by George Ford
"Seorang yang sakit kusta datang kepada Yesus, dan sambil berlutut di hadapanNya ia memohon bantuanNya, katanya: “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.” Maka tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan. Lalu Ia mengulurkan tanganNya, menjamah orang itu dan berkata kepadanya: “Aku mau, jadilah engkau tahir. Seketika itu juga lenyaplah penyakit kusta orang itu., dan ia menjadi tahir. Segera Ia menyuruh orang itu pergi, dan dengan peringatan keras: “ingatlah, jangan engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapapun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan, yang diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka.” Tetapi orang itu pergi memberitakan peristiwa itu dan menyebarkannya ke mana-mana, sehingga Yesus tidak dapat lagi terang-terangan masuk ke dalam kota. Ia tinggal di luar di tempat-tempat yang sepi; namun orang terus juga datang kepadaNya dari segala penjuru" (Markus 1:40-45).
Yesus menyembuhkan banyak orang sakit yang menderita kusta. Dahulu, penyakit ini dianggap sebagai tanda dari dosa dan kenajisan. Sebutan yang dipergunakan untuk menyembuhkan kusta adalah “pentahiran,” menunjukkan bahwa malapetaka ini dianggap sebagai tanda dari pehukuman Allah terhadap orang berdosa. Membaca buku pengobatan Yahudi, maka orang akan menemukan banyak penyembuhan untuk segala macam sakit penyakit kecuali untuk penyakit kusta, karena dianggap bahwa penyembuhannya hanya bisa terjadi dengan melalui mujizat Allah. Kita melihat bahwa pandangan ini dengan secara jelas digambarkan dalam perkataan Raja Yoram, pada masa-masa pelayanan Elisa, sehubungan dengan penyembuhan Naaman orang Siria (II Raja-Raja 5:7). Penderita diharapkan untuk menjauhkan diri dari semua orang, bahkan dari seisi rumahnya sendiri. Jika dia berani masuk ke dalam kota, maka dia akan disesah sebanyak empat puluh kali. Seorang penderita kusta pada dasarnya dianggap sebagai orang yang sudah mati; siapapun yang menjamah dan bersinggungan dengan dia menjadi najis. Dia diharuskan untuk menyatakan kedukaannya dengan mencabik-cabik pakaiannya, mencukur gundul rambut kepalanya, menutupi mulutnya, tidak mandi, dan lain sebagainya.Dia harus berteriak-teriak, “Najis, najis,” untuk memperingatkan orang lain tentang keberadaannya. Bilamana seorang penderita kusta disembuhkan, maka dia harus membuktikan kesembuhannya dengan mendapatkan pengesahan dari imam, yang mengadakan pemeriksaan terhadap kesembuhannya.
Pada suatu hari, Yesus mengunjungi sebuah kota. Seorang penderita kusta datang kepadanya, meskipun sebenarnya para penderita kusta dilarang untuk mendekati orang lain. Bisa dibayangkan betapa orang-orang lari menjauhinya karena takut menjadi najis.
Penampilannya tentu sangat mendatangkan rasa iba. Kita dapat membayangkan kepalanya gundul, tidak mengenakan tutup kepala; pakaiannya cabik-cabik; dan suaranyaparau karena infeksi yang menyebar. Lukas si Penginjil mengatakan bahwa orang itu penuh dengan kusta,
tentunya dia menatap penderita kusta itu dengan agak takut; bagian dari hidung, telinga dan bibirnya serta kelopak matanya barangkali juga rusak, dan dia berteriak-riak “najis-najis” di sepanjang jalan. Ketika dia melihat Yesus dia langsung menjatuhkan diri berlutut di depanNya.
Melihat dari penampilan luarnya, sepertinya dia tidak bisa tertolong lagi. Tetapi dia sebenarnya beruntung karena Roh Allah mengilhami dia untuk berlutut di hadapan Yesus dan menyebut Dia “Guru.” Satu-satunya yang bersujud di depan Kristus sebelum penderita kusta ini, adalah orang-orang Majus ketika Dia masih bayi di palungan. Mengikuti contoh yang dilakukan oleh penderita kusta ini, jutaan orang dari berbagai suku dan ras sudah berlutut di hadapan Kristus.
Kita masih ingat akan suara Kristus yang penuh kuasa dan penuh wibawa ketika menegur setan dengan mengatakan, “Ada tersurat, Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu dan hanya kepada Dia sajalah berbakti.” Bagaimana Yesus dapat menerima penyembahan ini? sedangkan rasul-rasul Kristus dan malaikat-malaikat mencegah orang-orang untuk menyembah mereka, karena hal itu dilarang. Mereka tahu bahwa mereka sangat jauh berbeda dari Kristus, dan mereka tidak merasa iri terhadap hal Illahi Allah dalam hal mana Dia
sajalah yang layak untuk menerima penghormatan. Tetapi Yesus Kristus memiliki hak-hak
Illahi; inilah yang memungkinkan Dia menerima penyembahan dari si penderita kusta itu.
Kisah mengenai penderita kusta ini sangat menakjubkan kita. Bagaimana iman bisa timbul dalam hatinya ? Semua orang yang sakit yang mencari pertolongan Yesus berkata, “ jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami” (Markus 9:22). Mereka mengatakan hal ini kendatipun sakit penyakit dan penderitaan mereka sering kali
dapat disembuhkan. Penderita kusta ini, yang penyakitnya dianggap sebagai yang tidak dapat disembuhkan, berkata, “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.” Dengan
kata-kata ini, si penderita kusta menyatakan kepercayaannya bahwa Kristus dapat menyembuhkan dia - suatu kemampuan yang hanya dapat dilakukan oleh Allah saja. Penderita kusta ini rendah hati; dia idak menuntut agar Yesus menyembuhkan Dia. Di balik kebutuhan yang sangat besar, dia menghormati kehendak Kristus, dan karena kerendahan hati dan imannya yang besar, dia berlayak untuk menerima kehormatan ini dari Yesus.
Karena iman dari si pendeiita kusta itu nyata terbukti, Kristus tidak menunda lagi untuk menyembuhkan dia. Dia segera meyakinkan orang itu bahwa Dia mau menyembuhkan dia. Kristus tidak pernah menunda-nunda kalau orang-orang percaya meminta kesembuhan dari dosa-dosa mereka; Dia memberikan keselamatan sekaligus pada waktu yang sama melalui pengampunanNya. Yesus tidak tergerak hanya untuk mentahirkan si penderita kusta itu sebagai tanggapan atas permohonannya, karena Dia tidaklah seperti itu. Yesus juga tidak melakukannya, agar Dia menjadi terkenal, karena sesudah menyembuhkan, Dia menyuruh pada orang yang sudah Dia sembuhkan itu untuk tidak memberitahukan kepada
kawan-kawannya atau orang lain mengenai kesembuhannya. Yesus menunjukkan kemurahan
yang luar biasa ini karena Dia berbelas kasihan padanya; Dia tergerak oleh belas kasihan. Dia mengulurkan tanganNya, dan menjamah dia.
Pada waktu Yesus menjamah si penderita kusta itu, Dia memproklamirkan bahwa Allah adalah kasih. Sesudah selama bertahun-tahun terkucilkan dari keluarganya, dan penderitaan panjang dari penyakit yang mengerikan ini, orang ini mendapatkan pahala karena imannya yang luar biasa. Kristus menghibur dia melalui jamahanNya. Kita tidak dapat membayangkan sukacita yang memenuhi hatinya ketika Yesus, dengan menumpangkan tanganNya atas kepala orang ini, berkata, “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Kata-kata ini
memulihkan dan menyembuhkan si penderita kusta, dan dia dijadikan baru luar dan dalam.
Yesus menekankan superioritas kasih yang mengatasi ritus-ritus keagamaan. Dia berkata, “Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan korban persembahan” (Matius 12:7). Kristus datang sebagai Allah di dalam daging untuk menjadi korban persembahan penebusan final (yang terakhir). Dengan menjamah si penderita kusta itu, Dia menunjukkan karya PenebusanNya yang akan Dia lakukan sebagaimana tercatat dalam II Korintus 5:21: “Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.”
Yesus mengetahui adanya akibat yang tidak menguntungkan dalam menyebarluaskan kesembuhan si penderita kusta, tetapi orang yang sudah disembuhkan itu sangat bersemangat untuk memberitahukan kepada setiap orang. Yesus memberitahu kepadanya, “Ingatlah janganlah engkau memberitahukan apa-apa tentang hal ini kepada siapapun ” Yesus tidak ingin orang banyak berpikir bahwa Dia menjadi najis karena menjamah orang yang
menderita kusta itu tadi. Ini akan menghalangi pelayananNya. Yesus juga tidak ingin ada orang banyak berbondong-bondong datang mengerumuni Dia, karena ini akan menghalangi pekerjaan penting yang harus dilakukanNya, yaitu menginjili dan mengajar. John C. Chrysostom, salah satu dari Bapa-Bapa Gereja, mengatakan bahwa Yesus menghendaki agar orang-orang yang sudah Dia sembuhkan berdiam diri dan menunjukkan sikap hormat. Dia juga tidak ingin mereka mencari kemahsyuran juga, yang dapat menjadikan mereka dikuasai oleh kesombongan, karena banyaknya orang yang akan sangat terkesan mengetahui apa yang sudah terjadi.
Yesus memberikan perintah pada orang itu: “ perlihatkanlah dirimu pada imam.” Adalah tugas dari setiap warga Yahudi untuk tunduk pada Hukum Musa, dan Yesus mau agar penderita kusta yang sudah disembuhkan itu pergi kepada imam di Yerusalem untuk mendapatkan pemeriksaan dan penegasan atas kesembuhannya. Penegasan dari imam sehubungan dengan pentahirannya akan memungkinkan dia untuk kembali di lingkungan masyarakatnya. Tidaklah mudah untuk mendapatkan pengesahan ini, tetapi hal itu sangat perlu. Yesus tidak ingin penderita kusta yang sudah disembuhkan itu mengumumkan kesembuhannya pada orang lain karena imam bisa saja menolak untuk memberikan pengesahan pentahiran kalau dia mengetahui siapa yang sudah menyembuhkan dia; karena,
imam-imam membenci Kristus.
Penderita kusta yang disembuhkan ini tidak mentaati Yesus dan memberitahukan pada banyak orang mengenai kesembuhannya. Karena hal ini, banyak orang datang berkerumun mengelilingi Yesus, dan Dia harus menyingkir ke tempat-tempat yang sunyi untuk menyendiri dan bersekutu dengan BapaNya. Lukas berkata: “Tetapi kabar tentang Yesus main jauh tersiar dan datanglah orang banyak berbondong-bondong kepadaNya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka. Akan tetapi Dia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa. (Lukas 5:15,16).
Pembaca Yang Kekasih, Orang ini, dalam semangatnya yang menggebu-gebu dan tidak tertahankan lagi, tidak mentaati Yesus, dan akibatnya merugikan pelayanan Kristus. Dia seharusnya tunduk dan taat pada perintah Yesus. Kita perlu untuk menunjukkan terima kasih dan syukur kita kepada Kristus, oleh karena anugerah dan kasih kemurahanNya yang menyelamatkan kita dari Dosa, dengan menunjukkan ketaatan dan tunduk pada perintahNya.
Bukan orang sehat yang memerluhan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa, supaya mereka bertobat (Lukas 5:31-32)
"Pada suatu kali Yesus berdiri di pantai danau Genesaret, sedang orang banyak mengerumuni Dia hendak mendengarkan firman Allah. Ia melihat dua perahu di tepi pantai. Nelayan-nelayannya telah turun dan sedang membasuh jalanya. Ia naik ke dalam salah satu perahu itu, yaitu perahu Simon, dan menyuruh dia supaya menolakkan perahunya sedikit jauh dari pantai. Lalu Ia duduk dan mengajar orang banyak dari atas perahu. Setelah selesai berbicara, Ia berkata kepada Simon: “Bertolaklah ke tempat yang dalam dan tebarkanlah jalamu untuk menangkap ikan.” Simon menjawab: “Guru, telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa, tetapi karena Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.” Dan setelah mereka melakukannya, mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak. Lalu mereka memberi isyarat kepada teman-temannya di perahu yang lain supaya mereka datang membantunya. Dan mereka itu datang, lalu mereka bersama-sama mengisi kedua perahu itu dengan ikan hingga hampir tenggelam. Ketika Simon Petrus melihat hal itu iapun tersungkur di depan Yesus dan berkata: “Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa.” Sebab ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia takjub oleh karena banyaknya ikan yang mereka tangkap; demikian juga Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, yang menjadi teman Simon. Kata Yesus kepada Simon: “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjala manusia.” Dan sesudah mereka menghela perahu-perahu ke
darat, merekapun meninggalkan segala sesuatu, lalu mengikut Yesus" (Lukas 5:1-11).
Petrus, Yakobus, dan Yohanes bekerja keras semalam-malaman untuk menangkap ikan, tetapi tidak mendapatkan suatu apapun. Pada pagi harinya, mereka kembali ke pantai dengan
tanpa hasil, dan mereka membasuh jala-jala mereka. Yesus datang dan, dan orang banyak berkerumun mengelilingi Dia di pantai untuk mendengarkan Firman Allah. Dia naik ke salah satu perahu dan meminta kepada Petrus muridNya untuk menolakkan perahunya agak sedikit jauh dari pantai. Sesudah Yesus selesai mengajar, Dia memberitahu kepada Petrus untuk menolakkan perahunya ke tempat yang lebih dalam dan menebarkan jalanya untuk menangkap ikan. Ini tidak masuk akal bagi Petrus, dia baru saja membasuh jala-jalanya dan sedang mempersiapkan diri untuk malam berikutnya. Jika dia menebarkan jalanya lagi, dan ternyata tidak ada hasil, maka semua usahanya akan sia-sia, dan dia harus membasuh
jala-jalanya sekali lagi. Petrus adalah seorang penjala ikan yang berpengalaman, sedangkan Yesus adalah tukang kayu. Mengapa seorang penjala ikan harus mendapatkan perintah dari seorang tukang kayu tentang bagaimana cara menangkap ikan? Petrus sudah melihat bahwa tidak ada ikan sama sekali di daerah sekitar situ. Pada mulanya dia agak segan, tetapi dia kemudian mematuhi Kristus. Segera saja dia mendapatkan upah dari ketaatannya, dan perahunya, sebagaimana juga perahu Yakobus dan Yohanes penuh dengan ikan, dan
perahu-perahu itu mulai tenggelam. Murid-murid dan setiap orang yang bersama mereka sangat terkejut dengan tangkapan ikan mereka. Petrus begitu terguncang sehingga dia menjatuhkan diri sujud di kaki Yesus, sambil berkata, “Tuhan, pergilah dari padaku karena aku ini seorang berdosa.” Kita bisa menduga bahwa Petrus melakukan hal ini karena malu bahwa pada awalnya dia seperti mau menolak melakukan perintah Yesus. Dia mulai menjadi ketakutan ketika mulai memahami sesuatu yang menunjukkan kemuliaan dan kekudusan Kristus. Mesias, yang mengetahui semua kelemahannya, ada bersama dia di dalam perahunya. Tidak ada orang berdosa yang dapat tahan berdiri di hadapan Yang Maha Kudus
dengan tanpa merasa takut. Karena Yesus mengenal hati petrus, dia tidak menegur dia karena mengatakan, “Tuhan, pergilah dari padaku…”Maksud tujuan Petrus adalah mulia, dan dia sadar akan dosa-dosanya, kendatipun dia belum memahami sepenuhnya pribadi Kristus, apalagi alasannya untuk datang ke bumi. Dia mengira bahwa Yesus harus menjauhkan diriNya dari orang-orang berdosa. Setan seringkali menunjukkan kebingungan seperti itu di dalam pikiran orang-orang berdosa dengan maksud untukmenghalangi mereka datang kepada Kristus.
Dalam hikmat dan kasihNya yang besar, Yesus menolak permintaan Petrus. Kalau
orang-orang percaya meminta kepada Kristus untuk melakukan sesuatu yang bertentangan pada apa yang akan menjadi yang terbaik untuk mereka, Dia tidak mengabulkan permohonan mereka. Kristus menanggapi permohonan Petrus dengan melakukan yang sebaliknya. Ketika Petrus meminta pada Yesus untuk pergi meninggalkan dia, Yesus datang lebih dekat. Dia melihat maksud tujuan Petrus dan mengabaikan kata-katanya. Dia kemudian meyakinkan dia kembali dengan memberitahu dia untuk jangan menjadi takut. Dia juga memberitahu kepadanya bahwa dia akan menjadi seorang penjala manusia. Ini merupakan tugas yang jauh lebih terhormat daripada pekerjaan yang sebelumnya. Menjala jiwa-jiwa adalah panggilan yang Yesus berikan kepada semua pengikutNya, tidak peduli apapun kemampuan atau
keberadaan mereka.
Pada waktu murid-murid membawa kedua perahu itu ke pantai, mereka meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Yesus.
"Kemudian, sesudah lewat beberapa hari, waktu Yesus datang lagi ke Kapernaum, tersiarlah kabar, bahwa Ia ada di rumah. Maka datanglah orang-orang berkerumun sehingga tidak ada lagi tempat, bahkan di muka pintupun tidak. Sementara Ia memberitakan firman kepada mereka, ada
orang-orang datang membawa kepadaNya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepadaNya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang ada
di atasnya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: “Hai anakku, dosamu sudah diampuni!” Tetapi di situ ada juga duduk beberapa ahli Taurat, mereka berpikir dalam hatinya: “Mengapa orang ini berkata begitu ? Ia menghujat Allah. Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?” Tetapi Yesus segera mengetahui dalam hatinya, bahwa mereka berpikir demikian, lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu berpikir begitu dalam hatimu? Manakah yang lebih mudah, mengatakan kepada orang lumpuh ini, dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalan? Tetapi lebih supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini
Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa”, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu, “Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Dan orang itupun bangun, segera mengangkat tempat tidurnya dan pergi ke luar di hadapan orang-orang itu, sehingga mereka semua takjub lalu memuliakan Allah, katanya: “Yang begini belum pernah kita lihat!” (Markus 2:1-2).
Sesudah Yesus kembali dari pantai, Dia tinggal di sebuah rumah dan mulai mengajar. Sebelumnya, Dia mengajar di Bait Suci, di tepi perigi (sumur), di dalam rumah sembahyang, dan dari sebuah perahu. Dia sekarang mulai mengajar dari sebuah rumah dan orang banyak berkerumun mengelilingi Dia, sampai-sampai tidak ada tempat lagi bagi mereka, bahkan di dekat pintu masukpun. Dia memberitakan Finnan Allah kepada mereka. Di antara kumpulan orang banyak itu terdapat orang-orang Farisi dan ahli-ahli kitab dari banyak desa dan kota di Yudea dan Galilea. Mereka datang untuk mendengar ajaranNya dan untuk menyaksikan mujizat-mujizatNya. Kita dapat membayangkan bagaimana mereka berdiri di tempat-tempat terhormat di dekat pengajar yang terkenal yang untuk Dia mereka datang agar bisa menyaksikan. Kuasa Tuhan ada di sana menyembuhkan mereka yang memerlukannya. Banyak yang berharap mendapatkan kesempatan untuk menjamah Tabib yang ajaib ini untuk beroleh kesembuhan baik bagi diri mereka sendiri atau bagi keluarga mereka.
Kemudian terjadi keributan dalam kumpulan orang banyak itu, yang disebabkan oleh empat orang yang datang membawa orang lumpuh. Orang-orang ini berusaha untuk mendekati Yesus tetapi tidak dapat, karena orang banyak itu. Oleh karena itu, mereka memikirkan cara bagaimana untuk bisa datang kepada Kristus. Mereka naik ke atap rumah dan tepat di atas mana Dia, lalu membuka atap rumah pada bagian di mana Yesus duduk. Ketika atap sudah
terbuka mereka menurunkan tempat tidur tempat di mana orang lumpuh itu berbaring, tepat di hadapan Yesus. Setiap orang sangat heran melihat ini. Mereka tentunya membicarakan akan hal ini selama berhari-hari. Di sana di depan Yesus dan di depan orang banyak, berbaring orang yang sakit lumpuh. Orang yang lumpuh itu tidak dapat berkata-kata, bergerakpun tidak, tetapi keadaannya yang menyedihkan itu berbicara dengan keras dan jelas.
Yesus berbeda dari semua pengajar lainnya dalam hal bahwa Dia sangat tertarik pada keberadaan batin dari orang-orang lebih dari tanggapan mereka yang kelihatan. Dia mengetahui rahasia hati mereka, inilah sebabnya mengapa Dia mampu untuk mengarahkan perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatanNya untuk memenuhi keberadaan batin mereka. Yesus mengawali dengan menyembuhkan hati dari orang yang lumpuh ini, karena Dia
berkata kepadanya, “Hai anakku, dosamu sudah diampuni.” Orang yang lupuh ini barangkali beranggapan bahwa dosa-dosanyalah yang menyebabkan kelumpuhannya, dan Kristus melihat pertobatan hatinya. Yesus tertarik untuk menyembuhkan tubuhnya, tetapi dia lebih tertarik untuk menyelamatkan jiwanya. Barangkali orang yang lumpuh ini pernah mendengar Yesus sebelumnya, dan sekarang mengantisipasi mujizat kesembuhan dari Kristus -- yang akan memulihkan baik tubuh dan jiwanya.
Keempat orang yang membawa orang lumpuh ini menunjukkan imannya yang besar. Melalui tindakan mereka, mereka menunjukkan kepercayaan yang ada di dalam hati orang lumpuh
itu. Barangkali penyakitnya menyebabkan dia mengalami kebisuan, dan dia sendiri tidak dapat menunjukkan keinginannya untuk disembuhkan. Pada waktu Yesus memberikan pengampunan atas dosa-dosanya, tentunya dia sangat terhibur, dan tidak diragukan lagi bahwa hatinya penuh dengan sukacita, kendatipun dia masih berada dalam keadaan lumpuh. Penderitaan tubuhnya yang sangat berat membawa dia datang kepada Kristus yang menyelamatkan dia dari menanggung malapetaka yang lebih besar sebagai akibat dari Dosanya.
Yesus memberikan pengampunan hanya pada mereka yang menyadari akan Dosa mereka. Orang yang lumpuh ini tentunya menyanyi di dalam hatinya bersama-sama dengan nabi Daud, “Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu” (Mazmur 32:1,2). Seseorang diberkati karena Allah memberikan pengampunan kepadanya dan selanjutnya mencurahkan semua berkat yang lain atas dia. Kalau Allah mengampuni, Dia memberikan janji-janjinya yang sangat berharga, anugerah yang melimpah dan kemuliaan kekal bagi mereka yang diampuni.
Pada waktu Yesus menunjukkan kemampuanNya untuk mengampuni dosa-dosa, Dia membuktikan kedudukanNya yang mengatasi manusia lain manapun. Dalam banyak cara, kesembuhan tubuh dari orang yang lumpuh ini sama dengan pemulihan kembali rohaninya. Membahas mengenai hal ini, maka membawa tempat tidur bukanlah persyaratan untuk
mendapatkan kesembuhan, tetapi sebagai akibat dari kesembuhan. Demikian juga halnya, perbuatan baik bukan merupakan persyaratan untuk menerima pengampunan, tetapi merupakan akibat alami atau buah dari pemberian cuma-cuma ini. Juga tubuhnya disembuhkan dengan seketika. Dalam hal yang sama, Allah tidak menjanjikan untuk mengampuni dosa-dosa kita nanti di kemudian hari, atau sesudah kematian kita, atau pada waktu kita sudah merasa layak untuk menerimanya. Orang yang berdosa menerima pengampunan dari Kristus, Juru selamat, pada saat dia memintanya dengan segenap hati. Kristus yang mengetahui keberadaan batin dari seseorang, mengabulkan permintaan itu. Tidak seperti manusia, Dia tidak perlu untuk menanti untuk memastikan bahwa orang berdosa tersebut siap untuk menerima pengampunan, Dia tahu dengan segeranya. Selanjutnya Yesus tidak menyembuhkan orang yang lumpuh itu sebagaian saja, lalu membiarkan dia untuk mendapatkan kembali kesehatannya tahap demi tahap. Dia tidak
meminta kepada empat orang yang membawa dia untuk membawa dia kembali pulang, tetapi menyembuhkan dia dengan secara menyeluruh, mengampuni semua dosa-dosanya sekaligus pada waktu itu juga. Kristus selalu mengerjakan segala sesuatu dengan sempurna. Kalau saja Kristus membiarkan orang yang lumpuh ini tetap dalam keadaan tidak diampuni sebagian
dari dosa-dosanya, maka dapat dipastikan bahwa dia akan binasa. Jika sebuah perahu ada lubang-lubang di dalamnya, dan pemiliknya hanya menutup atau menambal satu saja dari lubang-lubang itu, maka perahu itu pasti akan tenggelam. Satu lubang sama berbahayanya dengan ratusan lubang. Tetapi syukur dan terima kasih pada Allah karena Dia memberikan pengampunan yang menyeluruh dan sempurna.
Apa yang Yesus katakan besar sekali pengaruhnya pada mereka yang mendengarkan Dia. Sesudah Kristus naik ke sorga, klaimNya untuk mengampuni dosa-dosa masih sangat kuat membekas dalam ingatan Petrus. Sesudah ditangkap karena berkhotbah di Bait Suci, Petrus membuat deklarasi berikut ini pada mahkamah agama yang sudah menghakimi Dia: “Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanannya menjadi Pemimpin dan Juru selamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa” (Kisah. Para Rasul 5:31).
Para pengunjung dari Yerusalem yang berada di dekat Yesus tidak menerima pengampunanNya terhadap dosa-dosa orang lain. Mereka menganggap Dia hanya sebagai guru atau pengajar biasa yang tidak punya hak untuk melakukan hal ini. Mereka bahkan menganggap Dia sebagai penghujat karena Dia mengklaim hak-hak Illahi bagi diriNya. Menurut hukum mereka, siapapun yang menyombongkan diri sebagai yang memiliki kuasa Illahi adalah orang yang sangat jahat dan layak untuk dirajam dengan batu.
Dengan menunjukkan bukti dari keIllahianNya, Yesus bermaksud untuk membukakan mata ketidakpercayaan mereka terhadap kenyataan bahwa Dia bukan sekedar seorang guru atau manusia biasa. Sebagai Allah dan manusia, Dia memiliki hak untuk memberikan pengampunan, dan oleh karena itu Dia tidak menghujat. Bukti pertamanya adalah untuk
memberitahu kepada mereka keberadaan dari pikiran-pikiran mereka yang paling dalam, bahkan sebelum mereka menyatakannya dalam kata-kata. Nabi Yesaya berbicara mengenai Yesus ketika dia mengatakan: “Roh TUHAN akan ada padaNya, Roh hikmat dan pengertian, Roh nasehat dan keperkasaan, Roh pengenalan dan takut akan TUHANNYA,
kesenanganNya ialah takut akan TUHAN (Yesaya 11:2,3).
Yesus memberikan bukti yang lain pada mereka untuk dipertimbangkan, yaitu kuasaNya untuk menyembuhkan orang yang sakit lumpuh. Biasanya, kalau kelumpuhan sudah menguasai korbannya dalam jangka waktu yang lama, maka kelumpuhan itu tidak dapat disembuhkan. Karena Yesus menyembuhkan orang yang lumpuh itu seketika itu juga,
dengan bukti dan hasil yang segera bisa dilihat, tidak ada seorangpun yang dapat mengatakan bahwa Dia adalah pendusta. Oleh karena itu, Kristus berkata kepada orang yang lumpuh itu, “Aku berkata kepadamu, bangun dan angkatlah tempat tidurmu dan berjalanlah”. Untuk mengatakan, “dosa-dosamu sudah diampuni,” setiap pendsuta bisa mengatakannya karena tidak ada seorangpun yang mampu untuk melihat akibat ataupun pengaruhnya. Oleh karena itu, adalah lebih mudah untuk mengatakan, “dosa-dosamu sudah diampuni” daripada mengatakan, “bangun, angkatlah tempat tidurmu dan berjalan.” Siapapun yang memberikan pengampunan atas dosa-dosa, sesudah membuktikan kuasaNya dengan menyembuhkan
orang yang sakit lumpuh, dapat dikatakan bisa dipercayai. Dengan cara inilah Yesus membantah sanggahan-sanggahan dari orang-orang yang memusuhi Dia. Dia menunjukkan kuasaNya untuk mengampuni dosa-dosa karena Dia adalah Anak Manusia dan Anak Allah. Selanjutnya untuk membuktikan kata-kataNya melalui perbuatan-perbuatanNya, Dia memerintahkan kepada orang yang lumpuh itu untuk berdiri, mengangkat tempat tidurnya, dan berjalan.
Orang yang lumpuh itu bangkit dengan segeranya. Mereka yang menolak untuk memberi jalan kepadanya pada mulanya sekarang segera saja mencarikan jalan bagi dia untuk keluar. Tempat tidur, yang merupakan simbol dari ketidakmampuannya, sekarang merupakan bukti dari mujizat kesembuhannya, dan dia berjalan keluar membawanya. Ini sungguh merupakan pernyataan yang kuat yang mendukung pemu;ihannya! Dia segera berdiri, mengangkat tempat tidurnya, dan berjalan, memuliakan Allah.
"Sesudah itu Yesus pergi lagi ke pantai danau, dan seluruh orang banyak datang kepadaNya, lalu Ia mengajar mereka. Kemudian ketika Ia berjalan lewat di situ, Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di rumah cukai lalu Ia berkata kepadanya: “lkutlah Aku!” Maka berdirilah Lewi lalu mengikuti Dia. Kemudian ketika Yesus makan di rumah orang itu, banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan bersama-sama dengan Dia dan murid-muridNya, sebab banyak orang yang mengikuti Dia. Pada
waktu itu ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat, bahwa Ia makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa itu, berkatalah mereka kepada murid-muridNya:”Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?” Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka:
“bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit, Aku bukan datang untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa" (Markus 2:13-17).
Yesus berdiri di depan rumah cukai di mana pemungut cukai mengumpulkan cukai atau pajak dari para pedagang. Dia menyalami salah satu dari para pemungut cukai yang ada di situ dan berkata kepadanya, “Ikutlah Aku.” Kristus juga mengundang anda untuk mengikut Dia sekarang, sebagaimana Dia mengundang Matius (Lewi) si pemungut cukai.
Jika kita merenungkan undangan ini, kita dapat melihat bahwa hal ini tidaklah sesederhana seperti yang terlihat. Untuk memulainya, ada banyak hal tentang orang ini yang menyebabkan orang lain tidak menyukainya setiap kali mereka melihat dia,lebih-lebih lagi dia bersama dengan Kristus sekarang. Memang benar dia bersal dari Kapernaum kota
mereka. Namanya adalah Matius, yang artinya “karunia Allah.” Nama Ibraninya adalah Lewi
, yang artinya ”imam,” yang menunjukkan bahwa dia berasal dari keturunan bangsawan, keluarga imam. Dia adalah seorang yang berpendidikan dan kaya, tetapi dia juga seorang pemungut cukai, salah satu dari kelompok masyarakat yang sangat tidak disukai dan dibenci. Murid-murid Kristus barangkali bertanya-tanya sehubungan dengan undangan ini takut kalau Matius akan bergabung dengan mereka. Karena Matius menerima undangan Yesus, dan menjadi salah satu dari murid-muridNya, semua musuh Kristus menjadi sangat senang, mereka mengira bahwa hal ini akan menjadikan Yesus tampak tidak baik.
Undangan yang ditujukan pada Matius menunjukkan pada kita kebesaran dari Kristus yang tidak dipengaruhi oleh pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat dari orang-orang pada jaman Nya. Hal ini selanjutnya merupakan bukti dari sifat keIlahianNya, karena banyak orang lain sangat menguatirkan apa yang akan dikatakan atau dipikirkan oleh orang lain tentang mereka, dan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat. Bukankah Allah berfirman pada umatNya, “Sebab pikiran (rancangan)Ku bukanlah pikiran (rancangan)mu, dan jalanmu bukanlah jalanKu ”(Yesaya 55:8). Dengan tidak berbuat seperti rang-orang pada jamanNya, Yesus menunjukkan bahwa Dia memiliki asal-usul yang sangat berbeda, karena prinsip-prinsip dan pemikiran-pemikiranNya adalah unik. Para pemimpin Yahudi membenci para pemungut cukai, dan tidak mengakui hak-hak sipil mereka. Mereka tidak menerima kesaksian mereka di persidangan, dan mereka dikelompokkan ke dalam golongan orang-orang jahat, penjudi, pembunuh, pezinah, pencuri dan kafir. Mereka tidak akan meminta sumbangan sosial dari pemungut cukai, apalagi sampai duduk dan makan bersama. Mereka menyamakan para pemungut cukai ini dengan binatang-bintang liar. Perlakuan yang tidak wajar ini justru menyebabkan orang-orang yang memilih pekerjaan sebagai pemungut
cukai menjadi semakin melakukan ketidakjujuran. Mengapa bertambah-tambah dalam Yesus mengundang seorang pemungut cukai untuk bergabung denganNya dan menjadi salah satu dari murid-muridNya, dan di kemudian menjadi salah satu dari rasul-rasulNya? Jawabannya adalah bahwa Yesus tidak bersikap seperti orang-orang Yahudi lainnya yang membenci
orang-orang dari kelas ini. Dalam kasihNya yang besar, Yesus menjangkau keluar kepada
setiap orang, khususnya masyarakat yang terbuang, masyarakat yang disingkirkan, menunjukkan kepada mereka kelembutan dan perhatian Allah. Itulah sebabnya mengapa Yesus mengundang seorang pemungut cukai untuk mengikut Dia.
Yesus melihat bahwa kesalahan-kesalahan dari para pemimpin agama ini jauh lebih besar dan lebih layak untuk menerima pehukuman daripada para pemungut cukai tersebut. Kalau saja orang-orang Farisi mengerti akan hal ini, mereka akan terlepas dari pehukuman. Tetapi karena mereka tidak mau juga untuk mengerti, Yesus berulang-ulang kali dengan secara terbuka menghakimi mereka. Orang-orang berdosa yang sadar akan kesalahan-kesalahan mereka dan mengakuinya pada Yesus adalah lebih dekat pada Kerajaan Allah daripada orang yang mengaku beragama tetapi penuh dengan kemunafikan yang menampilkan diri
seolah-olah sebagai yang paling benar. Inilah sebabnya mengapa seorang pemungut cukai yang disingkirkan diberi kesempatan untuk masuk ke dalam sorga lebih daripada
orang-orang Farisi.
Yesus sudah menyelamatkan yang terbuang ketika Dia membawa wanita Samaria kepada pertobatan dan iman. Sekarang Dia mengundang Matius untuk masuk ke dalam kerajaan rohaniNya. Yesus menjelaskan bahwa kejahatan dari para pemungut cukai adalah alasan mengapa Dia, sebagai seorang Tabib Agung, memberikan perhatian khusus kepada mereka, Dia tidak mencari orang-orang yang sehat, tetapi orang-orang yang sakit. Juru selamat
orang-orang Farisi juga Juru selamat dari para pemungut cukai. Dia satu kali memberitahu pada imam-imam besar dan penatua-penatua Yahudi: “…sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu
tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya” (Matius 21:31,32). Di sini, kita melihat Kristus Mengisyaratkan bahwa Dia akan menghadapi hal yang sama seperti Yohanes Pembaptis yang diterima oleh orang-orang berdosa yang bertobat, tetapi ditolak oleh para penatua Yahudi yang tidak mau bertobat.
Sepertinya Matius sudah tahu tentang Yesus Kristus. Dia barangkali sudah mendengar khotbah-khotbahNya beberapa kali, dan sudah tersentuh hati nuraninya. Dia bisa juga sudah menyaksikan mujizat-mujizat Kristus dan percaya kepadaNya dengan iman yang sederhana seperti halnya dengan orang banyak lainnya. Dia barangkali mulai membenci pekerjaannya yang tidak menyenangkan dan ingin sekali untuk meninggalkannya. Yesus melihat sikap dari hatinya, dan oleh karena itu tahu bahwa Matius sudah siap kalau diundang untuk mengikut Dia, oleh karena itu Dia mengundangnya. Matius meninggalkan semuanya dan mengikut
Dia. Karya dari kasih karunia Illahi terbukti di dalam dia, karena dia tidak lagi cinta akan uang, dan mengorbankan segala sesuatu demi Kristus.
Matius tidak hanya meninggalkan pekerjaannya Yang mendatangkan banyak keuntungan
demi Kristus tetapi dia juga mempersiapkan jamuan makan untuk Dia. Dia mengundang banyak koleganya, karena orang-orang lain yang merasa bahwa diri mereka sangat terhormat biasanya tidak akan mau menanggapi undangannya Barangkalidia bermaksud agar
kawan-kawannya bisa mengenal Yesus juga, menemukan terang seperti yang dia sudah dapatkan. Inilah yang seharusnya dilakukan oleh para pengikut Kristus yang sudah di terangi. Matius adalah satu-satunya murid yang mempersiapkan pesta perjamuan bagi Yesus. Dia
mau menyatakan penghargaannya pada Kristus karena Dia sudah mengundang dia ke dalam lingkungan murid-muridNya dan sudah menyelamatkan dia dari tuntutan dosanya. Ya, Matius kehilangan pekerjaan dan penghasilannya, tetapi dia mendapatkan pengampunan atas dosa-dosanya. Apapun yang dahulu merupakan keuntungan, sekarang dianggap tidak
berguna lagi demi Kristus. Yesus memahali dia dengan kehormatan yang terus berlangsung disepanjang jaman. Riwayat Injil yang ditulis oleh Matius merupakan yang pertama dari keempat Injil yang mengisahkan kabar baik mengenai kedatangan Yesus ke dalam dunia. Namanya sudah diabadikan lebih dari nama raja-raja, Ilmuwan, ataupun oran-orang yang kaya-raya. Melalui riwayat Injil yang dia tulis, dia sudah membawa banyak jiwa kepada
Kristus. Siapapun yang meninggalkan dunia ini dengan segala pengaruhnya yang jahat, untuk mengikuti dan melayani Guru Illahi Yang Agung, akan mendapatkan pahala yang melimpah.
Matius menunjukkan bukti dari kehidupan yang sudah dibaharui karena dia dengan segera mulai memikirkan untuk memberi daripada mengambil. Beberapa orang berfikir bahwa mereka akan menyenangkan Geraja kalau mereka bergabung ke dalamnya, dan mereka mengharapkan berkat-berkat dunia sebagai gantinya. Mereka adalah sama seperti Petrus dalam salah satu dari kekeliruannya ketika dia memberitahu Yesus, “ Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau! Jadi apakah yang akan kami peroleh?” (Matius 19:27). Daripada mempertimbangkan Gereja sebagai pemberi keuntungan karena menerima mereka, mereka seharusnya memberikan sebagian besar dari berkat-berkat mereka sebagai ucapan syukur dan terima kasih.
Dalam Injil yang ditulisnya, Matius menjelaskan bagaimana Yesus mengundang dia untuk menjadi muridNya. Dengan kerendahan hati yang merupakan karakternya, Matius tidak menyebutkan bahwa dia meninggalkan semuanya dan mengikut Yesus, atau kenyataan bahwa dia menyiapkan perjamuan makan untuk Dia. Hanya Lukas yang memberitahukan
kepada kita tentang hal ini. Sementara Markus dan Lukas, dalam urutan nama-nama dari para rasul, tidak memberi sebutan “pemungut cukai” pada Matius, tetapi Matius di dalam Injil yang ditulisnya, memakai sebutan ini. Sepertinya dia mau memberikan kemuliaan bagi Kristus yang dengan anugerah dan kasih karuniaNya sudah berkenan melihat sampai ke bawah dan memasukkan seorang pemungut cukai berada di antara rasul-rasul pilihanNya.
Dalam banyak bahasa, ada sebuah amsal yang mengatakan, “Burung-burung yang bersayap sama, akan bergabung bersama-sama.” Orang-orang Farisi menegur Yesus dengan penuh kemarahan karena Dia menerima orang-orang yang terbuang dan makan sehidangan dengan
mereka. Amsal tersebut bisa diberlakukan pada Yesus, kalau Dia ikut dengan orang-orang berdosa dalam dosa mereka. Tetapi kasusnya tidaklah demikian. Maksud tujuanNya bersekutu dengan orang-orang berdosa adalah untuk mengubah mereka dan membawa mereka kepada terang Illahi.
Kristus menerima undangan Matius dan makan di rumahnya. Dengan melakukan hal itu, Dia meruntuhkan tembok-tembok pemisah yang membeda-bedakan kelas dari orang-orang, menunjukkan bahwa Allah tidak membeda-bedakan siapapun tetapi menerima orang-orang dari semua bangsa yang takut akan Dia dan melakukan apa yang benar (Kisah Para Rasul
10:35). Orang-orang pada masa Yesus tidak dapat melihat akan hal itu, di pemandangan Allah, tidak ada perbedaan antara kaya atau miskin, yang berpendidikan dan yang sederhana, raja atau budak. Yesus adalah yang pertama yang mengajarkan prinsip-prinsip ini, meninggalkannya pada dunia sebagai warisan yang sangat berharga.
Bilamana seseorang mempertimbangkan pertemuan yang tidak biasanya dalam rumah Matius ini, maka dia akan melihat adanya kontras yang sangat mencolok. Di satu pihak, kita melihat Kristus yang disebut Yang Maha Kudus sebelum kelahiranNya dan kepada siapa roh-roh
jahat mengakuiNya, “aku tahu Siapakah Engkau -- Yang Kudus dari Allah!” (Markus
1:24). Di lain pihak, kita melihat sekelompok orang yang terdiri dari para pemungut cukai dan orang-orang berdosa. Apa yang menyebabkan dua kelompok ini bisa bersama-sama? Jawabannya terdapat dalam kata-kata Yesus, “Aku datang bukan untuk mencari orang benar, tetapi orang-orang berdosa untuk membawa mereka kepada pertobatan.”
Para ahli kitab dan orang-orang Farisi bersungut-sungut ketika Yesus menerima undangan dari Matius. Mereka tidak keberatan kalau para pemungut cukai makan bersama dengan sesama mereka, tetapi mereka sangat terganggu karena melihat Yesus bergabung dengan orang-orang yang mereka anggap rendah, dan mereka menegur Dia karenanya.
Ketika Yesus menyembuhkan orang lumpuh di rumah yang lain dalam kota yang sama, Dia menegur para pemimpin orang-orang Yahudi, menjawab sungutan-sungutan mereka yang tidak terucapkan. Barangkali mereka tidak menyuarakan pikiran mereka yang melawan Yesus dengan secara terbuka di hadapan umum karena mereka takut kalau jawabannya atas krtikan-kritikan mereka akan lebih tegas dari sungutan-sungutan mereka yang tidak dikemukakan. Oleh karena itu mereka melancarkan serangan mereka pada murid-murid Kristus, dengan menanyakan mengapa guru mereka berhubungan dengan para pemungut cukai dan orang-orang berdosa. Yesus tidak memberikan kesempatan kepada
murid-muridNya untuk menjawab pertanyaan itu. Dia sendiri segera saja menjawab. Murid-murid belum berada dalam keadaan siap untuk memberikan jawaban yang
memuaskan terhadap pertanyaan penting ini yang berhubungan dengan maksud tujuan utama dari kedatangan Yesus di dunia. Dalam jawabanNya, Yesus menjelaskan bahwa
tindakan-tindakanNya yang kelihatan hanya merupakan simbol dari pelayanan rohaniNya, Dia menyembuhkan tubuh manusia untuk menunjukkan bahwa Dia juga penyembuh dari
jiwa-jiwa. Sebagaimana mereka sudah melihat perhatianNya dalam menyembuhkan orang yang sakit, mereka juga perlu untuk mengerti akan perhatianNya dalam hal menyembuhkan jiwa-jiwa dari Dosa. Kristus menyatakan diriNya pada para pemimpin Yahudi bahwa Dia adalah Tabib atau Penyembuh bagi jiwa-jiwa. Mereka harus menyadari bahwa, sebagai Juruselamat, Dia memberikan pelayananNya kepada orang-orang berdosa, bukan pada
orang-orang yang benar. Seorang dokter tidak merawat orang sakit yang menyatakan diri bahwa dia sehat. Dalam hal yang sama, Juru selamat tidak menyelamatkan orang berdosa yang menyatakan diri sebagai orang yang benar. Tetapi pemimpin-pemimpin Yahudi ini melakukan hal itu. Mereka menyombongkan diri bahwa mereka adalah guru-guru agama, dan oleh karena itu mereka tidak memerlukan Juru selamat. Kalau mereka itu benar-benar hidup dalam kebenaran, maka mereka akan bersukacita melihat Yesus memberikan perhatianNya pada yang terhilang, memimpin mereka ke jalan yang benar. Mereka akan
sangat bergembira bahwa Dia memperhatikan orang sakit. Ini tidak berarti bahwa Dia sendiri sakit, atau menderita sakit penyakit seperti mereka.
Pada waktu Yesus menyatakan, “Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang-orang berdosa, untuk membawa mereka kepada pertobatan,” Dia menegaskan pentingnya pertobatan yang sungguh-sungguh. Apakah yang dimaksudkan dengan pertobatan yang untuk itu Dia memanggil orang-orang?, Pertobatan dimaksud adalah, adanya suatu kesadaran di pihak seseorang, bahwa dia orang berdosa dan bahwa Dosa adalah menjijikkan. Juga, bahwa orang yang berdosa menyesali dosa-dosanya, dan memiliki ketetapan yang pasti untuk meninggalkan dosa-dosa tersebut. Pada akhirnya orang bersangkutan harus mendapatkan pengungsian dalam Allah yang memberikan pengampunan Illahi, mencari pertolonganNya untuk tetap setia.
"Sesudah itu ada hari raya orang Yahudi, dan Yesus berangkat ke Yerusalem.Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Doniba ada sebuah kolam yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda, ada lima serambinya dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang-orang sakit, orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air kolam itu. Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu, barangsiapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh apapun juga penyakitnya.Di situ ada seorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit. Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu
berkatalah Ia kepadanya, “maukah engkau sembuh?”jawab orang sakit itu kepadaNya: “Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara
aku menuju kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.” Kata Yesus kepadanya: “Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.” Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. Tetapi hari itu hari Sabat" (Yohanes 5:1-9).
Yohanes Penginjil memberitahu kepada kita bagaimana seorang yang sudah sakit selama tiga
puluh delapan tahun disembuhkan. Dia tinggal dipinggir sebuah kolam yang disebut Betesda, di dekat Yerusalem, yang mempunyai mata air yang terus memancar dan bergerak-gerak.
Dan setiap kali mata air itu memancar dan bergerak-gerak, orang-orang mengatakan bahwa pada waktu itulah kuasa kesembuhan dinyatakan. Orang-orang berdatangan ke kolam itu untuk disembuhkan. Ada lima serambi besar yang sudah dibangun di sekeliling kolam itu di mana orang-orang dapat tinggal sementara mereka menunggu air dalam kolam itu memancar dan bergerak-gerak menimbulkan gelombang.
Pada suatu hari Sabat, Yesus datang ke kolam ini dan mengunjungi salah satu dari
serambi-serambi itu. Dia melihat banyak orang yang perlu dikasihani yang sedang dirundung sakit, kebutaan, timpang, dan kelumpuhan, yang menanti-nanti terjadinya gerakan air. Dari semua orang yang berada di situ, Yesus memilih untuk menyembuhkan seorang laki-laki yang sudah tua, memberkati hari Sabat itu dengan sebuah mujizat dan kemurahan. Mengapa Kristus memilih orang ini? Barangkali karena usianya yang sudah lanjut dan karena penyakitnya yang sudah kronis. Tidak diragukan lagi bahwa dialah orang yang terlama yang berada di tepi kolam itu. Kita dapat memperkirakan bahwa Yesus menemukan dia sebagai satu contoh yang sangat nyata dari seseorang yang memerlukan kesembuhan baik secara tubuh dan rohani dari sakit penyakit yang oleh orang lain dianggap sebagai akibat dari
dosa-dosa yang tersembunyi. Dia berada dalam keputus-asaan karena deritanya yang tidak ada harapan lagi. Kecuali seorang merasa bahwa dia sudah tidak dapat berbuat apa-apa lagi sehubungan dengan kondisinya, Kristus tidak dapat mengulurkan tanganNya untuk menolong.
Kristus berdiri di dekat orang yang sakit itu, menatapnya, dari mengajukan sebuah pertanyaan yang sangat sederhana: “Maukah kamu sembuh?” Guru dari Galilea ini sangat tertarik pada seorang yang lumpuh yang belum pernah bertemu sebelumnya. Bisa saja bagi orang ini untuk tidak menanggapi dengan serius pertanyaan dari orang asing yang belum pernah dikenalnya, tetapi karena rasa hormat pada Yesus, dia memberitahu pada Dia bagaimana perasaannya. Tidak diragukan lagi bahwa dia sangat terkesan dengan penampilan dan suara Kristus yang lembut, karena dia menjawab dengan segeranya: “Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.” Satu-satunya syarat yang Yesus kehendaki dari orang ini, untuk kesembuhannya, adalah bahwa dia menginginkannya. Karena Yesus selalu menghendaki agar setiap orang berdosa diselamatkan, Dia, pada intinya menanyakan pada orang itu apakah dia benar-benar mau diselamatkan. Allah menghendaki setiap orang diselamatkan, tetapi setiap orang berdosa harus meminta keselamatan itu secara pribadi.
Dari jawaban orang yang sakit ini, kita dapat melihat betapa parahnya akibat dari penyakit itu terhadap dirinya, pada saat itu. Kita air bergerak-gerak bergelombang, dia tidak pemah mampu untuk mencapai kolam sebelum orang lain. Kita juga mendapatkan bahwa dia
sendirian, tanpa ada orang lain yang memberikan pertolongan yang dia sangat butuhkan. Kalau saja dia tahu bahwa Yesus memilih dia karena dia tanpa pertolongan, maka keberadaannya akan berubah dari berputus-asa menjadi berpengharapan. Juru selamat ini masih mencari dan menyelamatkan semua orang yang menyadari dan mengakui bahwa mereka tidak punya orang lain untuk menolong mereka. Daud menulis: “Janganlah percaya kepada para bangsawan, kepada anak manusia yang tidak dapat memberikan keselamatan” (Mazmur 14:3).
Kenyataan bahwa orang yang sakit ini berada di tepi kolam Betesda menunjukkan pada kita bahwa dia ingin disembuhkan. Mengapa Yesus masih bertanya kepada dia, “Maukah engkau disembuhkan ?” Bisa saja terjadi bahwa orang yang sakit ini, sebagaimana halnya dengan tubuhnya, kehendaknya sudah menjadi berkurang gairahnya sesudah berulang-ulang kali mengalami kegagalan, dan sangat lamanya sakit penyakit yang dideritanya. Oleh karena itu adalah penting sekali untuk menghidupkan kembali kehendaknya sehingga dia dapat menyerahkan dirinya pada kuasa kesembuhan Kristus. Yesus mau melepaskan dia dari kemalasan yang untuk itu nampaknya dia menjadi terbiasa terlalu lama, Dia juga mau melakukan hal yang sama pada orang-orang berdosa yang mempraktekkan upacara-upacara keagamaan secara lahir dalam harapan untuk bisa diselamatkan dari dosa-dosa mereka. Sebagaimana orang ini mencoba untuk mematahkan kuasa Dosa di dalam kehidupannya, dia juga takut gagal, karena dia sudah sering kali mengalami kegagalan di masa lalu. Dengan perjalanan waktu dan tidak ada harapan untuk peningkatan, maka kehendknya menjadi membeku, dan dia berhenti untuk meminta pertolongan. Itulah sebabnya mengapa Yesus bertanya kepadanya, apakah dia mau disembuhkan.
Kristus tetap mengajukan pertanyaan pada mereka yang Dia mau menolong apakah mereka benar-benar menginginkan bantuannya, karena banyak orang yang tidak menginkan keselamatan yang Dia berikan. Kristus hanya memberikan karunia yang sangat berharga ini pada mereka yang memintanya hari itu dengan segenap hati mereka.
Orang ini sudah memilih untuk melakukan cara penyembuhannya sendiri. Namun, kesembuhan yang dialaminya terjadi dalam cara yang secara menyeluruh berbeda dengan apa yang dia harapkan. Dia selalu melihat pada kolam untuk mendapatkan berkat, pada saat di mana malaikat diperkirakan datang untuk menggoncangkan air itu. Tetapi Kristus, yang terhadap Dia malaikat-malaikat mentaati, yang datang memberikan kesembuhan. Dia memberikan kepada orang yang lumpuh ini kesembuhan secara menyeluruh dalam cara yang dia tidak pernah membayangkan sebelumnya.
Kristus berkata kepada orang yang sakit itu: “Bangun, lipatlah tilammu dan berjalanlah.” Kita tidak akan terkejut jika saja orang yang sakit itu menjawab dengan kata-kata berikut:”Marilah, tolonglah bawa saya ke kolam pada waktu airnya berkocak bergerak-gerak. Maka saya akan dapat melipat tempat tidur saya dan berjalan. Kalau Engkau benar-benar
tahu keadaanku, tetaplah di dekatku sampai air itu bergerak bergelombang. Jadilah penolong
yang sudah lama saya nanti-nantikan, namun tidak pernah datang.” Kendatipun dia tidak mengucapkan kata-kata tersebut, dia punya iman dan bertindak atas dasar imannya itu, dan untuk ini kita perlu memujinya! Kita belajar dari orang ini bahwa pengetahuan yang sangat penting mengenai keselamatan diperoleh dari Kristus sendiri, melalui merenungkan
ajaran-ajaranNya. Keselamatan bukan berasal dari ide-ide atau pandangan-pandangan yang terkandung dalam diri kita, ataupun berasal dari orang lain.
Karena kesembuhan dari sakit-penyakit adalah simbol dari keselamatan dari Dosa, Yesus tidak memunda-nunda lagi untuk menyembuhkan orang yang sakit ini, dibalik kenyataan bahwa hari itu adalah hari Sabat. Keselamatan juga tidak dapat ditunda-tunda. Pada waktu Yesus berkata kepada orang itu: “Bangunlah,” Dia memberitahu kepada orang itu untuk melakukan apa yang dia bisa. Yesus masih tetap berkata kepada orang-orang berdosa: “Percayalah bahwa Dia yang memerintahkan pada anda untuk datang kepadaNya akan memberikan kepada anda kuasa yang diperlukan untuk melakukannya. Anda dapat mempelajari Alkitab. Anda dapat sujud di dalam doa. Anda dapat menemukan persekutuan dan pengajaran antara orang-orang percaya yang lain. Anda dapat mencari bimbingan dan nasehat dari siapa yang menurut pertimbangan anda adalah pemimpin-pemimpin rohani. Sekarang bangunlah, dan bergeraklah secara rohani!”
Kristus menumbuhkan harapan di dalam hati orang yang harus sudah berputus-asa ini. Dia merasakan adanya kekuatan di dalam otot-ototnya, dan disembuhkan dengan segeranya, dia berdiri, membawa tilamnya dan berjalan. Ketika Yesus meminta kepada orang ini untuk membawa tilamnya, Dia menghendak agar menunjukkan kesembuhan langsung yang diberikan dengan cuma-cuma dan menyeluruh, dalam suatu tindakan yang akan memuliakan Penyembuhnya. Dia mau agar dia meninggalkan tempat itu di mana dia sudah berbaring selama bertahun-tahun lamanya -- untuk tidak pernah lagi kembali ketempat itu. Sepertinya Yesus memerintahkan dia untuk bangkit berdiri dan mulai melakukan hal-hal yang berguna untuk dirinya sendiri dan orang lain. Kristus memberitahu kepada orang berdosa: “Perbaikilah akibat dari dosa-dosamu sebisa mungkin, sekarang sesudah kamu menerima kebebasab dan pengampunan secara menyeluruh. Kemudian, pergilah keluar dan lakukanlah
apa yang kamu ketahui merupakan kehendak Allah untuk dirimu sendiri dan untuk orang lain daripada membiarkan mereka membawa kamu, kamulah yang harus membawa mereka. Daripada membiarkan mereka melayani kamu, kamulah sekarang yang harus melayani mereka. Tunjukkanlah dengan perbuatan-perbuatan baik bukti dari keselamatanmu. Sebarluaskanlah keputusanmu untuk tidak pernah mau lagi kembali pada kehidupan lamamu yang penuh dengan dosa.”
Ketika Kristus memberitahu kepada orang yang sakit ini untuk berjalan, adalah jelas bahwa Dia menghendaki orang yang sakit ini untuk disembuhkan. Dia juga menghendaki agar dia meninggalkan kumpulan orang sakit yang ada di kolam itu, dan bersekutu dengan mereka yang sehat, dan menjadi seperti mereka. Dia perlu untuk pergi keluar di antara orang-orang
untuk menunjukkan kepada mereka apa yang Yesus sudah kerjakan bagi dia. Setiap orang berdosa yang diselamatkan harus meninggalkan kehidupan lamanya dan semua hubungan yang merusak dan bergabung dalam persekutuan orang-orang percaya, agar dengan demikian imannya bisa bertumbuh menjadi semakin kuat. Melalui perkataan-perkataan dan
perbuatan-perbuatannya, dia harus menunjukkan kepada setiap orang perubahan penting yang sudah terjadi di dalam dia, dan dalam melakukan hal itu dia akan memuliakan Juru selamatnya. Kristus menjadikan serambi di kolam Betesda tempat di mana kuasa dari kesembuhan IllahiNya dinyatakan.Yesus juga menjadikan tempat doa pertobatan sebagai tempat untuk keselamatan.
"Karena itu orang-orang Yahudi berkata kepada orang yang baru sembuh itu:”Hari ini hari Sabat dan tidak boleh engkau memikul tilammu.” Akan tetapi ia menjawab mereka “Orang yang telah menyembuhkan aku, dia yang mengatakan kepadaku: Angkatlah tilammu dan berjalanlah.” Mereka bertanya kepadanya: “Siapakah orang itu yang berkata kepadamu: Angkatlah tilammu dan berjalanlah?” Tetapi orang yang baru sembuh itu tidak tahu siapa orang itu, sebab Yesus telah menghilang ke tengah-tengah orang banyak di tempat itu. Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: “Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.” Orang itu keluar, lalu menceriterakan kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan yang sakit "(Yohanes 5:10-18).
Orang yang sakit ini mematuhi perintah dari penyembuhannya. Dia membawa tilamnya dan berjalan di antara orang-orang. Pada hari itu adalah hari Sabat. Para penatua Yahudi menegurnya, dan ketika mereka bertanya siapakah dia yang merintahkan untuk membawa tilamnya, dia mengatakan bahwa dia tidak tahu. Banyak orang sangat suka dengan apa yang Yesus lakukan untuk mereka; tetapi mereka tidak mau peduli untuk mengembangkan hubungan yang dekat dengan Dia, ataupun menyatakan penghargaan dan rasa terima kasil mereka kepadaNya untuk keselamatan yang sudah mereka terima.
Fanatik yang buta memenuhi pikiran para penatua yahudi. Mereka mau menghakimi Yesus karena Dia memerintahkan kepada orang yang sakit itu untuk membawa tilamnya pada hari Sabat. Mereka tidak mau peduli dengan orang yang sakit yang sudah disembuhkan oleh Dia. Sebaliknya, mereka bertanya dia yang memerintahkan kamu, “Angkatlah tilammu dan berjalanlah?”. Ketika mereka mengetahui bahwa dia ternyata tidak tahu merekapun pergi meninggalkan dia. Tetapi Yesus tidak meninggalkan dia. Dia pergi menemuinya di Bait
Allah dan berkata : “Kamu sudah disembuhkan. Janganlah berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.” Semua penderitaan yang dialami oleh seseorang tidak akan membawa dia kepada pertobatan ataupun menghentikan kecenderungan jahat Yang ada di dalam dia. Derita yang pernah dialami oleh orang yang sudah disembuhkan ini tidak menjamin bahwa dia akan langsung menjauh dari dosa. Itulah sebabnya mengapa Yesus memperingatkan dia untuk jangan kembali berbuat dosa lagi.
Segera sesudah orang yang disembuhkan itu mengetahui nama dari penyembuhnya, dia
memberitahu kepada para penatua Yahudi. Mereka mau membunuh Kristus karena Dia sudah menyembuhkan orang pada hari Sabat dan mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya.
Dengan perkataanNya itu, Dia menjadikan diriNya setara dengan Allah. Dalam Alkitab kita menjumpai berulang kali umat manusia disebut sebagai anak-anak Allah. Namun demikian sebutan ini tidaklah berarti bahwa orang-orang tersebut ada dalam tingkatan yang sama seperti Allah. Karena Yesus menekankan kesetaraannya dengan Allah, para penatua Yahudi menganggap bahwa kata-katanya itu adalah pencemaran, dan mereka mulai merencanakan untuk membunuh Dia sebagai penghujat. Pada kenyataannya, kita berhutang pada mereka karena keagresipan mereka dalam penolakan terhadap Yesus, karena hal itu memberikan Dia kesempatan untuk secara terbuka di hadapan umum memproklamirkan kebenaran mengenai sifat IllahiNya dan kesatuan yang erat dengan Bapa.
Maka Yesus menjawab mereka, kataNya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diriNya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepadaNya segala sesuatu yang dikerjakanNya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepadaNya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi daripada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran. Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendakiNya.Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, supaya semua orang mengetahui menghormati Anak sama seperti mereka menghormati kepada Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataanKu dan percaya kepada Dia yang mengatus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. Aku berkata kepadamu sesungguhnya, saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup. Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diriNya sendiri, demikian juga diberikanNya Anak mempunyai hidup di dalam diriNya sendiri. Dan Ia telah memberikan kuasa kepadaNya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia. Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suaranya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum, Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diriKu sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dari penghakimanKu adil, sebab Aku tidak menuruti kehendakKu sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku (Yohanes 5:19-30).
Kristus tidak menyangkal pernyataanNya mengenai kesetaraanNya dengan BapaNya. Dia tidak tetap berdiam diri dalam hal ini, karena kediam-dirianNya akan dianggap sebagai kesetujuan atas pendapat mereka mengenai Dia. Dia melakukan yang sebaliknya, Dia menjelaskan tuduhan ini, dengan mengatakan bahwa apapun yang dikerjakan Bapa, Dia mengerjakanNya juga, karena Bapa mengasihi Dia dan menunjukkan kepadanya segala sesuatu yang dikerjakanNya, sebagaimana Bapa membangkitkan orang mati dan memberikan kepada mereka kehidupan, maka demikian juga Anak memberi hidup pada siapa yang Dia
berkenan untuk memberikannya, Bapa tidak akan menghakimi siapapun, tetapi sudah mempercayakan semua penghakiman kepada Anak agar semua orang menghomnati Anak sebagaimana mereka menghormati Bapa. Oleh karena itu, mereka yang tidak menghormati Anak tidak menghormati Bapa yang mengutus Dia. Bapa mempunyai hidup di dalam diriNya sendiri, dan Dia sudah memberikan kepada Anak untuk mempunyai hidup di dalam diriNya sendiri, Dia sudah memberikan kuasa kepada Anak untuk menghakimi, karena Dia adalah Anak Manusia.
Kristus tidak membantah kenyataan bahwa Allah adalah BapaNya, atau bahwa Dia memiliki kesetaraan dengan Dia. Kenyataannya, Dia tidak akan berdiam diri tentang hal ini tetapi menegaskan hal ini melalui sejumlah pernyataan, seperti berikut:
"Kalau Aku bersaksi tentang diriku sendiri, maka kesaksianku itu tidak benar; ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang diberikannya tentang Aku adalah benar. Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes dan Ia telah bersaksi tentang kebenaran, tetapi Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia, namun Aku mengatakan hal ini, mengenai supaya kamu diselamatkan. Ia adalah pelita yang menyala dan yang bercahaya dan kamu hanya mau menikmati seketika saja cahayaNya itu. Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepadaKu, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu, juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku. Bapa yang mengutus Aku Dialah yang.
Kamu tidak pernah mendengar suaraNya, rupaNyapun tidak pernah kamu lihat, dan firmanNya tidak menetap di dalam dirimu, sebab kamu tidak percaya kepada Dia yang diutusNya. Kamu menyelidki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa olehnya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepadaKu untuk memperoleh hidup itu. Aku tidak memerlukan hormat dari manusia. Tetapi tentang kamu, memang Aku tahu bahwa di dalam hatimu kamu tidak mempunyai kasih akan Allah. Aku datang dalam nama BapaKu dan kamu tidak menerima Aku, jikalau orang lain datang atas namanya sendiri, kamu akan menerima dia, Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa, Jangan kamu menyangka, bahwa Aku akan mendakwa kamu di hadapan Bapa, yang mendakwa kamu adalah Musa, yaitu Musa yang kepadanya kamu menaruh pengharapanmu. Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepadaKu, sebab Ia telah menulis tentang Aku. Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya apa yang Kukatakan” (Yohanes 5:31-47).
Yesus memberikan kepada kita dengan lima kesaksian sehubungan dengan keberadaanNya sebagai Anak Allah:
1. Kesaksian Yohanes Pembaptis, Orang banyak yang sudah mendengarkan Kristus barangkali sudah pernah mendengar pengumuman Yohanes Pembaptis bahwa Yesus adalah Anak Allah. Kristus menunjuk pada kesaksian Yohanes Pembaptis karena para pendengarNya tidak akan meragukan lagi kebenarannya, mereka tidak dapat menyangkal akan hal itu. Jadi,Kristus mempergunakannya untuk menolong orang-orang agar percaya bahwa Dia adalah Anak Allah.
2. Kesaksian melalui perbuatan-perbuatanNya sendiri dan mujizat-mujizatNya.
3. Kesaksian dari seseorang yang kebesarannya tidak dapat dibandingkan dengan orang lain manapun, yaitu kesaksian Bapa sendiri. Para pendengar Yesus sudah tenggelam terlalu dalam ke dalam dosa sehingga mereka tidak mendengarkan suara Bapa. Mereka juga tidak dapat melihat Dia, seperti yang Yesus katakan.
4. Kesaksian dari Kitab-kitab Suci. Yesus berkata: “Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, karena sangkamu di dalamnya kamu mendapatkan hidup yang kekal, dan Kitab-kitab Suci itu sendiri bersaksi tentang Aku.”
5. Kesakian dari Musa, yang memberi hukum pada mereka, Yesus berkata:”Jika kamu percaya kepada Musa, seharusnya kamu percaya kepada Aku juga, karena dia menulis tentang Aku. Tetapi jika kamu tidak percaya pada tulisan-tulisannya, bagaimana kamu akan percaya pada perkataanKu?”
Kristus menjelaskan dua tugas ganda yang untuk itu Bapa sudah mempercayakan
kepadaNya, yaitu, untuk memulihkan kehidupan dan membinasakannya. Dia menjadikannya jelas, bahwa orang-orang itu sudah dihukum karena pilihan mereka sendiri ketika Dia mengatakan:” kamu tidak mau datang kepadaKu agar kamu beroleh hidup.” Agar para pendengarNya percaya pada sifatNya yang sepenuhnya Illahi, Dia juga menekankan mengenai kemanusiaannya. Dia berkata bahwa Bapa sudah memberikan kepadaNya kuasa untuk melaksanakan penghakiman karena Dia adalah Anak Manusia. Filipi 2:5-11 menjelaskan mengenai hal ini:
"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dalam dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk-lutut segala yang ada di langit dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah, Bapa".
Yesus menegur para pendengarNya karena tidak mempedulikan kemuliaan yang diberikan oleh Bapa. Mereka hanya memikirkan kemuliaan dunia yang berasal dari manusia
Pembaca Yang Kekasih, bagaimana pandangan anda tentang Kristus? Apakah anda percaya pada apa yang dikatakan Injil tentang Dia?
"Pada suatu kali ketika murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi sedang berpuasa, datanglah orang-orang dan mengatakan kepada Yesus: “Mengapa murid-murid Yohanes dan murid-murid orang Farisi berpuasa, tetapi murid-muridMu tidak?” Jawab Yesus kepada mereka: “Dapatkah
sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka? Selama
mempelai itu bersama mereka, mereka tidak dapat berpuasa. Tidak seorangpun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan
mencabiknya, yang baru mencabik yang tua, lalu makin besarlah koyaknya. Demikian juga tidak seorangpun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantong itu, sehingga anggur itu dan kantongnya dua-duanya terbuang. Tetapi anggur yang baru hendaknya disimpan dalam kantong yang baru pula”(Markus
2:18-22).
Kelihatannya, murid-murid Yohanes Pembaptis berpuasa sesuai dengan tradisi Yahudi sedangkan Yesus dan murid-muridNya tidak berpuasa. Ketika Matius, si pemungut cukai itu, dipanggil untuk mengikut Kristus, dia mempersiapkan perjamuan makan untuk Yesus dan murid-muridNya. Hal ini mendatangkan kritikan-kritikan dari para pemimpin Yahudi.
Orang-orang Yahudi sangat mengutamakan puasa, dan bahkan sampai hari ini puasa itu dianggap sangat penting. Hukum Musa menuntut mereka untuk berpuasa sekali setiap tahunnya yaitu pada Hari Raya Penebusan. Mereka mengira bahwa puasa itu sendiri akan memperkenankan Allah, karenanya mereka menambahkan sejumlah puasa tahunan, sesudah kepulangan mereka dari penawanan di Babilonia. Mereka segera saja memaksakan pada diri mereka untuk berpuasa dua kali dalam seminggu, selama satu tahun. Dari jawaban Kristus, dapat disimpulkan bahwa puasa adalah sukarela dan bergantung pada keadaan. Tidak ada paksaan untuk berpuasa kecuali kalau pada tempatnya untuk melakukan hal itu. Puasa tidak seharussnya menjadi ketentuan tugas untuk dijalankan pada waktu-waktu tertentu, tidak peduli apapun dan bagaimanapun situasi atau keadaan yang sedang dihadapi. Karena
orang-orang Yahudi tidak berpuasa dengan maksud dan tujuan yang benar, maka sering kali Allah mendapatkan bahwa penyangkalan diri mereka nienjadi tidak diterima. Nabi Yesaya menulis mengenai bagaimana pandangan Allah tentang berpuasa. Dalam Yesaya 58:3,
orang-orang Yahudi mendebat Allah dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
“Mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya juga ? Mengapa kami merendahkan diri dan Engkau tidak mengindahkannya juga ? sesungguhnya, pada hari puasamu engkau masih tetap mengurus urusanmu, dan kamu mendesak-desak semua buruhmu. Sesungguhnya kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi. Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang Kukehendaki, dan mengadakan hari merendahkan diri. Jika
engkau menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur ?. Sungguh-sungguh itukah yang kau sebutkan berpuasa, mengadakan hari yang berkenan kepada TUHAN? Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka
belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!" (Yesaya 58:3-7).
Puasa yang diterima adalah puasa yang dilakukan sebagai akibat dari kesedihan yang
sesungguhnya. Seseorang memperhatikan bahwa orang yang sedih tidak makan. Dia tidak dapat menikmati makanannya karena kesedihannya, karena tubuhnya tidak dapat mencernakan makanan dengan baik. Roh suka cita melancarkan pencernaan, sedangkan kesedihan menghalanginya. Merendahkan tubuh dengan tanpa disertai dengan perendahan jiwa adalah percuma, tidak ada gunanya sama sekali. Dalam Khotbah di Bukit, Yesus memperingatkan bahwa puasa yang diterima oleh Allah adalah puasa yang tidak diketahui oleh siapapun kecuali oleh Allah dan orang bersangkutan itu sendiri yang berpuasa (Matius
6: 16-18).
Pada waktu Yesus berbicara kepada para penatua Yahudi mengenal hal berpuasa, Dia menjelaskan bahwa murid-murid Yohanes Pembaptis punya alasan untuk berpuasa. Guru dan tuan mereka sudah diambil dari mereka dan sudah dimasukkan ke dalam penjara secara tidak adil. Murid-murid Yesus tidak punya alasan untuk berpuasa, oleh karena Guru mereka masih bersama dengan mereka. Yesus berkata bahwa akan tiba saatnya di mana mempelai laki-jaki (Dia sendiri) akan diambil dari mereka; kemudian barulah mereka berpuasa. Dalam mengatakan ini, Yesus menegur kejahatan yang tersembunyi dan kekerasan hati orang-orang Yahudi yang di kemudian akan menjadi penyebab mereka menyalibkan Dia. Memang benar Yesus menyerahkan DiriNya di kayu Salib dengan secara sukarela, tetapi kematianNya
terjadi melalui kekasaran dari bangsaNya sendiri. Nabi Yesaya melukiskan hal ini ketika dia menulis: “Oleh karena penahanan dan pehukuman ia terambil (Yesaya 53:8). Rasul Petrus mengetengahkan akan hal ini juga “Dia yang diserahkan Allah menurut maksud dan rencanaNya telah kamu salibkan dan kamu bunuh; ”(Kisah Para Rasul, 2:23).
Murid-murid Yohanes Pembaptis mendengarkan Yesus sementara Dia berbicara mengenai hal puasa. Yesus mengingatkan mereka bahwa guru mereka menyamakan Dia dengan seorang mempelai, dan murid-muridNya sebagai para tamu dalam pernikahan. Bagaimana para tamu dalan pernikahan harus berpuasa dan meratap sementara mempelai masih bersama dengan mereka ? Gambaran ini merupakan analogi yang sangat kuat yang dipergunakan oleh Kristus untuk menjelaskan kesatuan total antara diriNya dan orang-orang percaya. Kesatuan ini seperti hubungan antara seorang mempelai laki-laki dan mempelai perempuan. Yesus mengasihi orang-orang percaya bahkan sampai mati, dan akan tetap terus mengasihi disepanjang kekekalan. Kasih ini sangat mempengaruhi kesatuan menyeluruh antara Dia dan semua orang percaya. Dua menjadi satu, mereka di dalam Kristus dan Dia dalam mereka. Mereka adalah tubuh dan Dia adalah kepala. Dia membayar semua hutang mereka pada Allah, menyediakan semua yang mereka perlukan ikut merasakan kesukaran-kesukaran mereka, dan menanggung beban-beban mereka. Dia bersimpati dengan
kelemahan-kelemahan mereka, sabar terhadap kesalahan-kesalahan mereka, dan tidak pernah meninggalkan mereka. Jika seseorang memperlakukan mereka dengan baik atau jahat, hal itu dianggap memperlakukan hal yang sama terhadap Dia. Dia siap untuk memberikan kepada mereka kemuliaan yang Bapa sudah berikan kepadaNya sebelum penciptaan dunia.
Hubungan yang indah ini merupakan akibat yang menggembirakan dari percaya kepada Dia
dan dipersatukan dengan Dia.
Sesudah Kristus menjelaskan bahwa kesatuan orang-orang percaya dengan Dia menggambarkan hubungan antara mempelai laki-laki dan mempelai perempuan, Dia melanjutkan memberikan pandanganNya sehubungan dengan tradisi Musa. Dia memakai perumpamaan yang ditujukan terutama pada murid-murid Yohanes Pembaptis, karena mereka beranggapan bahwa Kabar Baik yang Yesus bawa akan ditambahkan pada yang lama, yang Musa sudah berikan kepada mereka. Mereka mengira yang lama itu akan tetap ada, dan tidak perlu digantikan dengan yang baru. Ini akan berarti bahwa Kristus dan murid-muridNya akan tetap menjalankan semua upacara-upacara Yahudi. Tetapi Yesus mengatakan bahwa ketetapan yang baru jika dicampurkan dengan yang lama, akan
menghancurkan yang lama, tidak ada sesuatupun yang dapat dipakai, karena yang baru lebih kuat. Dia berkata: “Tidak seorangpun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabiknya, yang baru mencabik yang tua, lalu makin besarlah koyaknya” (Markus 2:21). Orang yang berhikmat, tidak akan melakukan hal itu, dia juga tidak akan mengisikan anggur yang baru ke dalam tempat anggur yang lama, karena akan menyebabkan rusaknya tempat anggur dan anggur itu sendiri. Pakaian berisikan manusia, sedangkan tempat anggur berisikan anggur. Kristus mengajarkan bahwa bila pakaian sudah menjalankan tugasNya dan menjadi tua, maka pakaian itu ditanggalkan dan pakain yang baru dipakai sebagai gantinya. Bukan ditambalkan. Ini tidak berarti bahwa yang lama itu tidak baik, tetapi yang lama itu sudah menggenapi maksud tujuannya. Bilamana, seseorang mau menghadiri pernikahan, dia tidak akan memperbaiki pakaian yang lama yang ada lobang-lobang di dalamnya. Dia membeli pakaian baru untuk
dipakai dalam pesta pernikahan itu.Hal ini juga demikian dengan kehidupan, keagamaan kita. Jika ada murid-murid dari Yohanes Pembaptis atau orang-orang Farisi mau menjadi pengikut Kristus, yang adalah mempelai sorgawi, mereka akan mengenakan pakaian yang baru, maksudnya mereka akan menerapkan hal-hal yang baru, baptisan dan bukannya sunat, Perjamuan Kudus dan bukannya Perjamuan Paskah, keimaman orang-orang percaya dan bukannya keimaman Lewi, menyembah atau berbakti pada hari pertama dan bukannya pada hari ketujuh, dan Gereja, atau kumpulan orang-orang percaya, daripada Bait Suci.
Dengan gambaran yang baik ini, Yesus menjelaskan kenyataan bahwa tradisi dari ketetapan Musa sudah menjalankan maksud tujuannya dan dengan demikian sudah menjadi tua. Tidak bisa diperbaharui lagi. Harus diganti dengan sesuatu yang lebih baik yang akan mengatasinya. Hukum Musa adalah bagaikan kulit atau penutup luar agama. Dalam gambaran yang kedua, Yesus berkata bahwa siapapun yang menerima ajaran barunya harus menerimanya dengan hati yang baru yang dilahirkan melalui pekerjaan Roh Kudus. Pada waktu Kristus mengakhiri khotbahNya, berkata, “Dan tidak seorangpun yang telah minum anggur tua ingin minum anggur yang baru, sebab ia akan berkata Anggur yang tua itu baik” (Lukas 5:39), yang Dia maksudkan adalah bahwa hati yang dibaharui adalah seperti sebuah kulit baru yang dapat menahan tekanan dari anggur yang baru, yaitu berita mengenai
Kekristenan yang sangat tegas dan berkuasa. Itulah penafsiran dari Basilius. Agustinus mengatakan bahwa ini digenapi pada hari Pentakosta, pada saat anggur yang baru dicurahkan dengan penuh kuasa ke dalam kulit atau kantong anggur yang baru, yang dalam hal ini, Roh Kudus memenuhi para rasul baru yang dilahirkan dari atas. Beberapa penafsir mengatakan bahwa kulit atau kantong anggur yang lama adalah orang-orang Farisi dan kantong kulit yang baru adalah para rasul.
Murid-murid Yohanes Pembaptis berpegang pada anggur yang lama. Inilah apa yang
biasanya dilakukan oleh kebanyakan orang. Mereka perlu menyadari bahwa yang baru adalah lebih baik daripada yang lama. Pengertian ini dapat diperoleh melalui perenungan dan pertimbangan yang hati-hati. Pengetahuan akan hal ini adalah sangat penting bila mau membagikan terang yang baru kepada orang lain. Kita jangan terburu-buru atau terlalu menekan, tetapi harus bisa mengetahui halangan-halangan apa yang menyebabkan mereka belum bisa melihat keunggulan dari anggur yang baru.
Pada suatu hari Sabat, ketika Yesus berjalan di ladang gandum, murid-muridNya memetik gandum dan memakannya, sementara mereka mengisarnya dengan tangannya. Tetapi beberapa orang Farisi berkata: “Mengapa kamu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat? ” lalu Yesus menjawab mereka: “Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan oleh Daud, ketika la dan mereka yang mengikutinya lapar, bagaimana ia masuk kedalam Rumah Allah dan mengambil roti sajian, lalu memakannya dan memberikannya kepada pengikut-pengikutnya, padahal roti itu tidak dimakan kecuali oleh imam-imam?” Kata Yesus lagi kepada mereka: “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat”(Lukas 6:1-5).
Yesus dan murid-muridNya sedang bejrjalan melewati ladang gandum. Murid-murid memetik dan memakan beberapa dari bulir gandum. Hukum Musa mengijinkan hal ini. Dikatakan di sana, “Apabila engkau melalui ladang gandum sesamamu yang belum dituai, engkau boleh memetik bulir-bulirnya dengan tanganmu, tetapi sabit tidak boleh kauayunkan kepada gandum sesamamu itu” (Ulangan 23:25). Namun demikian, ketika murid-murid melakukan hal ini, pada waktu itu adalah hari Sabat, dan penatua-penatua Yahudi sudah menetapkan bahwa memetik adalah sama dengan menuai, dan menuai tidak diijinkan pada hari Sabat. Mereka juga menganggap bahwa meremas-remas bulir gandum adalah sama dengan mengisarnya, dan mengisar gandum tidak djijinkan pada hari Sabat. Oleh karena itu, penatua-penatua Yahudi menganggap bahwa tindakaii muirid-murid melanggar salah satu dari Sepuluh Perintah yang Allah sudah berikan kepada Musa di Gunung Sinai. Guntur dan kilat yang menyertai pemberian dari perintah-perintah ini menekankan kepentingan dan kewibawaan dari perintah-perintah tersebut. Para penatua Yahudi yang lebih menekankan pada ritualistik sudah sedemikian dikuasai oleh salah satu dari perintah mengenai menjalankan Sabat karena perintah yang satu ini berkaitan dengan pelaksanaan secara lahir. Mereka menanggapi terlalu ekstrim dalam hal menentukan larangan-larangan terhadap
semua jenis kegiatan yang jauh melampaui maksud tujuan yang sebenarnya dari ketetapan
Hukum itu sendiri.
Orang-orang Farisi mengkritik apa yang dilakukan oleh murid-murid Kristus. Mereka berkata, “mengapa kamu melakukan apa yang dilarang pada hari Sabat ?” Yesus menjawab dengan mengutip dari Torah yang mereka ketahui dan pahami dalam hati mereka. Dia menegur mereka karena mereka tidak ingat apa yang Daud, raja besar, pemimpin dan nabi mereka, pernah lakukan. Ketika dia dan anak buahnya kelaparan, mereka makan roti sajian yang hanya boleh dimakan oleh imam-imam. Ini berarti bahwa Daud sudah melanggar ketentuan karena belas kasihannya pada anak buahnya di saat itu. Jika Allah tidak menegur Daud sehubungan dengan hal itu, maka Anak Daud, yang adalah lebih besar dari Daud,
sudah barang tentu memberikan ijin kepada pengikut-pengikutnya untuk memetik dan makan bulir gandum pada hari Sabat.
Berdasarkan ajaran-ajaran Kristus, perintah pertama, kasihilah Allah dengan segenap hati, tidak bertentangan dengan perintah kedua, yaitu mengasihi orang lain. Kita tidak dapat menyenangkan Allah dengan memelihara hari Sabat, sementara pada waktu yang sama, kita menunjukkan sikap yang tidak baik terhadap orang lain. Oleh karena itu Kristus, mengingatkan pada para pendengarNya perkataan nubuatan yang berbunyi, “Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih daripada korban-korban bakaran”(Hosea 6:6). Jika para pendengar Yesus memahami arti dari pasal ini, mereka tidak akan melemparkan tuduhan pada murid-muridNya yang tidak bersalah.
Yesus kemudian menunjukkan pada peristiwa lainnya yang selalu terjadi pada setiap Sabat sehubungan dengan perhatian sepenuh dari para pemimpin. Ini adalah ketaatan terhadap perintah Ilahi dan bukan terhadap tradisi manusia. Dia berkata, “Atau tidakkah kamu baca dalam kitab Taurat, bahwa pada hari-hari Sabat, imam-iman melanggar hukum Sabat di
dalam Bait Allah, namun tidak bersalah ?” (Matius 12:5). Mereka menjadikan Sabat menjadi tidak kudus lagi dengan menyalakan api untuk korban-korban bakaran dan dengan bekerja dua kali lebih giat demi untuk pelayanan keagamaan.
Kristus menunjukkan otoritas keagamaannya dalam hal ini. Dia mengklaim sebagai yang lebih besar dari Bait Suci, karena Dia adalah Tuhan dari Bait Suci. Jika diijinkan untuk melanggar ketentuan Sabat dalam pelayanan Bait Suci yang megah, betapa lebih lagi Tuhan dari Bait Suci berhak untuk melanggar larangan-larangan buatan manusia yang dirumuskan oleh orang-orang Yahudi pada waktu itu, karena Dia adalah Tuhan dari Bait Suci dan Tuhan dari Sabat. Kenyataannya, Dia sendiri adalah Bait Suci, karena di dalam Dia lah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan keAllahan (Kolose 2:9). Di dalam Dia, penyembahan yang benar ditujukan pada Allah karena Dia adalah perantara antara Allah dan manusia (I Timotius 2:5). Jika Bait Suci ini lebih besar dari Sabat, betapa lebih besarnya Tuhan dari bait Suci.
Kristus membuat penjelasan tambahan sehubungan dengan hari Sabat. Dia berkata bahwa hari Sabat dibuat untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat (Markus 2:27). Kedua-duanya baik Sabat dan Bait Suci adalah untuk pelayanan manusia.Yesus adalah Tuhan dari Sabat, dan Dia menghormatiNya. Pada waktu yang sama, Dia memperluas kegunaanNya dan membebaskannya dari ikatan-ikatan yang sudah ditempatkan oleh orang-orang Farisi atasNya. Jika Kristus hanya sekedar seorang manusia biasa, Dia tidak akan punya hak untuk menyebut DiriNya Tuhan dari hari Sabat.
Dari banyak ayat dalam Perjanjian Baru, khususnya ayat-ayat yang berbicara mengenai kebangkitan, kita dapat menyimpulkan bahwa Kristus mempergunakan otoritasNya sebagai Tuhan dari Sabat untuk memindahkan hari utama penyembahan dari hari ketujuh ke hari pertama dari minggu itu, yang adalah hari Minggu. Minggu sudah dikenal sebagai “Hari Tuhan.” Yang terutama di sini adalah menyisihkan satu hari dalam setiap minggu untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik (menunjukkan belas kasih dan kemurahan), menyembah (berbakti) dan beristirahat. Selama kita dengan sepenuhnya mencurahkan perhatian satu hari dalam seminggu untuk menyembah Tuhan dan melakukan pekerjaan pelayanan, kita menggenapi maksud tujuan utama dari perintah Ilahi, Rasul-rasul Kristus, di bawah pengilhaman dan bimbingan Roh Kudus, memindahkan hari ini dari hari ketujuh ke hari yang pertama dalam setiap minggu. Tetapi ini tidaklah merubah semangat dari perintah itu ataupun maksud tujuannya. Allah di dalam Perjanjian Lama, memberikan pada hari ketujuh tempat yang istimewa, tetapi menggantinya dengan hari yang lebih baik pada zaman Perjanjian Baru: yaitu hari yang pertama dalam setiap minggu. Sebagaimana Sabat Yahudi adalah untuk mengenang karya Illahi dalam penciptaan, maka hari kebaktian umat Kristen memperingati sesuatu yang lebih besar, yaitu karya Penebusan yang mencapai puncaknya ketika Penebus kita bangkit dari kematian pada hari pertama dalam minggu itu. Inilah
sebabnya mengapa kita menyebutnya sebagai “Hari Tuhan.” Berbakti atau menyembah Allah pada hari pertama dalam minggu itu juga menolong kita untuk mengingat hari Pentakosta, yaitu pada waktu Gereja Kristen dimulai melalui pencurahan Roh Kudus yang ajaib. Manfaat dari memperingati hari peribadahan Kristen di dalam sejarah peradaban sejak hari-hari
Kristus tidaklah dapat diremehkan.
"Setelah pergi dari sana, Yesus masuk ke rumah ibadat mereka. Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannya. Mereka bertanya kepadaNya: “Bolehkah menyembuhkan orang pada hari Sabat?”
Maksud mereka ialah supaya dapat mempersalahkan Dia. Tetapi Yesus berkata kepada mereka: “Jika seorang dari antara kamu mempunyai seekor domba dan domba itu terjatuh ke dalam lobang pada hari Sabat, tidakkah ia akan menangkapnya dan mengeluarkannya? Bukankah manusia jauh lebih berharga dari pada domba? Karena itu boleh berbuat baik pada hari Sabat.” Lalu kata Yesus kepada orang itu: “Ulurkanlah tanganmu!” Dan ia mengulurkannya, maka pulihlah tangannya itu, dan menjadi sehat seperti tangannya yang lain. Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersengkongkol untuk membunuh Dia "(Matius 12:9-14).
Pada hari Sabat yang lain, Yesus menyampaikan pengajaranNya yang ketiga mengenai hari
Sabat. Dia menyampaikan pelajaran yang pertama di Bait Suci, yang kedua di tempat terbuka, dan yang ketiga di rumah sembahyang. Pada hari Sabat waktu itu, pada saat Yesus mengajar di rumah sembahyang, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang hadir memperhatikan bahwa ada orang yang tangannya mati sebelah. Kristus dikenal karena menyembuhkan semua orang yang Dia lihat sedang sakit, sebagaimana juga dengan
orang-orang yang datang kepadaNya untuk kesembuhan. Ahli-ahh Taurat dan orang-orang Farisi berharap agar orang ini disembuhkan, bukan karena kasihan pada orang itu, tetapi karena mereka ingin mendapatkan alasan untuk melawan Yesus, yang dapat mereka laporkan pada para peminipin agama Yahudi. Itulah yang menyebabkan mereka menunjukkan perhatian pada orang sakit ini! Kemudian mereka bertanya kepada Yesus: “Apakah boleh menyembuhkan orang pada hari Sabat?”
Kristus tidak menanggapi pertanyaan mereka, karena mereka tidak sungguh hati dalam menanyakannya. Dia meminta kepada orang yang sakit untuk berdiri di tengah-tengah mereka, agar dengan demikian orang-orang yang memusuhiNya akan menjadi bungkam, dan menunjukkan kepada mereka bahwa Dia tidak takut terhadap mereka. Dia kemudian bertanya, “Aku bertanya kepada kamu: Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?” (Lukas 6:9). Menyembuhkan orang ini pada hari Sabat adalah melakukan perbuatan baik, sedangkan keinginan mereka untuk membunuh Kristus pada hari Sabat adalah jahat. Sekarang, siapakah sebenarnya yang memelihara hari Sabat dan yang melanggarnya? Dia mengingatkan bahwa masing-masing mereka, jika mempunyai seekor domba yang jatuh ke
dalam sumur pada hari Sabat, mereka jelas akan menyelamatkan domba itu. Betapa lebih lagi seharusnya orang menyelamatkan jiwa manusia yang jauh lebih berharga nilainya dari pada seekor domba Siapapun yang mengabaikan untuk berbuat baik, padahal dia dapat, harus dianggap jahat. Demikian juga halnya, siapapun yang mengabaikan untuk membawa jiwa ke dalam keselamatan, padahal dia bisa melakukannya, dia ikut bertanggung jawab pada pehukuman jiwa itu. Kristus menegur ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi dengan pertanyaanNya, dan mereka tidak mampu untuk membantah.
Yesus menunggu jawaban mereka, tetapi mereka tetap saja berdiam diri. Dengan kediam dirian mereka, pada dasarnya mereka mengakui bahwa Yesus memiliki otoritas moral. Sayangnya, hati nurani mereka tidak terusik oleh kekeliruan mereka, mereka juga tidak mengakui dosa mereka ataupun minta pengampunan dari orang yang mati tangannya sebelah.Yesus marah dan sangat sedih karena kekerasan hati mereka. Kemarahan, karena membela Tuhan, adalah terpuji, dan kesedihan atas keberadaan dari kerajaanNya menguduskan kemarahan dan menjadikanNya sebagai kebajikan. Kita membaca di dalam Alkitab banyakkah mengenai kemarahan Allah, namun demikian Allah adalah kudus dan sempurna. Inilah sebabnya kami menilai kemarahan Kristus sebagai yang pada tempatnya, kemarahanNya beralasan. Kristus marah karena keangkuhan dari orang-orang tersebut, tetapi Dia penuh dengan belas kasihan pada orang yang mati tangannya sebelah. Dia
menyembuhkan orang itu dengan beberapa patah kata, dan melalui mujizat penyembuhan ini, Dia membuktikan bahwa Dia memang benar-benar Tuhan dari hari Sabat. Dia berkata
kepada orang itu, “Ulurkanlah tanganmu.” Tanggapan normal terhadap pernyataan ini adalah, “Tuhan saya tidak bisa. Kalau saya dapat mengulurkan tangan saya, saya tidak akan memerlukan pertolonganmu.” Tetapi orang ini percaya pada yang tidak mungkin, dan Yesus menyembuhkan dia, bukan sebagian saja, tetapi secara menyeluruh. Tangannya dipulihkan. Kristus juga tidak memberikan pengampunan yang tidak menyeluruh, Dia memberikan pengampunan sepenuh kepada semua yang datang kepadaNya. Dalam contoh dari orang yang mati tangannya sebelah ini, kita melihat contoh yang benar dari keselamatan. Orang ini tidak disembuhkan oleh apa yang dia lakukan tetapi oleh apa yang Yesus lakukan. Kristus tidak akan menyembuhkan kecuali orang itu percaya pada Dia dan pekerjaanNya. Pekerjaan
yang menyelamatkan orang berdosa adalah pekerjaan Kristus, dan bukan pekerjaan manusia. Keselamatan yang Kristus berikan kepada orang-orang berdosa bergantung pada iman mereka pada pribadi dan karyaNya sebagai Juru selamat.
Dalam tiga peristiwa ini, di mana Yesus berbicara mengenai hari Sabat, Dia mengetengahkan suatu kebenaran yang besar dengan mengatakan, “Perkataan-perkataan yang Kukatakan kepadamu adalah roh dan hidup”(Yohanes 6:63). Ini setuju dengan apa yang dikatakan oleh Rasul Paulus, tentang bagaimana Allah “membuat kami juga sanggup menjadi
pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, yang tidak terdiri dari hukum yang tertulis, tetapi dari Roh, sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan” (II Korintus
3:6).
Perkataan-perkataan yesus membuat marah ahli-ahli Taurat marah dan orang-orang Farisi. Lukas sang Penginjil mengatakat, bahwa mereka menjadi sangat marah dan membicarakan dengan satu dan yang lain apa yang akan mereka perbuat, terhadap Yesus (Lukas 6:11). Dalam rangka untuk, mempertahankan hari Sabat, mereka rela melanggar hukum keenam yang memerintahkan, “Jangan kamu membunuh” Pikiran mereka terhadap Kristus, dan sikap yang mereka tunjukkan pada Dia, adalah sama dengan cara bagaimana orang-orang di dunia sudah memperlakukan dan mengancam orang-orang milik kepunyaan Allah di sepanjang abad. Para nabi, para rasul, para pembaharu dan para martir, dengan semangat mereka yang menyala dan belas kasihan yang sangat menonjol, menderita hal yang sama seperti Yesus. Kalau orang-orang benar diperlakukan dengan kasar dan semena-mena oleh orang-orang yang angkara, maka hal itu akan mendatangkan manfaat kegunaan, karena akan menjadikan orang-orang benar lebih berhati-hati dalam kehidupan mereka baik di hadapan umum
maupun yang tersembunyi, dan pancaran dari kesaksian mereka akan menjadi semakin bercahaya.
"Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman berdoa kepada Allah. Ketika hari siang, Ia memanggil murid-muridNya kepadaNya, lalu memilih di antara mereka dua belas orang, yang disebutnya rasul, Simon yang juga diberiNya nama Petrus, dan Andreas saudara
Simon, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus, dan Simon yang disebut orang Zelot, Yudas anak Yakobus, dan Yudas Iskariot yang kemudian menjadi pengkhianat.
Lalu Ia turun dengan mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar di situ berkumpul sejumlah besar dari murid-muridNya dan banyak orang lain yang datang dari seluruh Yudea dan dari Yerusalem dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka, juga mereka yang dirasuk oleh roh-roh jahat beroleh kesembuhan. Dan semua orang banyak itu berusaha menjamah Dia, karena ada kuasa yang keluar dari padaNya dan semua orang itu disembuhkanNya (Lukas 6:12-19).
Para penguasa Yahudi menggabungkan kekuatan mereka dalam kebencian mereka melawan Yesus. Kendatipun mereka menjadi anggota dari sekte yang berbeda, mereka bersatu untuk membunuh Dia. Orang-orang Farisi membenci Dia karena “melanggar?” hari Sabat. Dia menganggap Dia sebagai yang memberi pengaruh merusak, penghujat, orang Samaria, dan pendusta, dirasuk oleh roh jahat. Dia bergaul dan berhubungan orang-orang berdosa, dan di dalam penilaian mereka, sudah tidak menghormati Hukum dan Bait Suci mereka. Di pihak lain, orang-orang Herodiani, takut kalau-kalau Dia akan menggulingkan takhta dari Raja Herodes.
Ketika Yesus melihat bahwa para penatua Yahudi berkomplot untuk melawan Dia, Dia pergi ke tepi pantai Laut Galilea untuk melayani kumpulan orang banyak dan untuk memilh pengikut-pengikut yang akan Dia latih untuk pelayanan. Dia menginginkan rasul-rasul ini untuk menyatakan Kabar Baik sesudah Dia mati di tangan para pemimpin Yahudi, dibangkitkan, dan naik ke surga. Banyak yang datang kepadaNya dari Galilea, Yudea, Idumea, pantai Tirus dan Sidon, dan Berea dan Dia menyembuhkan mereka semua.
Dalam kumpulan orang yang besar ini, beberapa orang datang untuk mendengarkan pelajaran Yesus sementara kebanyakan datang untuk mencari kesembuhan. Kristus mengusir roh-roh jahat dari mereka yang kerasukan. Roh-roh jahat mengenali Dia dan berkata, “Engkau adalah Anak Allah.” Roh-roh jahat melihat otoritas Illahi dari Kristus, dan menyaksikannya.
Orang-orang berkumpul sekeliling Yesus dengan maksud mau menjamah Dia, karena kuasa keluar dari Dia dan menyembuhkan mereka. Dia memberitahu kepada murid-muridNya untuk mempersiapkan perahu kecil yang ada di dekat mereka agar dengan demikian Dia dapat naik ke dalam perahu bilamana kumpulan orang banyak itu itu semakin mendesak
untuk mendekati Dia. Dia sendiri sering kosong dan kelelahan untuk dapat mengisi, memberi kekuatan dan meringankan orang lain.
Marilah kita melihat pada pemilihanNya terhadap rasul-rasul yang tugasnya adalah untuk menyembuhkan orang sakit, mengusir roh-roh jahat dalam namaNya, menyebarluaskan
ajaran-ajaranNya, menghimpun orang-orang percaya, dan mencatat kebenaran-kebenaran Iman untuk generasi mendatang Yesus tidak memilih orang-orang besar di dunia karena mereka akan mencari penghormatan bagi diri mereka, dan Allah tidak akan dimuliakan sebagaimana seharusnya. Semua kemuliaan hanya pada Allah saja. Rasul Paulus mengatakan yang berikut untuk mendukung kenyataan ini: “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah,
bukan dari diri kami” (II Korintus 4:7). Yesus memilih yang lemah dan tidak berpengetahuan, dan memampukan mereka untuk melayani Dia. Hasilnya adalah bahwa mereka lebih menonjol dalam pengaruh mereka daripada para pemimpin dunia yang ada pada jaman mereka. Yesus memilih mereka pada awal tahun dari pelayananNya dengan maksud untuk melatih mereka sebelum kenaikanNya ke surga.
Rasul-rasul bersama dengan Yesus cukup lama untuk mengenal Dia dengan dekat, dan agar iman mereka di dalam Dia bertumbuh. Mereka mengalami kasihNya dan menghadapi kesukaran dan aniaya demi Dia. Kristus memilih dua belas orang murid, jumlah yang sama seperti suku-suku Israel. Dengan ini, Dia bermaksud untuk mengawinkan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Pemilihan para rasul adalah sangat mendesak, karena itu Kristus berdoa semalam-malaman sebelum mengadakan pemilihan. Doa semalam-malaman menaburkan benih rohani dalam kehidupan mereka. Pekerjaan dan tulisan-tulisan mereka di kemudian membuahkan penuaian yang mempengaruhi umat manusia di sepanjang generasi Penuaian ini terus berlangsung sampai saat ini untuk kemuliaan Allah dan Kristus.
"Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendakiNya dan merekapun datang kepadaNya. Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutusNya memberitakan Injil dan diberiNya kuasa untuk mengusir setan" (Markus 3:13-15).
Kristus menyebut dua belas murid sebagai rasul-rasul (Gerika: “yang diutus”) karena Dia akan mengutus mereka untuk bekerja di dalam namaNya, dan untuk diri mereka sendiri. Di kemudian, Dia berkata “
tangani. Apakah kira-kira yang dipikirkan oleh orang banyak ini sebelum Dia memilih seorangpun? Semua mereka barangkali berharap untuk menjadi salah satu yang dipilih. Mereka percaya Yesus, sebagai Guru mereka yang kekasih, dengan sepenuhnya, dan bagi mereka hal itu adalah kesempatan emas untuk menyertai Dia dan mendengarkan hikmatNya. Selanjutnya, kesempatan untuk pelayanan yang indah itu datang. Tidak diragukan lagi, hati mereka yang berkumpul dipenuhi dengan sukacita sementara Dia mulai menyebutkan nama rasul-rasulNya satu demi satu. Sepertinya, sebagian besar dari mereka ingin memberikan selamat pada orang-orang yang sudah Dia pilih, yang lain lagi barangkali bergumul dengan rasa iri hati.
Yesus memilih Simon barangkali karena semangat dan enerjinya. Namanya pertama kali disebut, ini menunjukkan bahwa Yesus sepertinya memanggil dia sebagai yang pertama. Kita dapat mengetahui bahwa Kristus memberi nama baru kepadanya, dengan maksud untuk membedakannya dari orang lain yang bernama Simon, yang juga Dia pilih. Sesudah ini, kita menjumpai nama Andreas. Andreas adalah yang pertama mengikut Yesus dan yang juga merupakan penginjjl Kristen yang pertama dalam sejarah, mengajak saudaranya, Petrus
untuk mengikut Kristus. Tidak ada banyak yang dijumpai tentang dia di dalam Alkitab. Yesus kemudian memilih dua bersaudara, Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus. Mereka berasal dari kota yang sama dan memiliki pekerjaan yang sama seperti Andreas dan Petrus. Yang lebih tua, yaitu Yakobus, menjadi seorang penatua yang memimpin Gereja sesudah kenaikan Kristus. Herodes Agripa membunuh dia untuk menyenangkan orang-orang Yahudi sekitar lima belas tahun kemudian. Yohanes, yang lebih muda, menjalani kehidupan panjang, dan melayani banyak gereja sesudah semua rekan-rekannya yang lain mati.
Alasan untuk menyebutkan empat rasul ini sebagai yang pertama adalah karena mereka ini adalah orang-orang yang pertama kali mengikut Yesus, pada saat Yesus belum begitu dikenal pada saat itu. Yesus kemudian memilih yang lain, Filipus dan Natanael. Filipus tidak
disebut-sebut sesudah itu, kecuali di dalam Injil Yohanes. Natanael adalah nama lain untuk Bartolomeus. Enam orang ini merupakan yang pertama rasul-rasul. Semua mereka pernah menjadi murid Yohanes pembaptis. Mereka tetap bersama Dia karena mereka sudah mengenal intisari dari kerohanian yang benar yang Dia beritakan. Jelas sekali, semua rasul merasa mendapatkan kehormatan karena sudah dipilih oleh Yesus.
Pemilihan Matius, si pemungut cukai, untuk menduduki jabatan kerasulan, adalah sangat menarik perhatian. Mungkinkah orang sekaliber dia dapat menjadi seorang rasul? baik secara rohani dan mental, dia lebih cocok untuk tugasnya sebagai pemungut cukai. Dengan memilih dia, Yesus membuktikan bahwa banyak dari mereka, yang disingkirkan oleh orang lain, adalah penting di pemandangan Allah. Memilih Matius merupakan satu contoh yang baik
dari kuasa anugerah Allah yang memperhatikan orang yang terbuang dan menjadikannya sebagai seorang rasul besar. Rasul yang namanya muncul dalam hubungannya dengan Matius adalah Tomas. Kita tidak tahu apapun mengenai kehidupannya di masa lalu. Dalam hal ini,
dia berbeda dari tujuh orang yang dipilih sebelum dia. Kita kemudian juga mendapatkan yang lain, Yakobus. Dia diberi sebutan “Yakobus Yang Kecil.” Beberapa beranggapan
bahwa dia adalah saudara Matius karena keduanya punya seorang ayah yang bernama Alfius. Tetapi ini tidaklah benar karena dua nama tersebut tidak didapatkan berpasangan dalam hal yang sama seperti hanya Petrus dan Andreas, dan Yakobus dan Yohanes.
Kita sangat terkejut pada orang yang dipilih Kristus sesudah itu Simon orang Zelotis, musuh dari bangsa Roma. Dia adalah anggota dari sekelompok masyarakat yang memberontak melawan orang-orang Romawi, dan oleh karena itu, bangsanya sangat menghormati dia. Yesus berkehendak untuk menambahkan pada kelompok dari murid-muridNya, orang seperti ini agar dengan demikian murid-muridNya terdiri dari orang-orang yang memiliki berbagai temperamen dan latar belakang yang berbeda-beda. Kesebelas rasul memiliki beberapa nama Yudas,saudara Yakobus, dan Lebaus atau Tadeus.
Rasul terakhir, Yudas Iskariot, berasal dari Yudea. Semua yang lain berasal dari Galilea. Dia berbeda dari yang lain-lain karena dia berasal dari daerah yang berbeda, dan karena dia mengkhianati Gurunya. Namanya selalu diikuti dengan kata sandang yang mengerikan, “si pengkhianat.” Kendatipun Yudas tidak menunjukkan ciri-ciri yang sangat diperlukan untuk menjadi seorang rasul, Yesus memilih dia untuk penggenapan nubuat dan mewujudkan kehendak Allah (lihat Mazmur 41:10 ; 109:7,8). Dengan memilih Yudas, Yesus barangkali juga bermaksud untuk menyediakan bagi pengikut-pengikutnya sebuah contoh mengenai bagaimana untuk mencapai yang terhilang. Sejumlah orang tidak menanggapi dengan segera, dan cara atau metode yang bisa membawa seseorang ke dalam pertobatan barangkali tidak bisa terjadi untuk orang lain. Yudas tidak punya alasan untuk mengkhianati Kristus, tetapi tokh dia melakukannya. Dia punya banyak kesempatan untuk bertobat dan mengubah hidupnya, tetapi dia mengabaikan semuanya itu.
Yudas bisa jadi bukan seorang yang jahat, pada saat pertama kalinya dia mengikut yesus. Tetapi sesudah dia menjadi seorang rasul, dia tersesat seperti mereka yang memulai dengan baik tetapi berakhir dengan menyedihkan, sebagai akibat dari kegagalan mereka untuk memahami anugerah atau kasih karunia Illahi. Yudas adalah bendahara dari kelompok, dan penempatannya ke dalam kedudukan itu barangkali atas persetujuan rekan-rekannya. Mereka barangkali mendapatkan bahwa dia memiliki jiwa petualangan dan kemampuan berdagang.
Dengan pengertian dan pemahaman sepenuh tentang apa yang akan terjadi pada
murid-muridNya di masa depan, Yesus menjalankan pemilihan terhadap rasul-rasul dengan secara teliti. Dengan roh nubuat, Dia tidak hanya melihat kelemahan-kelemahan dan kesalahan-kesalahan mereka, tetapi juga semangat, enerji, dan kemenangan atas
kesukaran-kesukaran dan aniaya. Lebih dari itu, Dia akan melihat adanya pengaruh yang tertanam dari pemberitaan mereka selama kehidupan mereka. Dia juga melihat akibat dari tulisan-tuhsan mereka dan lembaga-lembaga yang mereka akan dirikan, pengaruhnya terhadap orang lain sesudah kematian mereka. Dia melihat mereka dimahkotai dengan
kemuliaan yang besar di antara para martir, duduk di sebelah kanan dari takhta Ilahi, menghakimi dua belas suku Israel (Matius 19:28).
Sesudah memilih rasul-rasul, Kristus menyampaikan khotbah yang sangat tegas – yang dikenal dengan “Khotbah di Bukit”. Khotbah-khotbah ini layak untuk mendapatkan perhatian kita karena merupakan tuntunan dan ringkasan menyeluruh dari apa yang Allah harapkan
dari orang-orang dalam hal-hal keagamaan. Kristus menyampaikan khotbah tersebut di atas sebuah bukit dekat Kapernaum. Kebanyakan dari para penafsir beranggapan bahwa tempat penyampaian khotbah tersebut terletak di kawasan Puncak Gunung Hattin, disebelah utara dari Tiberias. Khotbah ini sangat terkenal dan merupakan khotbah yang terpanjang yang dicatat, dan keunggulan dari khotbah tersebut diakui oleh semua, bahkan oleh lawan-lawan dari kekristenan.
Khotbah ini merupakan undang-undang dari kerajaan rohani baru yang Yesus tetapkan. Yang didasarkan pada pernyataan Musa dan para nabi, dimana Kristus datang untuk menggenapinya. Allah bicara tentang Kristus sebagai raja dari kerajaan rohani ini melalui Nabi Daud, yang berkata, “Akulah yang telah melantik rajaKu di Sion, gunungKu yang Kudus“ (Mazmur 2:6). Sebagai seorang raja, adalah penting sekali bagi Dia untuk menyampaikan suatu perundang-undangan atau keputusan-keputusan khusus pada para rasul, duta-dutaNya, mengumumkan unsur-unsur baru dari kerajaanNya, sebagai mana juga halnya dengan pengertian baru dari ketentuan-ketentuan yang lama. Raja tidak hanya mengangkat rasul-rasulNya, tetapi juga memberikan kepada mereka kuasa atau kemampuan khusus untuk menjalankan tugas mereka yang ajaib dan beraneka ragam.
Sebelum mendengarkan perkataan-perkataan Kristus, marilah kita pertimbangkan konteks dalam mana khotbah ini diberikan. Khotbah ini tidak disampaikan seperti hukum Perjanjian Lama di atas Gunung Sinai yang tandus, melalui suara Allah yang tidak kelihatan, yang disertai dengan guruh, guntur dan kilat, gempabumi dan api. Tidak seorangpun diijinkan mendekati gunung kecuali Musa, dan barang siapa yang mendekat akan dirajam dengan batu sampai mati. Sebaliknya, khotbah di bukit disampaikan Gunung Hattin yang dipenuhi dengan kehijauan lembah dan kicauan nyanyian burung-burung yang dapat didengar, disertai dengan keharuman dari bunga-bunga di padang yang memenuhi udara. Berita yang terdengar disampaikan dari bibir yang lembut dari Allah yang berinkarnasi, dikelilingi oleh
murid-murid dan orang banyak yang mendengarkan dengan penuh perhatian yang datang dari seluruh kawasan di Palestina.
Dikatakan bahwa ada sebuah ungkapan dari tradisi Yahudi yang menggambarkan bagaiman Mesias akan datang, berdiri di tepi pantai dengan Jaffa, memerintahkan kepada lautan untuk mengeluarkan harta kekayaannya. Lautan dengan segera saja menumpahkan pada kaki
Mesias harta karun dan berjenis mutiara yang indah-indah yang terkubur di kedalaman laut. Dia akan membusanai para pengikutNya dengan pakaian yang indah-indah dan menghiasi dengan batu-batu permata dan memberi mereka makan dengan manna surgawi, yang lebih manis dan lebih sedap dari yang pernah mereka terima di padang gurun. Namun demikian, tradisi yang menggambarkan kedatangan Mesias sebagaimana yang dibayangkan ini, adalah tidak benar dan menyesatkan.
Tidakkah pemandangan yang sebenarnya sekarang ini menampilkan yang lebih indah dan sempurna? Adakah mutiara-mutiara indah di dasar lautan yang menandingi
pengajaran-pengajaran rohani di hadapan kita? Adakah pakaian yang lebih indah dari nilai-nilai terpuji yang terdapat di dalam khotbah ini, dan contoh keteladanan di dalam karakter Kristus? Apakah memerintahkan pada lautan untuk memuntahkan seluruh harta kekayaannya menunjukan adanya otoritas yang sama seperti mengusir roh-roh jahat, membangkitkan orang mati, atau meminta pada pengikut-pengikutNya untuk mengampuni orang yang berbuat kesalahan?
Tidak semua ajaran Yesus yang disampaikan di bukit adalah ajaran baru. Orang-orang Yahudi sudah tidak asing lagi dengan kebenaran-kebenaran dasar dari ajaran-ajaranNya melalui pengetahuan mereka terhadap Perjanjian Lama, bahkan orang-orang kafir pun (orang-orang bukan Yahudi) memiliki juga prinsip-prinsip hukum mereka yang merefleksikan hukum Allah (lihat Roma 2:14,15). Pengajaran-pengajaran Kristus menghembuskan kehidupan kedalam hukum perjanjian lama sebagai mana Allah
menghembuskan kehidupan ke dalam tubuh Adam yang indah sesuadah Dia membentuknya dari debu tanah.
"Ketika Yesus melihat orang banyak itu naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-muridNya kepadaNya. Maka Yesus memulai berbicara dan mengajar mereka kataNya : “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya kerajaan sorga. Berbahagialah orang yang berduka cita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan berolah kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya kerajaan sorga. Berbahagialah kamu jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan
kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersuka citalah dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu" (Matius 5:1-12).
Yesus naik ke atas bukit. Pada waktu Dia duduk, murid-muridNya datang mendekat kepadaNya. Dia mengajar mereka, mengawali khotbahNya dengan kata, “berbahagialah.“ Semangat dari Perjanjian Lama terlihat dalam kata-kata “terkutuklah orang yang tidak
menepati perkataan hukum Taurat ini“ (Ulangan 27:26). Hal ini juga terlihat dalam rincian kutukan yang disampaikan di atas Gunung Ebal. Sedangkan Perjanjian Baru yang ditampilkan Yesus, terbaca, “karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal“ (Yohanes 3 : 16). Kata “berbahagialah“,
adalah ekspresi yang sama yang dipergunakan oleh Daud nenek moyangNya dalam beberapa dari Mazmur-mazmurnya, yang dikenal karena keindahannya yang luarbiasa.
Yesus mengawali khotbahNYa dengan ucapan-ucapan berkat, dan bukan dengan perintah-perintah. Dia datang dari Bapa untuk mengembalikan kepada umat manusia kebahagiaan yang dirusak oleh Dosa. Oleh karena itu, Dia menjadikan sukacita sebagai salah satu dari prinsip penting dalam kerajaanNya. Dalam kata “berbahagialah“, Dia mengkombinasikan pujian atau penghargaan sukacita, dan kebahagiaan, karena Dia berbicara mengenai kebenaran, dan bukan kebahagiaan yang hanya ada di angan-angan saja. Di dalam dunia sekarang ini, kita melihat bahwa prinsip-prinsip dari keraanNya yang baru,sudah mendapatkan pengaruh dari abad ke abad, mulai sejak hari pertama prinsip-prinsip itu muncul. Banyak orang, bahkan para raksasa intelektual dari berbagai pengakuan dan keyakinan, setuju bahwa Hukum kristus adalah yang paling terpuji dari semua yang pernah muncul disepanjang sejarah keagamaan.
Pada awal permulaan dari khotbah di Bukit, ada sesuatu yang layak mendapatkan perhatian khusus. Ini sesuai dengan perkataan Illahi, “Sebab rancanganKu bukanlah rancangan yang kecil, dan jalanmu bukanlah jalanKu, demikianlah firman TUHAN “(Yesaya 55 : 8). Di antara hal-hal pertama yang dilakukan Yesus adalah menyingkirkan ajaran-ajaran atau pandangan-pandangan keagamaan yang keliru yang bermunculan pada waktu itu.
Kata berbahagia yang pertama adalah : “Berbahagaialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga“. Orang-orang pada zaman Yesus tidak pernah memikirkan kalau orang miskin akan dapat memiliki kerajaan sorga. Mereka merasa bahwa para pemimpin agama, imam, ahli-ahli Taurat dan orang-orang farisi sajalah yang berada pada barisan pertama, yang memiliki otoritas dan kedudukan terbaik di dalam kerajaan di bumi yang akan didirikan oleh Mesias. Tetapi kristus tidak mengatakan bahwa kerajaan sorga akan menjadi milik kepunyaan orang-orang tersebut, tetapi bagi yang miskin dihadapan Allah, karena merekalah yang akan memerintah bersama Dia. Dia sudah mengatakan sebelumnya, “Roh Tuhan ada padaKu oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin
Kebahagiaan yang kedua adalah penghiburan bagi orang-orang yang berdukacita di tengah-tengah tragedi kehidupan, tetapi juga dapat bersukacita sesudah waktu ratapan berlalu. Para pendengar Kristus akan setuju bahwa penghiburan adalah sesuatu yang dapat dinikmati oleh orang kaya, karena banyaknya kawan-kawan yang dapat menghibur mereka, dengan mudah dapat melakukan bencana. Tetapi yang ada dalam pikiran Yesus adalah tangisan karena kesalahan atau kekeliruan yang sudah mereka lakukan dan kesengsaraan. Dalam kasus mereka, penghiburan Ilahi adalah akibat dari sudah diampuninya dosa-dosa mereka, dan mereka diberi berkat ganda untuk semua penderitaan mereka (Yesaya 40 : 2).
Berkat atau kebahagiaan yang ketiga adalah hal mewarisi bumi. Siapakah mereka yang akan menerimanya? Mereka bukan orang-orang yang berada dalam kekuasaan, tidak juga
orang-orang berpengaruh yang melipatgandakan kekayaan mereka dengan cara licik mengontrol orang lain. Tetapi, bukan orang yang lemah lembutlah yang akan mewarisi bumi. Di dalam kerajaan Kristus, adalah orang-orang yang mengasihi, dan bukan yang menguasai, yang akan mewarisi bumi. Daud melihat kebenaran ini ketika menulis: “Karena sedikit waktu lagi, maka lenyaplah orang fasik, jika engkau memperhatikan tempatnya, maka ia sudah
tidak ada lagi. Tetapi orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri dan bergembira kan kesejahteraan yang melimpah-limpah“ (Mazmur 37 : 10,11).
Berkat atau kebahagiaan yang keempat adalah kepuasan atau pemenuhan. Para pendengar Kristus mengira bahwa yang Dia maksudkan adalah orang kaya yang makmur dan tidak kekurangan di dalam hidupnya, karena kekayaan materi, mereka dapat membeli apapun yang mereka inginkan. Mereka tidak mengenal apa itu kelaparan dan kahausan. Namun demikian, Yesus membicarakan mengenai kepuasan yang dialami oleh orang-orang yang tidak mempedulikan kekayaan dan tidak memburu materi dari dunia ini. Mereka adalah
orang-orang yang lapar dan haus akan kebenaran sorgawi, untuk diri mereka sendiri dan untuk orang-orang yang adal di sekeliling mereka. Di dalam kerajaan Kristus, mereka inilah orang-orang yang akan dipenuhkan atau dikenyangkan. “Sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: “Sesungguhnya, hamba-hambaKu akan makan, tetapi kamu akan menderita kelaparan, sesungguhnya hamba-hambaKu akan minum, tetapi kamu akan menderita kehausan, sesungguhnya hamba-hambaKua akan bersukacita, tetapi kamu akan mendapat malu,“ (Yesaya 65 : 13).
Berkat atau kebahagiaan yang kelima adalah janji kemurahan yang akan diberikan kepada mereka yang juga murah hati. Mereka akan mererima kemurahan hati dari Allah dan manusia. Apakah mereka orang-orang kaya, para penguasa, ataukah orang-orang yang ada di dalam otoritas? Apakah orang-orang yang menekan orang lain dan yang ditakuti? Apakah mereka adalah orang-orang yang melakukan tugas-tugas keagamaan yang mendapatkan perhatian dari Allah? Kristus mengatakan bahwa orang-orang yang akan mendapatkan kemurahan adalah orang-orang yang bijaksana, yang memperhatikan orang lain, dan mereka yang mabuk kekuasaan dan menindas orang lain. Mereka tunduk pada lain dari pada mengharapkan orang lain taat dan tunduk pada mereka. Kerajaan Kristus adalah untuk
orang-orang yang murah hati, dan bukan untuk orang-orang yang mabuk akan kekuasaan. Salomo berkata : “Orang yang murah hati berbuat baik pada dirinya sendiri, tetapi orang yang kejam menyiksa badannya sendiri“ (Amsal 11:17). Daud, ayahnya berkata: “Terhadap orang yang setia (murah hati) Engkau berlaku setia (murah hati), terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela“ (Mazmur 18:26).
Berkat atau kebahagiaan yang keenam adalah sulit untuk dimengerti. Yesus berkata : “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah“. Bukankah tidak mungkin untuk melihat Allah di dalam dunia ini? Bukankah Dia yang melihat, namun Dia sendiri tidak kelihatan? Tidakkah Kristus pernah berkata, “Tidak seorangpun pernah melihat Allah“ (Yohanes 1:18)? Keinginan manusia yang sangat terpuji adalah untuk melihat Allah dengan matanya sendiri. Orang-orang yang mendengarkan Yesus mengira bahwa
orang-orang yang akan melihat Allah akan menjadi makmur dan kaya raya di dunia ini, istimewa orang-orang yang memiliki pandangan teologia yang dalam. Tetapi Yesus mengatakan bahwa orang yang suci hatinya adalah orang yang akan melihat Allah. Nabi Daud berkata: “Siapakah yang boleh naik ke atas Gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempatNya yang kudus? Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu“ (Mazmur
24:3,4).
Berkat atau kebahagiaan yang ketujuh adalah hal menjadi anak-anak Allah. Tetapi tidak semua yang mengklaim menjadi anak-anak Allah adalah orang-orang yang dimaksud. Tidak diragukan lagi, bahwa orang-orang yang mendengarkan perkataan Kristus, mengira bahwa mereka adalah anak-anak Allah karena mereka adalah keturunan Abraham, umat pilihan. Mereka adalah orang-orang yang masuk ke dalam suatu perjanjian dengan Allah melalui sunat. Mereka adalah anak-anak Israel yang berusaha melawan orang-orang Romawi, yang ingin memerdekakan bangsa kudus mereka, meninggalkan Allah sebagai raja mereka yang
sebenarnya. Mereka adalah orang-orang yang mau melawan orang lain, memaksa mereka untuk ikut agama mereka, dan menjadikan mereka sebagai hamba-hamba mereka. Tetapi Yesus mengatakan bahwa anak-anak Allah adalah pembawa damai, dan bukan pelaku kejahatan. Damai sejahtera adalah batu penjuru dari kerajaan Kristus. Anak-anak Allah adalah orang-orang yang berdamai dengan Allah melalui ketaatan, dan berdamai dengan manusia melalui kasih. Injil mengajarkan bahwa Yesus datang untuk menyatukan semua
orang, dengan demikian mendamaikan (Efesus 2:15). “ Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai“ (Yakobus 3:18).
Berkat atau kebahagiaan yang terakhir adalah mereka yang dianiaya oleh sebab kebenaran. Bagi mereka adalah kerajaan sorga, dan mereka akan mengalami sukacita yang benar dan kekal. Para pendengar Kristus mengira bahwa kerajaan sorga adalah bagi mereka yang nampak saleh dari luar, mereka yang sering berpuasa, berdoa dan memberikan derma. Orang-orang Yahudi menganggap bahwa mereka adalah berbahagia dan keberkatan karena mereka mempunyai pengharapan bahwa kedatangan Mesia akan menjadikan orang-orang kemuliaannya bagaikan cahaya bintang menjadi seperti cahaya bulan, dan demikian sebaliknya. Mereka percaya bahwa kerajaan mereka akan ditetapkan, dan bahwa kemuliaan
israel akan digandakan. Hal-hal inilah yang menjadikan mereka merasa merekalah yang akan memiliki kerajaan dan diperkaya olehnya. Tetapi yesus menggambarkan kerajaan sebagai yang disediakan bagi mereka yang dianiaya karena kebenaran, mereka yang miskin
dihadapan Allah, mereka yang berdukacita, yang lemah lembut, yang lapar dan dahaga akan kebenaran, yang murah hati, suci hatinya, dan pembawa damai. Kendatipun dunia mengabaikan orang-orang yang sedemikian ini, Allah akan memberikan kepada mereka kerajaan Sorga.
Delapan ucapan berkat (yang biasa disebut sebagai “kata-kata bahagia“) tidak berhubungan dengan praktek-praktek keagamaan secara lhiriah. Intinya, Yesus mengatakan bahwa
orang-orang yang paling miskin di dunia adalah orang-orang yang akan menjadi kaya raya dalam kerajaan sorga, orang-orang yang berduka cita adalah mereka yang akan dihiburkan, mereka yang menangis sekarang ini adalah meraka yang akan tertawa, mereka yang tunduk adalah yang akan memerintah bumi, dan mereka yang lapar dan haus akan kebenaran adalah yang akan dikenyangkan dan dipuaskan. Mereka yang memberi adalah yang akan menerima, dan yang seperti anak kecil adalah yang akan mengerti (Matius 11:25). Pembawa damai, bukan pahlawan pejuang, adalah pemenang dan anak dari Raja. Yang di usir dari rumahnya demi kristus memiliki kewarganegaraan yang tetap di sorga.
Perkataan-perkataan bahagia ini seperti sebuah kapak yang Yesus ayunkan pada sebuah
pohon dari berbagai aspirasi keduniawian, yang sudah ditanamkan oleh orang-orang Yahudi dalam pikiran mereka sehubungan dengan kedatangan Mesia. Kebahagiaan yang benar dan yang tetap tidak bergantung pada praktek-praktek keagamaan secara lahiriah, juga tidak pada keberhasilan secara materi, tetapi pada keberadaan batin dari jiwa dan kesejahteraannya yang kekal. Pada waktu Yesus bercakap-cakap dengan nikodemus, percakapanNya diarahkan pada sifat rohani dari kerajaanNya. Ketika Dia berbicara pada wanita Samaria, Dia menjelaskan tentang Allah yang adalah Roh dan yang kerajaanNya adalah rohani. Dalam khotbah di
Bukit, tema yang sama sangat dominan. Kita masih memerlukan pengajaran ini dewasa ini. Betapa jauhnya ini dari apa yang kita lihat di dalam sejumlah denominasi gereja dimana ukuran materi menggeser yang rohani, dan dimana para pendeta dan pengajar sepertinya hanya tertarik pada kemuliaan dunia.
Kata-kata bahagia ini merupakan pendahuluan dari pelajaran0pelajaran berikutnya, dan semuanya dimaksudkan untuk mereka yang akan menjadi rasul-rasulNya. Seperti Dia memberitahu mereka: “Sesudah kalian memiliki syarat-syarat dasar ini, kalian akan dibenci bahkan oleh saudara-saudaramu sendiri. Kalau kalian diperlakukan seperti itu, kalian akan berbahagia. Jangan sedih atau mengeluh bilamana semua hal yang tidak menyenangkan ini terjadi pada kalian demi Anak Manusia. Sebaliknya, bersukacitalah karena pahala kalian di sorga adalah besar. Dalam hal ini, kalian akan menjadi sama seperti para nabi yang mendahului kalian. Mereka semua mendapatkan kehormatan sebagai utusan-utusan Allah dan menderita aniaya karena hal itu.”
"Kamu adalah garam Dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang melainkan di atas khaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memulikan Bapamu yang di sorga "(Matius 5:13-16).
Yesus memberitahu kepada murid-muridNya bahwa mereka adalah garam dan terang dunia. Bahkan jika dunia menolak mereka, mereka tidak seharusnya kehilangan rasa ataupun kuasa mereka. Garam di dalam makanan adalah tidak kelihatan, tetapi mendatangkan akibat atau pengaruh yang besar, menyedapkan rasa. Demikian pula halnya dengan orang Kristen, kendatipun tidak kelihatan dan tidak diperhatikan akan mendatangkan akibat yang positif terhadap orang-orang yang ada di sekeliling mereka dan pada dunia secara keseluruhan. Terang berpusat pada satu nyala api, tetapi menerangi semua yang ada di sekeliling, dan membiarkan orang lain untuk melihat. Demikian pula halnya dengan orang-orang Kristen. Orang-orang akan melihat perbuatanperbuatan baik meraka dan akan memuliakan Bapa sorgawi, dan bukan mereka. Orang tidak akan menyalakan lampu hanya untuk dilihat saja,
tetapi untuk melihat sesuatu yang lain melalui terangnya. Garam tidak akan ada gunanya kecuali melalui tindakannya, lampu juga sedikit sekali gunanya di luar maksud tujuan dari menyediakan terang. Hal yang sama adalah benar dengan rasul-rasul Yesus yang nilainya terletak pada ajaran-ajaran mereka dan menerangi orang lain. Kristus memilih mereka untuk maksud tujuan ini, untuk menjadi garam dan terang, tidak hanya di antara umat Israel, tetapi juga di antara semua orang yang ada di bumi. Dalam perjalanan pribadi anda, pengaruh
”garam dan terang” dari kehidupan anda harus dilihat dan mengatasi perkataan-perkataan anda, karena dengan memberikan contoh yang hidup akan dapat mengerjakan apa yang tidak dapat dilakukan oleh sekedar kata-kata.
"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu, Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpuk tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, Ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam kerajaan sorga, tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat ia akan menduduki tempat yang paling tinggi di dalam kerajaa sorga. Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam kerajaan sorga" (Matius 5:17-20).
Dengan perkataan-perkataan ini, Yesus menyatakan bahwa ajaran baruNya tidak meniadakan Taurat yang diilhami. Sampai langit dan bumi lenyap, tidak satu kata atau titikpun akan lenyap dari Taurat sampai semuanya digenapi. Yesus datang untuk menggenapi Taurat Musa dan pengajaran dari para nabi, bukan untuk meniadakannya. Dia menggantikan apa yang sementara. Sesudah menggenapi Taurat dan perkataan para nabi, Dia datang untuk melenyapkan perbuatan-perbuatan Iblis. Dia tidak pernah datang untuk membatalkan Taurat ataupun pengajaran para nabi. Hukum Taurat tidak ada akan disingkirkan seperti halnya biji biji di dalam bunga atau buah. Hukum Taurat di tangan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi tidak menghasilkan buah-buah kebaikan, hal itu seperti benih dari buah yang tidak dapat di makan. Yesus berkata, “…jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. “ Dia tidak datang untuk melepaskan orang-orang dari tuntutan
Taurat tetapi untuk menunjukan kepada mereka kebesaranNya dalam cara yang belum pernah mereka bayangkan sebelumnya.
"Kamu sudah mendengar yang difrimankan kepada nenek moyang kita : ”jangan membunuh, “ siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi aku berkata kepadamu: setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum, siapa yang berkata kepada saudaranya: ”kafir” harus dihadapkan ke
mahkamah agama dan siapa yang berkata : ”jahil” harus diserahkan kedalam neraka yang menyala-nyala. Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di atas mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. Aku berkata kepadamu: sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas" (Matius 5:21-26).
Yesus mengatakan bahwa perintah yang melarang membunuh juga melarang untuk marah, membicarakan orang lain, dan membenci. Doa dan persembahan anda akan diterima tidak hanya jika anda menjauhi dari membunuh, tetapi juga bila anda membuang perasaan kebencian terhadap orang lain. Ini adalah semangat dari hukum lebih dari apa yang tertulis.
Orang-orang Yahudi diajarkan untukmeninggalkan korban persembahan Paskah di depan mezbah dan pulang ke rumah untuk membuang semua ragi dari tempat tinggal mereka. Yesus sekarang memberitahu kepada mereka untuk pulang dan berdamai dengan saudara mereka sebelum menaikkan doa-doa mereka pada Allah.
"Kamu telah mendengar firman: jangan berzinah. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, daripada tubuhmu dengan utuh dicampakkan ke dalam neraka. Dan jika tanganmu yang kanan menyesatkan engkau, penggallha dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa daripada tubuhmu dengan utuh masuk ke neraka" (Matius 5:27-30).
Berapa banyak orang-orang yang mengaku perbuatan-perbuatan dosa mereka tetapi tidak memperhatikan pikiran mereka. Mereka lupa bahwa memandang dengan pikiran cabul pada orang lain adalah sama dengan melakukan perzinahan, karena ini merupakan akar dan penyebab dari tindakan. Adalah lebih baik untuk mencabut akarnya sebelum dosa mendapatkan kesempatan untuk bertumbuh. Adalah lebih bagi seseorang untuk kehilangan harta kekayaan yang paling berharga, kendatipun itu barangkali bagian dari anggota tubuhnya, daripada kehilangan hidup yang kekal. Menyebabkan terjadinya pehukuman Allah adalah kematian dan neraka, sedangkan ketaatan terhadap Dia membawa kepada
kebahagiaan dan kehidupan kekal.
"Telah difirmankan juga: Siapa yang menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya.
Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali Zinah, ia menjadikan isterinya berzinah, dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah" (Matius 5:31,32).
Musa mengijinkan orang-orang Yahudi untuk menceraikan karena kekerasan hati mereka. Allah tidak pernah menginginkan hal ini karena Dia membenci perceraian. Kristus tidak menghendaki hal itu di praktekkan juga diantara orang-orang kristen.
Seorang suami Yahudi dapat menceraikan isterinya hanya karena alasan yang tidak masuk akal dan hanya dengan satu perkataan. Musa menjadikan perceraian yang lebih sulit, dengan menuntut kepada suami yang menceraikan untuk memberikan surat cerai kepada isterinya sebelum perceraian itu dilaksanakan. Tetapi di dalam masa Kekristenan, kekudusan dan kekekalan dari pernikahan harus dipahami dan dihormati. Jadi seorang perempuan tetap terikat pada suaminya, kendatipun bercerai karena alasan zinah. Siapapun yang menikah dengan perempuan yang bercerai melakukan perzinahan karena di pemandangan Allah, dia masih tetap dipersatukan dengan suaminya yang pertama.
"Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu itu di depan Tuhan. Tetapi Aku berkata kepadamu: janganlah
sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kakiNya, ataupun demi Yerusalem, karena yerusalem adalah kota Raja Besar, Janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun. Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak. Apa yang lebih daripada itu berasal dari sijahat" (Matius 5:33-37).
Orang-orang Yahudi diperintahka untuk menunjukkan apa yang mereka bersumpah untuk melakukan. Tetapi Yesus di sini memberitahukan kepada kita untuk tidak bersumpah demi apapun, entahkah itu sumpah palsu ataupun benar. Bila seseorang tidak pasti kalau dia akan dipercayai, dia biasanya bersumpah. Itu menunjukkan bahwa perkataannya merupakan campuran antara kebenaran dan kepalsuan. Orang-orang Kristen, kalau memberikan jawaban harus mengatakan “ya“ atau “tidak“, mengetahui bahwa selain itu berasal dari sijahat.
"Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata, dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berikan juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam daripadamu" (Matius 5:38-42).
Hukum Musa mengenai keadilan mengatakan: “mata ganti mata, gigi ganti gigi“ (Keluaran
21:24). Tetapi Yesus datang dengan pengajaran baru. Dia mau menyingkirkan roh balas dendam dari hati orang-orang. Hukum sipil tidak mengijinkan adanya balas dendam pribadi. Tetapi menyerahkan kepada hakim yang akan menghukum si pelaku pelanggaran (Roma
13). Ini sesuai dengan pengajaran Injil: “….Janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan adalah hakKu . Akulah yang menuntut pembalasan, firman Tuhan “(Roma 12:19). Kristus menghendaki kita untuk mengabaikan hak-hak pribadi kita, karena ini adalah lebih baik daripada bertengkar.
"Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan yang tidak benar. Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada
saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? Karena itu hruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna" (Matius 5:43-48).
Beberapa orang mengira adalah tidak apa-apa untuk membenci orang-orang yang membenci mereka, dan menjadi musuh dari orang-orang yang menunjukan permusuhan terhadap mereka. Tetapi roh atau semangat dari Hukum adalah sama seperti yang menetapkan Hukum itu sendiri – yang menyebabkan matahari terbit bagi orang yang jahat dan yang baik. Dia memberikan hujan kepada musuh-musuhNya sebagaimana juga pada anak-anakNya. Jika
kita membenci musuh kita dan berbuat baik hanya kepada mereka yang baik terhadap kita, maka kita tidak ada bedanya dengan orang-orang yang tidak mengenal Allah dan penyembah berhala. Kita tidak seharusnya membalas kejahatan dengan kejahatan. Jika kita mengalahkan kejahatan dengan kebaikan, kita mematikan permusuhan dan memadamkan api kebencian. Jika kita menerapkan Hukum Allah untuk kehidupan kita, maka kita akan benar-benar menjadi anak-anakNya. Kita pertama-tama harus belajar untuk mentaati perintah-perintah Allah di dalam hati kita sebelum kita dapat menjalankannya secara lahir.
"Ingatlah, jangan kamu melakukan kewajiban agamamu dihadapan orang supaya dipuji mereka, karena jika demikian, kamu tidak beroleh upah dari Bapamu yang di sorga. Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik dirumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat ytangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi, maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu"
(Matius 6:1-4).
"Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu" (Matius 6:16-18).
Hukum baru dari kerajaan Kristus tidak meniadakan ketetapan-ketetapan Perjanjian Lama yang diilhami oleh Allah. Kita harus memberikan sedekah kepada orang-orang miskin, berdoa kepada Allah, dan berpuasa, dalam rangka untuk mendisiplin diri kita sendiri. Namun demikian, Yesus menambahkan bahwa kita jangan melakukan semuanya itu dihadapan banyak orang, karena hal itu bisa menyebabkan kesombongan dan mendapatkan pujian dari orang lain. Itu merupakan kemunafikan. Marilah kita memberikan sedekah kita, menaikan doa-doa kita, dan menjalankan puasa dengan diam-diam – di hadapan Allah dan bukan dihadapan tetangga-tetangga kita untuk dilihat – jika tidak demikian, Allah tidak akan menerimanya. Kristus tidak menginginkan pengikut-pengikutNya berbuat kemunafikan
seperti para pemimpin Yahudi, karena itulah cara-cara yang mereka lakukan. Kita tidak boleh seperti mereka, karena apa yang mereka lakukan tidak disukai oleh Allah.
8.20. Hal Berdoa |
"Dan apabila kamu berdoa, janganlah berdoa seperti orang munafik. Mereka suka mengucapkan doanya dengan berdiri dalam rumah-rumah ibadat dan pada tikungan-tikungan jalan raya, supaya mereka dilihat orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau berdoa, masuklah kedalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada ditempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. Lagipula dalam doamu itu janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan. Jadi janganlah kamu seperti mereka, karena Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepadaNya. Karena itu berdoalah demikian : |
Bapa kami yang disorga, Dikuduskanlah namaMu, datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu dibumi seperti disorga. Berikanlah kami pada hari ini Makanan kami yang secukupnya Dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan janganlah bawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari yang jahat. Karena Engkaulah Yang empunya Kerajaan Dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin |
Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu (Matius 6:5-15). |
Doa merupakan salah satu aspek yang paling penting dari agama. Kristus menyampaikan pada murid-muridNya sebuah contoh doa. Semua yang berdoa dengan sungguh-sungguh mengekspresikan roh dari anak-anak Allah yang ada di antara mereka dan Allah, menyebut Dia “Bapa”. Kasih timbal-balik yang ada antara Bapa Sorgawi dan anak-anakNya akan dinyatakan di dalam mereka, dan ketaatan mereka kepadaNya kebergantungan mereka padaNya untuk kebutuhan-kebutuhan jasmani dan rohani akan terbukti. Hubungan kasih
yang mereka nikmati, sebagai anak-anak Allah, akan mengilhami mereka untuk membagikan kepada orang lain apa yang mereka punyai.Anak Allah yang benar akan menunjukan kasih persaudaraan terhadap orang lain. Orang Kristen yang benar tidak akan berdoa, “Bapa ku”, tetapi “Bapa kami“. Dia meminta kepada Bapa Sorgawi untuk mengampuni dosa-dosanya sebagaimana dia sudah mengampuni dosa-dosa orang lain. Kristus mengajarkan dengan jelas kenyataan dari Kebapaan Allah dan perasaudaraan dari semua umat manusia. Kenyataan
yang mendasar ini tidak jelas di dalam pengajaran para pemimpin Yahudi.
Dalam doa Bapa kami, orang dapat melihat dengan jelas adanya semangat atau roh sebagai anak Allah disamping roh kasih persaudaraan. Kita juga melihat adanya roh penyembahan yang disertai rasa hormat yang mendalam karena hari Tuhan, karena baitNya, karena kitabNya, karena hamba-hambaNya, dan Gereja yang Kudus. Kristus mengajarkan kepada kita untuk meminta kepada Allah agar jangan membawa kita kedalam pencobaan. Permohonan ini merupakan pengakuan atas kuasa Setan dan kontrolnyaatas manusia. Tidak ada seorangpun yang dapat melepaskan diri dari dia, kecuali melalui kuasa Allah. Dalam doa Bapa kami, kita melihat pentingnya untuk menempatkan kepentingan Allah sebagai yang utama dari pada kepentingan diri kita sendiri karena Allah berada diatas segala-galanya. Bagi Dialah kerajaan, kuasa dan kemuliaan.
Semangat iman seperti yang dimiliki anak kecil, kasih persaudaraan, dan penyembahan mengilhami kesungguhan dari doa yang sederhana ini. Pada waktu Yesus mengajarkan kepada murid-muridNya, perananNya sebagai perantara masih belum dimulai, karena itu Dia
tidak mengakhiri doa itu di dalam namaNya; tetapi sejak Dia naik ke sorga, doa-doa sekarang dinaikan di dalam nama Yesus. Kristus tidak menyebut mengenai Roh Kudus di dalam doa
itu karena kedatangan Roh Kudus ke dalam dunia untuk tinggal di dalam hati orang-orang percaya masih belum dimengerti oleh para rasul.
"Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi negngat dan karat merusak-kannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya, karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. Mata adalah perlita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu. Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia
kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon. |
Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kamu kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. |
Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kuatir dapat menambah sehasta saja jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? |
Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannya tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? |
Semua itu dicari oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semua itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari (Matius 6:19-34). |
Yesus memperingatkan murid-muridNya untuk melawan cinta akan uang. Dia mengingatkan mereka bahwa kekayaan dari dunia ini adalah sia-sia; hanya harta kekayaan sorgawi yang akan kekal untuk selama-lamanaya. Berbahagialah orang yang hatinya terpusat ke sorga, dan tidak di bumi. Melakukan perbuatan-perbuatan baik menjadi mudah baginya. Jika seseorang didorong oleh cinta akan uang, Dia tidak akan dapat mengasihi Allah dengan sepenuhnya. Harta kekayaan di sorga adalah buah dari apa yang dilakukan oleh manusia dan memberi untuk kebaikan orang lain, karena kasihnya pada Allah.
Yesus memberitahu kepada murid-murid tentang hal itu karena mereka adalah terang dunia, mereka akan membawa terang kepada orang lain. Seluruh tubuh diterangi oleh mata yang adalah pelita tubuh. Jika murid-murid Yesus kehilangan terang mereka, bagaimana
orang-orang, yang tanpa pengertian akan kebenaran, bisa memahami kebenaran? Agar dapat menerangi orang lain, maka seseorang harus bersandar sepenuhnya pada Bapa sorgawi untuk mencaukupi kebutuhan-kebutuhan di bumi. Allah memelihara burung-burung dan
bunga-bunga. Jika Dia melakukan hal ini, Dia sudah pasti akan memelihara pria dan wanita yang Dia ciptakan dalam gambarNya sendiri, dan yang adalah anak-anakNya. Jika Dia memelihara semua yang hidup, entahkah besar atau kecil, maka pastilah Dia akan
menyediakan bagi kita. Akankah Dia yang memberikan tubuh akan tidak memberikan pakaian pada kita? Dia memberikan kepada kita kehidupan yang sangat berharga tentuklah Dia akan memberikan kepada kita makanan yang kita perlukan untuk memeliharanya. Ya, seseorang harus mempedulikan kebutuhan-kebutuhan jasmaninya, tetapi dia harus melakukannya dengan tanpa kuatir, percaya sepenuhnya pada penyediaan Allah. Allah menghendaki kita untuk memberikan perhatian pada hal-hal rohani sebagai yang pertama; kemudian, Dia akan memperhatikan semua kebutuhan kita. Jika bukan karena karena penyediaan anugerah Allah, maka kita semua akan menjadi orang-orang yang tidak percaya. Perintah penting yang Yesus berikan kepada kita semua adalah: “Tetapi carilah terlebih dahulu Kerajaan Nya dan kebenaran Nya dan semua hal ini akan ditambahkan kepadamu.“
"Janganlah menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan mengeluarkan selumbar itu
dari mata saudaramu (Matius 7:1-6).
Yesus tidak menghendaki kita untuk menghakimi orang lain. Orang-orang akan memperlakukan kita sebagaimana kita memperlakukan mereka. Siapapun yang menyetakan kesalahan orang lain akan menyebabkan kekurangan-kekurangannya sendiri dinyatakan. Orang yang menghakimi orang lain biasanyadisorong oleh kesombongan dan keinginan untuk balas dendam. Dalam kedua kasus, dia bisa saja salah, karena pada saat dia melihat kesalahan-kesalahan pada orang lain, dia bisa saja membesar-besarkan kesalahan-kesalahan tersebut. Jika kita melihat pada kesalahan-kesalahan kita maka, kita akan dapat membatasinya. Seorang pelaku kesalahan tidak dapat memperbaiki orang lain yang tidak sejelek dirinya sendiri. Kita perlu untuk mencamkan kata-kata berikut ini: “Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”
Yesus juga menghendaki kita untuk bijaksana dan bisa menimbang-nimbang dalam percakapan keagamaan kita, supaya jangan sampai kita dijadikan sasaran olokan dan ejekan karena perkataan-perkataan kita sendiri. Jika kita tidak berhati-hati, kita akan menjadi seperti mereka yang memberikan hal-hal yang kudus kepada anjing-anjing atau melemparkan mutiara kepada babi. Perkataan-perkataan kita harus sesuai dengan suasana dan keadaan yabng dihadapi, dan tepat bagi mereka yang akan mendengarkan apa yang kita katakan.
"Mintalah, makan akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan. Adakah seorang daripadamu yang memberi batu kepada anaknya jika ia meminta roti, atau memberi ular jika ia meminta ikan ? jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu apalagi bapakmu yang disurga Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta
kepada-Nya. Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka. Itulah isi seluruh hukum Taurat dari kitab para nabi (Matius 7:7-12).
Bapa sorgawi kita benar-benar bersedia untuk menjawab doa-doa kita. Jika seorang bapa duniawi yang adalah orang berdosa tidak segan-segan untuk memberi kepada anak-anaknya apa yang mereka pinta, jika itu adalah untuk kebaikan mereka, betapa lebih lagi Bapa sorgawi akan menjawab doa-doa dari mereka yang mencari Dia. Dia tidak menghendaki untuk memberikan kepada anak-anakNya sesuatu yang bukan yang terbaik. Di atas segalanya, Dia mau memberikan kepada mereka Roh Kudus.
Yesus kemudian menyampaikan apa yang kemudian dikenal sebagai “ Hukum Emas “ sebagai tuntunan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan etika. Hukum yang satu ini mengatasi seluruh perintah yang lain. Hukum itu berbunyi, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.“ Itulah isi seluruh Hukum Taurat dan kitab para nabi. Banyak yang melihat pelaksanaan dari
perintah ini sebagai penggenapan dari tugas keagamaan. Ini memang benar, tetapi maksud yang sebenarnya adalah berhubungan dengan maksud tujuan yang sudah pada tempatnya. Karena Bapa sorgawi kita sudah mengasihi kita dan memberikan kepada kita banyak pemberian-pemberian yang baik, kita juga sudah seharusnya berbuat baik kepada orang lain karena kita mengasihi dia. Kasih kita kepada sesama kita merupakan hasil atau akibat dari kasih tertinggi kita untuk Allah.
"Masuklah melalui pintu yang sesak (sempit) itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya, karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya. Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba tetapi sesungguhnya mereka asdalah serigala yang buas. Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri ? Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu : Tuhan, Tuhan akan masuk ke dalam kerajaan sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu : Tuhan, Tuhan bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga. Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata : Aku tidak pernah mengenal kamu, enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan. (Matius 7:13-22)
Yesus memperhadapkan kita dengan dua jalan yang melaluinya setiap orang dapat masuk melaluinya. Yang pertama adalah jalan yang sempit pada awalnya tetapi berakhir dalam anugerah dan sukacita. Yang kedua adalah sebaliknya, luas dan lebar tetapi berakhir dalam kehancuran dan penghukuman. Yesus menasihati kita untuk memilih jalan yang sempit yang akan sulit di dalam dunia ini tetapi berkemuliaan di dalam kehidupan yang akan datang. Allah tidak menginginkan kita untuk berjalan mengikuti cara yang dilakukan oleh orang banyak, karena mereka memilih yang serba mudah sekarang ini dan melupakan kehancuran kekal yang akan menimpa di kemudian. Yesus mengingatkan kepada kita hubungan antara sebuah pohon dan buahnya. Buah harus sama dengan jenis pohonnya. Perbuatan-perbuatan seseorang merefleksi apa yang ada di dalam hatinya. Seseorang bisa saja mengatakan bahwa
dia adalah nabi yang diutus oleh Allah, dan dia bisa saja berbicara seperti seorang nabi, tetapi sifat atau keadaan yang sebenarnya dari kelakuannya pada akhirnya akan dinyatakan dalam kehidupannya. Tidak dapat dihindari lagi, setiap orang yang tidak menghasilkan buah-buah yang baik akan ditebang dan dibuang ke dalam api. Beberapa orang akan mengajukan protes, dengan mengatakan “Tuhan, Tuhan bukankah kami bernubuat demi namaMu, mengusir setan demi namaMu dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga ? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata : Aku tidak pernah mengenal kamu,
enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan. (Matius 7:13-22)
"Setiap orang yang mendengar perkataanKu ini dan melakukannya, ia sama dengan orang bijaksana, yang mendirikan rumahnya diatas batu. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan diatas batu. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataanKu ini dan tidak melakukannya ia sama dengan orang yang bodoh yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya.“ (Matius 7:24-27)
Kristus menyampaikan kepada para pendengarNya melalui sebuah gambaran yang sangat tajam. Orang yang tahu akan kehendak Allah dan melakukannya seperti orang bijaksana yang mendirikan rumahnya di atas batu. Sedangkan orang yang tahu akan kehendak Allah
dan tidak melakukannya dan tidak melakukannya sama seperti orang bodoh yang mendirikan rumah di atas pasir, di dekat sebuah aliran sungai. Selama cuaca baik dan angin sepoi-sepoi dia tidak mengalami sesuatu apapun. Dia sepertinya bijaksana. Dia tidak banyak mengeluarkan uang untuk menggali Fondasi. Dia mengucapkan selamat kepada diri sendiri dan orang lain memuji dia. Tetapi pada saat hujan turun, dan banjir melanda, rumahnya akan rubuh karena angin badai akan menunjukkan siapa sebenarnya pembuat rumah yang bijak. Orang yang tahu dan tidak menerapkan pengetahuannya adalah bodoh. Dia menikmati kesenangannya dari dunia ini dan menghindari kesukaran-kesukaran yang menimpa orang yang benar. Tetapi pada saat angin penghukuman Allah bertiup, dan hujan dari murka Ilahi
turun, dan sungai dari hati nurani yang salah mengganas, maka rumah orang itu akan rubuh dan disapu bersih bersama dengan orang-orang berdosa lainnya yang bodoh. Namun demikian, rumah yang pertama akan selamat dan tetap kokoh karena dibangun di atas batu.
"Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaranNya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka."(Matius 7:28,29)
Pada waktu Yesus mengakhiri pengajaranNya, orang-orang banyak sangat kagum. Dia mengajar seperti seseorang yang memiliki kuasa dan tidak seperti ahli-ahli Taurat. Siapapun yang merenungkan dengan seksama dan sungguh-sungguh hukum dari kerajaan rohani Kristus dengan tuntutan-tuntutannya, akan merasa putus asa dalam menjalankan
perintah-perintah ini. Keputus-asaaan ini merupakan langkah pertama menuju keselamatan. Karena akan menyingkirkan semua sandaran yang salah yang dimiliki oleh orang berdosa sehubungan dengan perbuatan-perbuatan atau usaha-usahanya sendiri, dan menunjukkan dia kepada satu-satunya Juru Selamat dunia yang memilih iman yang benar sebagai satu-satunya syarat untuk mendapatkan keselamatan yang tak ternilai harganya.
Kasihilah musuhmu, Berkatilah orang yang mengutuki kamu Berbuat baiklah pada orang yang membenci kamu Dan Berdoalah bagi mereka yang memfitnah dan menganiaya kamu Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga. (Matius 5:44-45)
"Setelah Yesus selesai berbicara di depan orang banyak, masuklah Ia ke Kapernaum. Di situ ada seorang perwira yang mempunyai seorang hamba yang sanat dihargainya. Hamba itu sedang sakit keras dan hampir mati. Ketika perwira itu mendengar tentang Yesus, ia menyuruh beberapa orang tua-tua Yahudi kepadaNya untuk meminta, supaya Ia menyembuhkan hambanya. Mereka datang kepada Yesus dan dengan sangat mereka meminta pertolonganNya, katanya : “ia layak Engkau tolong, sebab ia mengasihi bangsa kita dan dialah yang menanggung pembangunan rumah ibadat kami.“ Lalu Yesus pergi bersama-sama dengan mereka. Ketika Ia tidak jauh lagi dari rumah perwira itu, perwira itu menyuruh sahabat-sahabatnya untuk mengatakan kepadaNya : “Tuan, janganlah
bersusah-susah, sebab aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, sebab itu juga menganggap diriku tidak layak untuk datang kepadaMu. Tetapi katakanlah sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh. Sebab aku sendiri seorang bawahan, dan dibawahku ada pula prajurit. Jika aku berkata kepada salah seorang dari prajurit itu : Pergi, maka ia pergi, dankepada seorang lagi : Datang, maka
ia akan datang, ataupun kepada hambaku : Kerjakanlah ini, maka ia mengerjakannya.“ Setelah Yesus mendengar perkataan itu, Ia heran akan dia dan sambil berpaling kepada orang banyak yang mengikuti Dia, Ia berkata : “Aku berkata kepadamu, iman sebesar ini tidak pernah aku jumpai sekalipun diantara orang Israel“ dan setelah orang-orang yang disuruh itu kembali ke rumah, didapatinyalah hamba itu telah sehat kembali" (Lukas 7:1-10).
Kristus berkata bahwa Dia sudah datang untuk melayani orang-orang dan bukan untuk
dilayani. Dia adalah satu-satunya yang selalu menggenapi dengan apa yang dikatakanNya dengan sepenuhnya. Para pendengarNya mengatakan bahwa Dia berbicara dengan disertai kuasa, dan tidak seperti ahli-ahli Taurat. Perbuatan-perbuatan yang disertai dengan otoritas disertai dengan perkataan-perkataan otoritasnya. Sesudah Dia mengakhiri
pengajaran-pengajaranNya, Dia mulai lagi dengan mujizat-mujizatNya. Dia masuk ke Kapernaum dikerumuni oleh orang banyak. Utusan dari para pemimpin Yahudi menemui Dia dan meminta kepadaNya dengan sangat untuk menyembuhkan hamba seorang perwira Roma yang lumpuh dan hampir mati. Kita bisa menduga bahwa hamba ini sangat dekat dengan perwira itu, karena kata hambaku disini bisa diterjemahkan sebagai anakku. Dalam bahasa Gerika sebutan ini dipergunakan untuk anak laki-laki. Perwira Roma ini adalh seorang yang sangat dihormati, karena baik kata-kata dan perhatiannya menunjukkan bahwa dia mengasihi hambanya sementara kebanyakan perwira lain tidak peduli terhadap hamba-hamba mereka dan bahkan memperlakukan mereka dengan tidak manusiawi.
Perwira Roma ini percaya bahwa Yesus akan mendengarkan permintaan dari para penatua Yahudi, karena itu dia minta tolong pada mereka. Dari kenyataan ini, kita bisa menduga bahwa hubungan antara Kristus dan para pemimpin Yahudi di Kapernaum masih tetap baik, tidak seperti yang terjadi di Yudea. Para pemimpin Yahudi menyampaikan permohonan dari perwira ini karena mereka masih belum menunjukkan perlawanan terhadap Kristus. Mereka pergi menemui Yesus, meninggalkan perwira itu dan hambanya. Ketika mereka tiba, mereka memberitahu kepada Yesus bahwa perwira itu mengasihi bangsa mereka dan sudah mendirikan rumah sembahyang untuk mereka, oleh karena itu, dia layak mendapatkan kesembuhan bagi hambanya. Kita tidak menyalahkan perwira ini yang berpikiran bahwa Yesus memerlukan seorang perantara sebelum Dia memberikan tanggapan. Dia tidak mengetahui bahwa Yesus mengetahui keberadaan dia dengan lebih baik daripada para perantara ini, dan bahwa Dia mengasihi dia lebih dari yang dapat mereka lakukan. Jadi sebenarnya perantara seperti itu tidaklah perlu. Bahkan pada saat sekarang ini kita tidak punya perantara lain selain Yesus Kristus. Malaikat dan orang kuduspun tidak dapat melakukan sesuatupun bagi kita karena Kristus adalah satu-satunya perantara antara Allah dan manusia. Ini diwujudkan melalui karya penebusanNya yang unik di kayu Salib. Kita membaca yang berikut ini dalam I Timotius 2 :5 “Karena Allah itu Esa dan Esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus.“
Mereka yang mencari perantara dari malaikat-malaikat atau orang-orang kudus adalah bagaikan orang-orang yang meminta sebuah lampu pada siang hari bolong: mereka tidak menyadari bahwa kebaikan dan anugerah yang mereka miliki tidaklah sebanding dengan karakter mulia yang dimiliki Yesus. Tidak ada orang kudus yang pernah menunjukkan kasih yang melebihi kasih Yesus Kristus. Dia sajalah satu-satunya yang turun dari sorga, menjadi sama dengan manusia, mengajar, melayani, menderita, mati dan bangkit kembali dari kematian, naik ke sorga, dan sekarang ini duduk di sebelah kanan Allah sebagai perantara dan syafaat kita. Dia melakukan ini karena kasihNya yang sempurna. Mereka yang mencari
pertolongan dari yang lain selain Kristus, adalah seperti seorang anak yang mengalami kesulitan dan datang kepada seorang pelayan daripada kepada ibunya yang sudah mencurahkan perhatian dan mengorbankan dirinya dengan penuh kasih kepadanya. Perantaraan Maria ibu Yesus selama di bumi, juga sia-sia pada dasarnya. Sebagai dukungan terhadap hal ini kita dapat melihat contoh dari Yesus ketika di Kanaan, di mana Dia menghentikan ibunya dari mencampuri urusanNya.
Orang-orang sakit pada umumnya di bawa kepada Yesus. Tetapi dalam kasus ini, Yesus mendatangi hamba dari perwira yang sakit, barangkali karena dia adalah orang asing. Segera sesudah perwira ini tahu Yesus sedang berjalan menuju kerumahnya, dia mengutus
kawan-kawannya untuk menemui Dia sebagai cara untuk menunjukkan rasa hormat dan imannya pada kuasa Kristus. Dia hanya menginginkan Yesus mengucapkan sepatah kata saja dan dia tahu pasti bahwa hambanya akan disembuhkan.Ini sungguh merupakan kerendahan hati yang sangat luar biasa. Ini merupakan bukti terbaik bahwa dia layak untuk mendapatkan pertolongan Kristus. Kesadaran akan ketidak-layakkan seseorang adalah merupakan persyaratan penting bagi semua orang yang mencari pertolongan dan keselamatan dari Kristus.
Barangkali orang ingin mengira bahwa Yesus akan mengulangi apa yang Dia pernah lakukan dengan salah seorang perwira lainnya sekitar satu setengah tahun lalu, menyembuhkan dari jauh dengan perkataanNya. Dia percaya bahwa Yesus memiliki otoritas yang sama atas alam dan sakit penyakit, sama seperti dia sebagai perwira Roma, memiliki otoritas atas
prajurit-prajurit dan bawahannya. Yesus sangat heran melihat Iman yang besar, hikmat dan kerendahan hati dari orang kafir ini. Dia melihat kesekeliling dan berkata, “Iman yang sedemikian ini, tidak pernah aku jumpai sekalipun diantara orang-orang Israel.“ Kristus tidak peduli dengan reaksi dari orang-orang Yahudi yang ada di sekelilingNya, dan Dia
menjadikan jelas bahwa Allah menerima orang-orang dari latar belakang bangsa dan suku manapun. Dia mengatakan bahwa banyak orang akan datang dari timur dan barat dan duduk semeja dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam kerajaan sorga, sementara anak-anak kerajaan akan dilemparkan ke dalam kegelapan, dimana akan ada tangisan dan kertak gigi. (Matius 8 :11,12) Yesus juga memberikan bukti yang jelas bahwa Dia seperti kebanyakan guru-guru agama atau sama seperti manusia biasa dalam hal ini. Pikiran-pikiranNya jelas tidak sama dengan orang-orang pada masaNya. Kenyataannya, mereka justru kebalikannya.
Di sini Dia menolak pandangan yang menganggap bahwa menjadi bagian dari bangsa Yahudi merupakan satu syarat untuk diterima oleh Allah.
Kristus menyampaikan jawabanNya pada perwira ini dengan tanpa pergi ke rumahnya, dan berkata, “Pulanglah dan jadilah kepadamu seperti yang engkau percaya.“ (Matius 8 :13) Hamba itu disembuhkan pada saat itu juga. Ketika para utusan itu kembali ke rumah, mereka mendapatkan bahwa hamba itu sudah sembuh. Yesus bersukacita menyaksikan di dalam perwira itu, buah pertama dari orang-orang kafir yang akan percaya. BangsaNya sendiri
sudah menolak Dia. Mereka melakukan penolakan ini tidak saja selama awal kehidupanNya di Palestina, tetapi mereka terus menerus melakukan hal itu sampai pada saat kita sekarang ini.
Para pembaca yang kekasih,
Apakah anda merasa tidak berlayak untuk mendapatkan pengampunan Allah ? Berbahagialah anda, ini merupakan langkah awal untuk menerima pengampunan. Mintalah Allah untuk mengampuni Anda atas dasar apa yang Yesus sudah kerjakan bagi anda di kayu Salib. Mintalah Dia untuk menjadikan anda orang percaya di dalam sepenuh otoritas Kristus.
"Kemudian Yesus pergi ke suatu kota yang bernama Nain. Murid-muridNya pergi bersama-sama dengan Dia, dan juga orang banyak menyertaiNya
berbondong-bondong. Setelah Ia dekat pintu gerbang kota, ada orang mati diusung keluar, anak laki-laki, anak tunggal ibunya yang sudah janda, dan banyak orang dari kota itu menyertai janda, dan ketika Tuhan melihat janda itu, tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan, lalu Ia berkata kepadanya: “Jangan menangis“, sambil menghampiri usungan itu Ia menyentuhnya, dan sedang para pengusung berhenti, Ia berkata: “Hai, anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah“ maka bangunlah orang itu dan
duduk dan mulai berkata-kata, dan Yesus menyerahkannya kepada ibunya. Semua orang itu ketakutan dan mereka memuliakan Allah, sambil berkata: “seorang nabi besar telah muncul di tengah-tengah kita,“ dan “ Allah telah melawat umatNya.“ Maka tersiarlah kabar tentang Yesus di seluruh daerah sekitarnya (Lukas 7:11-17).
Yesus mengadakan perjalanan dari Nazaret ke kota Nain. Sehari perjalanan jauhnya dengan berjalan kaki. Tuhan dari kehidupan dan orang banyak yang ada di belakangNya bertemu dengan iring-iringan lainnya yang sedang membawa mayat dalam usungan, dipimpin oleh malaikat kematian. Anak muda yang mati itu merupakan satu-satunya anak laki-laki dari ibunya yang adalah seorang janda. Kesedihan dari ibu ini sangat besar dan ikut merasakan kesedihannya, orang-orang yang ada di kota bersama-sama dengan ibu untuk menguburkan anak laki-laki satu-satunya. Tetapi tiba-tiba saja, mereka bertemu Kristus, yang adalah Kebangkitan dan Kehidupan yang dariNya tidak hanya kematian, tetapi rajamautpun harus lari.
Kita dapat menggambarkan Setan sedang duduk di atas peti mati, tidak kelihatan dan bangga karena kemenangannya atas anak muda ini. Kita dapat membayangkan kemarahannya ketika melihat kumpulan orang banyak yang dipimpin oleh Kristus, musuhnya, yang sudah mengalahkan dia dalam setiap peperangan selama ini. Bukankah dia selalu menggertakkan giginya dengan kemarahan yang meluap-luap dimasa lalu, setiap kali Kristus mengusir
roh-roh jahat dari orang-orang yang mereka rasuki? Barangkali Setan menghibur diri dengan anggapan bahwa Kristus masih belum merenggut korban kematian darinya. Dia masih pemenang dalam hal ini dan masih belum ditantang.
Orang-orang Yahudi menganggap sebagai hal yang sangat penting dan merupakan kewajiban sakral untuk menghibur orang yang sedang berduka selama pemakaman, karena akan mendapatkan pahala Ilahi. Menurut kebiasaan pada waktu itu, Yesus dan
pengikut-pengikutNya seharusnya menepi dan membiarkan iring-iringan itu lewat; mereka juga diharapkan untuk bergabung. Di Galilea, para wanita kadang-kadang berjalan di depan peti mati, menunjukkan kepercayaan mereka akan Dosa dan kematian yang masuk melalui seorang wanita. Tetapi Kristus menghadang iring-iringan tersebut dan menghetikannya.
Tangisan biasanya semakin menjadi-jadi pada saat orang lain bergabung dalam kelompok seperti ini; jadi ketika dua iring-iringan ini bertemu, semakin bertambahlah kesedihan dan tangisanpun semakin keras. Pada waktu Yesus melihat janda yang sangat sedih ini, Dia tergerak oleh belas kasihan dan berkata kepadanya, “Jangan menangis.“ Dia tidak mengatakan ini karena menangis itu salah, karena air mata merupakan pemberian dari Allah. Tangisan bisa menjadi suatu berkat, karena bisa menjadikan saluran dari derita akibat kesedihan. Betapa indahnya airmata yang dicurahkan karena kasih terhadap orang lain, dan betapa ajaibnya tetesan air mata yang ditumpahkan, sebagai akibat dari kesalahan dan
dosa-dosa seseorang. Kita seharusnya menangis untuk seseorang yang tidak dapat menangis, pada saat dia seharusnya menangis karena keadaan yang dihadapi. Yesus memberitahu kepada janda itu berhenti menangis, dan Dia memberikan alasan yang baik untuk mendengar kata-kataNya. Dia melangkah maju dan menjamah peti mati, dan para pengusungpun menurunkannya. Perhatian Kristus membuat mereka semua sangat terharu, baik tua dan muda, dan mereka menghentikan langkah mereka dan menantikan perintahNya.
Sangkakala sudah mengumumkan kematian dari anak muda di Nain ini. Tetapi sekarang, setiap orang yang ada di jalan akan mendengar suara yang menyampaikan kenyataan yang mengherankan dan tidak dapat dibantah lagi dihadapan orang-orang Yahudi di Yerusalem: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya akan hidup.“ (Yohanes 5:25). Kristus akan membuktikan kata-kataNya dengan melalui tindakan mujizat. Dia memanggil orang yang mati itu, dan berkata kepadamu, bangkitlah!“suara ini terdengar pada mereka seperti halilintar“ Memang benar bahwa orang-orang yang berkumpul pernah mendengar tentang Guru Agung ini yang mengusir roh-roh jahat, memerintahkan
sakit-penyakit untuk pergi, dan menghardik angin ribut, tapi mereka tidak pernah
memikirkan bahwa suara yang sama memerintahkan nyawa untuk kembali sesudah kematian. Memulihkan kembali nyawa kepada tubuhnya akan berarti bahwa kehidupan yang sudah meninggalkan mayat akan kembali. Ya, mereka membaca di dalam Taurat tentang nabi-nabi besar yang sudah membangkitkan orang mati, sesudah banyak bergumul dengan Allah di
dalam doa. Orang-orang ini sudah memakai cara-cara yang sangat sulit, yang menunjukkan bahwa mujizat seperti itu bukanlah hal yang remeh. Mereka juga melakukan hal itu secara tersembunyi, sepertinya mereka takut gagal. Lebih dari itu, sembilan ratus tahun sudah lewat sejak kebangkitan terjadi, pada masa nabi Elia (I Raja-raja 17:17-24). Kumpulan orang banyak itu tidak pernah memimpikan bahwa hal ini akan dapat terjadi lagi, tepat di depan mereka. Tetapi di sini ada seseorang yang menghadapi kematian dengan otoritas. Dia tidak memohon dengan merendahkan diri seperti nabi-nabi. Sungguh kuasa yang sangat besar.
Kita dapat menilai keberhasilan dari mujizat Kristus melalui akibat-akibatnya. Anak muda itu langsung duduk dan mulai berbicara. Betapa terkejutnya dia ketika mebuka matanya dan melihat bahwa dia sedang dibawa dalam peti mati, dikelilingi oleh orang-orang yang berduka cita. Dia melihat betapa besar kesedihan ibunya dan mendengar ratapan dari orang banyak. Dia bahkan lebih terkejut lagi ketika dia melihat ada orang yang belum pernah dikenalnya berdiri di dekatnya dan menyentuh peti mati. Dalam wajah orang ini dia melihat kesucian, kemurnian sorgawi, dan perhatian, kebaikan serta kasih sayang yang mengalir ke luar bagaikan sebuah sungai.
Seperti apakah ekspresi wajah Yesus ketika anak laki-laki janda Nain ini menatap Dia? Penulis-penulis kuno mencoba untuk mengatakan pada kita sesuatu mengenai penampilan Yesus yang kelihatan, tetapi kita tidak dapat memastikan gambaran-gambaran ini. Adakah Dia memiliki keindahan secara tubuh? Dalam nubuatan mengenai Dia, kita membawa beberapa ayat yang mengatakan bahwa air muka Yesus tidak menampakkan keindahan. Yesaya mengatakan: “…Ia sangat dihina sehingga orang menutup mukanya terhadap Dia dan bagi kitapun Dia tidak masuk hitungan“ (Yesaya 53:2). Di bagian lain kita membaca
ayat-ayat yang menggambarkan keindahanNya. Pemazmur berkata: “Engkau yang terelok di antara anak-anak manusia, kemurahan tercurah pada bibirmu, sebab itu Allah telah memberkati Engkau untuk selama-lamanya“ (Mazmur 45:2). Dalam Kidung Agung ada tertulis “Putih bersih dan merah cerah kekasihku, menyolok mata di antara selaksa orang…segala sesuatu pada Nya menarik“ (Kidung Agung 5:10,16).
Kita lebih senang untuk melihat bahwa Kristus memiliki daya tarik fisik yang kuat. Allah adalah indah dan menyukai keindahan. Ini harmonis dengan apa yang dikatakan Pemazmur: “Satu hal telah kuminta kepada TUHAN, itulah yang kuingini: diam di rumah TUHAN seumur hidupku, menyaksikan kemurahan TUHAN dan menikmati baitNya“ (Mazmur
27:4). Tidak diragukan lagi bahwa apapun yang Allah ciptakan segala sesuatunya adalah indah. Apapun yang tidak menarik adalah Dosa atau akibat dari Dosa. Memperhatikan penampilan seseorang adalah penting, dan semua yang berusaha untuk menjaga dan menampilkan keindahan melalui kehidupan dan perbuatan mereka yang memberikan pelayanan yang baik terhadap sesamanya akan selalu diingat dan dikagumi.
Beberapa dari masyarakat kuno khususnya Gerika, sangat ekstrim sekali dalam hal mengutamakan keindahan lahir sehingga mereka menjadikannya sebagai yang mereka
sembah. Ini sama halnya dengan semua agama palsu lainnya, membawa kepada kehancuran. Tetapi kepedulian mereka terhadap keindahan menolong untuk meningkatkan kebudayaan mereka, dan mengabadikan kemahsyuran mereka di antara bangsa-bangsa.
Yesus sepertinya memiliki bentuk dan raut wajah yang menarik karena Dia adalah
satu-satunya yang dikandung oleh Roh Kudus dalam seorang perawan. Allah memilih Maria dari antara ribuan perawan di Israel untuk tubuh di dalam mana seluruh kepenuhan Allah akan berdiam. Pandangan kita mengenai Kristus sebagai yang menarik diperkuat oleh pengetahuan bahwa keindahan batin direfleksikan secara lahir. Yesus, sebagai manusia yang tanpa dosa, tentunya memiliki keindahan dan kharisma pribadi yang sangat agung yang mempengaruhi banyak orang dalam pengertian positif—bahkan atas musuh-musuhNya.
Kristus tidak menyingkirkan kematian dari dunia. Hukuman Ilahi ini tidak dapat dihilangkan, kendatipun sesekali ditahan. Yesus tidak ingin untuk menarik perhatian orang banyak dengan mujizat besarnya ketika Dia membangkitkan anak muda yang mati ini; maksud tujuannya murni karena tergerak oleh belas kasihan terhadap janda tersebut. Setan senang sekali
melihat umat manusia menjadi sasaran dari kematian dan dalam hal menyingkirkan belas kasihan dan sayang dari dalam hati orang-orang. Simpati Kristus terhadap janda itu merupakan salah satu cara untuk mengalahkan perbuatan-perbuatan iblis. Segera sesudah anak muda itu kembali memiliki kehidupan, Yesus mengembalikannya kepada ibunya, sepertinya memberitahu kepadanya, “Kamu mengerti sekarang, mengapa Aku memintamu untuk berhenti menangis.“ Kebaikan dan belas kasihan dipersatukan dalam hati setiap pengikut Kristus. Ini merupakan ketaatan pada perintah yang mengatakan, “Bersukacitalah dengan orang-orang yang bersuka cita, dan menangislah dengan orang-orang yang menangis“ (Roma 12:15).
Jelas sekali, bahwa janda Nain dan anak laki-lakinya percaya di dalam Kristus Juruselamat. Kita bisa menggambarkan mereka sebagai dua orang pengikut Yesus yang setia. Benih iman sudah ditanam di Nain—kota kecil itu dijadikan terkenal oleh Yesus. Mujizat besar ini menyebabkan kemahsyuran Yesus tersebar di seluruh kawasan itu. Akibatnya mereka semua dipenuhi dengan kekaguman dan memuliakan Allah. Seorang nabi besar sudah datang melawat mereka.
Jika anda sudah mempelajari buku ini, maka anda akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan mudah.
1. Apa makna penting dari penerimaan Kristus terhadap penyembahan orang yang menderita kusta?
2. Mengapa Yesus menjamah penderita kusta?
3. Mengapa Petrus meminta kepada Yesus untuk meninggalkan dia?
4. Apakah pekerjaan baru yang Yesus berikan kepada petrus?
5. Sebutkan tiga cara yang melaluinya empat orang menolong kawan mereka yang menderita lumpuh?
6. Yesus mengampuni dosa dosa dari orang yang sakit lumpuh. Apakah arti pengampunan ini?
7. Sebutkan tiga pelajaran yang sudah anda pelajari dari panggilan Yesus terhadap Matius pemungut cukai?
8. Apakah penghormatan yang Yesus berikan kepada Matius sesudah pertobatannya?
9. Apa sajakah lima kesaksian Yesus sebagai Anak Allah?
10. Apakah arti dari kata "Berbahagialah"?
11. Apa yang anda pelajari dari mujizat membangkitkan anak laki laki seorang janda di
Nain?
12. Mengapa kita tidak memerlukan perantara lain pada waktu kita datang kepada Yesus?