2
Keselamatan yang langsung kita terima melalui Yesus janganlah kita sia-siakan
Jadi, marilah kita lebih sungguh-sungguh lagi memperhatikan dan menaati ajaran yang sudah kita terima dari Yesus Anak Allah, supaya kita tidak ikut disesatkan oleh arus jahat dunia ini. 2-3 Karena kalau perintah-perintah Allah yang disampaikan kepada Musa melalui malaikat-malaikat harus ditaati, tentu kita harus lebih taat kepada ajaran yang langsung disampaikan oleh Anak Allah sendiri kepada kita! Sejarah Israel menunjukkan bahwa seluruh Hukum Taurat itu terbukti benar, dan siapa pun yang tidak menaatinya akan menerima balasannya dari Allah sesuai dengan perbuatannya. Jadi, janganlah kita berpikir bahwa kita bisa terlepas dari hukuman Allah kalau kita tidak menghargai dan tidak menaati berita keselamatan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus sendiri! Dan perlu kita ingat bahwa kita menerima berita keselamatan itu dari orang-orang pertama yang mendengarkannya secara langsung dari Tuhan. Mereka sudah menjelaskannya secara tegas kepada kita bahwa kabar itu benar. Allah sendiri juga membuktikan bahwa berita itu benar— yaitu dengan cara membuat segala macam keajaiban, dan melalui berbagai macam kemampuan khusus yang diberikan kepada kita oleh Roh Kudus sesuai dengan kehendak Allah.
Kristus menjadi manusia demi kita selamat
Karena para malaikat tidak dipilih Allah untuk memerintah atas ‘ciptaan baru’ Ibr. 1:11-12 yang sedang kita bicarakan itu. Tetapi Kitab Suci menuliskan bahwa seseorang berkata secara terus-terang kepada Allah,
“Ya Allah, kenapa Engkau peduli terhadap manusia?
Dan kenapa Engkau mengasihani kami keturunan Adam?* keturunan Adam Secara harfiah, “anak manusia.” Di sini penggunaan ‘anak manusia’ diterjemahkan sesuai dengan arti biasa dalam bahasa Ibrani— yaitu ‘manusia biasa’. Biasanya dalam Perjanjian Baru, ‘Anak Manusia’ menjadi nama khusus untuk Raja Penyelamat. Lihat catatan dalam Mat. 9:6 atau Yoh. 1:51.
Untuk sementara waktu Engkau sudah membuat kedudukan kami lebih rendah dari para malaikat,
tetapi dari semua makhluk lain Engkau sudah menjadikan kami seperti raja-raja yang mulia dan terhormat,
karena Engkau sudah meletakkan segala sesuatu di bawah kuasa kami manusia.” kutipan Kutipan ini dari Mzm. 8:5-7. Sebelum Yesus datang, Maz. 8 sudah dianggap termasuk golongan Mazmur yang berupa nubuatan tentang Kristus. Sesudah Yesus kembali ke surga, para pengikut-Nya menafsirkan kembali semua nubuatan tentang Kristus itu dan mulai mengerti hal-hal yang dulu tidak dimengerti oleh para pembaca sebelum kedatangan-Nya. Salah satu contoh adalah tafsiran si penulis dalam ayat 8b-9. Harap dimengerti bahwa semua bagian Mazmur yang dianggap menubuatkan tentang Kristus juga bisa ditafsirkan sebagai tentang manusia biasa saja. Sebagai contoh, semua kata benda tentang manusia dalam kutipan di atas bisa dimengerti sebagai jamak (‘keturunan Adam’ dan ‘kami’) atau tunggal ‘dia’— yang cocok sebagai nubuatan tentang Kristus. Dan khususnya tentang kata ‘anak manusia’— yang diterjemahkan di atas ‘keturunan Adam’ di atas, ada kemungkinan bahwa penulis Surat Ibrani sengaja menggunakan kutipan itu dengan dua arti— yaitu 1) arti ‘manusia biasa’ dan 2) dengan mengingatkan nama yang Yesus sering gunakan untuk diri-Nya sendiri.
Memang Firman Tuhan itu berkata bahwa Allah sudah meletakkan ‘segala sesuatu’ di bawah kuasa kita— artinya bahwa tidak ada roh atau makhluk lain yang tidak tunduk kepada kita. Tetapi sekarang kita belum melihat hal itu dengan nyata— di mana kita memerintah ‘seperti raja’ atas ‘segala sesuatu’. Tetapi kenyataan yang sudah kita lihat sekarang adalah Yesus! Seperti Firman Allah tadi, waktu Kristus hidup di dunia ini “untuk sementara waktu Dia sudah dibuat lebih rendah kedudukannya dari para malaikat.” Tetapi sekarang di surga Allah sudah memahkotai Dia dengan mahkota kerajaan. Berarti Dialah sekarang ‘Raja yang mulia dan terhormat’ atas ‘segala sesuatu’. Hal itu terjadi kepada-Nya karena Dia sudah mengurbankan hidup-Nya sendiri demi kita semua sesuai dengan kebaikan hati Allah kepada kita.
10-11 Allah sendiri yang sudah menciptakan segala-galanya, dan semua ciptaan itu dibuat untuk memuliakan Allah. Karena itu, tepat sekali bagi Allah mendapatkan banyak anak— yaitu kita, supaya kita hidup bersama Dia dalam kemuliaan-Nya. Dan Allah memutuskan bahwa Anak sulung-Nya itu— Yesus, harus layak menjadi Raja Penyelamat dan Perantara yang sempurna melalui penderitaan-Nya bagi kita sebagai anak-anak angkat Allah. Jadi Yesus— yang membuat kita menjadi kudus dan kita yang dikuduskan-Nya sama-sama memanggil Allah ‘Bapa kita’. Oleh karena itu Yesus tidak malu menyebut kita sebagai ‘saudara-saudari’-Nya! 12 Hal itu sesuai dengan yang tertulis dalam Kitab Suci ketika Yesus berkata kepada Allah,
“Ya Allah, Aku akan memperkenalkan Engkau memperkenalkan Engkau Secara harfiah, “memberitakan nama-Mu.” kepada saudara-saudari-Ku.
Di antara kumpulan semua umat-Mu Aku akan menyanyikan pujian bagi-Mu.” Mzm. 22:23
13 Dia juga berkata,
“Aku akan tetap percaya akan pertolongan Allah.” Yes. 8:17
Dan Dia juga berkata,
“Inilah Aku— bersama anak-anak yang sudah Allah berikan kepada-Ku.” Yes. 8:18
14 Perhatikanlah bahwa kita yang disebut Yesus sebagai ‘anak-anak’-Nya adalah manusia biasa yang terdiri dari darah dan daging. Oleh karena itu, sudah tepat juga untuk Yesus sendiri menjadi manusia biasa dengan tubuh biasa. Dengan begitu, melalui kematian-Nya Dia bisa menghancurkan iblis— yaitu dia yang berkuasa atas kerajaan maut. 15 Dengan cara itulah Yesus sudah membebaskan kita— yang sebelumnya dikuasai oleh rasa takut akan maut sepanjang hidup kita. 16 Sudah jelas: Bukan para malaikat yang ditolong Yesus, tetapi kita yang adalah keturunan Abraham. 17 Oleh karena itulah, Yesus harus menjadi manusia sama seperti kita saudara-saudari-Nya dalam segala hal. Dengan begitu Dia bisa menjadi Imam Agung bagi kita— yang penuh belas kasihan dan sangat setia dalam tugas itu di hadapan Allah. Sebagaimana sebelumnya para imam selalu membawa darah binatang kurban kepada Allah untuk mendamaikan manusia dengan Allah, sekarang Imam Agung kita, Yesus§ Imam Agung kita, Yesus Imam adalah pemimpin Rumah Allah. Tugas imam adalah sebagai perantara antara manusia dan Allah, dan khususnya sebagai pengantar untuk persembahan yang diberikan oleh masyarakat kepada Allah. Pada permulaan, setiap laki-laki boleh memberikan persembahan sendiri kepada Allah tanpa perantaraan orang lain. (Kej. 8:20; 12:7; 13:4; 26:25; 31:54, Ayub 1:5) Melkisedek adalah orang pertama yang disebut sebagai “imam” di Kej. 14:18. Lalu, lewat Nabi Musa, pada waktu Allah memberikan peraturan-peraturan kepada bangsa Israel, ditentukan bahwa hanya keturunan dari Harunlah yang boleh menjadi imam, dan banyak tugas dan peraturan diberikan kepada mereka dalam buku Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan. Hanya para imam yang boleh masuk ke Ruang Kudus yang ada di tengah Rumah itu, dan hanya mereka yang bisa memegang alat-alat yang ada di situ. Harun berasal dari suku Lewi. Dalam Peraturan Musa, semua laki-laki keturunan suku Lewi ditentukan untuk menjadi pelayan di dalam Rumah Allah, supaya mereka bisa membantu dalam urusan Rumah Allah. Mereka tidak boleh bertugas sebagai imam atau membuat acara-acara tertentu. Pada zaman Raja Daud, para imam diatur menjadi 24 kelompok— yang masing-masing mendapat giliran untuk bekerja di Rumah Allah selama satu bulan. Pada zaman Yesus, sudah ada sidang para imam. Anggota-anggota sidang itu disebut ‘imam-imam kepala’. Kepala dari sidang itu adalah imam agung. Yesus juga disebut sebagai Imam Agung dalam surat Ibrani. (Ibr. 5:5-6; 7:20-28; 8:1-2; 10:21) Hal ini karena Yesus adalah Perantara yang paling agung antara manusia dengan Allah, dan Dia kuduskan umat-Nya melalui diri-Nya sendiri disalibkan sebagai kurban. Sekarang semua orang Kristen bisa meminta langsung kepada Allah ketika berdoa dalam nama Yesus, dan karena itulah setiap orang Kristen dianggap sebagai ‘imam’ (1 Ptr. 2:9, Why. 1:6).— melalui darah-Nya sendiri, sudah mendamaikan kita dengan Allah.* kalimat terakhir Secara harfiah, “sehingga dosa-dosa umat bisa diperdamaikan.” Kata ‘diperdamaikan’ adalah istilah khusus yang pada dasarnya meliputi kurban untuk menghapuskan dosa sehingga Allah tidak marah lagi kepada orang yang sudah melakukan dosa itu. Ada informasi tersirat di dalam ayat ini yang dibuat tersurat oleh tim penerjemah TSI supaya pembaca zaman sekarang bisa mengerti peran imam di dalam sistim persembahan agama Yahudi. Hal itu menjadi penting dalam pasal delapan. 18 Dan oleh karena Dia sendiri sudah pernah menderita dan dicobai, Dia mengerti kelemahan kita dan sanggup menolong kita yang sering dicobai.

2:5 Ibr. 1:11-12

*2:6 keturunan Adam Secara harfiah, “anak manusia.” Di sini penggunaan ‘anak manusia’ diterjemahkan sesuai dengan arti biasa dalam bahasa Ibrani— yaitu ‘manusia biasa’. Biasanya dalam Perjanjian Baru, ‘Anak Manusia’ menjadi nama khusus untuk Raja Penyelamat. Lihat catatan dalam Mat. 9:6 atau Yoh. 1:51.

2:8 kutipan Kutipan ini dari Mzm. 8:5-7. Sebelum Yesus datang, Maz. 8 sudah dianggap termasuk golongan Mazmur yang berupa nubuatan tentang Kristus. Sesudah Yesus kembali ke surga, para pengikut-Nya menafsirkan kembali semua nubuatan tentang Kristus itu dan mulai mengerti hal-hal yang dulu tidak dimengerti oleh para pembaca sebelum kedatangan-Nya. Salah satu contoh adalah tafsiran si penulis dalam ayat 8b-9. Harap dimengerti bahwa semua bagian Mazmur yang dianggap menubuatkan tentang Kristus juga bisa ditafsirkan sebagai tentang manusia biasa saja. Sebagai contoh, semua kata benda tentang manusia dalam kutipan di atas bisa dimengerti sebagai jamak (‘keturunan Adam’ dan ‘kami’) atau tunggal ‘dia’— yang cocok sebagai nubuatan tentang Kristus. Dan khususnya tentang kata ‘anak manusia’— yang diterjemahkan di atas ‘keturunan Adam’ di atas, ada kemungkinan bahwa penulis Surat Ibrani sengaja menggunakan kutipan itu dengan dua arti— yaitu 1) arti ‘manusia biasa’ dan 2) dengan mengingatkan nama yang Yesus sering gunakan untuk diri-Nya sendiri.

2:12 memperkenalkan Engkau Secara harfiah, “memberitakan nama-Mu.”

2:12 Mzm. 22:23

2:13 Yes. 8:17

2:13 Yes. 8:18

§2:17 Imam Agung kita, Yesus Imam adalah pemimpin Rumah Allah. Tugas imam adalah sebagai perantara antara manusia dan Allah, dan khususnya sebagai pengantar untuk persembahan yang diberikan oleh masyarakat kepada Allah. Pada permulaan, setiap laki-laki boleh memberikan persembahan sendiri kepada Allah tanpa perantaraan orang lain. (Kej. 8:20; 12:7; 13:4; 26:25; 31:54, Ayub 1:5) Melkisedek adalah orang pertama yang disebut sebagai “imam” di Kej. 14:18. Lalu, lewat Nabi Musa, pada waktu Allah memberikan peraturan-peraturan kepada bangsa Israel, ditentukan bahwa hanya keturunan dari Harunlah yang boleh menjadi imam, dan banyak tugas dan peraturan diberikan kepada mereka dalam buku Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan. Hanya para imam yang boleh masuk ke Ruang Kudus yang ada di tengah Rumah itu, dan hanya mereka yang bisa memegang alat-alat yang ada di situ. Harun berasal dari suku Lewi. Dalam Peraturan Musa, semua laki-laki keturunan suku Lewi ditentukan untuk menjadi pelayan di dalam Rumah Allah, supaya mereka bisa membantu dalam urusan Rumah Allah. Mereka tidak boleh bertugas sebagai imam atau membuat acara-acara tertentu. Pada zaman Raja Daud, para imam diatur menjadi 24 kelompok— yang masing-masing mendapat giliran untuk bekerja di Rumah Allah selama satu bulan. Pada zaman Yesus, sudah ada sidang para imam. Anggota-anggota sidang itu disebut ‘imam-imam kepala’. Kepala dari sidang itu adalah imam agung. Yesus juga disebut sebagai Imam Agung dalam surat Ibrani. (Ibr. 5:5-6; 7:20-28; 8:1-2; 10:21) Hal ini karena Yesus adalah Perantara yang paling agung antara manusia dengan Allah, dan Dia kuduskan umat-Nya melalui diri-Nya sendiri disalibkan sebagai kurban. Sekarang semua orang Kristen bisa meminta langsung kepada Allah ketika berdoa dalam nama Yesus, dan karena itulah setiap orang Kristen dianggap sebagai ‘imam’ (1 Ptr. 2:9, Why. 1:6).

*2:17 kalimat terakhir Secara harfiah, “sehingga dosa-dosa umat bisa diperdamaikan.” Kata ‘diperdamaikan’ adalah istilah khusus yang pada dasarnya meliputi kurban untuk menghapuskan dosa sehingga Allah tidak marah lagi kepada orang yang sudah melakukan dosa itu. Ada informasi tersirat di dalam ayat ini yang dibuat tersurat oleh tim penerjemah TSI supaya pembaca zaman sekarang bisa mengerti peran imam di dalam sistim persembahan agama Yahudi. Hal itu menjadi penting dalam pasal delapan.