Pertanyaan-Pertanyaan Alkitab Lain-lainnya

Siapakah ke duabelas (12) murid/rasul Yesus Kristus?

Pertanyaan: Siapakah ke duabelas (12) murid/rasul Yesus Kristus?

Kata "murid" menunjuk pada "orang yang belajar" atau "pengikut." Kata "rasul" menunjuk pada "orang yang diutus." Ketika Yesus ada dalam dunia, kedua belas murid disebut murid-murid. Kedua belas murid mengikuti Yesus Kristus, belajar dari Dia dan dilatih olehNya. Setelah kebangkitan dan kenaikan Yesus, Yesus mengutus para murid (Matius 28:18-20; Kisah Rasul 1:8) untuk menjadi saksi-saksiNya. Mereka kemudian disebut sebagai kedua belas rasul. Sekalipun demikian, ketika Yesus masih hidup dalam dunia, istilah murid dan rasul digunakan secara bergantian.

Kedua belas murid/rasul yang mula-mula dicatat dalam Matius 10:2-4, "Inilah nama kedua belas rasul itu: Pertama Simon yang disebut Petrus dan Andreas saudaranya, dan Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, Filipus dan Bartolomeus, Tomas dan Matius pemungut cukai, Yakobus anak Alfeus, dan Tadeus, Simon orang Zelot dan Yudas Iskariot yang mengkhianati Dia." Alkitab juga mencatat kedua belas murid/rasul dalam Markus 3:16-19 dan Lukas 6:13-16. Membandingkan ke tiga bagian Alkitab ini kita menemukan beberapa perbedaan kecil dalam nama. Nampaknya Tadeus juga dikenal sebagai "Yudas, anak Yakobus" (Lukas 6:16) dan Lebbaeus (Matius 10:3). Simon orang Zelot juga dikenal sebagai Simon orang Kanaan (Markus 3:18). Yudas Iskariot yang mengkhianati Yesus kemudian digantikan sebagai salah satu dari kedua belas rasul oleh Matias (lihat Kisah 1:20-26). Beberapa pengajar Alkitab memandang Matias sebagai anggota "tidak resmi" dari kedua belas rasul dan percaya bahwa Rasul Paulus adalah pilihan Allah untuk menggantikan Yudas Iskariot sebagai rasul kedua belas.

Kedua belas murid/rasul adalah orang-orang biasa yang dipakai Allah dengan cara yang luar biasa. Sebagian mereka terdiri dari nelayan, pemungut cukai dan revolusioner. Kitab-kitab Injil mencatat bagaimana kedua belas orang ini jatuh, bergumul dan keragu-raguan mereka saat mereka mengikuti Yesus. Setelah menyaksikan kebangkitan dan kenaikan Yesus ke surga, Roh Kudus mengubah kedua belas murid/rasul ini menjadi pengikut-pengikut Allah yang berkuasa yang "mengacaukan seluruh dunia" (Kisah Rasul 17:6). Apa yang berubah? Kedua belas rasul/murid adalah "pengikut-pengikut Yesus" (Kisah 4:13). Kiranya kita juga disebut demikian!

Bagaimana pandangan Kristen mengenai paranormal?

Pertanyaan: Bagaimana pandangan Kristen mengenai paranormal?

Alkitab dengan keras mencela praktek kebatinan, dukun, okultisme, paranormal, dll (Imamat 20:27; Ulangan 18:10-13). Horoskop, kartu tarot, astrologi, peramal nasib, membaca garis tangan, berhubungan dengan roh orang mati, dll. juga termasuk dalam kategori ini. Praktek-praktek ini adalah berdasarkan konsep bahwa ada dewa-dewi, roh atau orang-orang yang telah meninggal yang dapat memberi nasehat dan tuntunan. "Dewa-dewi" atau "roh-roh" ini adalah iblis (2 Korintus 11:14-15). Alkitab tidak memberi kita alasan untuk percaya bahwa orang-orang yang dikasihi yang telah meninggal dunia bisa, atau mau, berhubungan dengan kita. Jika mereka adalah orang-orang percaya, mereka sudah ada di Surga, menikmati tempat yang paling indah yang dapat dibayangkan " dalam persekutuan dengan Allah yang pengasih. Jika mereka bukan orang percaya, mereka ada dalam neraka, menderita siksa yang tanpa habisnya karena menolak kasih Allah dan memberontak melawan Allah.

Jadi jikalau orang-orang yang kita kasihi tidak dapat menghubungi kita, bagaimana para dukun, peramal, paranormal, dll dapat memperoleh informasi yang akurat? Ada banyak yang sudah dibeberkan tentang paranormal. Telah dibeberkan bagaimana paranormal dapat memperoleh informasi yang banyak mengenai seseorang melalui cara-cara yang biasa. Kadang kala hanya melalui nomor telepon yang dilihat dari Caller ID dan kemudian dicari di Internet, seorang paranormal dapat memperoleh nama, alamat, tanggal lahir, tanggal pernikahan, anggota-anggota keluarga, dll. Namun demikian, tidak dapat disangkal bahwa paranormal kadang-kadang mengetahui hal-hal yang seharusnya tidak mungkin mereka ketahui. Dari mana mereka mendapat informasi ini? Jawabannya: Setan dan pengikut-pengikutnya. 2 Korintus 11:14-15 memberitahu kita, " Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang. Jadi bukanlah suatu hal yang ganjil, jika pelayan-pelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran. Kesudahan mereka akan setimpal dengan perbuatan mereka."

Setan berpura-pura baik dan suka menolong. Dia berusaha untuk kelihatan sebagai sesuatu yang baik. Setan dan pengikut-pengikutnya dapat memberi paranormal informasi mengenai seseorang untuk supaya orang tsb kecantol pada spiritisme " sesuatu yang dilarang Allah. Pada awalnya hal itu kelihatan tidak ada apa-apanya, namun orang itu kemudian akan kecanduan pada paranormal " mengijinkan Iblis mengontrol dan merusak kehidupan mereka. 1 Petrus 5:8 menyatakan, "Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." Pada umumnya, paranormal itu sendiri ditipu, tidak tahu sumber sebenarnya dari informasi yang mereka peroleh. Apapun kasusnya, dan dari manapun sumber informasinya, tidak ada sesuatupun yang berhubungan dengan spiritisme, sihir, astrologi, dll yang adalah merupakan cara Tuhan untuk kita mendapatkan informasi. Bagaimana Tuhan mau kita mengetahui kehendakNya bagi hidup kita? Gampang: (1) Pelajari Alkitab (2 Timotius 3:16-17), (2) Berdoa untuk hikmat (Yakobus 1:5).

Apakah Allah masih memberi penglihatan pada zaman sekarang?

Pertanyaan: Apakah Allah masih memberi penglihatan pada zaman sekarang?

Dapatkah Allah memberi penglihatan pada orang-orang pada zaman sekarang? Ya! Apakah Allah memberi penglihatan pada orang-orang pada zaman sekarang? Mungkin. Patutkah kita mengharapkan penglihatan sebagai sesuatu yang lumrah? Tidak! Sebagaimana dicatat dalam Alkitab, Allah telah berkali-kali berbicara kepada orang-orang dengan perantaraan penglihatan. Contoh-contohnya meliputi Yusuf anak Yakub, Yusuf suami Maria, Salomo, Yesaya, Yehezkiel, Daniel, Petrus, Paulus dan banyak lagi yang lainnya. Nabi Yoel menubuatkan dicurahkannya penglihatan dan hal ini dikonfirmasikan oleh Rasul Petrus dalam Kisah pasal 2. Catatan: perbedaan antara penglihatan dan mimpi adalah bahwa penglihatan diberikan ketika orang "bangun/sadar" sementara mimpi diberikan ketika orang "tertidur."

Di banyak bagian dunia Allah nampaknya menggunakan penglihatan secara ekstensif. Di daerah-daerah di mana tidak banyak berita Injil yang tersedia, Allah membawa beritaNya kepada umatNya secara langsung. Hal ini konsisten dengan contoh Alkitab bahwa penglihatan sering dipergunakan Allah untuk mengungkapkan kebenaranNya pada hari-hari awal dari keKristenan (lihat kitab Kisah Rasul). Jika Alllah ingin mengkomunikasikan beritaNya secara pribadi, Dia dapat saja menggunakan cara apapun yang Dia pandang perlu " misionari, malaikat, penglihatan, mimpi, dll. Tentunya Allah juga mampu memberikan penglihatan di tempat-tempat di mana berita Injil telah tersedia. Tidak ada batas untuk apa yang dapat dilakukan Allah.

Pada saat yang sama, kita mesti berhati-hati sekali ketika berbicara mengenai penglihatan dan penafsiran dari penglihatan. Kita mesti ingat bahwa Alkitab telah lengkap dan memberitahukan segala yang kita perlu tahu. Kebenaran utama adalah bahwa jika Allah memberi penglihatan, hal itu akan persis sesuai dengan apa yang telah diungkapkanNya dalam Alkitab. Penglihatan tidak pernah boleh mendapat otoritas yang sama atau lebih tinggi dari Firman Allah. Firman Allah adalah otoritas tertinggi dari iman dan cara hidup orang Kristen. Jika Anda percaya bahwa Anda mendapat penglihatan dan merasa bahwa barangkali Allah memberikan itu kepada Anda, telitilah Firman Tuhan dengan sikap berdoa dan pastikan bahwa penglihatan Anda sesuai dengan Alkitab. Jika begitu, dengan berdoa pertimbangkan apa yang Allah mau Anda lakukan sebagai respon terhadap penglihatan itu (Yakobus 1:5). Allah tidak akan memberi penglihatan kepada seseorang dan membiarkan makna dari penglihatan itu tersembunyi. Dalam Alkitab, ketika seseorang menanyakan makna dari penglihatan kepada Allah, Allah memastikan bahwa maknanya dijelaskan kepada orang itu (lihat Daniel 8:15-17).

Apakah Sepuluh Hukum itu?

Pertanyaan: Apakah Sepuluh Hukum itu?

Sepuluh Hukum adalah kesepuluh hukum di dalam Alkitab yang diberikan Allah kepada bangsa Israel tidak lama setelah keluar dari Mesir. Sepuluh Hukum pada dasarnya adalah ringkasan dari lebih dari 600 perintah yang terkandung dalam hukum Perjanjian Lama. Ke empat hukum pertama berhubungan dengan relasi kita dengan Allah. Ke enam hukum di bagian ke dua berhubungan dengan relasi kita satu dengan yang lain. Ke sepuluh Hukum dicatat dalam Alkitab dalam Keluaran 20:1-17 dan Ulangan 5:6-21 adalah sbb:

(1) "Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku" Perintah ini melarang penyembahan allah manapun selain satu-satunya Allah yang sejati. Semua allah lain adalah allah-allah palsu.

(2) "Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku." Perintah ini melarang membuat patung sebagai representasi Allah. Tidak ada gambaran apapun yang dapat kita ciptakan yang dapat secara akurat menggambarkan Allah. Membuat patung yang mewakili Allah adalah menyembah kepada allah palsu.

(3) "Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan." Ini adalah perintah yang melarang penggunaan nama Tuhan secara sia-sia. Kita tidak boleh menggunakan nama Allah dengan seenaknya. Kita perlu menunjukkan rasa hormat kepada Allah dengan hanya menyebut Dia dengan sikap yang penuh hormat.

(4) "Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya." Ini adalah perintah untuk menguduskan hari Sabat (hari Sabtu, hari terakhir dalam seminggu) sebagai hari peristirahatan yang didedikasikan untuk Tuhan.

(5) "Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu." Ini adalah perintah untuk selalu memperlakukan orangtua dengan sikap hormat.

(6) "Jangan membunuh." Ini adalah perintah yang melarang pembunuhan yang terencana terhadap orang lain.

(7) " Jangan berzinah." Ini adalah perintah yang melarang hubungan seksual dengan siapapun selain dengan pasangan sendiri.

(8) "Jangan mencuri." Ini adalah perintah yang melarang mengambil apapun yang bukan kepunyaan kita tanpa permisi dari orang yang punya.

(9) " Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu." Ini adalah perintah yang melarang memberi kesaksian palsu tentang orang lain. Pada dasarnya ini adalah larangan untuk berbohong.

(10) "Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu." Ini adalah perintah yang melarang kita menginginkan apa yang bukan menjadi milik kita. Ketamakan dapat mengakibatkan apa yang dilarang di atas: membunuh, berzinah, dan mencuri. Kalau salah untuk melakukannya, salah juga untuk menginginkannya.

Apakah Alkitab mendukung perbudakan?

Pertanyaan: Apakah Alkitab mendukung perbudakan?

Alkitab tidak secara khusus mengutuk praktek perbudakan. Alkitab memberi instruksi bagaimana perlakuan terhadap para budak (Ulangan 15:12-15; Efesus 6:9; Kolose 4:1), namun tidak membuat praktek perbudakan sama sekali ilegal. Banyak orang melihat hal ini sebagai indikasi bahwa Alkitab mendukung segala macam praktek perbudakan. Apa yang banyak orang tidak dapat pahami adalah perbudakan pada zaman Alkitab sama sekali berbeda dari perbudakan yang dipraktekkan beberapa abad yang lalu di banyak tempat di dunia. Perbudakan dalam Alkitab bukan berdasarkan ras. Orang tidak menjadi budak karena kebangsaan atau karena warna kulit mereka. Pada zaman Alkitab, perbudakan lebih merupakan status sosial. Orang menjual diri sebagai budak ketika mereka tidak dapat membayar hutang atau untuk menyediakan nafkah bagi keluarga mereka. Pada zaman Perjanjian Baru, kadang-kadang dokter, ahli hukum, bahkan politisi adalah budak dari seseorang. Beberapa orang sengaja memilih menjadi budak supaya kebutuhan mereka dipenuhi oleh tuan mereka.

Perbudakan pada beberapa abad lalu sering hanya berdasarkan warna kulit. Orang berkulit hitam dianggap budak karena kebangsaan mereka " banyak pemilik budak yang betul-betul percaya bahwa orang berkulit hitam adalah "manusia yang lebih rendah derajatnya" dibanding orang yang berkulit putih. Alkitab kebanyakan mengutuk perbudakan yang berdasarkan ras. Coba pikirkan perbudakan yang dialami oleh orang-orang Ibrani saat mereka berada di Mesir. Orang-orang Ibrani adalah budak, bukan karena pilihan mereka sendiri, namun karena mereka adalah orang-orang Ibrani (Keluaran 13:14). Tulah yang Allah curahkan ke atas Mesir memperlihatkan bagaimana perasaan Allah mengenai perbudakan berdasarkan ras (Keluaran 7-11). Jadi, ya, Alkitab mengutuk beberapa macam bentuk perbudakan. Pada saat yang sama, Alkitab kelihatannya mengijinkan beberapa bentuk lain dari perbudakan. Kuncinya adalah perbudakan yang diijinkan Alkitab sama sekali tidak sama dengan perbudakan secara rasial yang mewabah dalam masyarakat kita pada beberapa abad yang lalu.

Poin krusial lainnya adalah tujuan dari Alkitab adalah menunjukkan jalan keselamatan, bukan untuk mereformasi masyarakat. Alkitab sering mendekati isu-isu dari dalam keluar. Jika seseorang mengalami kasih, kemurahan dan anugrah Allah, menerima keselamatanNya " Allah akan mereformasi jiwanya, mengubah cara berpikir dan caranya bertindak. Seseorang yang telah mengalami anugrah keselamatan dari Allah dan bebas dari perbudakan dosa saat Allah mereformasi jiwanya, akan menyadari bahwa memperbudak orang lain adalah salah. Seseorang yang telah benar-benar mengalami anugrah Allah akan menunjukkan kemurahan hati pada orang-orang lain. Itulah resep Alkitab untuk mengakhiri perbudakan.

Apakah orang Kristen harus menaati hukum negara?

Pertanyaan: Apakah orang Kristen harus menaati hukum negara?

Roma 13:1-7 mengatakan, "Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah. Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman atas dirinya. Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu akan beroleh pujian dari padanya. Karena pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang. Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat. Sebab itu perlu kita menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh karena suara hati kita. Itulah juga sebabnya maka kamu membayar pajak. Karena mereka yang mengurus hal itu adalah pelayan-pelayan Allah. Bayarlah kepada semua orang apa yang harus kamu bayar: pajak kepada orang yang berhak menerima pajak, cukai kepada orang yang berhak menerima cukai; rasa takut kepada orang yang berhak menerima rasa takut dan hormat kepada orang yang berhak menerima hormat."

Bagian Alkitab ini sangat jelas. Kita perlu taat pada pemerintah yang Allah tetapkan atas kita. Allah menciptakan pemerintah untuk menjaga ketertiban, menghukum kejahatan dan menegakkan keadilan (Kejadian 9:6, 1 Korintus 14:33; Roma 12:8). Kita perlu taat kepada pemerintah dalam segala hal " membayar pajak, menaati peraturan dan hukum, menunjukkan hormat, dll. Jikalau tidak, pada dasarnya kita tidak menghormati Allah, karena Dialah yang menempatkan pemerintah di atas kita. Ketika Rasul Paulus menuliskan Roma 13:1-7, dia di bawah kuasa pemerintah Roma, dan di bawah pemerintahan Nero, yang barangkali adalah kaisar Roma yang paling jahat. Paulus masih mengakui kuasa pemerintah atas dia. Bagaimana kita bisa tidak melakukan hal yang sama?

Pertanyaan berikutnya adalah: "Apakah ada waktunya di mana kita tidak perlu taat kepada hukum negara? Jawaban dari pertanyaan ini dapat ditemukan dalam Kisah 5:27-29, "Mereka membawa keduanya dan menghadapkan mereka kepada Mahkamah Agama. Imam Besar mulai menanyai mereka, katanya: "Dengan keras kami melarang kamu mengajar dalam Nama itu. Namun ternyata, kamu telah memenuhi Yerusalem dengan ajaranmu dan kamu hendak menanggungkan darah Orang itu kepada kami." Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: "Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia." Dari sini kita dapat melihat dengan jelas bahwa sepanjang hukum negara tidak bertentangan dengan hukum Allah, kita wajib menaatinya. Begitu hukum negara bertentangan dengan perintah Allah, kita harus menolak hukum negara dan menaati hukum Allah. Namun demikian dalam keadaan seperti itupun kita tetap diminta mengakui kuasa pemerintah atas kita. Hal ini dinyatakan oleh Petrus dan Yohanes tidak protes ketika mereka disesah, bahkan bersukacita karena mereka menderita karena taat kepada Allah (Kisah 5:40-42).

Apakah binatang peliharaan / hewan masuk surga? Apakah binatang memiliki jiwa?

Pertanyaan: Apakah binatang peliharaan / hewan masuk surga? Apakah binatang memiliki jiwa?

Alkitab tidak memberi pengajaran jelas apakah binatang peliharaan/hewan memiliki "jiwa" atau akan masuk surga atau tidak. Namun demikian kita dapat mempergunakan prinsip-prinsip umum dari Alkitab untuk memberi pencerahan pada topik ini. Allah menghembuskan nafas hidup ke dalam diri manusia (Kejadian 2:7), dan hewan-hewan (Kejadian 1:30; 6:17; 7:15, 22). Perbedaan utama antara manusia dan hewan adalah bahwa manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kejadian 1:26-27). Hewan tidak diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Diciptakan mennurut gambar dan rupa Allah berarti bahwa manusia memiliki keserupaan dengan Allah, mampu memahami hal-hal rohani, memiliki akal budi, perasaan dan kehendak, dan memiliki bagian dari keberadaannya yang akan terus berlanjut setelah kematian. Jikalau binatang peliharaan/hewan betul-betul memiliki "jiwa"atau bagian non-materi, maka itu berbeda dari apa yang dimiliki oleh manusia dan memiliki "kualitas" yang lebih rendah. Perbedaan ini berarti kemungkinan "jiwa" binatang peliharaan/hewan tidak berlanjut setelah kematian.

Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam pertanyaan ini adalah bahwa Allah menciptakan hewan sebagai bagian dari proses penciptaan dalam Kejadian. Allah menciptakan hewan dan berkata bahwa itu baik (Kejadian 1:25). Karena itu tidak ada alasan mengapa nanti dalam bumi yang baru tidak akan ada binatang (Wahyu 21:1). Jelas sekali bahwa dalam kerajaan seribu tahun akan ada hewan (Yesaya 11:6; 65:25). Tidak mungkin bagi kita untuk mengatakan apakah beberapa dari hewan-hewan ini adalah binatang-binatang peliharaan yang kita miliki dalam dunia ini. Yang kita tahu adalah bahwa Allah itu adil dan bahwa ketika kita di surga kita akan sependapat dengan Dia dalam hal ini, apapun keputusan Tuhan.

Mengapa orang-orang Yahudi dan Arab/Muslim saling membenci?

Pertanyaan: Mengapa orang-orang Yahudi dan Arab/Muslim saling membenci?

Pertama-tama, penting untuk dipahami bahwa bukan semua orang Arab adalah Muslim, dan bukan semua Muslim adalah orang Arab. Sementara mayoritas dari orang-orang Arab adalah Muslim, ada banyak orang Arab yang bukan Muslim. Selanjutnya, ada jauh lebih banyak orang-orang bukan Arab yang Muslim (di tempat-tempat seperti Indonesia dan Malaysia) dibanding dengan orang Arab yang Muslim. Kedua, adalah penting untuk mengingat bahwa tidak semua orang Arab membenci orang Yahudi, tidak semua kaum Muslim membenci orang-orang Yahudi, dan tidak semua orang Yahudi membenci orang Arab dan Muslim. Kita mesti berhati-hati dan menghindari menyamaratakan semua orang. Namun demikian, setelah mengatakan semua itu, secara umum orang-orang Arab dan Muslim tidak suka dan tidak percaya pada orang-orang Yahudi dan demikian pula sebaliknya.

Kalau ada penjelasan Alkitab secara eksplisit mengenai permusuhan ini, maka hal ini dapat ditelusuri sampai kepada Abraham. Orang-orang Yahudi adalah keturunan dari Ishak, anak Abraham. Orang-orang Arab adalah keturunan Ismael, anak Abraham. Karena Ismael adalah adalah dari hamba perempuan (Kejadian 16:1-16) dan Ishak adalah anak perjanjian yang akan mewarisi janji-janji kepada Abraham (Kejadian 21:1-3) jelaslah akan ada permusuhan antara kedua anak tsb. Sebagai akibat dari Ismael mengejek Ishak (Kejadian 21:9), Sarah membujuk Abraham untuk mengusir Hagar dan Ismael (Kejadian 21:11-210. Kemungkinan hal ini mengakibatkan Ismael makin membenci Ishak dalam hatinya. Seorang malaikat bahkan bernubuat kepada Hagar bahwa Ismael akan "menentang semua saudaranya" (Kejadian 16:11-12).

Agama Islam yang dipeluk oleh mayoritas orang Arab telah membuat permusuhan ini makin dalam. Qur"an mengandung instruksi yang bertentangan tentang orang-orang Yahudi. Di satu pihak kaum Muslim diminta memperlakukan orang-orang Yahudi sebagai saudara, dan di sisi lain memerintahkan kaum Muslim untuk menyerang orang-orang Yahudi yang menolak untuk pindah ke agama Islam. Qur"an juga memperkenalkan konflik mengenai siapa sebenarnya anak perjanjian. Alkitab Ibrani mengatakan bahwa itu adalah Ishak. Qur"ran mengatakan Ismael. Qur"ran mengatakan bahwa Ismaellah yang hampir dipersembahkan kepada Tuhan, bukan Ishak (bertentangan dengan Kejadian 22). Perdebatan mengenai siapa sebenarnya anak perjanjian menjadi salah satu kontribusi pada kekerasan pada zaman ini.

Namun akar kepahitan antara Ishak dan Ismael dari zaman dulu ini tidak menjelaskan semua kebencian antara orang-orang Yahudi dan Arab pada zaman ini. Kenyataannya, untuk ribuan tahun dari sejarah Timur Tengah, orang-orang Yahudi dan Arab hidup bersama dalam kedamaian dan ketidakpedulian terhadap satu dengan yang lain. Penyebab utama dari kebencian ini berasal dari zaman modern. Setelah Perang Dunia II, ketika Perserikatan Bangsa-Bangsa memberi sebagian dari tanah Israel kepada orang-orang Yahudi, tanah tsb pada waktu itu umumnya didiami oleh orang-orang Arab (orang Palestina). Kebanyakan orang Arab protes keras terhadap didudukinya tanah itu oleh orang-orang Israel. Bangsa Arab bersatu dan menyerang Israel sebagai usaha untuk menghapuskan mereka dari tanah itu, namun mereka kalah telak oleh Israel. Sejak saat itu ada permusuhan besar antara Israel dan bangsa-bangsa Arab tetangganya. Jikalau Anda melihat di peta, Israel memiliki sepotong kecil wilayah yang dikelilingi oleh bangsa-bangsa Arab yang jauh lebih besar, yaitu Yordania, Siria, Arab Saudi, Irak dan Mesir. Adalah pandangan kami bahwa, berdasarkan Alkitab, Israel berhak untuk berada sebagai bangsa dengan tanah mereka sendiri " bahwa Allah memberi tanah Israel pada keturunan Yakub, cucu dari Abraham. Pada saat yang sama, kami percaya dengan teguh bahwa Israel harus berusaha berdamai dan menunjukkan hormat pada tetangga-tetangga Arab mereka. Mazmur 122:6 mengatakan, "Berdoalah untuk kesejahteraan Yerusalem: "Biarlah orang-orang yang mencintaimu mendapat sentosa."

Mengapa Allah memilih Israel menjadi umat pilihanNya?

Pertanyaan: Mengapa Allah memilih Israel menjadi umat pilihanNya?

Berbicara mengenai bangsa Israel, Ulangan 7:7-9 memberitahu kita, " Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa manapun juga, maka hati TUHAN terpikat olehmu dan memilih kamu"bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa? " tetapi karena TUHAN mengasihi kamu dan memegang sumpah-Nya yang telah diikrarkan-Nya kepada nenek moyangmu, maka TUHAN telah membawa kamu keluar dengan tangan yang kuat dan menebus engkau dari rumah perbudakan, dari tangan Firaun, raja Mesir. Sebab itu haruslah kauketahui, bahwa TUHAN, Allahmu, Dialah Allah, Allah yang setia, yang memegang perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan berpegang pada perintah-Nya, sampai kepada beribu-ribu keturunan."

Allah memilih bangsa Israel untuk menjadi umat yang akan melahirkan Yesus Kristus " Penyelamat dari dosa dan kematian (Yohanes 3:16). Allah pertama-tama menjanjikan Mesias setelah Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa (Kejadian 3). Kemudian Allah menegaskan bahwa Mesias akan datang melalui jalur Abraham, Ishak dan Yakub (Kejadian 12:1-3) Yesus Kristus adalah penyebab utama mengapa Allah memilih Israel menjadi umat pilihanNya. Allah tidak harus memiliki "umat pilihan," namun Dia memutuskan untuk melakukannya dengan cara itu. Yesus harus datang melalui sebuah bangsa, dan Allah memilih Israel.

Namun demikian, alasan Allah memilih Israel bukan hanya untuk kedatangan Mesias semata-mata. Keinginan Allah bagi Israel adalah bahwa mereka akan pergi dan mengajar bangsa-bangsa lain mengenai Dia. Israel dipanggil menjadi bangsa imam, nabi dan misionari kepada dunia ini. Rencana Allah adalah bagi Israel menjadi bangsa yang berbeda, bangsa yang membawa orang kepada Allah dan janjiNya mengenai Penebus, Mesias dan Juruselamat. Secara umum, Israel gagal dalam tugas ini. Namun demikian, tujuan utama Allah bagi Israel, yaitu membawa Mesias dan Juruselamat, telah terpenuhi dengan sempurna " dalam diri Yesus Kristus.

Penafsiran mimpi Kristen? Apakah mimpi-mimpi kita berasal dari Allah?

Pertanyaan: Penafsiran mimpi Kristen? Apakah mimpi-mimpi kita berasal dari Allah?

GotQuestions.org bukanlah pelayanan penafsiran mimpi Kristen. Kami tidak menafsirkan mimpi. Kami percaya dengan teguh bahwa mimpi seseorang dan makna dari mimpi-mimpi tsb adalah urusan antara orang itu dengan Tuhan semata-mata. Apakah Allah masih berbicara melalui mimpi? Allah telah berbicara kepada banyak orang dalam Alkitab melalui mimpi. Contoh-contohnya antara lain adalah Yusuf, anak Yakub (Kejadian 37:5-10), Yusuf, suami Maria (Matius 2:12-22), Salomo (1 Raja-Raja 3:5-15), beberapa lainnya (Daniel 2:1; 7:1; Matius 27:19). Adapula nubuat dari Nabi Yoel (Yoel 2:28) yang dikutip oleh Rasul Paulus dalam Kisah 2:17 yang mencantumkan bahwa Allah menggunakan mimpi-mimpi. Jadi jawaban yang sederhana adalah ya, Allah dapat dan memang berbicara melalui mimpi.

Namun demikian, ada perbedaan dalam bagaimana kita menerapkan kebenaran ini pada zaman sekarang. Satu hal yang kita harus ingat adalah bahwa Alkitab telah sempurna, telah mencakupi segala yang perlu kita tahu dari sekarang sampai kekekalan. Hal ini bukan berarti Allah tidak melakukan mujizat atau berbicara melalui mimpi pada zaman sekarang. Perbedaannya adalah Allah telah mengungkapkan jalan yang Dia tentukan untuk berurusan dengan manusia dari sekarang sampai kepada kekekalan " dalam Alkitab. Apapun yang Allah katakan, baik mimpi, penglihatan, "suara yang lemah lembut", dll harus sama sekali sesuai dengan apa yang telah diungkapkanNya di dalam Alkitab. Mimpi tidak boleh ditempatkan pada posisi yang lebih berotoritas dibanding dengan Alkitab. Sekali lagi, JIKA Allah berbicara kepada seseorang dalam mimpi, beritaNya akan sesuai secara sempurna dengan Alkitab. Karena kepercayaan kami pada inspirasi, otoritas dan kesempurnaan Alkitab, kami rasa sangat tidak mungkin bahwa Allah berbicara melalui mimpi secara terus menerus pada zaman sekarang ini. Pada saat yang sama, berdasarkan Alkitab, kami tidak dapat sama sekali menyingkirkan kemungkinan itu.

Jikalau Anda bermimpi dan merasa bahwa mungkin Allah memberinya kepada Anda, teliti Alkitab dengan sikap doa dan pastikan bahwa mimpi Anda adalah sesuai dengan Alkitab. Jika demikian, dengan berdoa pertimbangkan apa yang Allah ingin Anda lakukan sebagai respon terhadap mimpi Anda (Yakobus 1:5). Dalam Alkitab, ketika seseorang mendapatkan mimpi dari Allah, Allah selalu membuat makna dari mimpi itu jelas, baik secara langsung kepada orang itu, melalui malaikat, atau melalui seorang utusan (Kejadian 40:5-11; Daniel 2:45; 4:19).Ketika Allah berbicara kepada kita, Dia akan memastikan bahwa beritaNya dimengerti dengan jelas.

Apakah Alkitab mencatat kematian dari para rasul? Bagaimana setiap rasul mati?

Pertanyaan: Apakah Alkitab mencatat kematian dari para rasul? Bagaimana setiap rasul mati?

Satu-satunya kematian rasul yang dicatat dalam Alkitab adalah kematian Yakobus (Kisah 12:2). Raja Herodes membunuh Yakobus "dengan pedang" " kemungkinan menunjuk pada pemenggalan. Bagaimana para rasul lain meninggal hanya dapat diketahui berdasarkan tradisi gereja karena itu kita tidak boleh terlalu berpegang pada cerita-cerita itu. Tradisi gereja yang paling umum diterima adalah mengenai kematian dari rasul Petrus yang disalibkan di Roma dengan terbalik di salib yang berbentuk X sebagai penggenapan dari nubuat Yesus (Yohanes 21:18). Berikut ini adalah "tradisi-tradisi" paling populer mengenai kematian dari rasul-rasul lainnya.

Matius mati martir di Etiopia, terbunuh karena luka pedang. Yohanes hampir mati martir ketika dia dimasukkan dalam bejana besar yang berisi minyak panas ketika terjadi gelombang penganiayaan di Roma. Namun secara mujizat dia selamat. Yohanes kemudian dibuang ke tambang di pulau penjara Patmos. Dia menulis kitab nubuat kitab Wahyu saat berada di Patmos. Rasul Yohanes kemudian dibebaskan dan kembali ke apa yang sekarang adalah Turki. Dia mati dalam usia lanjut, satu-satunya rasul yang mati dengan tenang.

Yakobus, saudara Yesus (bukan rasul secara resmi), pemimpin dari gereja di Yerusalem, dilemparkan dari ketinggian lebih dari seratus kaki dari menara bagian Tenggara Bait Allah ketika dia menolak untuk menyangkali imanNya pada Kristus. Ketika diketahui bahwa dia selamat, musuh-musuhnya memukuli dia dengan gada sampai mati. Ini adalah menara yang sama di mana Iblis membawa Yesus ketika Dia dicobai.

Bartolomeus, yang juga dikenal sebagai Natanael, adalah misionari ke Asia. Dia bersaksi di apa yang sekarang adalah Turki dan mati martir karena berkhotbah di Armenia ketika dia dicambuk sampai mati. Andreas disalibkan di salib berbentuk X di Yunani. Setelah dicambuk oleh tujuh tentara, mereka mengikat tubuhnya ke salib dengan tali untuk memperpanjang penderitaannya. Para pengikutnya melaporkan bahwa ketika dia dibawa ke salib, dia menghormati salib itu dengan kata-kata ini, "Sudah lama saya merindukan dan menantikan saat kegembiraan ini. Salib telah dikuduskan oleh tubuh Kristus yang tergantung di atasnya." Selama dua hari dia terus berkhotbah pada orang-orang yang menyiksa dia, sampai dia mati. Rasul Tomas ditikam dengan tombak di India dalam salah satu dari perjalanan misinya untuk mendirikan gereja di sana. Matias, rasul yang dipilih untuk menggantikan Yudas Iskariot sang pengkhianat, dirajam dan kemudian dipenggal. Rasul Paulus disiksa dan kemudian dipenggal di Roma pada tahun 67 oleh Kaisar Nero yang jahat. Ada pula tradisi-tradisi lain mengenai rasul-rasul yang lain, namun tidak ada yang mendapat dukungan yang dapat dipercaya baik secara historis maupun secara tradisi.

Bagaimana rasul-rasul lain meninggal tidaklah penting. Apa yang penting adalah fakta bahwa mereka semua rela untuk mati bagi iman mereka. Kalau Yesus tidak bangkit, para rasul pasti tahu. Tidak ada orang yang bersedia mati untuk apa yang dia tahu adalah kebohongan. Fakta bahwa para rasul bersedia untuk mati secara keji, menolak untuk menyangkali iman mereka dalam Kristus, adalah bukti yang luar biasa bahwa mereka benar-benar telah menyaksikan kebangkitan Yesus Kristus.

Apakah ada yang disebut makhluk angkasa luar atau UFO?

Pertanyaan: Apakah ada yang disebut makhluk angkasa luar atau UFO?

Dengan istilah "makhluk angkasa luar" mari kita mengasumsikan makhluk-makhluk yang memiliki kemampuan untuk memilih secara moral, memiliki intelek, emosi dan kemauan.

Pertama-tama, beberapa fakta ilmiah:

+ Manusia telah mengirimkan pesawat angkasa luar ke setiap planet dalam tata surya kita, kecuali Pluto. Setelah mengamati planet-planet ini kita telah menyingkirkan semua planet lain, kecuali Mars dan kemungkinan sebuah bulan dari Yupiter, sebagai tempat yang mampu mendukung kehidupan.

+ Pada tahun 1976 Amerika Serikat mengirim dua pesawat untuk mendarat di Mars. Setiap pesawat memiliki peralatan yang dapat menggali ke dalam tanah Mars dan menganalisanya untuk kemungkinan adanya unsur "kehidupan." Mereka sama sekali tidak menemukan apa-apa. Jikalau ada menggali padang gurun yang paling tandus di bumi, atau tanah yang paling beku di Antartika, dan menganalisanya, tanah itu akan penuh dengan mikro-organisme yang hidup! Pada tahun 1997 Amerika Serikat mengirimkan "Pathfinder" ke permukaan Mars. Kendaraan ini mengambil lebih banyak sampel dan melakukan lebih banyak percobaan. Sama sekali tidak ditemukan adanya tanda-tanda kehidupan. Sejak saat itu sudah ada beberapa misi tambahan yang dikirim ke Mars. Harapkan hasil yang serupa.

+ Para astronomer terus menerus menemukan "planet-planet" baru di tata surya-tata surya yang jauh. Beberapa orang mengajukan pendapat bahwa dengan adanya begitu banyak "planet" membuktikan bahwa pasti ada kehidupan di bagian lain dari alam semesta ini. Faktanya, tidak ada satupun dari "planet-planet" yang terbukti mendekati planet yang dapat mengdukung kehidupan. Jarak yang luar biasa besarnya antara bumi dan planet-planet ini tidak memungkinkan untuk menilai kemampuan mereka untuk mendukung kehidupan. Karena mengetahui bahwa dalam tata surya kita hanya bumi yang sanggup kehidupan, penganut evolusi sangat ingin menemukan planet lain di tata surya lain yang untuk membuktikan bahwa hidup juga berevolusi di tempat lain. Mungkin di tempat lain ada "planet-planet" namun kita tidak banyak tahu tentangnya untuk memastikan apakah mereka mampu untuk mendukung "kehidupan."

Jadi apa yang dikatakan Alkitab? Bumi, dan umat manusia, adalah ciptaan Allah yang unik. Kejadian 1 mengajarkan bahwa Allah menciptakan bumi bahkan sebelum Dia menciptakan matahari, bulan dan bintang-bintang.Kisah Rasul 17:24, 26 menjelaskan bahwa " Allah yang telah menjadikan bumi dan segala isinya, Ia, yang adalah Tuhan atas langit dan bumi, tidak diam dalam kuil-kuil buatan tangan manusia, " Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka."

Setelah diciptakan, manusia tidak berdosa dan segala sesuatu dalam dunia adalah "sangat baik" (Kejadian 1:31).Ketika manusia pertama berdosa (Kejadian 3) hal itu mengakibatkan jatuhnya umat manusia dan mengakibatkan segala macam masalah, penyakit dan kematian. Sekalipun binatang-binatang tidak berdosa secara pribadi di hadapan Allah (mereka bukanlah makhluk bermoral) binatang-binatang juga menderita dan mati (Roma 8:19-22).Yesus Kristus mati untuk menyingkirkan hukuman yang kita sepatutnya terima untuk dosa-dosa kita. Ketika Dia datang kembali, Dia akan memulihkan banyak aspek dari kutukan yang sudah ada sejak zaman Adam, dan pada akhirnya Dia akan menyingkirkan segala kutukan (Wahyu 21-22). Perhatikan bahwa Roma 8:19-22 mengatakan bahwa semua ciptaan merindukan hari itu! Penting pula untuk diperhatikan bahwa Kristus datang ke bumi ini untuk mati, dan Dia datang untuk mati bagi umat manusia, dan bahwa Dia mati hanya satu kali (Ibrani 7:27; 9:26-28; 10:10).

Meringkaskan semua kebenaran ini: Allah menciptakan bumi dan manusia secara unik. Semua ciptaan menderita sebagai akibat kejatuhan manusia. Kristus datang ke bumi untuk mempersembahkan diri sekali dan hanya sekali saja untuk membayar dosa-dosa kita. Bukan hanya orang-orang percaya yang akan dibebaskan, namun semua ciptaan juga akan dibebaskan.

Implikasinya: Jika semua makhluk menderita, berarti kehidupan apapun di luar bumi juga akan menderita. Kalau, misalnya, ada makhluk bermoral di planet lain, maka mereka juga akan menderita; dan jika bukan sekarang, namun suatu hari mereka pasti akan menderita ketika segala sesuatu berakhir dengan suara yang nyaring, dan semua unsur akan hangus karena panas yang tinggi (2 Petrus 3:10). Kalau mereka tidak pernah berdosa, maka tidak adil bagi Allah untuk menghakimi mereka; namun jika mereka berdosa, dan Kristus hanya bisa mati satu kali (dan Dia mati di bumi), maka mereka akan tinggal dalam dosa mereka, dan ini bertentangan dengan karakter Allah (2 Petrus 3:9). Hal ini mengakibatkan paradoks yang tidak dapat diselesaikan ". Kecuali tentunya kalau tidak ada makhluk bermoral lainnya di luar bumi.

Bagaimana dengan makhluk-makhluk hidup yang tanpa intelek di planet-planet lain? Apakah mungkin untuk alga, atau anjing dan kucing untuk ada di planet lain? Mungkin saja, dan hal ini tidak akan merusak ayat Alkitab apapun. Namun hal itu akan membuat masalah yang lebih besar ketika kita mencoba menjawab pertanyaan seperti, "Karena semua makhluk menderita, apa maksud Allah menciptakan penderitaan dari makhluk yang tidak berintelek di planet yang jauh?"

Kesimpulan: Alkitab tidak memberi dasar untuk percaya bahwa ada makhluk hidup lain dalam alam semesta ini. Kenyataannya, Alkitab memberi kita beberapa alasan kuat mengapa tidak mungkin ada makhluk di planet lain. Ya, ada banyak hal-hal yang aneh dan tidak dapat dijelaskan yang terjadi. Namun demikian, tidak ada alasan untuk menghubungkan fenomena ini dengan makhluk angkasa luar atau UFO. Kalau ada penjelasan yang mungkin untuk peristiwa-peristiwa ini, kemungkinan penjelasannya bersifat rohani, dan lebih spesifik, kemungkinan berasal dari Iblis.

Apakah ada yang disebut dengan kebenaran absolut/kebenaran universal?

Pertanyaan: Apakah ada yang disebut dengan kebenaran absolut/kebenaran universal?

Untuk dapat mengerti apakah ada yang dapat disebut sebagai kebenaran absolut/kebenaran universal, pertama-tama kita perlu mendefinisikan apakah kebenaran itu. Kebenaran didefinisikan dalam kamus sebagai "kesesuaian dengan fakta atau yang sebenarnya; pernyataan yang terbukti atau diterima sebagai benar; kenyataan atau keadaan yang sebenarnya." Saat sekarang ini sebagian orang mengatakan bahwa tidak ada realita yang sebenarnya, yang ada hanyalah persepsi dan opini. Di sisi lain, yang lain berargumentasi bahwa pasti ada realita yang absolut atau kebenaran absolut. Karena itu ketika mempertimbangkan pertanyaan apakah ada yang dapat disebut sebagai kebenaran absolut, kita menemukan dua pendapat yang bertolak belakang.

Pendapat yang satu mengatakan bahwa tidak ada apapun yang absolut yang mendefinisikan realita. Mereka yang berpegang pada pandangan ini percaya bahwa segala sesuatu adalah relatif dan karena itu tidak ada realitas yang sejati. Karena itu pada hakekatnya tidak ada sebuah otoritas apapun yang menentukan suatu tindakan positif atau negatif, benar atau salah. Pandangan ini tidak lebih dari "etika situasi" dalam bentuk yang paling utama. Tidak ada yang benar atau salah, dan karena itu yang benar adalah apa yang dianggap benar pada waktu itu. Tentulah model "etika situasi" semacam ini membawa kepada mentalitas dan cara hidup "apapun yang dirasa baik" yang memiliki dampak yang merusak masyarakat dan individu-individu.

Pandangan lain percaya bahwa benar-benar ada realita-realita atau standar absolut yang menentukan apa yang benar dan tidak benar. Karena itu suatu tindakan dapat dikatakan benar atau salah dengan membandingkannya dengan standar-standar yang absolut itu. Dapatkah Anda membayangkan kekacauan yang terjadi kalau saja tidak ada yang absolut, tidak ada realita? Ambil contoh hukum gravitasi. Kalau tidak ada yang absolut, suatu ketika Anda melangkah dan tahu-tahu terlempar tinggi ke udara, dan pada waktu lainnya, Anda sama sekali tidak dapat menggerakkan satu anggota tubuhpun. Tidak akan ada hukum-hukum sains, hukum-hukum fisika, segala sesuatu tidak akan ada artinya, dan tidak ada ukuran apapun, dan tidak ada yang benar dan salah. Betapa kacaunya; namun syukurlah kebenaran yang absolut itu ada, dapat ditemukan dan dipahami.

Bahwa ada orang yang membuat pernyataan bahwa tidak ada kebenaran mutlak sebenarnya adalah sesuatu yang tidak logis. Namun hari ini banyak orang yang memegang relativisme budaya yang pada hakekatnya menolak segala jenis kebenaran absolut. Pertanyaan yang bagus untuk ditanyakan pada orang yang mengatakan, "tidak ada kebenaran yang absolut" adalah: "Apakah Anda yakin secara mutlak?" Adalah tidak logis untuk membuat pernyataan seperti itu karena pernyataan yang absolut pada dirinya sendiri menolak segala yang absolut. Pada dasarnya pernyataan itu mengatakan bahwa tidak adanya kebenaran absolut adalah satu-satunya kebenaran absolut.

Ada beberapa masalah logis yang harus diatasi untuk menerima atau percaya bahwa tidak ada kebenaran absolut/kebenaran universal. Masalah pertama adalah kontradiksi dengan diri sendiri. Hal ini dapat disaksikan dari pertanyaan di atas dan kenyataan bahwa mereka yang bersiteguh bahwa tidak ada yang absolut pada kenyataannya percaya pada hal-hal yang absolut. Mereka yakin secara mutlak bahwa tidak ada yang mutlak. Filsafat semacam ini mengalahkan diri sendiri dan bertentangan dengan diri sendiri. Pernyataan bahwa tidak ada sesuatu apapun yang absolut adalah bertentangan dengan apa yang mereka katanya percaya.

Masalah kedua dengan penolakan akan kebenaran absolut/kebenaran universal ini adalah fakta bahwa semua orang memiliki pengetahuan yang terbatas. Sebagai manusia dengan pengetahuan yang terbatas, kita tidak dapat secara logis membuat pernyataan negatif yang absolut. Misalnya: seseorang tidak bisa mengatakan secara logis: "Tidak ada Tuhan" (walaupun banyak yang melakukan hal ini), karena untuk mengatakan tidak ada Tuhan, mereka perlu memiliki pengetahuan absolut mengenai segenap alam semesta dari mula sampai akhirnya. Ketika orang mengatakan tidak ada Tuhan atau tidak ada kebenaran yang absolut (yang pada dasarnya adalah sama), secara rationil dan logis yang dapat mereka katakan adalah, "Dengan pengetahuan terbatas yang saya miliki, saya tidak percaya bahwa Tuhan itu ada," atau "Dengan pengetahuan terbatas yang saya miliki saya tidak percaya bahwa ada sesuatu yang benar secara absolut."

Masalah ketiga dengan penolakan atas kebenaran absolut/kebenaran universal adalah fakta bahwa hal itu tidak sesuai dengan apa yang kita ketahui dalam hati nurani kita, pengalaman kita, dan apa yang kita lihat dalam "dunia yang nyata." Kalau tidak ada kebenaran absolut, maka tidak ada yang betul-betul salah atau benar mengenai apapun. Apa yang mungkin "benar bagi Anda" tidak berarti "benar bagi saya." Sekalipun di atas permukaan model relativisme semacam ini sangat menarik, kalau ini diteruskan sampai pada kesimpulannya yang logis, akhirnya akan terbukti dapat menimbulkan bencana. Coba pertimbangkan kalau tidak ada kebenaran absolut dan segala sesuatu relatif (tidak ada standar apapun). Pada dasarnya yang terjadi adalah setiap orang menentukan peraturannya sendiri dan melakukan apa yang mereka anggap benar. Ini menimbulkan masalah saat apa yang dipandang benar oleh seseorang bertentangan dengan apa yang dipandang benar oleh orang lain. Contohnya: bagaimana kalau apa yang dianggap "benar bagi saya" adalah mengabaikan lampu lalulintas sekalipun sementara lampu merah? Dengan cara demikian, saya membahayakan hidup orang-orang lain. Atau saya beranggapan bahwa mencuri dari Anda itu baik dan Anda beranggapan bahwa itu tidak baik. Demikian pula seseorang mungkin saja memutuskan bahwa membunuh orang itu OK dan mulai berusaha membunuh semua orang yang mereka temui.

Jikalau tidak ada standar yang absolut, tidak ada kebenaran dan segalanya relatif, maka membunuh semua orang adalah sama benarnya dengan tidak membunuh semua orang. Mencuri sama benarnya dengan tidak mencuri. Kejam sama dengan tidak kejam. Betapa bahayanya akibat dari penolakan terhadap kebenaran absolut. Karena kalau tidak ada kebenaran absolut, tidak ada orang yang boleh mengatakan, "Kamu harus melakukan ini" atau "Kamu tidak boleh melakukan itu." Kalau tidak ada kebenaran absolut, bahkan pemerintah sendiri tidak dapat atau tidak boleh memaksakan peraturan pada masyarakat. Dapatkah Anda melihat masalah yang akan terjadi? Kekacauan mutlak terjadi saat setiap orang melakukan apa yang benar dalam pandangan mereka. Jikalau tidak ada kebenaran mutlak, tidak ada standar benar atau salah yang harus kita pertanggungjawabkan, kita tidak akan pernah pasti mengenai apapun. Setiap orang bebas melakukan apa saja yang mereka inginkan " membunuh, memperkosa, mencuri, berbohong, menipu, dll. dan tidak ada orang yang dapat mengatakan bahwa semua itu salah. Tidak akan ada pemerintah, tidak ada hukum, dan tidak ada keadilan karena orang bahkan tidak bisa mengatakan bahwa mayoritas berhak untuk membuat dan memaksakan hukum pada minoritas. Dunia tanpa yang mutlak adalah dunia yang paling mengerikan.

Zaman sekarang kita sering mendengar kalimat seperti "itu mungkin benar untuk kamu tapi tidak untuk saya." Bagi mereka yang berpandangan bahwa tidak ada kebenaran absolut, kebenaran dipandang tidak lebih dari sekedar kegemaran pribadi atau sebuah sudut pandang, dan karena itu tidak boleh melampaui batasan-batasan pribadi. Karena itu tidak ada jawaban akhir terhadap makna hidup dan tidak ada harapan untuk hidup sesudah mati dalam bentuk apapun. Bentuk relativisme semacam ini mengakibatkan kekacauan agama, karena tidak ada satu agama yang benar, tidak ada satu jalan untuk memiliki hubungan yang benar dengan Allah. Karenanya semua agama salah karena mereka semua mengklaim mengajarkan atau percaya pada semacam hidup sesudah mati, semacam kebenaran absolut, Itu sebabnya bukan tidak lazim pada zaman sekarang bagi orang-orang untuk percaya bahwa dua agama yang bertentangan dapat sama-sama "benar" sekalipun keduanya mengklaim memiliki satu-satunya jalan ke surga atau mengajar dua "kebenaran" yang sama sekali bertolakbelakang. Orang-orang yang tidak percaya pada kebenaran yang absolut mengabaikan semua klaim ini dan memeluk universalisme yang lebih toleran yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan semuanya akan menuntun ke surga. Inilah sebabnya orang yang memeluk pandangan dunia semacam ni akan dengan keras melawan keKristenan injili yang percaya pada Alkitab yang mengatakan bahwa Yesus adalah "jalan, dan kebenaran, dan hidup." Dan bahwa Dia adalah manifestasi paling utama dari kebenaran dan satu-satunya jalan ke Surga (Yohanes 14:6).

Sekalipun fakta bahwa menolak kebenaran absolut adalah tidak logis dan tidak masuk akal, pandangan bahwa "segalanya relatif" telah menjadi salah satu dari semboyan-semboyan dari generasi kita. Di banyak negara Barat, orang banyak menolak kemungkinan adanya kebenaran absolut. Hal ini mengakibatkan apa yang disebut oleh banyak orang sebagai masyarakat post-modernisme, yaitu masyarakat yang menganggap semua klaim yang berhubungan dengan nilai, kepercayaan, cara hidup dan kebenaran sebagai sama benarnya. Karena itu, mereka yang berpegang pada standar benar dan salah yang absolut dianggap kurang toleran dan sering dicela, dihina dan dikritik.

Kenyataannya toleransi telah menjadi sebuah nilai utama dalam masyarakan, satu-satunya yang absolut, dan karena itu hanya ada satu kejahatan, yaitu sikap tidak toleran. Dengan kata lain apa yang terjadi adalah sistim agama atau individu yang percaya pada dogma apapun " khususnya pada kebenaran mutlak " bersalah karena tidak toleran, dan satu-satunya yang tidak dapat diterima oleh masyarakat yang relatif dan mau benar secara politik adalah mereka yang percaya pada hal-hal yang absolut. Mereka yang menolak kebenaran yang absolut sering mengatakan bahwa boleh-boleh saja percaya apa yang Anda inginkan asal Anda tidak berusaha memaksakan kepercayaan Anda pada orang lain. Namun pandangan ini juga adalah pandangan yang percaya pada apa yang benar dan salah dan mereka yang berpegang pada pandangan ini tentulah berusaha menerapkan pandangan ini pada orang lain dan karena itu adalah munafik. Mereka menentukan standar tingkah laku yang mereka tuntut orang lain untuk ikuti dan karena itu melanggar apa yang mereka pura-pura pegang.

Pertanyaan yang butuh ditanyakan adalah mengapa mereka yang mempromosikan toleransi begitu tidak toleran terhadap orang-orang yang percaya pada kebenaran absolut? Dan mengapa orang begitu rela memeluk kepercayaan yang mengancam untuk menghancurkan lapisan masyarakat dan yang pada hakekatnya tidak masuk akal dan tidak logis? Alasan yang sederhana adalah bahwa orang tidak mau bertanggung jawab untuk tindakan-tindakan mereka. Jikalau ada kebenaran absolut, maka akan ada standar yang absolut mengenai benar dan salah, dan kita harus bertanggung jawab pada standar-standar itu. Tanggung jawab inilah yang orang-orang berusaha untuk tolak dalam penolakan mereka akan kebenaran absolut.

Penyangkalan akan kebenaran absolut/kebenaran universal dan budaya relativisme yang merupakan hasilnya adalah merupakan akibat logis dari yang percaya pada teori evolusi sebagai penjelasan untuk kehidupan. Kalau evolusi itu benar, maka hidup tidak ada artinya, kita tidak punya tujuan, dan tidak ada benar dan salah secara absolut. Akibatnya manusia bebas untuk hidup semaunya dan tidak perlu bertanggung jawab untuk apa yang diperbuatnya. Namun demikian, betapapun kerasnya manusia yang berdosa berusaha menolak keberadaan Allah dan kebenarannya yang mutlak, suatu hari mereka masih tetap akan berdiri di hadapanNya untuk dihakimi. Alkitab mengatakan, "Karena apa yang dapat mereka ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada mereka. Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih. Sebab sekalipun mereka mengenal Allah, mereka tidak memuliakan Dia sebagai Allah atau mengucap syukur kepada-Nya. Sebaliknya pikiran mereka menjadi sia-sia dan hati mereka yang bodoh menjadi gelap. Mereka berbuat seolah-olah mereka penuh hikmat, tetapi mereka telah menjadi bodoh." (Roma 1:18-22)

Pertanyaan terakhir yang patut kita pertanyakan ketika mempertimbangkan apakah kebenaran absolut betul-betul ada atau tidak, adalah apakah ada bukti mengenai keberadaan kebenaran mutlak? Jikalau kita mempertimbangkan pertanyaan ini dengan hati-hati, dengan cepat akan kelihatan bahwa sesungguhnya ada bukti-bukti yang menunjuk pada adanya kebenaran absolut. Bukti pertama dari keberadaan kebenaran absolut dapat disaksikan dari hati nurani kita. Hati nurani kita memberitahu kita bahwa dunia harusnya "begini," bahwa ada hal-hal yang "benar" dan ada yang "salah." Hati nurani kita menolong kita mengerti bahwa ada yang tidak benar dengan penderitaan, kelaparan, pemerkosaan, kesakitan dan kejahatan. Hati nurani kita menolong kita menyadari bahwa kasih, kemurahan, belas kasihan dan damai adalah hal-hal positif yang kita perlu perjuangkan. Alkitab menjelaskan peranan hati nurani dalam Roma 2:14-16, " Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri. Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling menuduh atau saling membela. Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah, sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus."

Bukti kedua mengenai keberadaan kebenaran absolut dapat dilihat dalam sains. Sains pada dasarnya adalah usaha untuk mendapatkan pengetahuan. Sains adalah belajar apa yang kita ketahui dan usaha untuk mengetahui lebih banyak. Karena itu semua penyelidikan ilimiah harus didasarkan pada kepercayaan bahwa ada realita-realita obyektif yang ada dalam dunia ini. Tanpa hal-hal yang absolut, apa yang dapat dipelajari secara ilmiah? Bagaimana mungkin orang tahu bahwa penemuan mereka itu benar adanya? Bahkan hakekat dari hukum-hukum sains harus dilandaskan pada kepastian kebenaran absolut.

Bukti ketiga dari keberadaan kebenaran absolut/kebenaran universal adalah keberadaan agama. Semua agama di dunia ini adalah usaha untuk memberi arti dan mendefinisikan hidup. Agama lahir dari fakta bahwa manusia menginginkan sesuatu yang lebih dari sekedar berada. Di balik dari semua agama adalah dasar kepercayaan bahwa hidup adalah lebih dari sekedar berada secara fisik sebagaimana yang kita ketahui sekarang ini. Melalui agama orang berusaha untuk mendapatkan jaminan dan harapan untuk hari depan, untuk pengampunan dosa, untuk damai di tengah pergumulan, dan untuk jawaban terhadap pertanyaan kita yang paling mendalam. Agama adalah bukti bahwa manusia lebih dari sekedar binatang yang berevolusi ke tingkat tinggi. Agama adalah bukti dari makna yang lebih tinggi, dan fakta adanya Pencipta yang pribadi dan berencana, yang menanamkan dalam diri manusia keinginan untuk mengenal Dia. Dan kalau ada Pencipta, maka Dia menjadi standar dari kebenaran absolut dan adalah otoritasNya yang menegakkan kebenaran itu.

Untungnya bagi kita Pencipta seperti itu ada, dan Dia telah mengungkapkan bukan hanya diriNya sendiri, namun juga kebenaranNya kepada kita melalui kata-kataNya sendiri, Alkitab. Jikalau kita mau mengenal kebenaran absolut/kebenaran universal, satu-satunya jalan untuk melakukannya adalah melalui hubungan pribadi dengan Dia yang mengklaim sebagai "Kebenaran," Yesus Kristus. "Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" (Yohanes 14:6). Fakta bahwa kebenaran absolut ada mengarahkan kita pada kebenaran bahwa ada Allah yang berdaulat yang menciptakan langit dan bumi, dan yang telah menyatakan diriNya kepada kita, supaya kita dapat mengenal Dia secara pribadi melalui PutraNya, Yesus Kristus.