka menerima ajaran Yudaisme, disunat,dan menjalankan Hukum Musa. Karena setiap orang Yahudi mengira bahwa dia sudah memiliki hal-hal tersebut, maka dia merasa tidak memerlukan Kelahiran Kedua. Itulah sebabnya mengapa Nikodemus merasa bingung mendengarkan pernyataan Yesus. Dia menjawab Yesus dengan kata-kata yang menunjukkan keragu-raguannya yang sangat besar terhadap kebenaran mengenai Kelahiran Kedua tersebut. Dia juga menunjukkan bahwa dia memahami kata-kata Yesus dalam pengertian kelahiran secara jasmani.
Yesaya di dalam nubuatannya mengenai Yesus, berkata: “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya;“ (Yesaya

42:3). Nubuatan ini digenapi dalam Kristus ketika Dia berusaha untuk memimpin Nikodemus ke dalam iman yang baru. Jadi dia tidak menegur dia karena kekerasan hatinya dan penafsirannya secara hurufiah terhadap ajaran-ajaran rohani. Yesus berpegang pada kata-kata Nikodemus dengan mengulang-ulanginya, menambahkan beberapa penjelasan

sehubungan dengan pernyataan-pernyataanNya. Dia menunjukkan kepada Nikodemus bahwa kelahiran sorgawi adalah kelahiran dengan air dan roh. Dengan air, Dia menunjuk pada pertobatan, dalam mana baptisan air merupakan simbol dan meterai. Dengan Roh, Dia maksudkan Roh Kudus yang mendatangkan Kelahiran Kedua ini dengan pembersihan batin, dan tanda luar yang kelihatan yang berhubungan dengan hal itu adalah penyucian dalam baptisan. Ini adalah akibat dari apa yang disebut ”kematian atas dosa” dan “kehidupan baru
ke dalam kebenaran” (Roma 6). Tidak seorangpun mewarisi kerajaan sorga kecuali
anak-anak Allah, dan tidak ada jalan untuk menjadi anak Allah, kecuali melalui dilahirkan dari Dia. Ini hanya dapat terjadi secara rohani karena seseorang dilahirkan secara jasmani dari orangtua secara manusia, tetapi dia dilahirkan secara rohani oleh Roh Kudus.
Kristus tahu bahwa filsafat rasional tidak dapat menerima ini karena tidak dapat memahaminya. Dia tidak menyalahkan Nikodemus kalau dia gagal untuk memahami kenyataan dari Kelahiran Kedua yang adalah rohani dan misterius. Namun demikian Dia meminta kepada Nikodemus untuk menerima dan mempercayai kenyataan-kenyataan rohani, kendatipun dia tidak dapat memahaminya. Untuk menggambarkan hal ini Yesus berkata kepadanya: “Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana dia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh” (Yohanes 3:8). Karena kata-kata ini tidak menyingkirkan semua keragu-raguan dari pikiran Nikodemus, maka diapun bertanya bagaimana hal itu bisa terjadi. Sebagai orang yang terpelajar, dia meminta penjelasan lebih lanjut. Kristus selanjutnya

menjelaskan pertanyaan Nikodemus dengan membawanya ke dalam pemberitaan besar mengenai berkat kekal untuk seluruh dunia. Dia menyadarkan Nikodemus akan kekurangannya dengan teguran yang lembut: ”Engkau adalah pengajar Israel , dan engkau tidak mengerti hal-hal itu?” ini merupakan saat yang tepat untuk menyampaikan pengajaran yang sangat berharga yang meliputi ayat emas, yang diterima hampir oleh seluruh dunia sebagai ayat yang paling penting dan indah dalam Injil:

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga la.telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal,

supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yohanes 3:16)

Pada awal dari percakapanNya dengan Nikodemus, Yesus menunjukkan haknya untuk berbicara dengan kuasa mengenai hal-hal sorgawi. Dia berbicara mengenai apa yang Dia ketehui dan memberitahukan apa yang sudah Dia lihat: “Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia. “Dengan demikian kata-katanya mengenai perlunya untuk dilahirkan kembali dari sorga perlu untuk diterima, betapapun misteriusnya nampaknya hal itu. Kata-kata ini berdasarkan pada pada kenyataan bahwa keberadaan hati yang sebenarnya dari orang berdosa adalah mati di dalam dosa-dosa dan kejahatan ini merupakan kematian rohani yang sebenarnya. Namun demikian mereka yang ada di sorga adalah hidup secara rohani; oleh karena itu maka, tidak ada tempat bagi yang mati di antara yang hidup, dan tidak ada harmoni yang ada antara sifat manusia yang jatuh dan kesucian sorga. Bahkan jika kita beranggapan bahwa seorang manusia dengan sifatnya yang jatuh, akan masuk sorga, dia tidak akan menjumpai hal-hal yang disukainya di sana karena semua kesukaan dan kesenangan yang dibayangkannya adalah jasmani
semata-mata. Dia sendiri tidak akan mau untuk tinggal di sana. Selain itu, para penghuni sorgawi juga tidak akan mau untuk menerima dia, karena mereka akan sangat membenci dan merasa jijik terhadap sifat yang merusak lebih dari orang-orang hidup yang membenci dan merasajijik terhadap mayat yang membusuk.
Agama yang benar, sesuai dengan ajaran Kristus, adalah batiniah dan bukan lahiriah. Dan yang terutama adalah bahwa hal itu merupakan karunia Allah berupa kehidupan kepada mmusia, dan diikuti oleh buah-buah rohani sebagai hasil dari karunia tersebut. Perpindahan dari kedudukan yang secara murni berorientasi pada keadaan dari kelahiran kembali secara rohani oleh kasih karunia Allah, adalah satu-satunya kunci yang dapat membuka pintu yang melaluinya kita dapat masuk dari kedudukan anugerah menuju ke kemuliaan kekal Untuk dapat memperoleh kasih karunia Allah, pikiran kita harus diubah melalui penerangan; emosi kita melalui pengudusan; kehendak kita melalui pembaharuan, dan cara hidup kita, melalui kebenaran jika kita tidak mengalami pembaharuan dalam hal-hal tersebut, kita tidak akan pernah melihat Kota Sorgawi.

Pembaharuan inilah yang menyebabkan orang-orang percaya berkata, bersama-sama dengan Paulus, “Segala sesuatu aku cakap menanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku“ (Filipi 4:13). Dengan pembaharuan manusia dapat melakukan segala sesuatu
yang dia tidak dapat melakukan sebelumnya: mengasihi musuhnya. mengorbankan hidupnya demi untuk orang lain, dan mencari kenikmatan dalam doa-doa pribadi dan mempelajari
hal-hal rohani.
Lebih dari itu, Yesus menyatakan bahwa terang yang Dia bawa kepada orang-orang pada umumnya tidak diterima. Alasan untuk kenyataan yang aneh ini adalah bahwa
perbuatan-perbuatan mereka dilakukan dalam kegelapan, dan tidak dapat bertahan menghadapi terang. Sebaliknya, orang-orang benar menyukai terang dan tidak takut perbuatan-perbuatan mereka diketahui agar dengan demikian orang-orang bisa melihat tangan Allah sedang bekeda.
Dalam memberikan pengajaran pertama pada Nikodemus yang dicatat, kita menjumpai adanya penjelasan yang cukup memadai tentang ajaran utama dari iman Kristen. Di
dalamnya kita melihat Yesus sebagai Anak Manusia dan pada waktu yang sama, juga sebagai Anak Allah yang satu-satunya. Kita juga mendapatkan adanya penyebutan dari tiga pribadi dalam Trinitas sebagai satu Allah, yang mendukung kebenaran mengenai Trinitas yang juga merupakan kesatuan Allah. Pada akhirnya, kita menjumpai sebuah pernyataan mengenai karya Kristus sebagai nabi, imam dan raja.
Orang-orang memerlukan nabi-nabi untuk bernubuat dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang akan datang pada mereka. Mereka juga memerlukan imam-imam untuk mewakili mereka di hadapan Allah, dan untuk mengadakan korban penebusan untuk dosa-dosa. Akhirnya, mereka memerlukan raja-raja untuk memerintah dan mengelola satu negara.
Ketiga fungsi ini adalah memadai untuk kebutuhan-kebutuhan pemerintahan dan keagamaan, dan Yesus sudah mengkombinasikan semuanya dalam pribadiNya yang unik. Tidak ada
orang lain dalam sejarah Israel yang pernah menduduki ketiga kedudukan ini sekaligus.
Nabi-nabi, imam-imam, dan raja-raja semuanya adalah simbol yang menunjuk kepada Yesus; mereka ditetapkan melalui urapan kudus dan kadang-kadang mereka disebut sebagai para Mesias. Ketika Yesus datang, Dia menyelesaikan untuk selama-lamanya apa yang dituntut oleh ketiga peranan sebelum kedatanganNya.
Yesus adalah nabi yang berbicara mengenai hal-hal sorgawi. Dia menyatakan kehendak dan gelar-gelar Allah, sebagamana juga pikiran-pikiran yang tersembunyi dari hati manusia. Dia masih tetap Guru atau Pengajar, yang adalah Roh yang mengajarkan kepada orang, kepada orang-orang semua hal yang diperlukan untuk kesejahteraan mereka.
Kristus adalah Dia yang berfungsi sebagai imam untak manusia, karena Dia mempersembahkan DiriNya Sendiri sebagai korban untuk dosa-dosa semua orang. Sebagai Anak Domba Allah, Dia adalah Penebus bagi Dosa setiap orang sehinga tidak ada

seorangpun yang percaya kepadaNya akan mati kekal. Dia memberikan semua ini dengan kematianNya di kayu Salib seperti ular yang ditinggikan Musa di padang gurun:

”Lalu Musa membuat ular tembaga, dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah dia hidup.” (Bilangan 21:9)

“Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak akan binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.“ (Yohanes 3:14,15)

Yesus menyatakan pengampunan yang menyeluruh, seketika, dan cuma-cuma kepada jiwa setiap orang yang bertobat. Sebagai seorang Jurusafaat di hadapan Bapa sorgawi Dia mengajukan permohonan-permohonan dan orang-orang percaya dan memintakan bagi mereka.
Sebagai Raja, Dia bertakhta dengan secara sukarela di dalam hati orang-orang yang percaya. Dia juga menyediakan kebutuhan-kebutuhan mereka, mengalahkah musuh-musuh mereka, dan menjadikan mereka ikut ambil bagian di dalam kerajaan rohaniNya yang kekal. Kalau Dia bukan Raja, Dia tidak akan meminta kepada orang-orang untuk percaya kepadaNya untuk keselamatan. Sebaliknya, Dia akan meminta kepada orang-orang untuk percaya hanya kepada Allah, sebagaimana yang dilakukan oleh para nabi. Dalam peranananNya sebagai seorang nabi, imam dan raja, Dia sekarang mengerjakan mujizat-mujizat rohani yang jauh
lebih besar daripada mujizat-mujizat secara materi atau jasmani yang Dia kerjakan sementara berada di bumi di antara umat manusia.

7. YESUS BERTEMU DENGAN SEORANG WANITA SAMARIA

Ia pun meninggalkan Yudea dan kembali lagi ke Galilea. Ia harus melintasi daerah Samaria. Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf Di situ terdapat sumur Yakub, Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas. Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya: “Berilah Aku minum.” Sebab murid-muridNya telah pergi ke kota membeli makanan.

Maka kata perempuan Samaria itu kepadaNya: “Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?” (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.) Jawab Yesus kepadanya: “Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah Aku minum! niscaya engkau telah meminta kepadanya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup.” Kata perempuan itu kepadaNya: “Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? Adakah Engkau lebih besar dari bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya? “Jawab Yesus kepadanya: “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus lagi untuk

selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam

dirinya, yang terus menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.” Kata perempuan itu kepadaNya: “Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air.”

Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini.” Kata perempuan itu: “Aku tidak mempunyai suami.” Kata Yesus kepadanya: “Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar.” Kata perempuan itu kepadaNya: “Tuhan, nyata sekarang kepadaku, bahwa Engkau seorang nabi. Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah.”

Kata Yesus kepadanya: “Percayalah kepadaKu, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi

Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran.” Jawab perempuan itu kepadaNya: “Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami.” Kata Yesus kepadanya: “Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau” (Yohanes 4:3-26).

Yesus sedang mengadakan perjalanan dari Yudea ke Galilea. Jalan yang paling mudah dan dekat bagi Dia untuk menempuh perjalanan adalah melalui Samaria yang terletak di antara Yehuda (di mana Yerusalem berada) dan Galilea, tempat tinggalNya. Dia memilih jalur ini karena Dia harus melalui Samaria, kebencian antara orang-orang Yahudi dan Samaria semakin bertambah meningkat disepanjang waktu, hal itu terjadi karena adanya keterkaitan alami di antara mereka. Kebencian di antara keluarga merupakan kebencian yang sangat pahit dari semua kebencian! Orang-Orang Yahudi menganggap orang-orang Samaria najis karena mereka dianggap tidak mengenal Allah. Mereka tidak mau duduk bersama dengan
mereka, tidak mau berbicara dengan mereka, juga tidak mau melewati daerah mereka kecuali terpaksa. Sudah terjadi banyak pertikaian disamping banyak macam tindakan sabotase di antara dua kelompok ini sampai kata “orang Samaria” menyakitkan bagi orang-orang
Yahudi. Tetapi Yesus memutuskan untuk menempuh perjalanan melalui Samaria karena Dia menentang pemikiran sempit yang sedemikian itu dan bermaksud untuk mencabut kemunafikan dan kefanatikan yang ada di dalam hati murid-muridNya. Dia berusaha untuk menaburkan benih-benih rohani di sepanjang perjalanan di antara orang-orang yang dirasa asing bagi Israel dan mau meyakinkan pada murid-muridNya bahwa kerajaan Allah tidak hanya dimaksudkan bagi keturunan Abraham saja.
Ada sebuah sumur atau perigi yang disebut “Perigi Yakub” pada jalan utama dekat Sikhem (Nablus), yang terletak di antara dua gunung, yaitu Ebal dan Gerizim. Tempat itu menjadi sangat terkenal sejak saat itu. Karena Yesus lelah, Dia duduk di dekat perigi dan mengutus murid-muridNya ke Sikhar untuk membeli makanan bagi mereka. Dari sini kami

menyimpulkan bahwa Yesus, di balik kekuranganNya dan juga kekurangan
murid-muridNya, tidak selalu menggantungkan diri pada kebaikan orang lain, apalagi sampai meminta-minta untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka. Dia mempergunakan uang yang diberikan oleh mereka yang mengasihi dan menghormati Dia, dan mempercayakan uang ini kepada salah satu dari murid-muridNya.
Pada waktu itu, Dia mengalami kelelahan, rasa lapar dan haus, agar dengan demikian Dia
juga mampu untuk merasakan kelemahan-kelemahan kita, dan bersimpati dengan penderitaan umat manusia. Seseorang barangkali bertanya, “Mengapa Yesus tidak mengadakan mujizat untuk memuaskan rasa lapar Dia dan murid-muridNya?” Jawabannya adalah bahwa kapan saja bahan-bahan alami tersedia, tidak diperlukan mujizat. Yesus tidak pernah mengadakan satu mujizatpun untuk kepentingan diriNya sendiri. Ketika Dia merasa lapar di padang gurun di mana Dia dicobai oleh setan, tidak ada bahan-bahan ataupun persediaan secara jasmani untuk memuaskan rasa laparNya. Namun demikian Dia tidak mengadakan mujizat untuk menolong diriNya. Malaikat-malaikat datang dan melayani Dia, demikian kita diberitahu.
Sementara Yesus menantikan kedatangan murid-muridNya, seorang wanita Samaria datang untuk mengisi buyungnya dengan air dari Perigi Yakub. Barangkali dia lebih suka
mengambil air dari perigi ini karena dia menganggap bahwa air dari perigi ini adalah air suci. Barangkali dia tidak disukai oleh tetangga-tetangganya dan mau menyingkir dari mereka. Dia tentunya merasa sangat terganggu ketika melihat ada seorang Yahudi di dekat perigi,
lebih-lebih lagi karena penampilan dan cara berpakaiannya menunjukkan bahwa Dia seorang guru agama. Biasanya, orang yang menduduki jabatan seperti itu sangat membenci orang Samaria.
Ada penghalang-penghalang besar antara Kristus dan wanita Samaria ini yang layak untuk mendapatkan perhatian kita:

1. Yang pertama adalah bahwa dia seorang wanita Samaria dan Dia adalah seorang guru agama Yahudi Bangsanya merupakan campuran antara Yahudi dan bukan Yahudi dan mereka merupakan saingan kuat dalam segi keagamaan bagi orang-orang Yahudi yang mengklaim kemurnian keturunan. Jelas sekali, bahwa pertikaian yang ada di antara orang-orang adalah lebih bersifat keagamaan !

Orang-orang Yahudi, sesudah kepulangan mereka dari penawanan di Babilonia, menolak keterlibatan orang-orang Samaria untuk ikut ambil bagian dalam membangun kembali Bait Suci. Mereka juga memperlakukan orang-orang Samaria ini dengan secara tidak
adil. Sebagai balasan, orang-orang Samaria menajiskan Bait Suci dengan melemparkan tulang-tulang orang mati ke dalamnya, hal ini semakin memperlebar jurang di antara dua kelompok ini. Orang-orang Yahudi mencegah orang memasuki Bait Suci di Yerusalem yang mana hal itu memaksa mereka untuk memilih tempat peribadatan di Gunung Gerizim yang mereka akui sebagai yang lebih suci dari Yerusalem karena sejarahnya

yang lebih tua. Mereka juga mengatakan bahwa Abraham membawa Ishak ke tempat ini untuk mempersembahkan dia sebagai korban bagi Allah.

2. Kesulitan yang kedua adalah bahwa dia, sebagai seorang wanita, tahu dengan jelas bahwa laki-laki Yahudi khususnya para guru agama, menolak untuk berbicara atau kelihatan bersama dengan wanita di hadapan umum, kendatipun wanita itu isteri mereka sendiri ataupun masih saudara mereka. Bahkan di dalam doa-doa mereka, mereka menaikkan syukur kepada Allah bahwa mereka dilahirkan sebagai laki-laki dan bukan sebagai

wanita. Betapa lebihnya mereka akan menunjukkan sikap terhadap wanita Samaria!

3. Halangan yang ketiga adalah bahwa dia adalah seorang wanita yang jatuh. Bagaimana dapat seorang guru Yahudi yang sangat dihormati bergaul dan bercakap-cakap dengan seorang wanita yang jatuh, yang disepanjang hidupnya berada dalam dosa dan masih tetap membiarkan dirinya diperbudak oleh dosa itu sendiri?

Karena tiga halangan inilah, maka adalah tepat kalau kita mengatakan bahwa wanita Samaria ini sangat gelisah ketika melihat Yesus duduk di tepi perigi sesudah dia mengadakan perjalanan jauh untuk mengambil air. Dia jelas berharap bahwa Yesus tidak akan mau berbicara kepadanya; dalam hal yang sama dia juga tidak mau untuk berbicara kepada Yesus. Tetapi Yesus mengasihi jiwa dari orang Samaria ini sama seperti Dia mengasihi jiwa orang Yahudi. Yesus tidak membeda-bedakan antara orang yang mengasihi dan orang yang membenci karena Dia mau menyelamatkan setiap orang. Yesus tidak ikut-ikutan merendahkan para wanita seperti yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi, tetapi Dia sangat menghargai para wanita. Apa yang diperlukan dalam keagamaan adalah iman di dalam hati, ketetapan-ketetapan Hukum di dalam pikiran, dan kemuliaan dalam sikap.
Yesus bermaksud untuk menyelamatkan semua umat manusia—laki-laki dan wanita, semuanya Yesus ingin menyelamatkan. Itulah sebabnya mengapa Dia tidak dapat mengabaikan wanita Samaria ini. Dia tidak seperti Yohanes Pembaptis yang diikat oleh tradisi bangsanya Yang memaksa Dia mengijinkan wanita-wanita untuk menjadi pengikut-pengikutnya, untuk menghormati Dia, dan mendukung Dia dengan kekayaan
mereka. Dalam pertemuanNya dengan wanita Samaria ini, Yesus menunjukkan perhatianNya Yang besar untuk Pertobatan para wanita. Sebagaimana Setan Yang berusaha keras untuk membuat Hawa jatuh, pada awal permulaan dari sejarah manusia.
Kristus menegakkan puteri-puteri Hawa pada awal permulaan dari pelayananNya. Salah satu dari citra Kekristenan yang menonjol adalah bahwa Kekristenan meningkatkan harkat derajat para wanita baik secara sosial, moral dan rohani. Dengan dilahirkan melalui Perawan Maria, Yesus mengangkat/menyingkirkan perasaan malu Yang sudah ditimpakan pada kaum wanita sejak kejatuhan Hawa di taman Eden. Selama tahun-tahun dari pelayananNya, dan ketika berada di Kayu Salib dan kebangkitanNya, Yesus meninggikan para wanita, yang sudah terbukti sudah mengalahkan kebanyakan kaum laki-laki baik dalam semangat keagamaan dan kesetiaan pada Juruselamat.

Wanita Samaria adalah orang yang berdosa. Mengapa Yesus mau untuk duduk, bercakap-cakap, dan memberikan perhatianNya pada dia? Rasul Paulus bertanya: “persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?” (II Korintus 6:14). Tetapi kita memahami prinsip Yesus yang berkata, “Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang” (Lukas

19: 10). Dia juga mengatakan ketika berada di rumah Matius si pemungut cukat, “Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat.” Alasan mengapa orang pergi ke dokter adalah karena dia sakit, bukan karena dia sehat. Dokter memberikan perhatian pada mereka yang menderita, bukan pada orang yang sehat. Dia bahkan memberikan perhatian yang lebih banyak bagi yang orang yang kritis sakitnya !

Yesus memberikan perhatiannya terutama pada anak-anak muda, pada orang-orang miskin, dan orang-orang sederhana, di mang semuanya terwakili dalam sebagian besar murid-murid yang dipanggilNya, kemudian Dia menawarkan keselamatan pada Nikodemus, seorang ahli teologia yang sangat disegani, kaya raya dan hidup saleh. Semua orang ini adalah
orang-orang Yahudi. Sekarang Dia menghendaki untuk menunjukkan perhatianNya yang besar terhadap seseorang yang mewakili para wanita yang disingkirkan, dan orang-orang di luar Yahudi yang lebih dikenal dengan sebutan Kafir. Ketika Dia bercakap-cakap dengan wanita Samaria ini Dia mampu untuk mengekspresikan perhatianNya yang besar terhadap nilai dari kekekalan jiwa, bahkan sekalipun jiwa itu sudah terperosok sangat dalam ke dalam dosa. Dia menunjukkan bahwa Dia mampu menyelamatkan, orang-orang yang paling berdosa sekalipun.
Yesus tidak menpedulikan halangan-halangan sosial dan mulai bercakap-cakap dengan wanita Samaria dengan meminta kepadanya untuk memberi Dia minum. Alasan utamanya bukan karena Dia kehausan, tetapi keinginanNya untuk menyelamatkan jiwa wanita itu yang binasa. Karena sikap kerendahan hati dari Guru Yahudi inilah maka Dia menghormati wanita ini dengan mengijinkan dia untuk memuaskan keperluannya dengan apa yang dia punyai. Dalam hal ini Dia memberikan contoh model sebagai seorang pemenang jiwa. Jawaban wanita ini sebenarnya tidaklah ramah, dan hal itu tidaklah mengejutkan. Dia berkata, “Bagaimana mungkin, orang sepertimu, yang Yahudi minta minum dari saya, seorang wanita Samaria?” Yesus kemudian merubah nada perkataanNya untuk menolong wanita itu mengetahui siapakah Dia sebenarnya. Dia sendiri sebenarnya tidak membutuhkan dia, tetapi dia (wanita Samaria) memerlukan ia, karena Dia dapat memberikan kepadanya pemberian Allah jika dia bersedia untuk memintanya. Pemberian ini seperti air hidup. Ketika dia menunjukkan keterkejutannya dan ketidaktahuannya, Dia menambahkan bahwa air yang Dia berikan berbeda dengan air yang dia ambil dari Perigi Yakub. Air hidup memuaskan rasa
haus selama-lamanya, karena menjadi mata air yang hidup yang mengalir di dalam diri orang yang meminumnya, sampai pada hidup yang kekal. Sebagai akibatnya, dia (wanita Samaria) meminta kepada Dia yang pertama minta kepadanya untuk diberi minum: “Tuan, berikanlah kepadaku air itu, agar aku tidak haus lagi dan tidak usah harus kembali lagi ke sini untuk

mengambilnya.”
Persyaratan pertama untuk menerima keselamatan adalah bangkitnya kesadaran, sehingga orang berdosa merasa perlu Juru selamat dan menunjukkan pertobatan yang benar. Oleh karena itu, kita melihat bahwa Dokter ini sesudah melukai wanita itu, sebelum Dia menyembuhkannya. Keahlian seorang Ahli bedah terbukti dari jenis rasa sakit yang Dia sebabkan. Dia membersihkan tubuhnya dari sakit penyakit yang menimpanya. Yesus meminta kepadanya untuk memanggil suaminya. Ketika dia mengaku bahwa dia tidak mempunyai suami Dia mengatakan kepadanya bahwa Dia mengetahui kehidupannya yang memalukan di masa lalu, sebagaimana juga keadaannya hidupnya yang menyulitkan sekarang ini. KebaikanNya bukan karena ketidaktahuannya akan keadaan yang tidak beres dari wanita itu. Dalam hal ini kita mendapatkan satu contoh yang baik untuk menarik perhatian jiwa-jiwa kepada Kristus. Kita tidak selalu memenangkan jiwa-jiwa bagi Kristus dengan melalui serangan-serangan yang kejam terhadap kesalahan-kesalahan mereka. Tetapi Setan, musuh dari jiwa-jiwa, selalu berjaga-jaga. Pada waktu dia memperhatikan bahwa
wanita ini mulai memperhatikan Juru selamat, dia mencoba untuk mengalihkan perhatiannya pada salah satu dari siasatnya yang sudah sangat terkenal; dia mencoba untuk mengalihkan perhatian wanita itu pada perdebatan kepercayaan antara Yahudi dan Samaria sehubungan dengan tempat untuk berbakti. Setan memimpin wanita ini pada suatu kepercayaan yang masih saja menyesatkan jutaan orang yang beragama, dalam hal mempercayai bahwa agama adalah sesuatu yang diwarisi dari nenek-moyang. Sehingga banyak orang merasa puas mengikuti jejak-langkah dari nenek-moyang mereka. Namun demikian, iman sudah mulai dilahirkan dalam hati wanita Samaria ini sesudah kesadaran hati nuraninya dihidupkan. Dia melihat, dalam diri orang asing Yahudi ini seorang nabi karena dia berkata kepadaNya,
“Tuan, saya percaya bahwa Tuan adalah seorang nabi.” Dengan demikian dia membuka pintu baru bagi Kristus untuk menunjukkan kepadaNya kebenaran mengenai keagamaan.
Dari tepi tembok perigi yang dipergunakan sebagai mimbar, dan di depan pendengar yang terdiri hanya satu orang, yang dalam hal ini adalah wanita Samaria yang berdosa, Yesus menyampaikan satu khotbah yang sangat vital. Singkat namun mencakup keseluruhan. Di dalam khotbah itu, Yesus mengumumkan bahwa kekudusan tidak berada di Bait Suci ataupun pada peralatan-peralatan yang dianggap keramat, tetapi di dalam hati. Kedatangan Yesus mengakhiri era dalam mana penyembahan terhadap Allah hanya di beberapa tempat

tertentu saja di mana orang-orang pergi ke ternpat tersebut untuk memberikan korban-korban persembahan mereka. Ilah dari orang-orang kafir ditempatkan pada rumah-rumah khusus untuk penyembahan, tetapi Allah yang esa dan benar adalah Roh, dan Dia menerima semua yang menyembah Dia di dalam roh dan kebenaran. Dia tidak menerima yang lain kendatipun mereka berlutut di tempat-tempat yang dianggap paling keramat sekalipun. Saat yang untuk itu Maleakhi menubuatkan sudah tiba:

"Sebab dari terbitnya sampai pada Terbenamnya matahari, namaKu besar di antara bangsa-bangsa, dan di setiap tempat dibakar dan dipersembahkan korban bagi namaKu dan juga korban sajian yang lahir;

sebab namaKu besar di antara bangsa-bangsa, firman TUHAN semesta alam.” (Maleakhi 1:11)

Namun demikian, kebenaran ini bukan berarti menyingkirkan tempat-tempat yang khusus ditetapkan sebagai tempat-tempat penyembahan. dan memberikan penghormatan yang sebagaimana mestinya. Ini bisa diterima sebagai adat kebiasaan keagamaan, tetapi kita tidak boleh ekstrim dalam anggapan kita terhadap kekudusan atau kekeramatan dari tempat-tempat ini. Kita tidak boleh berpikir bahwa kita akan menerima berkat-berkat dari lukisan-lukisan orang-orang kudus, atau dengan melalui sakaramen-sakaramen gereja, atau dengan melalui menjamah orang-orang tertentu atau bangunan-bangunan keagamaan
Pada waktu Yesus tidak menyebutkan Yerusalem sebagai tempat yang dianggap suci Dia sebenarnya mengatakan bahwa orang dapat menyembah di manapun, karena Allah adalah roh, dan yang menvembah Dia harus di dalam roh, dan tidak bergantung pada hal-hal yang kelihatan secara lahir. Kita harus menyembah Dia dari kedalaman hati kita. Yesus menjelaskan kepada wanita Samaria bahwa pintu penerimaan Allah terbuka bagi semua yang menyembah Dia di dalam roh dan kebenaran, termasuk orang-orang bukan Yahudi yang disingkirkan dari Bait Suci di Yerusalem Allah menerima orang-orang yang di masa lalu hidupnya memalukan. Perubahan di dalam hati wanita Samaria mengijinkan dia untuk menyambut dengan sepenuh jiwanya, kedatangan Mesias yang memberitahu kepada semua orang bahwa Allah mengharapkan mereka dalam hal-hal keagamaan. Ketika dia membuka hatinya terhadap terang kebenaran, Allah sekaligus pada waktu itu juga memberikan terang kebenaran selanjutnya. Dia menghargai dia dengan menyatakan kepadanya apa yang Dia tidak kemukakan pada para penatua Yahudi Nikodemus yang setia, atau pada

sahabat-sahabatnya, para murid. Dia berkata kepadanya, “Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau.” Sampai pada saat itu Yesus tidak memberitahukan kepada siapapun bahwa Dia adalah Kristus, tetapi Dia menyatakan kebenaran ini kepada wanita Samaria karena dia mengakui bahwa Dia adalah seorang nabi.

"Pada waktu itu datanglah murid-muridNya dan mereka heran, bahwa Ia sedang bercakap-cakap dengan seorang perempuan. Tetapi tidak ada seorangpun yang berkata: “Apa yang Engkau kehendaki?” Atau “Apa yang Engkau percakapkan dengan dia?” Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ: “Mari, lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu ?” Maka merekapun pergi ke luar kota lalu datang kepada Yesus

Sementara itu murid-muridNya mengajak Dia, katanya: “Rabi, makanlah.” Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: “PadaKu ada makanan yang tidak kamu kenal.” Maka murid-murid itu berkata seorang kepada yang lain: “Adakah orang yang telah membawa kepadanya sesuatu untuk dimakan?” Kata Yesus kepada mereka: “MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaannya. Bukankah kamu mengatakan Empat bulan lagi musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu, Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai. Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama-sama bersukacita. Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa: Yang seorang menabur dan yang lain menuai. Aku mengutus kamu untuk

menuai apa yang tidak kamu usahakan; orang-orang lain berusaha dan kamu datang memetik hasil usaha mereka.”

Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepadanya karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi: “la mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat.” Ketika orang-orang Samaria itu sampai kepada Yesus, mereka meminta kepadanya, supaya Ia tinggal pada mereka, dan Iapun tinggal di situ dua hari lamanya. Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya karena perkataanNya, dan mereka berkata kepada perempuan itu: “Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia”(Yohanes 4:27-42).

Tidak ada satupun dari murid-murid Kristus yang hadir selama percakapan antara Dia dan wanita Samaria. Tidak diragukan lagi, bahwa Yohanes murid yang dikasihi, sudah mendengar tentang hal itu entahkah dari Kristus atau dari wanita itu sendiri. Dia memberitahukan betapa terkejutnya dia dan kawan-kawannya ketika mereka kembali ke Sikhar dari membeli makanan. Mereka heran karena mereka melihat Guru mereka bercakap-cakap dengan sungguh-sungguh pada orang yang masih asing, yaitu wanita Samaria. Mereka memperhatikan sukacita wanita itu sementara dia lari meninggalkan tempayan airnya dan kembali menuju ke kotanya, sepertinya ada sesuatu hal yang sangat penting yang perlu sekali untuk segera disampaikan. Kita tidaklah terkejut pada keheranan
murid-murid. Sebaliknya, kita memuji mereka karena sikap dan pengamatan mereka terhadap apa yang sebenarnya sedang terjadi. Tidak ada seorangpun dari mereka yang berani bertanya kepada Dia tentang apa yang dinginkan oleh wanita tersebut atau mengapa Dia berbicara kepadanya. Ketika mereka memberikan makanan di depan Dia, Dia tidak memakan sebagaimana yang diharapkan oleh murid-murid; karena itu mereka berkata, “Guru
makanlah. Sebagaimana mereka terheran-heran melihat percakapan Yesus dengan wanita Samaria itu, mereka sekarang merasa lebih terkejut lagi karena Dia tidak makan. Keheranan mereka semakin meningkat ketika Dia menjawab, “PadaKu ada makanan yang tidak kamu kenal.
Yesus berbicara kepada Nikodemus tentang menerima kehidupan kekal dengan melalui dilahirkan kembali dari atas. Nikodemus tidak dapat memahami apa yang dimaksudkan oleh Yesus. Yesus berbicara kepada wanita Samaria tentang air hidup yang memberi kehidupan. Dia sebenarnya tidak paham akan hal ini juga. Dia berbicara kepada murid-muridNya mengenai makananNya yang tidak mereka ketahui. Mereka juga tidak mengerti dan mulai bertanya-tanya antara satu dengan yang lain: “Adakah seseorang sudah membawa kepadanya sesuatu untuk dimakan?” Yesus segera saja menyingkirkan keragu-raguan mereka, dan Dia menjelaskan bahwa makananNya adalah melakukan kehendak Bapa yang mengutus Dia, dan untuk menyelesaikan pekerjaanNya.
Wanita Samaria ini sangat bahagia karena dia bertemu Mesias, mendengar beritanya, dan percaya di dalam Dia, sehingga dia meninggalkan tempayan atau buyung tempat air milik kepunyaannya di dekat perigi dan lari menuju ke Sikhar, kota tempat tinggalnya, untuk

memberitahukan kabar baik kepada orang-orang di kotanya. Tetapi siapakah yang mau mendengarkan pemberitaan dari seorang sundal? Mereka barangkali menanyakan pada diri mereka sendiri pertanyaan berikut ini: “Apakah Mesias akan menarnpakkan diri terlebih dahulu pada wanita seperti dia?” Seseorang menyimpulkan bahwa pemberitaannya sangat berhasil. Sepertinya perubahan yang sudah terjadi dalam hatinya tercermin dalam raut wajah, sikap dan penampilannya, disamping nada suaranya. Orang-orang di kotanya sangat menghargai kesaksiannya ketika dia berkata: “Mari lihat! Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?” Wanita Samaria ini ingin agar mereka melihat dan mendengar Yesus sendiri agar dengan demikian mereka dapat berubah pikiran dalam hal ini. Dia sudah memberikan kesaksiannya dan menyerahkan hasilnya pada hati nurani dan pikiran orang-orang yang mendengarkannya. Dalam hal ini dia memberikan contoh pelajaran yang baik pada kita dalam hal memberitakan Kabar Baik pada orang lain. Kuasa dari kesaksian yang berhasil lebih terletak pada memberikan kesaksian daripada memberikan nasehat atau saran. Pemenang jiwa yang cermat mengatakan apa yang dikatakan oleh Pemazmur: “Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu”(Mazmur 34:8).
Ketika Yesus menyampaikan salam perpisahan kepada murid-murid sebelum kenaikanNya ke sorga, Dia memberitahu kepada mereka bahwa tugas utama mereka adalah menjadi saksi sampai ke ujung bumi (Kisah Para Rasul 1:8). Akibat-akibat indah dan luar biasa yang mengikuti adalah sebagai hasil dari ketaatan Para murid terhadap perintah Kristus, dan
orang-Orang Yang memberikan perhatian pada kata-kata mereka. Seorang pendengar yang baik dapat menyerap nasehat atau saran oleh yang diperlukan dari sebuah kesaksian yang diberikan. Dengan demikian kalau hanya sekedar saran dan nasehat dengan tanpa disertai kesaksian untuk mendukungnya, akan cenderung lemah. Wanita Samaria melupakan kesakralan dari perigi Yakub ketika dia mendapatkan air hidup yang diberikan oleh Yesus kepadanya. air ini menjadi sumber, yang terus mengalir sampai pada hidup yang kekal untuk orang lain juga.
Kata-kata wanita Samaria tentang, Kristus menggerakkan hati orang-orang di Sikhar untuk pergi meninggalkan kota mereka dan datang kepada yesus. Ketika Yesus melihat mereka datang dari jauh, Dia berkata kepada murid- muridNya dalam bahasa simbolis. Dia berkata: “Bukankah kamu berkata empat bulan lagi tibalah musim menuai ? tetapi Aku berkata kepadamu, Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai !“ orang-orang Samaria yang datang mendekati Yesus, Yang siap untuk menerima kabar baik keselamatan, adalah ladang yang sudah menguning. Yesus sangat bahagia melihat mereka karena mereka adalah buah-buah pertama dari tuaian besar dari orang-orang bukan yahudi (orang-orang Kafir). Mereka tidak datang kepada Dia karena mereka melihat salah satu dari mujizat kesembuhanNya, atau bukan karena mencari keuntungan-keuntungan duniawi. Mereka datang semata-mata untuk melihat Dia dan mendengarkan ajaran-ajaranNya. Mereka adalah tuaian dari jerih payahNya dalam mana Dia

memimpin seorang wanita yang berdosa ke dalam keselamatan melalui pertobatan dan iman.
Banyak orang-orang Samaria dari kota percaya di dalam Dia karena kesaksian dari wanita itu tadi. Banyak lagi yang percaya di dalam Dia sesudah mereka bertemu dan mendengarkan
Dia. Mereka meminta kepadaNya untuk tiuggal dalam kota mereka. Ini sekali lagi juga merupakan penggenapan nubuat dari Yesaya: “Aku telah berkenan memberi Petunjuk yang kepada orang yang tidak menanyakan Aku; Aku telah berkenan ditemukan oleh orang yang tidak mencari Aku. Aku telah berkata: “ Ini Aku, ini Aku!” kepada bangsa yang tidak memanggil namaKu” (Yesaya 65:1). Yesus menunjukkan sikap yang berbeda dari tradisi bangsaNya. Dia menghendaki agar murid-muridNya mengikuti contoh teladanNya. Dia tinggal selama dua hari di kota Samaria. Tuaian ini merupakan awal permulaan dari tuaian yang lebih besar dalam kota-kota ini yang akan dituai selama masa rasul-rasul, sesudah kenaikanNya.
Betapa besarnya kesaksian orang-orang Samaria tentang Yesus! Mereka mengatakan bahwa
Yesus adalah benar-benar Kristus, Juru selamat dunia. Mereka melihat di dalam Dia
satu-satunya harapan keselamatan untuk semua umat manusia. Betapa dermawannya perigi yang menyediakan tempat peristirahatan bagi tubuh manusia dalam mana Pribadi Kedua dari Trinitas tinggal, Anak Yang Kekal “yang ada di pangkuan Bapa” (Yohanes 1:18)! Betapa indahnya bagi wanita Samaria yang sebelumnya binasa; mendapatkan di tepi perigi air hidup. Dia ingin memuaskan kehausan bagi tubuhnya, tetapi Mesias yang ditemuinya di dekat perigi memberikan kepadanya sumber air hidup, yang terus memancar sampai kepada hidup yang kekal.

8. YESUS, GURU DAN TABIB

Yesus tidak memulai pelayananNya di Galilea dengan mengadakan berbagai mujizat. Dia memulaiNya dengan memberitakan kabar baik tentang kerajaan Allah di rumah sembahyang. KhotbahNya bukanlah untuk menegur ataupun membuat orang ketakutan; tetapi merupakan bahasa dari seorang Juru selamat yang mengasihi yang datang dari sorga untuk memproklamirkan kasih Allah pada orang-orang berdosa. Dia datang untuk mendirikan kerajaan kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita. Setiap orang yang mendengar Dia, memuliakan Dia, kendatipun mereka mengetahui asal-usulNya yang sangat sederhana. Yesus memproklamirkan bahwa waktunya sudah tiba dan bahwa kerajaan Allah sudah dekat (Markus 1:15). Dia menunjuk pada nubuatan-nubuatan dalam Perjanjian Lama mengenai akan kedatanganNya. Ini merupakan kegenapan waktu yang untuk itu Rasul Paulus
berbicara: “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus AnakNya yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat” (Galatia 4:4). Pemberitaan Yesus setuju dengan pemberitaan Yohanes Pembaptis yang berkata, “Bertobatlah, karena Kerajaan Sorga sudah dekat”(Matius 3:2).

8.1. Penyembuhan anak pegawai istana

"Maka Yesus kembali lagi ke Kana di Galilea, di mana Ia membuat air menjadi anggur. Dan di Kapernaum ada seorang pegawai istana, anaknya sedang sakit. Ketika ia mendengar, bahwa Yesus telah datang dari Yudea ke Galilea, pergilah ia kepadaNya lalu meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan anaknya, sebab anaknya itu hampir mati. Maka kata Yesus kepadanya: “Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya.” Pegawai istana itu berkata kepadaNya: “Tuhan, datanglah sebelum anakku mati.” Kata Yesus kepadanya: “Pergilah anakmu hidup!” Orang itu percaya akan perkataan yang dikatakan Yesus kepadanya, lalu pergi. Ketika ia masih di tengah jalan hamba-hambanya telah datang kepadanya dengan kabar, bahwa anaknya hidup. la bertanya kepada mereka pukul berapa anak itu mulai sembuh. Jawab mereka: “Kemarin siang pukul satu demamnya hilang. “Maka teringatlah ayah itu, bahwa pada saat itulah Yesus berkata kepadanya: “Anakmu hidup.” Lalu iapun percaya, ia dan seluruh keluarganya. Dan itulah tanda kedua yang dibuat Yesus ketika Ia pulang dari Yudea ke Galilea" (Yohanes 4:46-54).

Satu bulan kemudian, Yesus mengunjungi kembali Kana di Galilea di mana Dia mengadakan mujizatNya yang pertama. Dia juga mengadakan muiizatNya yang kedua di sana. Kami mengatakan bahwa Dia mengadakammujizatnya yang kedua di Kana, tetapi sebenarnya
orang yang disembuhkan tidak berasal dari kota ini. Sementara berada di kawasan Kana, Yesus orang sakit di Kapernaum yang sekitar satu hari ke Kana. Inilah kejadiannya yang sebenarnya: Pada suatu hari, Yesus sedang berada di Kana ketika salah seorang pegawai istana dari Raja Herodes Antipas datang kepadaNya. Dia tinggal di Kapernaum sekitar beberapa jam perjalanan jauhnya dari ibu kota, Tiberias. Yesus belum pernah melakukan mujizat penyembuhan di Galilea. Oleh karena itu ketika anak pegawai istana itu sakit keras, dan hampir mati ayahnya berpikir untuk datang kepada Yesus. Sesudah mencari tahu di mana Yesus berada, dia menemukan Dia berada di Kana. Dia pergi kepadanya di sana dan minta kepadaNya untuk pergi bersama dengan dia ke Kapernaum untuk menyembuhkan anaknya.
Pegawai istana pada waktu itu, sangat dihargai dan dapat dengan mudah mendapatkan apa yang diinginkannya; karena itu orang ini mengira bahwa Yesus akan segera melakukan untuk dia sesuai dengan kehendaknya. Dia membayangkan Kristus akan merasa mendapatkan kehormatan besar, bahwa ada orang yang seperti dia, akan mengundang Dia untuk menyembuhkan anaknya. Dia mengira bahwa Yesus akan mempergunakan kesempatan khusus seperti itu untuk menunjukkan kuasaNya yang mengherankan. Tetapi apa yang dipikirkan Yesus justru berbeda. Dia bemaksud untuk membimbing orang ini ke dalam kerendahan dan kehancuran hati, agar dengan demikian dia bisa menerima berkat-berkat rohani. Dia juga mau menunjukkan kepadanya bahwa Dia adalah wakil dari Allah yang
Maha Tinggi, kendatipun penampilanNya secara lahir tidak disertai dengan tanda- tanda kebesaran. Dia berkata kepada pegawai istana tersebut, “jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya.” Yesus tidak menginginkan iman timbul sebagai akibat dari melihat tanda-tanda ajaib, Dia menghendaki agar kita percaya karena sebutan dan kesalehan yang kita lihat di dalam Dia, dan dari apa yang kita dengar Dia ajarkan.

Pegawai istana ini sepertinya tidak bisa sabar untuk mendengarkan, karena anaknya hampir mati. Dia mendesak Kristus, sambil berkata, “Tuhan datanglah sebelum anakku mati” Yesus menjawab inti dari permohonannya, tetapi tidak dalam cara yang sesuai dengan permohonan pegawai istana tersebut. Dia tidak datang bersama dia, tetapi Dia menyembuhkan anak pegawai istana tersebut. Daripada pergi bersama dengan dia, Dia memberitahu kepadanya, “pergilah, anakmu hidup” Dalam cara yang luar biasa, pegawai istana tersebut percaya pada perkataan Yesus, dan pergi. Dia mempunyai iman bahwa Yesus dapat menyembuhkan dari jauh. Yesus tidak harus menjamah anak itu, berbicara kepadanya, atau melihat dia, namun sang ayah itu percaya dan kembali ke rumah. Sementara dia sedang dalam pulang,
hamba-hambanya bertemu dia dan memberitahukan kepadanya bahwa anaknya tiba-tiba saja sembuh. Mereka sudah datang dari Kapernaum untuk memberitahu kepada sang ayah yang masih berada di Kana kabar baik. Ketika sang ayah itu bertanya kapan anaknya mulai sembuh dia mendapatkan bahwa tepat pada waktu yang sama ketika Yesus memberikan perintahNya, dan berkata, “Pergilah, anakmu hidup.” Hal ini menguatkan iman sang ayah. Seisi rumahnya percaya dan sama-sama ikut beriman di dalam Dia karena bilamana salah seorang dari anggota keluarga kuat di dalam iman, maka hal itu akan mempengaruhi seluruh isi rumah.
Tragedi sakit penyakit dari anak laki-laki pegawai istana ini berubah menjadi suatu berkat rohani yang besar. Dari kemalangan yang terjadi datang keselamatan kekal untuk dirinya seniri dan seluruh keluarganya. Bapa di sorga, dalam hikmat dan kasihNya, mengijinkan kita untuk mengalami kesukaran-kesukaran agar dengan demikian kita bisa menerima
berkat-berkat.

8.2. Mengajar di Nazareth

"Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaanNya pada hari Sabat Ia masuk ke ruinah ibadat lalu berdiri, hendak membaca Alkitab. KepadaNya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibukaNya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis:

“Roh Tuhan ada padakul, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.”

Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang tertuju kepadaNya. Lalu Ia memulai mengajar mereka, kataNya: “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkannya, lalu kata mereka: “Bukanlah Ia ini anak Yusuf

?". Maka berkatalah Ia kepada mereka: “Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepadaku: Hai tabib, sembuhkanlah dirimu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asalmu ini, segala yang kami dengar telah terjadi di Kapernaum!” Dan kataNya lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Dan Aku berkata kepadamu, dan kataKu ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan

enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang dilahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu.”“ Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi (Lukas 4:16-30).

Yesus kembali dari Kana menuju ke Nazaret sesudah meninggalkan daerah itu selama lima belas bulan. Selama bulan-bulan ini Dia sudah banyak mengalami pengalaman-pengalaman rohani yang dapat diketahui melalui cara Dia mengamati dan bertindak. Orang-orang di kotaNya memperhatikan bahwa Dia sudah berubah; Dia pribadi yang berbeda. Mereka sudah banyak mendengar tentang mujizat-mujizat yang sudah Dia adakan di kota-kota lain. Mereka mengharapkan agar Dia melakukan hal yang sama di Nazaret, teristimewa karena Dia ada bersama-sama dengan sanak famili dan sahabat-sahabatNya. Namun demikian, Kristus justru lebih tertarik untuk menyampaikan pengajaran daripada mengadakan mujizat-mujizat. Di Nazaret, Dia untuk pertama kalinya menyampaikan khotbah di hadapan umum di rumah sembahyang, pada hari Sabtu. Lukas mengatakan bahwa Dia pergi ke rumah sembahyang, seperti kebiasaanNya. KunjunganNya ke rumah sembahyang selama masa tiga puluh tahun dalam kehidupanNya barangkah dapat dikatakan sebanyak ribuan kali
Ketika Kristus masuk ke rumah sembahyang, segala sesuatunya masih tetap sama seperti ketika Dia berada di sana sebelumnya. Dia mendengar doa-doa yang biasa dinaikkan dan ketika saatnya tiba untuk membaca dari kitab para nabi, Dia berdiri, menunjukkan bahwa Dia akan membacakannya kalau pemimpin jemaat memberi kesempatan kepada Dia. Kepada Yesus diberikan kitab nabi Yesaya. Bagian yang Yesus baca adalah yang dipilih untuk hari itu. Dan bagian yang akan Dia baca merupakan bagian yang sudah Allah sediakan dan pilih untuk Dia kumandangkan. Bagian dari Alkitab tersebut merupakan nubuatan mengenai maksud tujuan dari kedatanganNya ke bumi dan sifat dari kerajaanNya yang sekarang ini sudah tiba. Pertama-tama nubuatan itu berbicara mengenai urapan yang menyebabkan Dia disebut “Kristus” melalui pemisahan Allah atasNya sebagai nabi, imam dan raja. PekerjaanNya sebagai Kristus adalah untuk memberitakan Kabar Baik kepada orang-orang miskin, untak memberitakan kebebasan bagi orang-orang yang tertindas, untuk mencelikkan penglihatan orang-orang buta, untuk melepaskan orang-orang yang tertawan, dan memberitakan tahun rahmat Tuhan (Yesaya 61:1,2).
Tahun rahmat Tuhan, bagi orang-orang Yahudi adalah tahun Yobel yang terjadi setiap lima puluh tahun sekali. Tahun rahmat Tuhan yang dimaksud sepertinya adalah tahun Yobel. Orang-orang yang mendengarkan apa yang dibacakan oleh Yesus mengira bahwa membebaskan orang-orang yang tertindas dimaksud adalah kemerdekaan dari kolonialisme Romawi dan penawanan oleh raja-raia kafir. Bagi Yesus, tahun rahmat Tuhan bukanlah sekali dalam lima tahun, tetapi setiap hari dari setiap tahun.

“…bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang”

Kristus tidak datang untuk menyelamatkan orang dari penindasan secara politik atau duniawi; Dia datang untuk menyelamatkan mereka dari penindasan Setan, yang merupakan alasan di balik penindasan yang dilakukan oleh orang-orang Romawi Perbudakan Setan tidak dapat melepaskan diri dari penawanan, baik secara fisik, sosial dan ekonomi. Perbudakan rohani oleh Setan membawa pada penawanan secara fisik oleh musuh-musuh. Jika Kristus datang untuk menyelamatkan umatNya dari penindasan fisik yang mereka ketahui, mereka masih tetap saja berada dalam penindasan rohani yang lebih jahat yang tidak mereka ketahui. Yesus tahu semua akan hal ini, Dia sudah datang untuk melepaskan umatNya pertama-tama dari penindasan Setan. Jika mereka menerima Dia, Dia dapat menyelamatkan mereka dari penindasan orang-orang Romawi juga. Dia dapat menyelamatkan mereka dari setiap kuk, kecuali kukNya sendiri karena mudah dan ringan (Matius 11:30).
Adalah kebiasaan Yahudi bahwa orang yang membaca Alkitab dapat memberikan penjelasan sehubungan dengan bagian yang dibaca, jika Dia menghendakinya. Dia akan: mangumumkan hal ini dengan duduk sesudah selesai membaca. Jadi Yesus menutup Alkittab, memberikanNya kembali pada yang khusus menanganinya, dan selanjutnya duduk. Mata dari semua orang yang hadir di rumah sembahyang diarahkan kepadaNya karena mereka semua mengenal Dia. Mereka sangat menghargai Dia karena apa yang sudah mereka dengar tentang Dia selama masa lima belas bulan yang sudah lewat. Yesus memulai khotbahNya dengan mengatakan, “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” Dengan demikian, Dia menampilkan DiriNya pada mereka sebagai Kristus mereka, yang menggeser semua pengharapan duniawi mereka, dan dilanjutkan dengan menjelaskan isi Kitab Suci. Semua heran mendengar kata-kataNya, dan berkata, “Bukankah Ia ini anak Yusuf’.”
Kristus sudah menyarnpaikan kata-kata yang ramah dan penuh dengan belas kasihan. Ini menunjukkan sifat dari pemberitaanNya. Bagaikan air sejuk bagi orang yang kehausan. Dia datang untuk memberitakan Kabar Baik mengenal kerajaan rohani yang baru. Dia mengetahui bahwa pikiran dari orang-orang yang mendengarkan pemberitaanNya tersebut bukanlah berasal dari diri mereka sendiri Mereka mengakui bahwa Dia menyampaikan
kata-kata yang ramah dan penuh dengan belas kasihan, kendatipun pengertian mereka mengenai kasih karunia masih sangat dangkal. Mereka menginginkan kerajaan duniawi dengan berbagai keuntungan dan kemuliaan duniawi.
Mereka sangat takjub pada mujizat-mujizatNya. Tetapi Yesus mengetengahkan dua pepatah kepada mereka. Dia berkata: “Kamu pasti akan mengatakan pepatah ini kepadaKu, “Hai tabib, sembuhkanlah dirimu sendiri! Perbuatlah di sini juga, di tempat asalmu ini segala yang
kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum” Dengan perkataan ini mereka menuntut bahwa

Nazaret layak mendapatkan mujizat yang lebih banyak dari yang terlihat di Kapernaum
“Mengapa Dia tidak memberikan kepada kami kepuasan dengan mengadakan mujizat-mujizat yang lebih besar di tempat asaINya sepertinya itulah yang mereka pertanyakan. Sejauh ini mereka masih belum melihat satu mujizatpun yang Dia lakukan. Kemudian Yesus mengemukakan pepatah yang lain. Dia berkata

9. YESUS MEMANGGIL EMPAT MURID

"Ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat Simon dan Andreas, saudara Simon. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka: “Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia.” Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia. Dan setelah Yesus meneruskan perjalananNya sedikit lagi,dilihatNya Yakobus, anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus segera memanggil mereka dan mereka meninggalkan ayahnya, Zebedeus, di dalam perahu bersama orang-orang upahannya lalu mengikuti Dia" (Markus 1:16-20).

Yesus memanggil empat muridNya yang pertama di dekat Laut Galilea, yang lebih dikenal dengan sebutan Danau Tiberias. Mereka itu adalah Andreas, Simon Petrus (saudara Andreas), Yakobus, dan Yohanes (saudara Yakobus). Keernpat-empatnya adalah penangkap ikan, yang sedang bekerja di pantai atau di dalam perahu. Yakobus dan Yohanes sedang

membetulkan jala-jala mereka dengan Zebedeus ayah mereka, ketika Kristus menemukan mereka. Yesus pertama-tama mengundang Petrus dan Andreas untuk suatu pekerjaan yang lebih penting yaitu dengan menjadikan mereka “penjala manusia.” Mereka akan melemparkan jala injil untuk menyelamatkan jiwa-jiwa dari laut kehancuran dan membawa mereka ke daratan damai sejahtera. Dia kemudian mengadakan panggilan yang sama kepada dua orang yang lain. Mereka semua segera menerima undanganNya dan mengikuti Dia. Mereka meninggalkan ayah mereka, orang-orang upahan mereka, perahu dan jala mereka, pekerjaan mereka, bahkan kenyataannya mereka meningglkan segala sesuatu. Sebelumya,
mereka mengikuti Dia dalam roh dan dengan iman, dan sudah menyertai Dia dalam beberapa perjalanan. Mulai dari sekarang dan seterusnya mereka akan menjadi teman Yesus secara terus menerus. Kristus sudah memberikan kepada mereka contoh bagaimana menjala
jiwa-jiwa di Yudea di Samaria, tetapi sekarang Dia menghendaki mereka untuk meninggalkan tugas pekerjaan mereka sehari-hari agar dengan demikian mereka dapat menerima lebih banyak latihan dan petunjuk untuk tugas pekerjaan mereka yang baru.
Anak-anak Zebedeus meninggalkan orang tua mereka di perahu dan mengikuti Yesus. Mereka menjadi rangkaian orang-orang pertama yang mentaati Yesus, meninggalkan keluarga dan sanak-famili mereka, bilamana perlu untuk mengikuti sang Guru. Tidak ada seorangpun yang mempunyai hak keagamaan atau hak etis untuk menuntut orang-orang agar mengutamakan Dia lebih dari saudara ataupun sanak famili mereka, tetapi karena Yesus
lebih dari sekedar manusia biasa, Dia berada dalam kedudukan untuk meminta kepada Pengikut-PengikutNya agar menempatkan Dia sebagai Yang utama di dalam kehidupan mereka. Kalau saja Yesus hanya manusia biasa, maka Dia tidak akan dapat mengabaikan dengan begitu saja perintah ke lima yang mengajar kan mengenai menghomati orang tua. Dia tidak akan meminta kepada anak-anak Zebedeus untuk meninggalkan ayah mereka yang sudah tua demi untuk kepentinganNya. Mereka mentaati karena mereka menyadari bahwa
Dia memberikan perintah Ilahi yang menuntut tanggung jawab dari manusia, bahkan Panggilan Yang sangat kudus. Karena Dia pemberi hukum, maka Dia mempunyai hak untuk merubahnya sesuai dengan kebutuhan yang dihadapiNya,
Abraham sahabat Allah meninggalkan negeri tempat asalnya, di Ur dari tanah Kasdim, sebagai jawaban atas panggilan Ilahi. Karena dia percaya kepada Allah, Dia menjadi nenek-moyang bagi Israel. Itulah sebabnya mengapa kita menyebut dia “Bapa dari semua orang Percaya” (Roma 4: 11). Allah memberitahu kepadanya, “…dalam namamu seluruh
keluarga di bumi akan di berkati” (Kejadian 12:3). Musa juga taat akan panggilan Ilahi. Dia meninggalkan kedudukannya sebagai anak puten raja, dan segala kesenangan, kekayaan, pendidikan dan kemuliaan di Mesir. Allah memanggil dia untuk memimpin dan membawa umatnya, dan menjadi penerima Hukum yang merupakan dasar dari Perjanjian Lama, dan dasar dari iman kita. Keempat murid ini demikian juga, meninggalkan pekerjaan mereka, rumah mereka, dan saudara-saudara serta sanak-famili mereka untuk mengikuti seorang Guru yang miskin dan rendah hati ini. Dari, mereka, dan orang-orang sederhana yang menjadi

kawan dan sahabat mereka, bertumbuhlah Gereja Kristen yang teguh, yang tatanan rohani dan hukum-hukum kerajaannya sudah merubah wajah seluruh bumi.
Kita membaca di dalam Torah bahwa Allah memilih Daud, hambaNya, mengambil dia dari menggembalakan domba, dan menjadikan dia sebagai gembala dari umatNya. Sekarang kita melihat Kristus memilih Andreas, Petrus, Yakobus, dan Yohanes dari antara
penangkap-penangkap ikan untuk menempatkan mereka pada kedudukan yang tinggi sebagai para rasul. Dia akan menjadikan mereka hamba-hamba dengan melalui hal-hal ajaib yang terjadi di dalam kehidupan mereka. Mereka akan bercahaya, menjadi contoh teladan yang hidup dari Injil. Bahkan ketika Kristus berkhotbah dan mengajar orang banyak, yang menjadi prioritas utamanya adalah melatih keempat orang yang mengikuti Dia, dari kota ke kota, sebagai murid-muridNya.
Mereka yang mendengar Yesus berbicara di rumah sembahyang di Kapernaum sangat takjub dan heran, karena ada banyak pengkhotbah besar yang pernah mereka dengar sebelumnya hanya mengutip perkataan-perkataan dari pendahulu mereka. Para pembicara ini memiliki kemampuan untuk mengingat, dan berjuang keras untuk menyerab perkataan-perkataan dari tokoh-tokoh zaman dahulu, dan menghafalkan kata-kata mereka di hadapan jemaat. Keterkenalan dan reputasi mereka bergantung pada praktek ini Tetapi sekarang, orang-orang dihadapkan dengan seorang pengkhotbah baru yang tidak mempedulikan filsafat dan
ajaran-ajaran tradisional ataupun pada perkataan-perkataan kuno, yang
didengang-dengungkan oleh para orator. Daripada mengutip perkataan atau ajaran dari guru-guru yang terkenal Yesus berkata ” Sesungguhnya Aku berkata kepadamu….” Setiap kali Dia mengutip dari ajaran-ajaran lama, Dia selalu memberikan penjelasan dan pengertian yang baru. Dalam membicarakan mengenai perjanjian Lama, Kristus berfokus pada roh pengajaran, dan tidak hanya terpaku pada huruf dari Hukum yang tertulis.

10. YESUS MENGUSIR ROH ROH JAHAT

"Kemudian Yesus pergi ke Kapernaum, sebuah kota di Galilea, lalu mengajar di situ pada hari-hari Sabat. Mereka takjub mendengar pengajaranNya, sebab perkataanNya penuh kuasa. Di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan setan dan ia berteriak dengan suara keras: “hai Engkau Yesus orang Nazaret, apa urusanmu dengan kami? Apakah Engkau datang hendak membinasakan kami ? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.” Tetapi Yesus menghardiknya, kataNya: “Diam, keluarlah dari padanya!” Dan setan itupun menghempaskan orang itu ke tengah-tengah orang

banyak, lalu keluar dari padanya dan sama sekali tidak menyakitinya. Dan semua orang takjub, lalu berkata seorang kepada yang lain, katanya: “Alangkah hebatnya perkataan ini! Ia memberi perintah kepada roh-roh jahat dan merekapun keluar” Dan tersebarlah berita tentang Dia ke mana-mana di daerah itu" (Lukas 4:31-37).

Ketika Yesus berada di Kapernaum Dia pergi ke rumah sembahyang. Di antara mereka yang hadir dalam kebaktian pada hari Sabat adalah seorang yang dirasuk roh jahat. Segera sesudah melihat Yesus, dia berteriak: “Jangan ganggu kami! Apa urusanMu dengan kami, Yesus dari

Nazaret.” Kebencian setan terbukti dalam kata-kata ini, dan orang itu berbicara dengan memakai kata kami, menunjukkan bahwa ada lebih dari satu roh jahat yang berbicara. Juga pertanyaannya, “Apakah Engkau datang hendak membinasakan kami ?” merupakan pengakuan bahwa Yesus mempunyai kuasa sepenuh atas roh-roh jahat. Yang terakhir, perkataan, “Aku tahu siapa Engkau…”, menunjukkan kepada kita bahwa roh-roh jahat tahu lebih banyak mengenai hal-hal rohani daripada umat manusia.
Setan sudah melawan Yesus sejak awal ketika dia berada sendirian di padang gurun. Dia menyerang Yesus lalu dengan menyamar, ketika dia menyebabkan orang-orang Nazaret berusaha untuk membunuh Dia. Sekarang, dia muncul lagi dan secara terang-terangan melawan Guru Kudus. Setan tidak akan bisa tinggal diam sementara Yesus menjelaskan jalan keselamatan, memberitakan kerajaan Allah yang sudah dekat, dan menjelaskan
persyaratan-persyaratan untuk masuk ke dalamnya. Setan tahu bahwa Yesus sedang berperang melawan dia, dan Dia datang untuk menghancurkan pekerjaan-pekerjaanNya dan melenyapkan kerajaanNya yang jahat. Kristus sedang akan meremukkan kepala Setan (Kejadian 3:15), bagaimana dia bisa tinggal diam?
Kita barangkali sangat terkejut pada kesaksian yang diberikan oleh setan dengan secara terbuka bahwa Yesus adalah “Yang Kudus dari Allah.” Ini sudah pasti merupakan akibat pertama dari otoritas Kristus yang siap untuk mengusir keluar roh-roh jahat dan dalam diri manusia. Kesaksian dari musuh mengandung nilai ganda, dan Yesus mau agar orang banyak melihat bahwa Setan harus menyaksikan tentang Dia. Ini merupakan penegasan pertama di hadapan umum dari setan sehubungan dengan Kristus, tetapi hal itu bukan yang terakhir. Segera sesudah yang merasuk manusia memberikan kesaksian Yang jelas dan secara terbuka, Yesus menegurnya sambil berkata, “Diam dan keluarlah dari padanya.” Seluruh kumpulan orang banyak menanti-nantikan apa yang selanjutnya akan terjadi. Roh jahat menjatuhkan orang tersebut di tengah-tengah mereka dan keluar meninggalkannya, dengan tanpa mengalami gangguan apapun. Orang banyak menjadi terheran-heran. Setiap orang sangat takjub dan barangkali mereka mulai bertanya-tanya satu dengan yang lain: “Siapakah Dia ini yang sudah hadir di tengah-tengah kita ? Pengajaran baru apakah ini, yang disertai dengan mujizat-mujizat ? Dari mana anak tukang kayu ini mendapatkan kuasa yang sedemikian
besar yang menyebabkan roh-roh jahat patuh kepadaNya?”
Dalam mujizat Yesus yang pertama di Kana, ketika Dia merubah air menjadi anggur, Dia menunjukkan kuasaNya atas hukum-hukum alam. Dalam mujizat yang kedua, penyembuhan anak laki-laki seorang pegawai istana, Yesus menyatakan kuasaNya atas sakit-penyakit. Dalam mujizat yang ketiga ini Yesus menyatakan kedaulatanNya atas kuasa setan. Ketiga mujizat ini yang terjadi pada awal dari pelayanan Kristus, membuktikan bahwa Dia sangat memenuhi syarat dalam setiap hal untuk menjadi Juru selamat umat manusia.
Berita mengenai mujizat besar tersebar di seluruh daerah itu. Dan berita itupun terus berlanjut sampai ke seluruh daerah lain di sekitamya. Sudah terjadi peperangan antara

penguasa dari rumah Daud dengan penguasa dunia ini dan yang terakhir ini sudah dikalahkan dan direndahkan. Berita mengenai Kristus menyebar secara luas di seluruh kawasan dan sekitarnya. Di padang gurun Yesus mengalahkan Setan, di Kapernaum Dia mengusirnya keluar dari dalam kehidupan orang lain. Melalui perbuatan-perbuatannya, Dia menunjukkan kepada murid-muridNya yang masih baru, kepada setan sendiri kepada orang-orang di Galilea, dan kepada generasi di masa datang, bahwa Dia juga mampu untuk mengalahkan Setan -- di dalam kehidupanNya sendiri sebagai Anak Manusia, dan demikian juga di dalam kehidupan orang lain.
Kita tidak dapat meninggalkan mujizat ini dengan tanpa menjelaskan mengenai orang yang dirasuki oleh roh-roh jahat yang sering kali disebut-sebut pada masa-masa Kristus dan sesudahnya. Nampak sepertinya bahwa setan melipat gandakan usahanya dalam dunia kita selama pelayanan Yesus, seolah-olah hal itu merupakan hal yang sangat penting baginya. Dia mau mengontrol lebih dari yang sebelumnya. Ini memang di ijinkan Allah agar dengan demikian kebesaran dari kemenangan Kristus dan akibat-akibatnya akandimanifestasikan dan diintensitaskan. Setan tahu betapa sangat berperannya pikiran dalam diri manusia. Oleh karena itu, kegilaan menjadi bagian kontrol yang dia lakukan atas manusia. Berulang-ulang kali orang-orang yang sakit sepertinya berubah menjadi gila. Apakah apa yang disebut oleh Injil sebagai yang “kerasukan roh-roh jahat” adalah apa yang oleh orang-orang dewasa ini disebut sebagai orang gila? Tafsiran seperti itu barangkali boleh-boleh saja, kalau saja
Kristus dianggap sebagai takhayul atau khayalan keagamaan. Tetapi ketika Dia berbicara kepada setan yang merasuki seseorang, sebagai yang terpisah dari orang yang dirasuki itu sendiri mengatakan, “ keluarlah dari padanya,” kita tahu bahwa persoalannya bukanlah sama dengan penyakit gila yang kita ketahui dewasa ini. Juga, jika orang yang kerasukan itupun gila, dia tidak akan bisa membuat pernyataan-pernyataan yang mengejutkan yang dia utarakan tentang Kristus yang tidak dimengerti oleh seorangpun pada waktu itu. Selanjutnya, jika Kristus hanyamenyembuhkan gangguan mental maka tidak akan terjadi konflik-konflik yang menyakitkan yang menyertai pengusiran roh-roh jahat dari korban yang dirasuki oleh roh-roh jahat tersebut. Berhadapan dengan orang-orang yang dirasuk oleh roh-roh jahat merupakan jenis pekerjaan yang dihadapi oleh Kristus dan murid-muridNya, selain menyembuhkan sakit-penyakit. Berdasarkan pada apa yang sudah terjadi dapat dipastikan bahwa penderitaan, yang Injil menyebutnya sebagai kerasukan roh jahat, tidak dapat disamakan dengan sakit mental pada umumnya.

11. MENYEMBUHKAN ORANG BANYAK DI KAPERNAUM

"Kemudian Ia meninggalkan rumah ibadat itu dan pergi ke rumah Simon. Adapun ibu mertua Simon demam keras dan mereka meminta kepada Yesus supaya menolong dia. Maka Ia berdiri di sisi perempuan itu, lalu menghardik demam itu, dan penyakit itupun meninggalkan dia. Perempuan itu segera bangun dan melayani mereka".

"Ketika matahari terbenam, semua orang membawa kepadaNya orang-orang sakitnya, yang

menderita bermacam-macam penyakit. Iapun meletakkan tanganNya atas mereka masing-masing dan menyembuhkan mereka. Dari banyak orang keluar juga setan-setan sambil berteriak: ”Engkau adalah Anak Allah.” Lalu dengan keras Ia melarang mereka dan tidak memperbolehkan mereka berbicara, karena mereka tahu bahwa Ia adalah Mesias" (Lukas 4:38-41).

Kristus dan rombonganNya pergi ke rumah Petrus, ini bisa jadi karena Yesus tinggal di sana atau karena Petrus mengundang Dia untuk makan bersama untuk menunjukkan rasa hormat dan syukurnya karena menjadi muridNya dan seorang “penjala manusia.” Barangkali Petrus juga mengharapkan agar Gurunya mengedakan mujizat kesembuhan di dalam rumahnya, sebagaimana yang Dia sadah lakukan di rumah pegawai istana. Ibu mertua Petrus sedang sakit demam sepertinya Petrus merasa tidak pada tempatnya untuk meminta Yesus menyembuhkan ibu mertuanya. Tetapi yang lain memberitahu kepada Kristus apa yang ada di dalam hati Petrus, karena itu Yesus menghardik demam itu, dan penyakit itu meninggalkan dia. Kita tidak tahu kata-kata apa yang Dia pergunakan untuk menghardik
demam itu. Kristus memegang tangan perempuan itu, membangunkan dia, dan demam itupun lenyap. Kemudian ia bangun dan melayani mereka. Ini merupakan mujizat ganda, kelemahan total yang biasanya menyertai demam lenyap seketika itu juga, sehingga dia bisa mulai melayani dengan segera. Dia menjadi wanita yang pertama kali dicatat yang dengan sukarela melayani Kristus sesudah awal permulaan dari pelayananNya.
Berita mengenai kesembuhan itu memenuhi banyak tempat. Mujizat ini dilanjutkan dengan kesembuhan dari seorang yang dirasuk roh jahat. Malam itu pada hari sabtu, semua orang sakit di daerah itu mendatangi rumah Petrus. Mereka menunggu sampai malam hari, karena rasa hormat mereka terhadap perintah untuk mematuhi hari sabat. Sepertinya tidak ada seorangpun orang di Kapemaum yang tidak disembuhkan. Setiap orang menerima kesembuhan dari segala macam penyakit dan penderitaan.
Lukas memberikan perhatian khusus pada orang-orang yang dirasuk oleh roh-roh jahat. Dia mengatakan bahwa dari banyak orang keluar roh-roh jahat, sambil berteriak, “Engkau adalah Anak Allah.” Yesus menumpangkan tanganNya atas orang sakit, tetapi itu tidak Dia lakukan terhadap orang-orang yang dirasuk oleh roh jahat. Roh-roh jahat diusir keluar dengan kuasa perintahNya. Dalam rumah sembahyang, Kristus berkata “Diam” kepada setan sesudah dia bersaksi bahwa Dia adalah Yang Kudus dari Allah. Pada malam itu, kesaksian setan tentang Yesus menjadi semakin jelas dan kuat. Mereka berteriak, “Engkau adalah Kristus, Anak Allah.” Sekali lagi Yesus menghardik mereka dan tidak mengijinkan mereka untuk berbicara karena mereka tahu bahwa Dia adalah Kristus. Jelas sekali bahwa setan tidak akan memuliakan orang biasa yang dapat mengusir mereka keluar; tetapi Yesus memiliki otoritas Ilahi. Orang akan merasa menyesal untuk orang-orang di kota itu yang tidak datang meminta pertolongan pada Yesus, yang adalah Kristus, Anak Allah Yang Kudus. Mereka yang disembuhkan seharusnyalah menjadi orang yang pertama yang memberikan kesaksian jelas tentang Juru selamat.

Gambaran yang indah tentang Kristus, Penyembuh yang ajaib! Dia berdiri di depan pintu Petrus pada awal permulaan malam itu, mengedangkan tanganNya yang penuh kasih dan kelembutan untuk menjamah setiap orang sakit yang datang kepadaNya, membuktikan kemampuanNya untuk bersimpati dengan tragedi dari orang-orang yang patut untuk dikasihani ini. Dia menunjukkan kuasa kesembuhanNya, dan jari-jariNya mengalirkan pemulihan pada tubuh mereka, sesuai dengan kebutuhan mereka. Dalam melakukan hal itu, Yesus menjadikan jelas, pada mereka yang ingin mengetahui bahwa penyakit rohani yang dianggap tidak bisa disembuhkan, dapat juga disembuhkan. Dia membuktikan kepada mereka bahwa Dia memiliki kuasa untuk menyembuhkan kelemahan-kelemahan baik jasmanai maupun rohani, yang perlu mereka lakukan adalah minta kepadaNya untuk disembuhkan. Tepat sekali apa yang dikatakan oleh nabi Yesaya “Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita” (Yesaya 53:4).
Ini merupakan awal permulaan dari pelayanan kesembuhan panjang dari Yesus. Dalam seluruh mujizat kesembuhan yang Dia lakukan, pertama-tama Dia melihat hubungan antara sakit-penyakit dan Dosa, karena sering kali hal itu berhubungan. Sakit penyakit merupakan ketidak-beresan dari tubuh dan merupakan perusakan terhadap maksud tujuan baik Allah yang semula. Dosa merupakan ketidakberesan jiwa. Maksud tujuan Kristus adalah untuk menunjukkan kesediaan dan kemampuanNya untuk menyelamatkan jiwa-jiwa dari
sakit-penyakit dosa, karena Dia datang untuk “menyelamatkan umatNya dari dosa-dosa mereka” (Matius 1:21). Dia sudah menampakkan diri sebagai Anak Domba Allah yang mengangkut dosa-dosa dunia, sesudah turun dari sorga, memberikan kepada semua orang yang percaya kepadaNya keampunan atas dosa-dosa mereka. Karena semua sakit-penyakit adalah sebagai akibat dari dosa, maka adalah sangat perlu bagi seorang yang berperang melawan dosa untuk memerangi konsekuensi atau akibat-akibatnya, sebagaimana Dia langsung menuju ke akar dari permasalahan, maka Dia juga mengatasi
cabang-cabangnya.Kristus tahu bahwa orang-orang memerlukan sesuatu untuk menjadikan mereka mencari kesembuhan rohani. Dosa mematikan seseorang terhadap perkara-perkara rohani, jadi Yesus mau menyadarkan dan membangunkan orang-orang dengan melalui kesembuhan jasmani.
Semua mereka yang memiliki Roh Kristus sangat memperhatikan hal melepaskan penderitaan yang menindas manusia, yang mana sakit-penyakit merupakan penindasan yang terbesar. Adalah Roh Kudus yang memimpin pada dokter Kristen untuk mengorbankan uang, waktu dan kehidupan mereka dalam melayani orang-orang sakit. Mereka menganggap bahwa memerangi sakit-penyakit sama pentingnya dengan memerangi dosa, dan memelihara serta merawat tubuh manusia adalah sama pentingnya dengan perhatian mereka terhadap kerohanian jiwa manusia. Roh Kristus memimpin orang-orang Kristen untuk mendirikan rumah sakit dan rumah-rumah yatim-piatu dalam berbagai jenis yang tidak didapati di dunia sebelum Yesus berjalan di atas bumi. Kemana saja Kekristenan menyebar, lembaga-lembaga sosial sebagai wujud dari belas kasih dan kemurahan akan ditemui.

11.1. Dokter atau Tabib kita dewasa ini

Yesus Kristus adalah sama dahulu, sekarang, dan selama-lamanya”(Ibrani 13:8) Itulah sebabnya mengapa Dia berkehendak untuk menyembuhkan semua orang, dan sebagaimana Dia kadang-kadang menyembuhkan, kendatipun tidak harus hadir secara jasmani, Dia masih melakukan hal yang sama juga dewasa ini. Dia menghendaki setiap orang yang sakit untuk datang kepadaNya, untuk memohonkan kesembuhan, dan mempertimbangkan bahwa dokter pribadinya adalah alat dari Kristus, dan perawatan yang dia pergunakan sebagai yang datang dari Allah. Bilamana disembuhkan, dia harus memuji Allah, karena Dia adalah Dokter atau Tabib Agung, dan kesembuhan merupakan pemberian dari Dia. Rasul Yakobus menulis:
‘Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak atas nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni” (Yakobus 5:14,15). Setiap orang percaya harus melihat Kristus sebagai Dokter atau Tabib Agung. Kita dapat
juga melihat seorang dokter sebagai pembantu medis yang melakukan kehendak Yesus, yang adalah Dokter Tertinggi. Oleh karena itu, ucapan syukur dan terima kasih kita akan selalu ditujukan pada Dokter Agung yang selalu membimbing seorang dokter dalam menanggapi permintaan kita untuk mendapatkan pertolongan.

11.2. Yesus menyendiri dengan Bapa

Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana. Tetapi Simon dan kawan-kawannya menyusul Dia, waktu menemukan Dia, mereka berkata: “Semua orang mencari Engkau “(Markus 1:35-37).

Kita sudah menyaksikan bagaimana Yesus dikerumuni oleh orang banyak,tetapi bukan ini yang Dia mau. Dia perlu mengadakan waktu sendirian dengan BapaNya. Inilah sebabnya mengapa Markus menulis: “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.” Pelayanan Kristus kepada orang banyak membawa Dia untuk berdoa pada Allah. Dan justru selama saat teduh dengan Bapa inilah Dia dilengkapi untuk pelayanan vitalNya setiap hari yang di antara orang-orang. Waktu doaNya dengan Bapa mendorong Dia untuk melayani semua orang karena kasih kepada BapaNya. Dia kembali dari doanya menuju ke pelayananNya dengan semangat yang baru dan sukacita yang besar. Kehidupan yang hanya dipenuhi dengan doa-doa saja akan menghalangi pelayanan Kehidupan yang dipenuhi dengan pelayanan saja akan kehilangan kuasa dan manfaat rohani yang diperlukan untuk menolong orang lain. Meskipun Kristus secara keseluruhan murni, penuh dengan kuasa, dan sempurna, Dia perlu untuk berdoa, ini
merupakan sukacitaNya yang tertinggi, ini merupakan nafas rohaniNya yang vital. Kita perlu untuk belajar dari Kristus bagaimana mengadakan waktu sendiri dengan Allah.

Baik orang banyak maupun murid-murid yang masih baru tidak menyukai kebiasaan Kristus untuk menyendiri. Suatu kali, Petrus dan orang-orang yang bersamanya mencari Kristus. Ketika mereka menemukan Dia, Petrus berkata, “ Semua orang mencari Engkau.” Mereka tidak ingin meninggalkan Kristus, tetapi Dia tidak akan memberikan hak kepada siapapun manusia yang mencoba untuk mengontrol gerak hidupNya. Dia secara terus menerus mengikuti tuntunan dan pimpinan Roh Kudus yang sudah memenuhi Dia pada saat baptisanNya. Kendatipun Dia melakukan apa yang orang banyak minta, Dia melakukan karena kasih, dan Dia selalu tidak terikat pada mereka dan kadang-kadang menolak permintaan mereka. Itulah sebabnya mengapa Dia berkata, “Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang”(Markus 1: 38).
Mulai saat itu dan seterusnya, Kristus memakai rencana tindakan yang baru yang berbeda
dari apa yang dilakukan oleh guru-guru agama yang mengikuti cara-cara Yohanes Pembaptis. Orang-orang ini sudah membuat tempat tinggal yang menetap untuk menerima orang banyak. Orang-orang yang tidak mencari mereka tidak akan melihat atau mendengar mereka. Tetapi rencana Kristus adalah bahwa “ Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang!” (Lukas 19:10).
Yohanes sang penginjil menunjuk pada tiga jenis pekerjaan yang dilakuan Yesus:

1. Memberitakan kabar baik tentang kerajaan, sebagaimana kita sudah melihatnya Dia lakukan di Yudea.

2. Melawan Setan dan melepaskan manusia dari kekuasaannya, sebagaimana yang Dia lakukan di rumah sembahyang di Kapernaum pada hari Sabat yang tidak dapat dilupakan.

3. 1.Menyembuhkan segala macam sakit-penyakit dan kelemahan dalam diri orang banyak, seperti yang Dia lakukan pada malam pada hari Sabat yang sama.

Dalam lima buku selanjutnya dari seri ini kita akan melihat bagaimana Yesus melaksanakan tiga jenis pelayanan ini.

ANAK MANUSIA DATANG UNTUK MENCARI DAN MENYELAMATKAN YANG HILANG [Lukas 19:10]

12. Pertanyaan pertanyaan untuk menolong mengetahui pemahaman anda

Jika anda sudah mempelajari buku ini, maka anda akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan mudah.

1. Apa sajakah tiga nama-nama dari Setan? Apakah arti dari masing-masing nama tersebut?

2. Apa sajakah dua macam pencobaan yang ada, dan apa perbedaannya?

3. Dengan kekalahan setan oleh Kristus, berkat apa yang diperoleh bagi semua orang?

4. Apa sajakah dosa yang dilakukan oleh Musa, Elia, Petrus, dan Yudas Iskariot?

5. Apakah pencobaan pertama yang diajukan setan kepada Yesus? Apa jawaban Kristus?

6. Apakah pencobaan kedua yang diajukan setan kepada Yesus? Apa jawaban Kristus

7. Apakah pencobaan ketiga yang diajukan setan kepada Yesus? Apa jawaban Kristus?

8. Sebutkanlah empat jenis baptisan yang dialami Kristus!

9. Daftarkan tiga kesaksian yang menyatakan bahwa Kristus adalah AnakAllah!

10. Mengapa mengubah air menjadi anggur dalam pesta pernikahan di Kana?

11. Apakah pekerjaan Roh Kudus dalam kelahiran kedua?

12. Apakah perbedaan antara air dari perigi Yakub dengan air kehidupan?