Pertanyaan-Pertanyaan mengenai Yesus Kristus

Siapakah Yesus Kristus?

Pertanyaan: Siapakah Yesus Kristus?

Siapakah Yesus Kristus? Berbeda dengan pertanyaan, "Apakah ada Allah?" jarang orang mempertanyakan apakah Yesus Kristus ada. Pada umumnya Yesus dipandang sebagai seseorang yang hidup di bumi di Israel 2000 tahun yang lampau. Perdebatan baru dimulai ketika topik mengenai identitas Yesus didiskusikan. Hampir setiap agama besar mengajarkan bahwa Yesus adalah seorang nabi, atau guru yang baik atau seorang manusia yang saleh. Masalahnya Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa Yesus lebih dari sekedar seorang nabi, guru yang baik atau orang yang saleh.

C.S. Lewis dalam bukunya Mere Christianity menulis: "Saya berusaha mencegah orang dari mengatakan hal-hal yang bodoh yang biasanya orang katakan mengenai Dia [Yesus Kristus]: "Saya siap untuk menerima Dia sebagai seorang pengajar moral yang agung, tapi saya tidak menerima klaim bahwa Dia adalah Allah." Ini adalah sesuatu yang kita tidak boleh katakan. Seorang manusia biasa dan mengucapkan apa yang dikatakan oleh Yesus tidak mungkin merupakan seoarng pengajar moral yang agung. Kalau orang itu bukan orang gila " yang setara dengan orang yang mengatakan bahwa dia adalah telur rebus " atau dia adalah si Iblis dari neraka. Engkau harus menentukan pilihanmu. Apakah orang ini adalah Anak Allah, atau orang gila atau lebih parah". Engkau bisa menutup telinga dan menganggap Dia orang bodoh, engkau bisa meludahi Dia dan membunuh Dia sebagai iblis, atau engkau bisa tersungkur di kakiNya dan menyebut Dia Tuhan dan Allah. Tapi jangan mencari alasan yang tidak-tidak dengan mengatakan bahwa Dia hanyalah seorang pengajar yang agung. Dia tidak memberikan opsi itu kepada kita. Dia tidak bermaksud untuk melakukan itu.

Jadi siapakah Yesus? Apa kata Alkitab mengenai Dia? Pertama-tama, mari kita lihat kata-kata Tuhan Yesus dalam Yohanes 10:30, "Aku dan Bapa adalah satu." Sekilas, ini kelihatannya bukan merupakan sebuah klaim bahwa Dia adalah Allah. Namun kalau dilihat dari reaksi orang-orang Yahudi terhadap pernyataan ini "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah." (Yohanes 10:33). Orang-orang Yahudi mengerti pernyataan Yesus sebagai sebuah klaim bahwa Dia adalah Allah. Dalam ayat-ayat berikutnya Yesus tidak pernah mengoreksi orang-orang Yahudi dengan mengatakan, "Saya tidak mengaku diri sebagai Allah." Hal ini menunjukkan bahwa Yesus betul-betul mengatakan bahwa Dia adalah Allah dengan mengumumkan, "Aku dan Bapa adalah satu." (Yohanes 10:30). Yohanes 8:58 adalah contoh lainnya. Yesus memproklamirkan, "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada." Kembali orang-orang Yahudi berespon dengan mengambil batu dan berusaha melempari Yesus (Yohanes 8:59). Yesus mengumumkan identitasnya dengan menggunakan "Aku adalah" yang adalah merupakan penerapan langsung dari nama Allah dalam Perjanjian Lama (Keluaran 3:14). Mengapa orang-orang Yahudi mau melempari Yesus dengan batu kalau bukan karena Dia mengatakan sesuatu yang mereka anggap menghujat Allah, yaitu dengan mengaku diri sebagai Allah?

Yohanes 1:1 mengatakan, "Firman itu adalah Allah." Yohanes 1:14 mengatakan, "Firman itu telah menjadi manusia." Ini jelas mengindikasikan bahwa Yesus adalah Allah dalam wujud manusia. Thomas sang murid mengungkapkan pada Yesus, "Ya Tuhanku dan Allahku!" (Yohanes 20:28). Yesus tidak mengoreksi dia. Rasul Paulus menggambarkan Dia sebagai, ""Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus" (Titus 2:13). Rasul Petrus mengatakan hal yang sama, ""Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus." (2 Petrus 1:1). Allah Bapa adalah Saksi dari identitas Yesus yang sepenuhnya, "Tetapi tentang Anak Ia berkata: "Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran." Nubuat-nubuat mengenai Kristus dalam Perjanjian Lama menyatakan keillahianNya, "Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai."

Jadi, sebagaimana dikatakan oleh C.S. Lewis, percaya kepada Yesus sebagai seorang guru yang baik bukanlah sebuah pilihan. Yesus dengan jelas dan tak dapat disangkali mengakui diriNya sebagai Allah. Kalau Dia bukan Allah, Dia adalah seorang pendusta dan bukanlah seorang nabi, guru yang baik atau manusia yang beribadah. Dalam usaha untuk menjelaskan apa yang dikatakan oleh Yesus, para "sarjana-sarjana" modern mengatakan bahwa "Yesus sejarah yang sejati" tidak mengucapkan banyak hal yang Alkitab katakan sebagai diucapkan oleh Yesus. Siapakah kita yang dapat berdebat dengan Firman Tuhan mengenai apa yang Yesus katakan atau tidak katakan? Bagaimana seorang "sarjana" yang dua ribu tahun terpisah dari Yesus dapat lebih mengerti apa yang Yesus katakan dan tidak katakan dibanding dengan mereka yang hidup bersama Dia, melayani bersama Dia dan diajar langsung oleh Yesus sendiri (Yohanes 14:26)?

Mengapa pertanyaan mengenai identitas Yesus yang sebenarnya begitu penting? Mengapa penting kalau Yesus itu Allah atau bukan? Alasan yang paling penting bahwa Yesus haruslah Allah adalah bahwa jikalau Dia bukan Allah, kematianNya tidaklah cukup untuk membayar hutang dosa seluruh dunia (1 Yohanes 2:2). Hanya Allah yang dapat membayar hutang sebesar itu (Roma 5:8; 2 Korintus 5:21). Yesus haruslah Allah sehingga Dia dapat membayar hutang kita. Yesus haruslah manusia supaya Dia bisa mati. Keselamatan hanya tersedia melalui iman di dalam Yesus Kristus! Keillahian Yesus adalah alasan mengapa Dia adalah satu-satunya jalan keselamatan. Keillahian Yesus adalah penyebab mengapa Dia mengumumkan, "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku" (Yohanes 14:6).

Apakah Yesus Allah? Apakah Yesus pernah mengklaim sebagai Allah?

Pertanyaan: Apakah Yesus Allah? Apakah Yesus pernah mengklaim sebagai Allah?

Alkitab tidak pernah mencatat Yesus secara persis mengucapkan kalimat, "Saya adalah Allah." Namun ini tidak berarti bahwa Dia tidak memproklamirkan bahwa Dia adalah Allah. Ambil sebagai contoh kata-kata Yesus dalam Yohanes 10:30, "Aku dan Bapa adalah satu." Sekilas sepertinya ini bukan sebuah pengakuan sebagai Allah. Namun coba perhatikan reaksi orang-orang Yahudi terhadap pernyataan Yesus, "Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah" (Yohanes 10:33). Orang-orang Yahudi memahami pernyataan Yesus sebagai pengakuan bahwa Dia adalah Allah. Dalam ayat-ayat berikutnya, Yesus tidak pernah mengoreksi apa yang dikatakan oleh orang-orang Yahudi dengan mengatakan, "Saya tidak mengklaim sebagai Allah." Ini menunjukkan bahwa Yesus betul-betul berkata bahwa Dia adalah Allah dengan mengatakan, "Aku dan Bapa adalah satu." (Yohanes 10:30). Yohanes 8:58 adalah contoh lainnya. Yesus mengatakan, "Sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada." Kembali, sebagai responnya, orang-orang Yahudi mengambil batu dan berusaha merajam Yesus (Yohanes 8:59). Mengapa orang-orang Yahudi berusaha merajam Yesus jikalau Dia tidak mengucapkan sesuatu yang mereka percaya sebagai penghujatan, yaitu mengakui diri sebagai Allah?

Yohanes 1:1 mengatakan, "Firman itu adalah Allah." Yohanes 1:14 mengatakan, "Firman itu telah menjadi manusia." Ini dengan jelas mengindikasikan bahwa Yesus adalah Allah dalam wujud manusia. Kisah Rasul 20:28 memberitahu kita, "" untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri" (Kisah Rasul 20:28). Siapa yang telah membeli gereja dengan darahNya sendiri? Yesus Kristus. Kisah Rasul 20:28 mengatakan bahwa Allah telah membeli gereja dengan darahNya sendiri. Karena itu Yesus adalah Allah!

Mengenai Yesus, Thomas, sang murid berseru, "Ya Tuhanku dan Allahku!" (Yohanes 20:28). Yesus tidak mengoreksi dia. Titus 2:13 mendorong kita untuk menantikan kedatangan Allah dan Juruselamat kita " Yesus Kristus (lihat pula 2 Petrus 1:1). Dalam Ibrani 1:8, Bapa berbicara mengenai Yesus, "Tetapi tentang Anak Ia berkata: `Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaan-Mu adalah tongkat kebenaran.""

Dalam Wahyu, malaikat menginstruksikan Rasul Yohanes untuk hanya menyembah kepada Allah (Wahyu 19:10). Beberapa kali dalam Alkitab Yesus menerima penyembahan (Matius 2:11; 14:33; 28:9, 17; Lukas 24:52; Yohanes 9:38). Dia tidak pernah menegur orang-orang yang menyembah Dia. Kalau Yesus bukan Allah, Dia pasti akan melarang orang-orang menyembah Dia, sama seperti malaikat dalam kitab Wahyu. Masih banyak lagi ayat-ayat Alkitab yang berbicara mengenai keillahian Yesus.

Alasan paling utama Yesus haruslah Allah adalah bahwa jikalau Dia bukan Allah, kematianNya tidak cukup untuk membayar hukuman dosa dunia (1 Yohanes 2:2). Hanya Allah yang sanggup membayar hukuman yang begitu besar. Hanya Allah yang dapat menanggung dosa seisi dunia (2 Korintus 5:21), mati dan dibangkitkan " membuktikan kemenanganNya atas dosa dan kematian.

Apakah keillahian Kristus bersifat Alkitabiah?

Pertanyaan: Apakah keillahian Kristus bersifat Alkitabiah?

Selain Yesus secara spesifik mengklaim diriNya sebagai Allah, para muridNya juga mengakui keillahian Kristus. Mereka mengklaim bahwa Yesus memiliki kuasa untuk mengampuni dosa, sesuatu yang hanya dapat dilakukan oleh Tuhan karena dosa adalah melawan Tuhan (Kisah Rasul 5:31; Kolose 3:13; bandingkan Mazmur 130:4; Yeremia 31:34). Berhubungan erat dengan klaim yang terakhir ini, Yesus juga disebut sebagai yang akan "menghakimi orang yang hidup dan yang mati" (2 Timotius 4:1). Thomas berseru kepada Yesus, "Tuhanku dan Allahku!" (Yohanes 20:28). Paulus menyebut Yesus, "Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita" dan menunjuk bahwa sebelum Yesus berinkarnasi, Yesus sudah ada dalam "rupa Allah" (Filipi 2:5-8). Penulis Ibrani mengatakan tentang Yesus, "Takhta-Mu, ya Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya" (Ibrani 1:8). Yohanes mengatakan, "Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman [Yesus] itu adalah Allah" (Yohanes 1:1). Contoh dari ayat-ayat Alkitab yang mengajarkan keillahian Kristus dapat dilipatgandakan (lihat Wahyu 1:17; 2:8; 22:13; 1 Korintus 10:4; 1 Petrus 2:6-8; bandingkan Mazmur 18:2; 95:1; 1 Petrus 5:4; Ibrani 13:20), namun salah satu dari ayat-ayat ini sudah cukup untuk menunjukkan bahwa Yesus dipandang sebagai Allah oleh para pengikutNya.

Yesus juga diberikan gelar-gelar yang hanya diberikan kepada Yahweh (nama resmi Allah) dalam Perjanjian Lama. Gelar "Penebus" dari Perjanjian Lama (Mazmur 130:7; Hosea 13:14) digunakan untuk Yesus dalam Perjanjian Baru (Titus 2:13; Wahyu 5:9). Yesus disebut Imanuel ("Allah beserta kita" dalam Matius 1). Dalam Zakharia 12:10 Yahweh berkata "dan mereka akan memandang kepada dia [Bahasa Inggris: "kepadaKu"] yang telah mereka tikam." Namun Perjanjian Baru menerapkan ayat ini kepada penyaliban Yesus (Yohanes 19:37; Wahyu 1:7). Jikalau Yahweh adalah yang ditikam dan dipandang, dan Yesus adalah yang ditikam dan dipandang, maka Yesus adalah Yahweh. Paulus menafsirkan Yesaya 45:22-23 dengan menerapkannya kepada Yesus dalam Filipi 2:10-11. Lebih lanjut, nama Yesus digunakan bersama-sama dengan nama Yahweh dalam doa, "Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus" (Galatia 1:3; Efesus 1:2). Jikalau Kristus tidak bersifat illahi, ini adalah suatu penghujatan. Nama Yesus disandingkan kembali dengan nama Yahweh dalam perintah Yesus untuk membaptis "dalam nama [bentuk tunggal] Bapa dan Anak dan Roh Kudus" (Matius 28:19; ihat pula 2 Korintus 13:14). Dalam Wahyu Yohanes berkata bahwa segenap ciptaan memuji Kristus (sang Anak Domba) " berarti Yesus bukanlah bagian dari ciptaan.

Perbuatan-perbuatan yang hanya dapat dilakukan dikerjakan oleh Yesus. Yesus bukan hanya membangkitkan orang mati (Yohanes 5:21; 11:38-44) dan mengampuni dosa (Kisah Rasul 5:31; 13:38), Dia juga menciptakan dan memelihara alam semesta (yohanes 1:2; Kolose 1:16-17). Point ini bahkan menjadi lebih kuat ketika kita mengingat bahwa Yahweh mengatakan bahwa Dia sendirian ketika menciptakan (Yesata 44:24). Selanjutnya, Yesus memiliki atribut-atribut yang hanya dimiliki oleh Allah: kekekalan (Yohanes 8:58), mahahadir (Matius 18:20; 28:20); mahatahu (Matius 16:21), mahakuasa (Yohanes 11:38-44).

Mengaku diri sebagai Allah dan membodohi orang untuk percaya bahwa Dia benar-benar adalah Allah sama sekali berbeda dengan membuktikan diri bahwa Dia adalah Allah. Kristus membuktikan klaimNya dengan banyak mujizat dan bahkan dengan bangkit dari antara orang mati. Beberapa dari mujizat Yesus antara lain: mengubah air menjadi anggur (Yohanes 2:7); berjalan di atas air (Matius 14:25); melipatgandakan benda-benda fisik (Yohanes 6:11), menyembuhkan orang buta (Yohanes 9:7), orang lumpuh (Markus 2:3); dan orang yang sakit (Matius 9:35; Markus 1:40-42); bahkan membangkitkan orang mati (Yohanes 11:43-44; Lukas 7:11-15; Markus 5:35).

Lebih dari itu, Yesus sendiri bangkit dari antara orang mati. Sangat berbeda dengan mitos-mitos mengenai mati dan bangkitnya dewa-dewa dalam agama-agama kafir, tidak ada yang sebanding dengan kebangkitan dalam agama-agama lain, dan tidak ada klaim lain yang mendapat konfirmasi dari luar Alkitab yang sedemikian banyaknya. Menurut Dr. Gary Habermas paling sedikit ada dua belas fakta sejarah yang harus diakui bahkan oleh sarjana-sarjana bukan Kristen:

(1) Yesus mati dengan disalibkan
(2) Dia dikuburkan
(3) KematianNya menyebabkan murid-muridnya kecewa dan putus asa.
(4) Kubur Yesus ditemukan (atau katanya ditemukan) dalam keadaan kosong beberapa hari kemudian.
(5) Para murid percaya bahwa mereka melihat Yesus yang bangkit.
(6) Setelahnya, para murid berubah dari ragu-ragu menjadi orang-orang percaya yang berani.
(7) Berita ini adalah inti pemberitaan dari gereja mula-mula
(8) Berita ini diberitakan di Yerusalem.
(9) Sebagai hasilnya, gereja lahir dan bertumbuh.
(10) Hari kebangkitan (hari Minggu) menggantikan hari Sabat (hari Sabtu) sebagai hari utama untuk beribadah.
(11) Yakub, seorang skeptik, bertobat ketika dia percaya bahwa dia melihat Yesus yang bangkit.
(12) Paulus, musuh dari keKristenan, bertobat setelah mengalami pengalaman yang dia percayai sebagai penampakan dari Yesus yang bangkit.

Bahkan jikalau ada orang yang menolak daftar yang terinci ini, hanya beberapa dari daftar ini yang dibutuhkan untuk membuktikan kebangkitan dan injil: kematian Yesus, penguburan, kebangkitan dan penampakan Yesus (1 Korintus 15:5). Sekalipun ada beberapa teori yang mampu menjelaskan satu atau dua fakta-fakta di atas, hanya kebangkitan yang dapat menjelaskan semuanya. Para kritikus mengakui bahwa para murid mengklaim bahwa mereka melihat Yesus yang bangkit. Baik tipu muslihat maupun halusinasi tidak dapat mengubah orang sebagaimana yang dapat dilakukan oleh kebangkitan. Pertama-tama, apa keuntungannya bagi mereka? KeKristenan bukan hal yang populer pada waktu itu dan mereka tidak akan memperoleh keuntungan secara keuangan. Kedua, pembohong-pembohong tidak akan mau menjadi martir. Tidak ada penjelasan lebih baik mengenai kerelaan para murid untuk mati secara menggenaskan demi iman mereka selain dari kebangkitan. Betul banyak orang yang mati untuk kebohongan yang mereka kira benar, namun tidak ada orang yang bersedia mati untuk apa yang mereka ketahui sebagai tidak benar.

Kesimpulan: Kristus mengklaim bahwa Dia adalah Yahweh, Dia adalah Allah, bukan hanya dewa, namun Allah yang sejati), para pengikutNya (orang-orang Yahudi yang takut kepada penyembahan berhala) percaya kepadaNya dan menyebut Dia sebagai Allah. Kristus membuktikan klaimNya bahwa Dia adalah Allah melalui mujizat-mujizat, termasuk kebangkitan yang mengubah dunia. Tidak ada hipotesa lain yang dapat menjelaskan fakta-fakta ini.

Di manakah Yesus dalam tiga hari antara kematian dan kebangkitanNya?

Pertanyaan: Di manakah Yesus dalam tiga hari antara kematian dan kebangkitanNya?

1 Petrus 3:18-19 memaparkan, "Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh, dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara."

Frasa "menurut Roh" dalam ayat 18 memiliki konstruksi yang persis sama dengan frasa "dalam keadaannya sebagai manusia." Karena itu nampaknya paling tepat kalau menempatkan kata "roh" dalam lingkup yang sama dengan kata "manusia (daging)." Roh dan daging adalah tubuh dan Roh Kristus. Kata "dibangkitkan menurut Roh" menunjuk pada fakta bahwa karena Dia menanggung dosa kita dan mati maka rohnya sebagai manusia terpisah dari Bapa (Matius 27:46). Kontrasnya adalah antara daging dan roh, sebagaimana dalam Matius 27:41 dan Roma 1:3-4, dan bukan antara tubuh Kristus dan Roh Kudus. Ketika Kristus telah selesai menebus dosa, rohNya kembali kepada persekutuan yang tadinya terputus itu.

1 Petrus 3:18-22 menggambarkan pentingnya kaitan antara penderitaan Kristus (ayat 18) dan kemuliaanNya (ayat 22). Hanya Petrus yang memberi informasi yang spesifik mengenai apa yang terjadi di antara kedua peristiwa itu. Kata "memberitakan" dalam ayat 19 bukan kata yang biasa dipakai dalam Perjanjian Baru untuk menjelaskan pemberitaan Injil. Secara harafiah kata tsb, berarti membawa berita. Yesus menderita dan mati di salib, tubuhNya menderita kematian, dan rohNya mati ketika Dia dibuat menjadi dosa. Namun rohNya dihidupkan kembali dan Dia serahkan itu kepada sang Bapa. Menurut Petrus, dalam saat-saat antara kematian dan kebangkitanNya, Yesus melakukan pemberitaan khusus kepada "roh-roh yang di dalam penjara."

Dalam merujuk pada orang, Petrus menggunakan istilah "jiwa" dan bukannya "roh" (3:200. Dalam Perjanjian Baru, kata "roh-roh" digunakan untuk menggambarkan para malaikat atau roh-roh jahat, bukan manusia; dan ayat 22 kelihatannya memiliki makna ini. Dalam Alkitab, Yesus tidak pernah dikatakan berkunjung ke neraka. Kata "Hades" menunjuk kepada alam maut, sebuah tempat sementara untuk menantikan kebangkitan. Wahyu 20:11-13, dalam versi Alkitab New American Standard Bible (NASB) dan New International Version (NIV), membedakan keduanya dengan jelas. Neraka adalah tempat yang permanen dan merupakan tempat di mana orang-orang yang tidak percaya dihakimi. Hades adalah tempat yang sementara.

Tuhan kita menyerahkan nyawanya kepada Bapa, mati, dan suatu ketika, di antara kematian dan kebangkitanNya, mengunjungi dunia orang mati di mana Dia membawa berita kepada roh-roh (kemungkinan para malaikat yang jatuh; lihat Yudas 6) yang entah bagaimana ada hubungannya dengan zaman sebelum banjir di zaman Nuh. Ayat 20 menyatakan hal ini dengan jelas. Petrus tidak mengatakan apa yang Yesus beritakan kepada roh-roh yang dipenjarakan ini, tapi jelas bukan berita penebusan karena malaikat tidak diselamatkan (Ibrani 2:16). Kemungkinan ini adalah pernyataan kemenangan atas Iblis dan pengikut-pengikutnya (1 Petrus 3:22; Kolose 2:15). Efesus 4:8-10 juga mengindikasikan bahwa Yesus pergi ke "Firdaus" (Lukas 16:20; 23:43) dan membawa ke surga mereka yang percaya kepadaNya sebelum Dia mati. Bagian Alkitab ini tidak memberi banyak detil mengenai apa yang terjadi, namun kebanyakan para sarjana Alkitab sepakat bahwa inilah artinya "Ia membawa tawanan-tawanan."

Jadi, yang dapat dikatakan adalah bahwa Alkitab tidak memberitahukan dengan jelas apa yang Yesus lakukan dalam tiga hari antara kematian dan kebangkitanNya. KelihatanNya, Dia memberitakan berita kemenangan kepada para malaikat yang jatuh dan/atau mereka yang tidak percaya. Apa yang kita tahu dengan pasti adalah bahwa Yesus tidak memberi kesempatan kedua untuk diselamatkan. Alkitab memberitahukan kita bahwa setelah mati kita dihakimi (Ibrani 9:27) dan bukan mendapat kesempatan kedua. Tidak ada jawaban yang jelas apa yang Yesus lakukan di antara saat kematian dan kebangkitanNya. Barangkali ini adalah salah satu misteri yang kita baru dapat mengerti saat kita masuk ke dalam kemuliaan.

Apakah Yesus betul-betul ada? Apakah ada bukti-bukti historis mengenai keberadaan Yesus Kristus?

Pertanyaan: Apakah Yesus betul-betul ada? Apakah ada bukti-bukti historis mengenai keberadaan Yesus Kristus?

Biasanya ketika pertanyaan ini ditanyakan, orang yang bertanya menambahkan, "di luar Alkitab" kepada pertanyaan ini. Kita tidak menerima pemikiran bahwa Alkitab tidak boleh dipertimbangkan sebagai sumber dari bukti keberadaan Yesus. Perjanjian Baru mengandung ratusan referensi tentang Yesus Kristus. Ada orang-orang yang menempatkan tanggal penulisan Injil pada abad kedua Masehi, lebih seratus tahun setelah kematian Yesus. Sekalipun penanggalan ini benar (dan kami dengan tegas mempertanyakan kebenarannya), dalam konteks bukti-bukti dari zaman kuno, tulisan yang dihasilkan kurang dari 200 tahun setelah terjadinya suatu peristiwa dianggap sebagai bukti-bukti yang sangat dapat dipercaya. Lebih dari itu, mayoritas dari para sarjana (Kristen dan non-Kristen) menerima bahwa surat-surat Paulus (paling sedikit beberapa dari surat-surat Paulus ditulis oleh Paulus pada pertengahan abad pertama Masehi, kurang dari 40 tahun setelah kematian Yesus. Dalam hal pembuktian naskah kuno, ini adalah bukti yang sangat luar biasa mengenai keberadaan seseorang yang bernama Yesus di Israel pada awal abad pertama Masehi.

Penting pula untuk menyadari bahwa pada tahun 70 Masehi, orang-orang Roma menyerbu dan menghancurkan Yerusalem dan sebagian besar Israel dan membasmi penduduknya. Semua kota dibakar rata dengan tanah! Tidaklah mengherankan jika banyak bukti mengenai Yesus yang juga rusak. Banyak saksi mata mengenai Yesus yang terbunuh. Semua ini mengurangi jumlah dari saksi-saksi keberadaan Yesus.

Mempertimbangkan bahwa pelayanan Yesus secara umum terbatas kepada daerah yang terpencil dan tidak penting di sudut dari kekaisaran Romawi, jumlah informasi yang dapat kita peroleh mengenai Yesus dari sumber-sumber sejarah sekuler cukup besar. Beberapa bukti historis yang penting mengenai Yesus antara lain:

Tacitus dari abad pertama, seorang sejarahwan Roma yang dianggap akurat, mencatat tentang "orang-orang Kristen" (berasal dari kata "Christus" yang adalah kata bahasa Latin untuk Kristus) yang tahayul, yang menderita di bawah Pontius Pilatus pada zaman pemerintahan Tiberius. Suetonius, sekretaris utama dari Kaisar Hadrian, menulis bahwa ada seseorang yang bernama Chrestus (atau Kristus) yang hidup pada abad pertama (Annals 15.44).

Flavious Yosephus adalah sejarahwan Yahudi yang paling terkenal. Dalam Antiquities dia menunjuk pada Yakobus, "saudara Yesus, yang disebut Kristus." Ada sebuah bagian yang kontroversial (18:3) yang mengatakan, "Pada waktu itu Yesus, seorang yang bijak, kalau secara hukum dia bisa disebut manusia. Dia adalah seorang yang melakukan hal-hal yang luar biasa ". Dia adalah [Sang] Kristus .... Dia menampakkan diri kepada mereka, hidup kembali pada hari ketiga, sebagaimana telah dinubuatkan oleh para nabi, yang juga berbicara mengenai puluhan ribu hal-hal yang luar biasa mengenai Dia." Salah satu versi mengatakan, "Pada waktu itu ada seorang bijak bernama Yesus. Dia hidup dengan baik dan dikenal sebagai orang yang berbudi luhur. Dan banyak orang-orang Yahudi dan dari bangsa-bangsa lain yang menjadi muridNya. Pilatus menyalibkan Dia dan menghukum mati Dia. Namun murid-muridNya tidak meninggalkan Dia. Mereka mengatakan bahwa Dia memperlihatkan diri kepada mereka tiga hari setelah penyalibanNya, dan bahwa Dia hidup; karena itu mungkin Dia adalah Mesias yang diberitakan oleh para nabi" (Extant Writings, 18).

Yulius Afrikanus mengutip sejarahwan Thalus dalam diskusi mengenai kegelapan yang terjadi pada saat penyaliban Yesus Plinius Muda, dalam Letters 10:96, mencatat tentang kebiasaan ibadah dari orang-orang Kristen mula-mula termasuk fakta bahwa orang-orang Kristen menyembah Yesus sebagai Tuhan dan bersikap sangat sopan santun, dan juga merujuk pada perjamuan kasih dan Perjamuan Kudus.

Talmud Babilon (Sanhedrin 43a) mengkonfirmasikan penyaliban Yesus menjelang hari Pasah, dan tuduhan bahwa Kristus mempraktekkan sihir dan mendorong orang-orang Yahudi untuk murtad.

Lucian dari Samosata adalah seorang penulis Yunani dari abad kedua yang mengakui bahwa Yesus disembah oleh orang-orang Kristen, Dia memperkenalkan ajaran-ajaran yang baru dan disalibkan bagi orang-orang Yahudi. Dia mengatakan bahwa pengajaran Yesus mencakup persaudaraan dari orang-orang percaya, pentingnya pertobatan dan pentingnya menyangkali allah-allah lain. Orang-orang Kristen hidup menurut peraturan-peraturan Yesus, percaya bahwa mereka tidak akan mati dan tidak takut mati, penyerahan diri dan penolakan terhadap hal-hal yang bersifat materi.

Mara Bar-Serapion mengkonfirmasikan bahwa Yesus dianggap bijak dan berbudi luhur dan dipandang sebagai Raja Israel oleh banyak orang, dihukum mati oleh orang-orang Yahudi, dan hidup terus dalam pengajaran murid-muridNya.

Kita juga memiliki tulisan-tulisan Gnostik (Injil Kebenaran, Apokripha Yohanes, Injil Thomas, Risalah Mengenai Kebangkitan, dll) yang semuanya menyebut tentang Yesus.

Bahkan kita hampir bisa merekonstruksikan Injil hanya dari sumber-sumber non-Kristen di abad mula-mula: Yesus disebut Kristus (Yosephus), melakukan perbuatan "magis", menuntun Israel kepada pengajaran baru, dan digantung pada hari Pasah bagi mereka (Talmud Babilon) di Yudea (Tacitus), tapi diakui sebagai Tuhan dan akan datang kembali (Eliezar), hal ini dipercaya oleh murid-muridNya dan mereka menyembah Dia sebagai Tuhan (Plinius Muda).

Sebagai kesimpulan, kita percaya bahwa ada banyak bukti mengenai keberadaan Yesus Kristus, baik dalam sejarah sekuler maupun Alkitab. Barangkali bukti terbesar bahwa Yesus betul-betul ada adalah fakta bahwa ribuan orang-orang Kristen pada abad pertama Masehi, termasuk keduabelas rasul, yang rela memberi hidup mereka sebagai martir bagi Yesus Kristus. Orang bersedia mati untuk apa yang mereka percaya sebagai sesuatu yang benar, namun tidak ada yang bersedia mati untuk apa yang mereka tahu sebagai dusta.

Mengapa saya harus percaya pada kebangkitan Kristus?

Pertanyaan: Mengapa saya harus percaya pada kebangkitan Kristus?

Adalah merupakan fakta yang sudah cukup buktinya bahwa Yesus dihukum mati di depan umum di Yudea pada abad pertama AD, di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, dengan cara di salib, atas permintaan dari Mahkamah Agama Yahudi. Kesaksian sejarah non-Kristen dari Flavius Josephus, Cornelius Tacitus, Lucian dari Samosata, Maimonides, dan bahkan dari Mahkamah Agama Yahudi mendukung kesaksian dari orang-orang Kristen mula-mula mengenai aspek historis penting dari kematian Yesus Kristus.

Mengenai kebangkitanNya, ada beberapa bukti yang kuat. Ahli hukum dan negarawan internasional Sir Lionel Luckhoo (tercatat dalam Guinness Book of World Records untuk keberhasilannya dalam membela 245 kasus pembunuhan secara berturut-turut) menjadi lambang dari antusiasme dan keyakinan Kristen akan kuatnya bukti kebangkitan ketika dia menulis, "Saya memiliki pengalaman lebih dari 42 tahun sebagai pengacara di berbagai penjuru dunia dan masih praktek secara aktif hingga hari ini. Saya beruntung bahwa berkali-kali saya sukses dalam pengadilan dan dengan tegas saya harus katakan bahwa bukti dari kebangkitan Yesus Kristus begitu banyak dan kuat sehingga harus diterima tanpa ada keraguan sama sekali."

Tidak mengherankan bahwa masyarakat sekuler menanggapi bukti-bukti itu secara apatis sesuai dengan sikap mereka yang bersiteguh dengan komitmen kepada metodologi naturalisme. Bagi mereka yang asing dengan istilah ini, metodologi naturalisme adalah usaha manusia untuk menjelaskan segala sesuatu berdasarkan alasan-alasan alamiah dan hanya alasan-alasan alamiah semata-mata. Jikalau apa yang dianggap sebagai peristiwa historis bertentangan dengan penjelasan alamiah (misalnya mujizat kebangkitan), para sarjana sekuler umumnya memperlakukannya dengan skeptisisme yang berlebihan, tanpa memperdulikan bukti yang sekuat apapun.

Dalam pandangan kami, sikap bersiteguh sedemikian terhadap penyebab-penyebab alamiah sekalipun tidak didukung oleh bukti-bukti yang cukup adalah merupakan sikap yang tidak kondusif terhadap penelitian yang tidak berpihak. Kami sepaham dengan Dr. Wehner von Braun dan banyak lagi yang lainnya yang tetap percaya bahwa memaksakan kecenderungan filosofi populer kepada bukti-bukti yang ada menghalangi obyektifitas. Dalam kata-kata dari Dr. Von Braun, "Dipaksa untuk percaya pada hanya satu kesimpulan " adalah pelanggaran terhadap obyektifitas sains itu sendiri."

Setelah mengatakan demikian, mari kita menelaah beberapa bukti yang mendukung kebangkitan.

Bukti pertama mengenai kebangkitan Kristus

Mari kita mulai dengan kesaksian yang sungguh-sungguh dari para saksi mata. Para apologis Kristen yang mula-mula mengutip ratusan saksi mata, beberapa dari mereka mencatat pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Banyak dari para saksi mata ini dengan sukarela dan tekad bulat mengalami penganiayaan yang panjang dan kematian daripada menyangkali kesaksian mereka. Fakta-fakta ini membuktikan kesungguhan mereka, tidak mungkin mereka menipu. Menurut catatan sejarah (Kisah Rasul 4:1-17; Surat Plini kepada Trajan X, 96, dll) kebanyakan orang Kristen dapat mengakhiri penderitaan mereka dengan menyangkali iman mereka. Namun kebanyakan justru memilih untuk menjalani penderitaan mereka dan tetap memberitakan kebangkitan Kristus sampai akhir hayat mereka.

Memang harus diakui bahwa sekalipun mati syahid itu mengagumkan, namun tidak betul-betul merupakan sesuatu yang kuat. Hal itu tidak meneguhkan kepercayaan sebaliknya lebih menekankan pada si orang percaya (dengan menunjukkan kesungguhan mereka dengan cara yang dapat dibuktikan). Apa yang membuat para martir Kristen mula-mula ini luar biasa adalah karena mereka tahu apakah yang mereka percaya itu benar atau tidak. Mereka benar-benar melihat Yesus hidup lagi setelah kematianNya atau sama sekali tidak. Ini yang luar biasa. Kalau semua ini hanya merupakan kebohongan, mengapa begitu banyak yang tetap mempertahankannya dalam keadaan yang mereka harus tanggung? Mengapa mereka terus berpegang pada dusta yang begitu merugikan dan bersedia menanggung penganiayaan, penjara, siksa dan kematian?

Walaupun tidak diragukan bahwa para pembajak pada peristiwa 11 September 2001 percaya pada apa yang mereka katakan (dibuktikan dengan kerelaan mereka untuk mati demi kepercayaan mereka) mereka tidak tahu dan tidak dapat tahu apakah semua itu benar atau tidak. Mereka beriman pada tradisi yang diwariskan kepada mereka secara turun temurun. Sebaliknya orang-orang Kristen mula-mula yang menjadi martir adalah orang-orang dari generasi pertama. Mereka melihat sendiri apa yang mereka katakan mereka lihat atau mereka sama sekali tidak melihatnya.

Dari antara para saksi yang paling menonjol adalah para Rasul. Secara kelompok mereka mengalami perubahan yang drastis setelah penampakan Kristus setelah dibangkitkan. Begitu Yesus disalib, mereka menyembunyikan diri dalam ketakutan. Setelah kebangkitan, mereka turun ke jalan, dengan berani memberitakan kebangkitan sekalipun harus mengalami penganiayaan yang makin berat. Bagaimana kita menjelaskan perubahan yang begitu mendadak dan drastis? Jelas bukan karena keuntungan finansial. Para Rasul mengorbankan segalanya, termasuk hidup mereka, demi untuk memberitakan kebangkitan.

Bukti kedua mengenai kebangkitan Kristus.

Bukti kedua berhubungan dengan pertobatan dari sekelompok orang yang ragu, yang paling menonjol adalah Paulus dan Yakobus. Menurut pengakuannya sendiri Paulus adalah seorang penganiaya gereja mula-mula yang keji. Setelah apa yang digambarkannya sebagai pertemuan dengan Kristus yang bangkit, Paulus mengalami perubahan yang mendadak dan drastis, dari penganiaya yang keji menjadi salah seorang pembela gereja yang paling tangguh dan pandai. Sama seperti orang-orang Kristen lainnya, Paulus mengalami penganiayaan, kekurangan, cambuk, pemenjaraan dan dieksekusi karena komitmennya yang tidak goyah terhadap kebangkitan Kristus.

Yakobus adalah seorang skeptik walaupun tidak melakukan kekerasan seperti Paulus. Pertemuannya dengan Kristus yang bangkit mengubah dia menjadi orang percaya yang sulit untuk ditiru, bahkan menjadi pemimpin gereja di Yerusalem. Hingga hari ini kita masih memiliki apa yang secara umum diterima oleh para sarjana sebagai salah satu dari surat-suratnya kepada gereja mula-mula. Sama seperti Paulus, Yakobus bersedia menderita dan mati demi kesaksiannya, suatu fakta yang membuktikan kesungguhan imannya (lihat Kisah Para Rasul dan Antiquities of Jews XX, ix, 1 yang ditulis oleh Josephus).

Bukti ketiga dan keempat mengenai kebangkitan Kristus.

Bukti ketiga dan keempat berhubungan dengan kesaksian dari para musuh mengenai kubur kosong dan fakta bahwa kepercayaan mengenai kebangkitan berakar di Yerusalem. Yesus dihukum mati di depan umum dan dikuburkan di Yerusalem. Adalah tidak mungkin untuk kepercayaan mengenai kebangkitannya dapat berakar di Yerusalem sementara tubuhnya masih tergeletak di dalam kubur yang dapat digali kembali oleh Sanhedrin, diperlihatkan kepada umum, dan dengan demikian membuktikan kepalsuan kebangkitannya. Sebaliknya, Sanhedrin menuduh para murid telah mencuri tubuh Yesus, nampaknya untuk menjelaskan hilangnya tubuh Yesus (dan kubur kosong). Bagaimana kita dapat menjelaskan fakta mengenai kubur kosong?

Berikut ini adalah tiga penjelasan yang paling umum.

Pertama, para murid mencuri tubuh Yesus. Kalau memang demikian, mereka akan tahu bahwa kebangkitan itu hanya merupakan suatu cerita bohong. Karena itu mereka tidak mungkin bersedia menderita dan mati untuk itu (lihat bukti pertama mengenai kesungguhan dari kesaksian para saksi mata). Semua saksi mata akan tahu bahwa mereka tidak betul-betul melihat Kristus bangkit dan karena itu mereka sudah berdusta. Dengan begitu banyak orang yang bersekongkol, salah seorang pasti akan mengaku, kalau bukan untuk mengakhiri penderitaannya, maka untuk mengakhiri penderitaan dari teman-teman dan keluarganya. Generasi Kristen yang pertama dianiaya dengan sangat kejam, khususnya setelah kebakaran di Roma pada tahun 64 AD (kebakaran yang katanya diperintahkan oleh Nero untuk menyediakan ruang untuk memperbesar istananya, tapi dituduhkan pada orang-orang Kristen di Roma untuk membebaskan diri sendiri). Sebagaimana dikisahkan oleh sejarahwan Roma, Cornelius Tacitus, dalam Annals of Imperial Rome (diterbitkan satu generasi setelah kebakaran itu)

"Nero menyalahkan dan dengan amat kejam menganiaya lapisan masyarakat yang paling dibenci, yaitu mereka yang disebut orang-orang Kristen oleh masyarakat umum. Pada masa pemerintaahan Tiberius, Kristus, sumber dari panggilan itu, menderita hukuman yang amat keji dalam tangan salah seorang penguasa kita, yaitu Pontius Pilatus, dan tahyul yang paling jahat yang untuk sementara terkendali kembali membara, bukan saja di Yudea, sumber kejahatan yang pertama, tapi juga di Roma, di mana segala hal yang najis dan memalukan dari seluruh dunia berdatangan dan menjadi populer. Seturut dengan itu, mula-mula mereka yang mengaku bersalah ditangkap, dan berdasarkan informasi dari mereka, khalayak ramaipun didakwa, bukan karena membakar kota, namun karena kejahatan melawan kemanusiaan. Sesudah matipun, mereka masih dihina dengan sangat. Mereka dipakaikan kulit binatang liar dan kemudian dicabik-cabik oleh anjing hingga mati, atau dipaku di salib, atau dibakar dengan api dan dijadikan penerangan malam ketika kegelapan tiba." (Annals, XV, 44).

Nero menggunakan orang-orang Kristen yang dia bakar hidup-hidup sebagai penerangan untuk pesta-pesta taman yang diselenggarakannya. Menghadapi penderitaan dan kesakitan yang luar biasa seperti ini pasti akan ada yang mengakui kebenaran. Namun demikian, faktanya kita tidak mendapatkan catatan apapun bahwa ada orang Kristen mula-mula yang menyangkali iman mereka demi untuk mengakhiri penderitaan mereka. Sebaliknya kita mendapatkan berbagai kisah mengenai penampakan sesudah kebangkitan dan ratusan saksi mata yang bersedia menderita dan mati karenanya.

Jikalau para murid tidak mencuri tubuh Kristus, bagaimana kita menjelaskan kubur kosong? Ada yang mengatakan bahwa Kristus pura-pura mati dan belakangan melarikan diri dari kuburan. Ini sama sekali tidak masuk akal. Menurut para saksi mata, Kristus dipukuli, disiksa, dicambuk dan ditikam. Dia menderita luka dalam, kehilangan darah dalam jumlah besar, tidak bisa bernafas dan ditikam dengan tombak. Tidak ada dasar untuk percaya bahwa Yesus Kristus (atau siapapun) dapat lolos dari penderitaan seperti itu, pura-pura mati, berbaring dalam kubur selama tiga hari tiga malam tanpa mendapat perawatan medis, makanan atau air, menyingkirkan batu besar yang menutupi kuburnya, lari tanpa meninggalkan bekas (tanpa meninggalkan jejak darah), meyakinkan ratusan saksi mata bahwa dia bangkit dari kematian dan sehal walafiat, dan kemudian menghilang tanpa bekas. Pemikiran semacam ini sangat tidak masuk akal.

Bukti kelima mengenai kebangkitan Kristus

Akhirnya, bukti kelima berhubungan dengan keanehan dari kesaksian para saksi mata. Dalam semua kisah utama mengenai kebangkitan, para wanita disebut sebagai para saksi yang pertama dan utama. Hal ini merupakan cara yang ganjil karena dalam budaya Roma dan Yahudi kuno para wanita sangat dipandang remeh. Kesaksian mereka dianggap tidak penting dan dapat diabaikan. Mengingat akan hal ini, sangat tidak mungkin bahwa pencipta cerita palsu dalam abad pertama Yahudi mau memilih wanita sebagai saksi-saksi utama. Dari sekian banyak murid-murid pria yang mengaku bertemu dengan Yesus yang bangkit, kalau saja semua itu adalah kebohongan dan kisah kebangkitan adalah penipuan, mengapa justru saksi-saksi yang paling diremehkan dan tidak dipercaya yang dipilih?

Dr. William Lane Craig menjelaskan, "Ketika Anda memahami peranan wanita dalam masyarakat Yahudi di abad pertama, luar biasa sekali bahwa kisah mengenai kubur kosong menampilkan wanita sebagai yang pertama-tama menemukan kubur kosong. Wanita menempati tingkatan yang sangat rendah dalam strata sosial di abad pertama Palestina. Ada pepatah kuno yang mengatakan "Lebih baik kata-kata Torat dibakar daripada diberikan kepada wanita," dan "Diberkatilah dia yang mendapatkan anak laki-laki, namun celakalah dia yang mendapatkan anak perempuan." Kesaksian para wanita dianggap tidak ada gunanya sehingga mereka tidak diizinkan untuk bertindak sebagai saksi dalam sistim pengadilan Yahudi. Dalam terang ini, sangatlah luar biasa bahwa para saksi utama dari kubur kosong adalah para wanita ini. " Semua kisah legenda pada jama belakangan pasti akan menggambarkan murid-murid laki-laki yang menemukan kubur itu, misalnya Petrus atau Yohanes. Fakta bahwa para wanita adalah saksi mula-mula dari kubur kosong dapat dijelaskan dengan penuh kepastian bahwa kenyataannya, suka atau tidak suka, merekalah yang menemukan kubur kosong! Hal ini memperlihatkan bahwa para penulis Injil dengan setia mencatat apa yang terjadi sekalipun itu memalukan. Hal ini membuktikan sifat historis dari tradisi ini dan bukan sebagai legenda. (Dr. William Lane Craig, dikutip oleh Lee Strobel, The Case for Christ, Grand Rapids: Zondervan, 1998, hal. 293.

Ringkasan

Bukti-bukti ini: kesungguhan yang nyata dari para saksi mata (dan dalam hal para Rasul, perubahan yang drastis dan tak terduga), pertobatan dan kesungguhan dari para antagonis dan orang-orang skeptik yang kemudian mati syahid, fakta mengenai kubur kosong, kesaksian dari musuh mengenai kubur kosong, fakta bahwa semua peristiwa ini terjadi di Yerusalem di mana kepercayaan mengenai kebangkitan muncul dan berkembang, kesaksian dari para wanita, makna dari kesaksian mereka dalam konteks sejarah; semua ini secara kuat menyaksikan sifat historis dari kebangkitan. Kami mendorong para pembaca untuk mempertimbangkan bukti-bukti ini. Apa yang dikatakan oleh bukti-bukti ini kepada Anda? Setelah merenungkannya, kami dengan penuh ketekadan mendukung pernyataan dari Sir Lionel:"

"Bukti dari kebangkitan Yesus Kristus begitu banyak dan kuat sehingga harus diterima tanpa ada keraguan sama sekali."

Apa artinya Yesus adalah Anak Allah?

Pertanyaan: Apa artinya Yesus adalah Anak Allah?

Yesus bukan Anak Allah dalam pengertian sebagaimana kita mengerti tentang ayah dan anak. Allah tidak menikah dan kemudian mendapatkan seorang anak. Yesus adalah Anak Allah dalam pengertian Dia adalah Allah yang menjadi manusia (Yohanes 1:1, 14). Yesus adalah Anak Allah dalam pengertian Dia dikandung oleh Roh Kudus. Lukas 1:35 mengatakan, "Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah" (Lukas 1:35). Dalam zaman Alkitab, frasa "anak manusia" digunakan untuk menggambarkan seorang manusia. Anak manusia adalah manusia.

Contoh lain dapat dilihat dalam Yohanes 17:12 di mana Yudas dilukiskan sebagai "anak kebinasaan." Yohanes 6:71 memberitahu kita bahwa Yudas adalah anak Simon. Apa yang dimaksudkan oleh Yohanes 17:12 waktu menggambarkan Yudas sebagai "anak kebinasaan?" Kata "kebinasaan" berarti "kehancuran, kesia-siaan." Yudas bukan secara harafiah anak dari "kehancuran, kesia-siaan" " tetapi hal-hal itu adalah ciri-ciri dari kehidupan Yudas. Yudas adalah manifestasi dari kebinasaan. Demikian pula, Yesus adalah Anak Allah. Anak dari Allah adalah Allah. Yesus adalah Allah yang menyatakan diri (Yohanes 1:1, 14).

Apakah kebangkitan Yesus Kristus benar adanya?

Pertanyaan: Apakah kebangkitan Yesus Kristus benar adanya?

Meskipun Alkitab tidak berusaha "membuktikan" bahwa Yesus bangkit dari antara orang mati, Alkitab memberikan bukti-bukti konklusif bahwa Yesus benar-benar bangkit. Kebangkitan Kristus dicatat dalam Matius 29:1-20; Markus 16:1-20; Lukas 24:1-53 dan Yohanes 20:1-21:25. Yesus yang bangkit juga nampak dalam kitab Kisah Rasul (Kisah Rasul 1:1-11). Dari bagian-bagian Alkitab ini Anda dapat memperoleh beberapa "bukti" dari kebangkitan Kristus. Perhatikan saja perubahan dramatis dari para murid. Dari orang yang ketakutan dan bersembunyi dalam rumah, mereka beubah menjadi kelompok yang berani dan memberitakan Injil di seluruh dunia. Bagaimana mungkin Anda menjelaskan perubahan sedramatis ini kalau bukan Kristus yang sudah bangkit memperlihatkan diri kepada mereka?

Coba lihat kehidupan dari Rasul Paulus. Apa yang mengubah dia dari penganiaya gereja menjadi rasul bagi gereja? Hal itu terjadi ketika Kristus yang bangkit memperlihatkan diri kepadaNya di jalan menuju ke Damsyik (Kisah Rasul 9:1-6). "Bukti" lain yang meyakinkan adalah kubur yang kosong. Jikalau Kristus tidak dibangkitkan, di mana tubuhNya? Para murid dan orang-orang lainnya melihat kubur di mana Kristus dikuburkan. Ketika mereka kembali lagi, tubuhNya tidak lagi di sana. Malaikat-malaikat menyatakan bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati sebagaimana dijanjikanNya (Matius 28:5-7). Bukti lain dari kebangkitan adalah banyaknya orang yang melihat Yesus yang bangkit (Matius 28:5,9, 16-17; Markus 16:9; Lukas 24:13-35; Yohanes 20:19, 24, 26-29; 21:1-14; Kisah Rasul 1:6-8; 1 Korintus 15:5-7).

Ayat kunci mengenai kebangkitan Kristus adalah 1 Korintus 15. Dalam pasal ini, rasul Paulus menjelaskan mengapa penting untuk mengerti dan percaya pada kebangkitan Kristus. Kebangkitan Kristus penting karena alasan-alasan berikut ini: (1) Jikalau Kristus tidak dibangkitkan dari antara orang mati, orang-orang percaya juga tidak akan dibangkitkan (1 Korintus 15:12-15). (2) Jika Kristus tidak dibangkitkan dari antara orang mati, pengorbananNya untuk dosa tidak akan cukup (1 Korintus 15:16-19). Kebangkitan Yesus membuktikan bahwa kematianNya diterima oleh Allah sebagai penebusan untuk dosa-dosa kita. Jikalau Yesus hanya sekedar mati dan tidak bangkit, hal itu mengindikasikan bahwa pengorbananNya tidaklah cukup. Akibatnya, dosa tidak akan diampuni dan tidak akan ada kebangkitan (1 Korintus 15:16-19) " tidak akan ada hidup kekal (Yohanes 3:16). "Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal" (1 Korintus 15:20). Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati " Dia adalah buah sulung dari kebangkitan kita.

(3) Semua orang yang percaya kepadaNya akan dibangkitkan kembali untuk hidup dalam kekekalan sebagaimana Kristus sudah bangkit (1 Korintus 15:20-23). 1 Korintus 15 menjelaskan bagaimana kebangkitan Kristus membuktikan kemenanganNya atas dosa, dan memberikan kita kuasa untuk hidup berkemenangan atas dosa (1 Korintus 15:24-34). (4) Kebangkitan Kristus memperlihatkan kita kemuliaan dari tubuh kebangkitan yang akan kita terima (1 Korintus 15:35-49). (5) Kebangkitan Kristus menyatakan bahwa sebagai hasil dari kebangkitanNya, semua yang percaya padaNya akan mengalahkan maut (1 Korintus 15:50-58). Betapa mulianya kebangkitan Kristus! "Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia" (1 Korintus 15:58).

Mengapa kelahiran anak dara begitu penting?

Pertanyaan: Mengapa kelahiran anak dara begitu penting?

Doktrin kelahiran anak dara (virgin birth) sangat penting dan krusial (Yesaya 7:14; Matius 1:23; Lukas 1:27-34). Pertama-tama, mari kita lihat bagaimana Alkitab menggambarkan peristiwa tsb. Sebagai respon terhadap pertanyaan Maria, "Bagaimana?" Gabriel berkata, "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau." (Lukas 1:35). Malaikat mendorong Yusuf untuk menikahi Maria dengan kata-kata ini: "Sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus." (Matius 1:20). Matius menjelaskan bahwa anak dara itu "mengandung dari Roh Kudus" (Matius 1:18). Galatia 4:4 juga jelas sekali mengajarkan kelahiran anak dara "Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan" (Galatia 4:4).

Dari ayat-ayat ini jelas bahwa kelahiran Yesus adalah hasil dari pekerjaan Roh Kudus dalam tubuh Maria. Bagian bukan materi (Roh Kudus) dan bagian materi (kandungan Maria) sama-sama ambil bagian. Tentunya Maria tidak dapat menghamili dirinya sendiri dan dalam pengertian ini, dia hanyalah "alat." Hanya Allah yang dapat melakukan mujizat Inkarnasi.

Menyangkali koneksi fisik antara Maria dan Yesus berarti mengatakan bahwa Yesus bukan betul-betul manusia. Alkitab mengajarkan bahwa Yesus adalah manusia sepenuhnya, dengan tubuh fisik seperti kita. Tubuh ini diterimaNya dari Maria. Pada saat yang sama, Yesus adalah sepenuhnya Allah, tidak berdosa dan kekal. Lihat Yohanes 1:14; Kisah Rasul 20:28; 1 Timotius 3:16 dan Ibrani 2:14-17.

Yesus tidak dilahirkan dalam dosa, artinya, Dia tidak memiliki pribadidosa (Ibrani 7:26). Nampaknya natur dosa diwariskan dari satu generasi ke generasi lainnya melalui ayah (Roma 5:12; 17, 19). Kelahiran anak dara (virgin birth) menghindari pewarisan pribadidosa dan memungkinkan Allah yang kekal menjadi manusia yang sempurna.

Apakah Yesus pergi ke neraka di antara kematian dan kebangkitanNya?

Pertanyaan: Apakah Yesus pergi ke neraka di antara kematian dan kebangkitanNya?

Apakah Yesus pergi ke neraka pada saat antara kematian dan kebangkitanNya? Ada banyak hal yang membingungkan dalam pertanyaan ini. Konsep ini secara utama berasal dari Pengakuan Iman Rasuli yang mengatakan "[Yesus] turun ke dalam neraka." Ada pula beberapa ayat Alkitab yang, tergantung bagaimana ayat-ayat tsb diterjemahkan, menggambarkan bahwa Yesus pergi ke "neraka." Dalam mempelajari isu ini, adalah penting untuk pertama-tama memahami apa yang diajarkan Alkitab mengenai "dunia" orang mati.

Dalam Alkitab bahasa Ibrani, kata yang diterjemahkan dunia orang mati adalah "Sheol." Kata ini berarti "tempat orang-orang mati" atau "tempat roh-roh/jiwa-jiwa yang meninggal." Dalam Perjanjian Baru kata bahasa Yunani yang digunakan untuk neraka adalah "Hades," yang juga menunjuk pada "tempat orang-orang mati." Ayat-ayat Alkitab lain dalam Perjanjian Baru mengindikasikan bahwa Sheol/Hades adalah tempat yang sementara, di mana jiwa-jiwa menanti kebangkitan dan penghakiman terakhir. Wahyu 20:11-15 membedakan keduanya dengan jelas. Neraka (lautan api) adalah tempat permanen dan tempat penghakiman terakhir bagi mereka yang tersesat. Hades adalah tempat sementara. Jadi, tidak, Yesus tidak pergi ke "neraka" karena "neraka" adalah dunia yang akan datang, yang hanya akan ada setelah Tahta Putih yang besar untuk penghakiman (Wahyu 20:11-15).

Sheol/Hades adalah dunia dengan dua bagian (Matius 11:23; 16:18; Lukas 10:15; 16:23; Kisah Rasul 2:27-31), tempat kediaman orang yang diselamatkan dan yang terhilang. Tempat kediaman orang yang diselamatkan disebut "Firdaus" dan "pangkuan Abraham." Tempat kediaman orang yang selamat dan yang terhilang dipisahkan oleh "jurang yang tak terseberangi" (Lukas 16:26). Ketika Yesus naik ke surga, Dia membawa mereka yang berdiam di Firdaus (orang-orang percaya) bersama dengan Dia (Efesus 4:8-10). Bagian orang-orang terhilang di Sheol/Hades tetap tidak berubah. Semua orang mati yang tidak percaya masuk ke sana untuk menantikan penghakiman terakhir di masa yang akan datang. Apakah Yesus pergi ke Sheol/Hades? Ya, menurut Efesus 4:8-10 dan 1 Petrus 3:18-20.

Beberapa kebingungan muncul dari bagian-bagian seperti Mazmur 16:10-11, "sebab Engkau tidak menyerahkan aku ke dunia orang mati (terjemahan bahasa Inggris: neraka), dan tidak membiarkan Orang Kudus-Mu melihat kebinasaan. Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan." Kata "neraka" (dalam terjemahan bahasa Inggris) bukan terjemahan yang tepat dalam ayat ini. Terjemahan yang tepat adalah "kubur" atau "Sheol." Bertahun-tahun kemudian Yesus sendiri di atas salib berkata kepada penyamun di sampingNya, "Sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." TubuhNya ada di dalam kubur; jiwa/rohNya pergi ke bagian "Firdaus" dari Sheol/Hades. Di sana Dia memindahkan semua orang benar yang sudah mati dan membawa mereka bersama dengan Dia ke Surga. Sayangnya dalam banyak terjemahan Alkitab para penerjemah tidak konsisten, atau tepat, dalam bagaimana menerjemahkan kata Ibrani dan Yunani untuk "Sheol," "Hades" dan "Neraka."

Beberapa orang memilik pandangan bahwa Yesus pergi ke "neraka" atau bagian penderitaan dari Sheol/Hades untuk menerima hukuman lebih lanjut bagi dosa-dosa kita. Pandangan ini sama sekali tidak Alkitabiah. Adalah kematian Kristus di atas Salib dan penderitaanNya bagi kita yang menyediakan penebusan kita. DarahNya yang telah dicurahkan yang telah membersihkan kita dari dosa (1 Yohanes 1:7-9). Saat Dia tergantung di atas Salib, Dia menanggung beban dosa segenap umat manusia di atas diriNya. "Dia telah dibuatNya menjadi dosa karena kita," kata 2 Korintus 5:21 "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah." Imputasi dosa menolong kita mengerti pergumulan Tuhan Yesus di taman Getsemani dengan cawan dosa yang akan dicurahkan atas Dia di salib.

Ketika Yesus berseru di salib, "BapaKu, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" pada saat itulah Dia terpisah dari Bapa karena dosa yang dicurahkan ke atas diriNya. Saat Dia menyerahkan nyawaNya, Dia berkata, "Bapa, ke dalam tanganMu ku serahkan roh Ku." Penderitaannya adalah bagi kita. Jiwa/rohNya pergi ke bagian Firdaus dari Hades. Yesus tidak pergi ke neraka. Penderitaan Yesus berakhir pada saat kematianNya. Hutang dosa telah dilunasi. Dia menantikan kebangkitan tubuhNya dan kembali kepada kemuliaanNya saat kenaikanNya. Apakah Yesus pergi ke neraka? Tidak. Apakah Yesus pergi ke Sheol/Hades? Ya.

Apakah Yesus disalibkan pada hari Jumat?

Pertanyaan: Apakah Yesus disalibkan pada hari Jumat?

Alkitab tidak secara khusus mencatat pada hari apa Yesus disalibkan. Dua pandangan yang paling banyak diterima adalah hari Jumat dan Rabu. Ada beberapa yang menggunakan sintesis Jumat dan Rabu dan menganggap Kami sebagai hari penyaliban.

Dalam Matius 12:40 Yesus berkata, "Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam." Mereka yang mengatakan bahwa Jumat adalah hari penyaliban mengatakan bahwa masih ada cara yang valid di mana Yesus dapat dikatakan dikuburkan selama tiga hari. Dalam pemikiran orang-orang Yahudi di abad pertama, setengah hari dianggap sebagai satu hari penuh. Karena Yesus berada dalam kubur untuk sebagian dari hari Jumat, satu hari penuh pada hari Sabtu dan sebagian dari hari Minggu " maka Yesus dapat diperhitungkan sebagai berada dalam kubur selama tiga hari. Salah satu argumen utama untuk hari Jumat ditemukan dalam Markus 15:42 yang mengatakan bahwa Yesus disalibkan pada "hari menjelang Sabat." Jikalau ini adalah Sabat mingguan, yaitu hari Sabtu, maka fakta ini menunjuk pada penyaliban pada hari Jumat. Argumen lain untuk hari Jumat mengatakan bahwa ayat-ayat seperti Matius 16:21 dan Lukas 9:22 mengajarkan bahwa Yesus akan bangkit pada hari ketiga, karena itu Dia tidak perlu berada dalam kubur untuk tiga hari tiga malam penuh. Namun walaupun beberapa terjemahan Alkitab menggunakan kata "pada hari ketiga" dalam ayat-ayat ini, tidak semua sepakat bahwa ini adalah terjemahan yang tepat untuk ayat-ayat ini. Lagipula, Markus 8:31 mengatakan bahwa Yesus akan bangkit "sesudah" tiga hari.

Argumen untuk hari Kamis mendasarkannya pada pandangan tentang penyaliban pada hari Jumat dan mengatakan bahwa terlalu banyak kejadian (ada yang menghitung duapuluh kejadian) antara penguburan Yesus dan Minggu pagi untuk Yesus dikuburkan pada Jumat malam. Mereka menunjukkan bahwa hal ini khususnya menjadi masalah kalau satu-satunya hari yang penuh antara Jumat dan Minggu adalah hari Sabtu, hari Sabat orang Yahudi. Adanya tambahan satu atau dua hari akan menghapuskan masalah itu. Mereka yang membela hari Kamis beralasan: misalnya Anda tidak bertemu dengan seorang teman sejak hari Senin malam. Ketika Anda bertemu dengan dia pada hari Kamis pagi, dan Anda mengatakan, "Saya tidak melihat Anda dalam tiga hari" walaupun sebetulnya secara tehnis hanya ada 60 jam (2.5 hari). Jikalau Yesus dikuburkan pada hari Kamis, contoh ini memperlihatkan bagaimana hal itu dapat saja dipandang sebagai tiga hari.

Pendapat yang mengatakan hari Rabu mengatakan bahwa dalam minggu itu ada dua hari Sabat. Setelah hari Sabat pertama (yang terjadi pada malam penyaliban, Markus 15:42; Lukas 23:52-54) para wanita membeli rempah-rempah " perhatikan bahwa mereka membeli setelah hari Sabat (Markus 18:1). Pandangan hari Rabu mengatakan bahwa hari Sabat ini adalah hari Pasah (lihat Imamat 16:29-31; 23:24-32, 39 di mana hari raya besar yang tidak harus jatuh pada hari ke tujuh disebut sebagai Sabat). Sabat kedua dalam minggu itu adalah hari sabat biasa pada hari Sabtu. Perhatikan bahwa dalam Lukas 23:56 para wanita yang telah membeli rempah-rempah setelah Sabat yang pertama pulang dan mempersiapkan rempah-rempah itu dan kemudian "beristirahat pada hari Sabat" (Lukas 23:56). Pandangan ini mengemukakan bahwa mereka tidak bisa membeli rempah-rempah sesudah hari Sabat tapi mempersiapkan rempah-rempah itu sebelum hari Sabat " kecuali kalau ada dua hari Sabat. Dengan pandangan dua Sabat, kalau Kristus disalibkan pada hari Kamis, maka hari raya Sabat (Pasah) dimulai pada terbenamnya matahari pada hari Kamis dan berakhir pada terbenamnya matahari di hari Jumat " yaitu permulaan dari hari Sabat mingguan atau hari Sabtu. Membeli rempah-rempah sesudah hari Sabat yang pertama (Pasah) berarti mereka membelinya pada hari Sabtu dan melanggar hari Sabat.

Karena itu pandangan ini mengatakan bahwa satu-satunya penjelasan yang tidak melangar kisah Alkitab tentang para wanita dan rempah-rempah dan tetap berpegang pada pengertian harafiah dari Matius 12:40 adalah bahwa Yesus disalibkan pada hari Rabu. Hari Sabat yang adalah hari raya (Pasah) terjadi pada hari Kamis, para wanita membeli rempah-rempah (sesudah itu) pada hari Jumat dan pulang serta mempersiapkan rempah-rempah itu pada hari yang sama, mereka kemudian beristirahat pada hari Sabtu, yang adalah hari Sabat mingguan, kemudian membawa rempah-rempah itu ke kubur pada hari Minggu pagi-pagi. Yesus dikubur menjelang matahari terbenam pada hari Rabu, yang adalah hari Kamis dalam kalender Yahudi. Dengan menggunakan kalendar Yahudi, ada Kamis malam (malam pertama) hari Kamis (hari pertama), Jumat malam (malam kedua), hari Jumat (hari kedua), Sabtu malam (malam ketiga) hari Sabtu (hari ketiga). Kita tidak tahu pasti kapan Yesus bangkit, tapi kita tahu bahwa itu terjadi sebelum matahari terbit padahari Minggu (Yohanes 20:1, Maria Magdalena datang "ketika hari masih gelap" dan batu sudah digulingkan dan dia kemudian menemui Petrus dan mengatakan bahwa mereka "telah mengambil Tuhan dari kubur") sehingga Dia bisa saja bangkit setelah matahari terbenam pada hari Sabtu malam yang adalah merupakan hari pertama dalam minggu itu bagi orang-orang Yahudi.

Kemungkinan masalah dengan pandangan hari Rabu adalah bahwa para murid yang berjalan dengan Yesus ke Emaus melakukannya pada "hari yang sama" dengan kebangkitanNya (Lukas 24:13). Para murid, yang tidak mengenali Yesus, memberitahukan Dia penyaliban Yesus (24:21) dan berkata bahwa hari ini adalah "tiga hari setelah semuanya itu terjadi" (24:22). Hari Rabu ke hari Minggu adalah empat hari. Penjelasan yang mungkin adalah bahwa mereka mungkin menghitung sejak hari Rabu malam saat Yesus dikuburkan, yang merupakan permulaan dari hari Kamis bagi orang-orang Yahudi, dan hari Kamis sampai Minggu dapat dianggap sebagai tiga hari.

Secara gambaran besar, tidak penting untuk mengetahui hari apa Kristus disalibkan. Kalau itu penting, Firman Tuhan pasti telah memberitahukannya dengan jelas. Apa yang penting adalah Dia mati, dan secara tubuh Dia bangkit dari antara orang mati. Apa yang sama pentingnya adalah alasan kematianNya " Dia mati untuk menanggung hukuman yang pantas diterima oleh semua orang berdosa, Yohanes 3:16 dan 3:36 memberitahukan bawah percaya kepadaNya menghasilkan hidup yang kekal!

Mungkinkah Yesus berdosa (bisa atau tidak bisa)? Kalau Yesus tidak mungkin berdosa, apa gunanya Dia dicobai?

Pertanyaan: Mungkinkah Yesus berdosa (bisa atau tidak bisa)? Kalau Yesus tidak mungkin berdosa, apa gunanya Dia dicobai?

Pertanyaan ini dibagi dalam dua kategori. Adalah penting untuk mengingat bahwa ini bukanlah soal apakah Yesus berdosa atau tidak. Kedua belah pihak menerima, sebagaimana dikatakan dengan jelas oleh Alkitab, bahwa Yesus tidak berdosa. Pertanyaannya adalah apakah mungkin bagi Yesus untuk berdosa? Mereka yang berpegang pada ketidakmungkinan berdosa percaya bahwa Yesus tidak bisa berbuat dosa. Mereka yang berpegang pada kemungkinan berdosa percaya bahwa Yesus bisa saja berdosa namun tidak berdosa. Pandangan mana yang benar? Ajaran Alkitab yang jelas adalah bahwa Yesus tidak mungkin berdosa " Yesus tidak bisa berdosa. Kalau Yesus bisa berbuat dosa, sampai saat ini Dia masih tetap bisa berdosa karena Yesus memiliki esensi yang sama dengan ketika Dia masih berdiam di dalam dunia. Dia adalah Allah-manusia " dan akan selamanya demikian, memiliki keillahian dan kemanusiaan yang sempurna yang begitu menyatu dalam satu pribadi sehingga tidak dapat dibagi. Mempercayai bahwa Yesus dapat berbuat dosa sama saja percaya bahwa Allah dapat berbuat dosa. Kolose 1:19, " Karena seluruh kepenuhan Allah berkenan diam di dalam Dia." Kolose 2:9, "Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan."

Sekalipun Yesus adalah manusia yang sempurna, Dia tidak dilahirkan dengan natur dosa sebagaimana kita dilahirkan. Jelas Dia dicobai sama seperti kita, yaitu pencobaan di tempatkan di hadapanNya oleh Iblis, namun Dia tetap tidak berdosa karena Allah tidak dapat berdosa. Hal itu adalah berlawanan dengan naturNya (Matius 4:1; Ibrani 2:18, 4:15; Yakobus 1:13). Berdasarkan definisinya dosa adalah pelanggaran terhadap hukum Allah. Allah menciptakan Taurat, dan Taurat itu secara natur adalah apa yang akan dilakukan dan tidak akan dilakukan Allah; oleh karena itu dosa adalah segala sesuatu yang tidak akan dilakukan Allah karena naturNya.

Pada dirinya sendiri dicobai bukanlah merupakan dosa. Seseorang bisa saja mencobai Anda dengan sesuatu yang Anda tidak inginkan, misalnya membunuh atau ambil bagian dalam tingkah laku seks yang tidak wajar. Anda mungkin sama sekali tidak berhasrat untuk ambil bagian dalam perbuatan ini, namun Anda tetap dicobai karena seseorang menempatkan kemungkinan untuk itu di hadapan Anda. Paling sedikit ada dua definisi dicobai:

1) Dicobai " mendapatkan tawaran dari seseorang atau sesuatu di luar diri Anda, atau dari natur Anda sendiri untuk melakukan dosa.

2) Dicobai " mempertimbangkan untuk ambil bagian dalam perbuatan dosa dan kenikmatan serta konsekwensi dari perbuatan itu sampai pada tahap di mana perbuatan tsb sudah terjadi dalam pikiran Anda.

Definisi pertama tidak menggambarkan tindakan/pikiran yang berdosa, definisi kedua menjelaskan hal itu. Ketika Anda terpaku pada perbuatan dosa dan mempertimbangkan bagaimana melakukannya dengan sukses, Anda telah melewati garis dosa. Yesus dicobai sebagaimana dalam definisi pertama, kecuali bahwa Dia tidak pernah dicobai oleh natur dosa karena Dia tidak memiliki natur dosa. Iblis menawarkan perbuatan-perbuatan dosa tertentu kepada Yesus, namun Yesus tidak memiliki keinginan dari diriNya sendiri untuk melakukan dosa itu. Jadi Dia dicobai sama seperti kita namun tetap tidak berdosa.

Mereka yang berpegang pada kemungkinan untuk berdosa percaya bahwa kalau Yesus tidak dapat berdosa, Dia tidak dapat betul-betul mengalami pencobaan, dan karena itu tidak dapat benar-benar berempati dengan pergumulan dan pencobaan-pencobaan kita. Kita harus mengingat bahwa untuk dapat memahami sesuatu, seseorang tidak harus secara langsung mengalaminya sendiri. Allah tahu segala-galanya tentang segala-galanya. Walaupun Allah tidak punya keinginan untuk berdosa, dan jelas tidak pernah berdosa " Allah tahu dan mengerti bagaimana rasanya dicobai. Yesus dapat berempati dengan pencobaan kita karena Dia mengetahui " bukan karena Dia telah "mengalami" segala yang kita alami.

Yesus tahu bagaimana rasanya dicobai, namun Dia tidak tahu bagaimana rasanya berbuat dosa. Hal ini tidak mencegah Yesus untuk menolong kita. Kita dicobai dengan dosa yang biasa dialami oleh orang (1 Korintus 10:13). Dosa-dosa ini secara umum dapat disarikan ke dalam tiga jenis: keinginan mata, keinginan daging dan keangkuhan hidup (1 Yohanes 2:16). Coba perhatikan pencobaan dan dosa Hawa, demikian pula pencobaan Yesus, maka Anda akan mendapatkan bahwa semua pencobaan tsb. berasal dari ketiga kategori ini. Yesus dicobai dalam segala cara dan bidang, sama seperti kita, namun tetap suci. Sekalipun natur kita yang sudah rusak mengakibatkan keinginan hati kita untuk ambil bagian dalam perbuatan dosa tertentu, kita memiliki kemampuan untuk mengatasi dosa karena kita bukan lagi budak-budak dosa namun adalah hamba-hamba Allah (Roma 6, khususnya ayat 2, dan 16-22).

Mengapa silsilah-silsilah Yesus dalam Matius dan Lukas begitu berbeda?

Pertanyaan: Mengapa silsilah-silsilah Yesus dalam Matius dan Lukas begitu berbeda?

Silsilah Yesus terdapat dalam dua tempat dalam Kitab Suci, Matius pasal 1 dan Lukas pasal 3, ayat 23-38. Matius menelusuri silsilah dari Yesus sampai Abraham. Lukas menelusuri silsilah dari Yesus sampai kepada Adam. Namun demikian, ada alasan kuat untuk percaya bahwa Matius dan Lukas menelusuri silsilah-silsilah yang sama sekali berbeda. Misalnya, Matius mencantumkan Yakub sebagai sebagai ayah Yusuf (Matius 1:16), sementara Lukas mengatakan bahwa ayah Yusuf adalah Eli (Lukas 3:23). Matius menelusuri garis keturunan melalui Salomo, anak Daud (Matius 1:6), sementara Lukas menelusuri garis keturunan melalui Natan, anak Daud (Lukas 3:31). Kenyataannya, antara Daud dan Yesus, satu-satunya nama yang sama dalam silsilah adalah Sealtiel dan Zerubabel (Matius 1:12; Lukas 3:27). Bagaimana menjelaskan perbedaan ini?

Ada orang yang menunjuk pada perbedaan ini sebagai bukti dari kesalahan dalam Alkitab. Namun demikian, orang-orang Yahudi menyimpan catatan dengan amat teliti, khususnya dalam kaitannya dengan silsilah. Sulit membayangkan bahwa Matius dan Lukas dapat membangun dua silsilah yang sama sekali berbeda. Bahkan kemungkinan rujukan pada Sealtiel dan Zerubabel adalah menunjuk pada dua orang yang sama sekali berbeda namun memiliki nama yang sama. Matius menyebutkan ayah Sealtiel sebagai Yekhonya, sementara Lukas menyebut Neri sebagai ayah Sealtiel. Adalah normal bagi seorang yang bernama Sealtiel untuk menamai anaknya Zerubabel sesuai dengan orang-orang ternama dengan nama yang sama (lihat kitab Ezra dan Nehemia).

Penjelasan lain adalah bahwa Matius menelusuri garis keturunan utama sedangkan Lukas memperhitungkan terjadinya "pernikahan kelewian." Kalau seorang laki-laki mati tanpa meninggalkan seorang putrapun, adalah merupakan tradisi untuk saudara dari lak-laki itu untuk menikahi istrinya dan melahirkan anak laki-laki yang nantinya akan meneruskan garis keturunan laki-laki tsb. Walaupun bisa saja demikian, namun pandangan ini tidak dimungkinkan karena kalau demikian halnya maka setiap generasi dari Daud sampai kepada Yesus akan memiliki "pernikahan kelewian" baru dapat menjelaskan perbedaan di setiap generasi. Ini amat tidak mungkin.

Dengan mengingat konsep ini, kebanyakan sarjana Alkitab yang konservatif menganggap bahwa Lukas mencatat silsilah Maria dan Matius mencatat silsilah Yusuf. Matius mengikuti garis keturunan Yusuf (ayah Yesus secara hukum), melalui Salomo, anak Daud, sementara Lukas mengikuti garis keturunan Maria (keluarga Yesus secara darah), melalui Natan, anak Daud. Dalam bahasa Yunani tidak ada kata untuk "menantu laki-laki," dan Yusuf dapat dianggap sebagai anak Eli melalui menikahi putri Eli, Maria. Melalui garis keturunan manapun, Yesus adalah keturunan Daud dan karena itu berhak menjadi Mesias. Menelusuri silsilah melalui ibu adalah langka, namun begitu pula kelahiran melalui anak dara. Penjelasan Lukas adalah bahwa anak Yusuf, "menurut anggapan orang" (Lukas 3:23).

Apa itu kesatuan hipostatik? Bagaimana mungkin Yesus adalah Allah dan manusia pada saat bersamaan?

Pertanyaan: Apa itu kesatuan hipostatik? Bagaimana mungkin Yesus adalah Allah dan manusia pada saat bersamaan?

Kesatuan hipostatik adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan bagaimana Allah Putra, Yesus Kristus mengambil natur kemanusiaan, namun pada saat yang sama tetap merupakan Allah yang sempurna. Yesus selamanya adalah Allah (Yohanes 8:58; 10:30), namun dalam inkarnasi Yesus mengambil tubuh manusia " Dia menjadi manusia (Yohanes 1:14). Penambahan natur kemanusiaan kepada natur keillahian adalah Yesus, Allah-manusia. Inilah kesatuan hipostatik, Yesus Kristus, satu Pribadi, Allah yang sempurna dan manusia yang sempurna.

Kedua natur Yesus, kemanusiaan dan keillahian, tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Yesus selamanya adalah Allah-manusia, Allah yang sempurna dan manusia yang sempurna, dua natur yang berbeda dalam satu Pribadi. Kemanusiaan dan keillahian Yesus tidak bercampur, namun bersatu tanpa kehilangan keunikan identitas. Kadang Yesus berfungsi dengan keterbatasan sebagai manusia (Yohanes 4:6; 19:28), dan di waktu lain dengan kuasa keillahianNya (Yohanes 11:43; Matius 14:18-21). Dalam keduanya, tindakan-tindakan Yesus bersumber dari PribadiNya yang satu. Yesus memiliki dua natur, namun hanya satu pribadi atau kepribadian.

Doktrin kesatuan hipostatik adalah upaya untuk menjelaskan bagaimana Yesus dapat merupakan Allah dan manusia pada saat yang sama. Namun demikian, pada akhirnya ini adalah sebuah doktrin yang kita tidak mampu pahami secara sempurna. Adalah tidak mungkin bagi kita untuk dapat secara sempurna memahami cara kerja Allah. Kita, sebagai manusia yang terbatas, tidak bisa mengharapkan dapat memahami Allah yang tidak terbatas. Yesus adalah Anak Allah dalam pengertian Dia dilahirkan dari Roh Kudus (Lukas 1:35). Namun hal ini tidak berarti bahwa Yesus belum ada sebelum Dia dikandung. Yesus selalu ada (Yohanes 8:58, 10:30). Ketika Yesus dikandung, Dia menjadi manusia selain Dia adalah Allah (Yohanes 1:1, 14).

Yesus adalah Allah dan manusia. Yesus senantiasa adalah Allah, namun Dia tidak menjadi manusia sampai Dia dikandung di dalam diri Maria. Yesus menjadi manusia sehingga Dia dapat mengidentifikasikan diri dengan kita dalam kelemahan-kelemahan kita (Ibrani 2:17), dan yang lebih penting adalah sehingga Dia dapat mati di salib untuk membayar hutang dosa kita (Filipi 2:5-11). Secara singkat, kesatuan hipostatik mengajarkan bahwa Yesus adalah Allah dan manusia yang sempurna, bahwa tidak ada percampuran atau pengurangan dari salah satu natur tsb., dan bahwa Dia adalah Pribadi yang bersatu, untuk selamanya.

Apakah Yesus menikah?

Pertanyaan: Apakah Yesus menikah?

Tidak, Yesus Kristus tidak menikah. Buku yang terkenal, "The Da Vinci Code" membicarakan bahwa Kristus menikah dengan Maria Magdalena. Mitos/kebohongan ini adalah sama sekali salah dan secara teologis, historis atau Alkitabiah sama sekali tidak berdasar. Sekalipun beberapa "Injil Gnostik" mencantumkan Yesus memiliki hubungan yang dekat dengan Maria Magdalena, tidak ada satupun yang secara khusus menyatakan bahwa Yesus menikah dengan Maria Magdalena atau memiliki hubungan romantis dengannya. Yang paling dekat hanyalah pernyataan bahwa Yesus mencium Maria Magdalena, yang mungkin saja merupakan "ciuman persahabatan." Selanjutnya, sekalipun injil Gnostik secara langsung mengatakan Yesus menikah dengan Maria Magdalena, hal itu tanpa otoritas apapun karena semua injil Gnostik sudah terbukti merupakan pemalsuan yang dibuat untuk menciptakan pandangan Gnostik mengenai Yesus.

Kalau Yesus menikah, Alkitab sudah pasti akan memberitahukan kita " atau akan ada penyataan serupa yang tidak diragukan. Alkitab tidak akan diam begitu saja dalam topik yang begitu penting. Alkitab mencantumkan ibu Yesus, ayah angkat Yesus, saudara laki-laki dan perempuan Yesus. Mengapa lalu Alkitab sama sekali lalai menyebutkan fakta bahwa Yesus memiliki istri? Mereka yang percaya/mengajarkan bahwa Yesus menikah melakukan hal itu untuk "memanusiakan" Yesus, untuk membuat Dia lebih biasa " sama seperti orang-orang lain. Orang-orang sulit untuk menerima bahwa Yesus adalah Allah dalam wujud manusia (Yohanes 1:1, 14; 10:30). Jadi mereka lalu menciptakan dan percaya pada mitos-mitos bahwa Yesus menikah, memiliki anak, dan adalah manusia biasa.

Pertanyaan kedua adalah "Apakah ada kemungkinan Yesus menikah?" Menikah bukanlah dosa. Memiliki hubungan seks dalam pernikahan bukanlah merupakan dosa. Jadi, ya, bisa saja Yesus menikah dan tetap merupakan Anak Domba Allah yang tanpa dosa, Juruselamat dunia. Pada saat yang sama, tidak ada alasan Alkitabiah mengapa Yesus harus menikah. Itu bukanlah poin dari perdebatan ini. Mereka yang percaya bahwa Yesus menikah tidak bisa percaya bahwa Dia adalah tanpa dosa, atau bahwa Dia adalah Mesias. Yesus dikirim oleh Allah bukan untuk menikah dan punya anak. Markus 10:45 memberitahu kita mengapa Yesus datang, "Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."

Kalau Yesus adalah Allah, bagaimana Da berdoa kepada Allah? Apakah Yesus berdoa kepada diriNya sendiri?

Pertanyaan: Kalau Yesus adalah Allah, bagaimana Da berdoa kepada Allah? Apakah Yesus berdoa kepada diriNya sendiri?

Untuk memahami Yesus sebagai Allah dalam dunia berdoa kepada BapaNya yang adalah Allah di surga kita perlu mengerti bahwa Bapa yang kekal dan Anak yang kekal memiliki hubungan yang kekal sebelum Yesus menjadi manusia. Silahkan baca Yohanes 5:19-27, khususnya 5:23 di mana Yesus mengajarkan bahwa Bapa mengutus sang Anak (baca juga Yohanes 15:10). Yesus bukan baru menjadi Anak Allah ketika Dia dilahirkan di Betlehem bertahun-tahun yang lalu. Dari kekekalan, Yesus senantiasa adalah Anak Allah, sekarang dan untuk selamanya.

Yesaya 9:6 memberitahu kita bahwa seorang Putra telah diberikan dan seorang Anak dilahirkan. Yesus senantiasa merupakan bagian dari hubungan Tri-tunggal bersama dengan Roh Kudus. Ke Tri-tunggalan selalu ada, Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus. Bukan tiga allah, namun satu Allah yang berada sebagai tiga pribadi. Yesus mengajarkan bahwa Dia dan Bapa adalah satu (Yohanes 10:30). Yang dimaksudkan Yesus adalah bahwa Dia dan Bapa, dan tentunya Roh Kudus, memiliki substansi yang sama, esensi yang sama, Allah atau keillahian. Ketiga Pribadi yang setara ini berada sebagai Allah. Ketiganya sudah dan terus menerus memiliki hubungan yang kekal.

Yang terjadi adalah ketika Yesus, sang Anak Allah yang kekal menjadi manusia yang tak berdosa Dia juga mengambil wujud seorang hamba, meninggalkan kemuliaan surgawiNya (bdk. Filipi 2:5-11). Sebagai Allah-manusia, Dia belajar untuk taat (Ibrani 5:8) kepada BapaNya ketika Dia dicobai oleh Iblis, difitnah oleh manusia, ditolak oleh sesamaNya, dan akhirnya disalibkan. DoaNya kepada Bapa surgawinya adalah untuk meminta kuasa (Yohanes 11:41-42) dan hikmat (Markus 1:35; 6:46). Doanya memperlihatkan bahwa dalam kemanusiaanNya Dia bergantung kepada Bapa untuk menjalankan rencana BapaNya untuk penebusan (perhatikan doa Yesus sebagai Imam Besar dalam Yohanes 17); dan pada akhirnya tunduk kepada kehendak BapaNya di Taman untuk naik ke salib untuk membayar hutang dosa karena kita melanggar hukum Allah, yaitu kematian (Matius 26:31-46). Tentulah Dia bangkit secara fisik dari kubur, memenangkan pengampunan dan hidup kekal untuk kita yang menerima Dia sebagai Juruselamat secara pribadi.

Tidak ada masalah dengan sang Anak sebagai Allah berdoa atau bercakap-cakap dengan Bapa sebagai Allah. Sebagaimana yang telah disebutkan, mereka memiliki hubungan kekal sebelum Kristus menjadi manusia. Dalam kemanusiaanNya hubungan ini digambarkan dalam Injil sehingga kita dapat melihat bagaimana Anak Allah dalam kemanusiaanNya menjalankan kehendak BapaNya sehingga penebusan dapat tersedia bagi semua orang (Yohanes 6:38). Ketaatan Kristus secara terus menerus kepada Bapa surgawiNya diberikan kekuatan dan fokusnya terus dipelihara melalui kehidupan doaNya. Contoh doa Yesus disediakan untuk kita ikuti.

KeAllahan Yesus Kristus tidaklah berkurang ketika di dalam dunia Dia berdoa kepada Allah Bapa di surga. Dia menggambarkan bahwa sekalipun sebagai manusia yang tidak berdosa, adalah perlu untuk tetap memiliki kehidupan doa yang vital agar dapat menjalankan kehendak BapaNya. Yesus berdoa kepada Bapa menunjukkan hubunganNya, dalam ketritunggalan, dengan Bapa, dan menjadi contoh bagi kita, bahwa kita mesti bersandar kepada Allah melalui doa untuk kekuatan dan hikmat yang kita perlukan. Karena Kristus, sebagai Allah-manusia membutuhkan kehidupan doa yang bersemangat, demikian pula seharusnya para pengikut Kristus zaman ini!

Apakah Yesus memiliki saudara (kandung)?

Pertanyaan: Apakah Yesus memiliki saudara (kandung)?

Saudara-saudara Yesus dicantumkan dalam beberapa ayat Alkitab. Matius 12:46, Lukas 8:19, dan Markus 3:31 mengatakan bahwa ibu Yesus dan saudara-saudaraNya datang mengunjungi Yesus. Alkitab juga memberitahukan bahwa Yesus memiliki empat saudara: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas?" (Matius 13:55). Alkitab juga memberitahukan bahwa Yesus memiliki adik-adik perempuan, namun nama mereka tidak disebutkan atau dikatakan berapa orang (Matius 13:56). Dalam Yohanes 7:1-10 saudara-saudara Yesus pergi ke perayaan sementara Yesus tinggal di rumah. Dalam Kisah Rasul 1:14, saudara-saudara dan ibuNya dikatakan berdosa bersama dengan para murid. Belakangan dalam Galatia 1:19 disebutkan bahwa Yakobus adalah saudara Yesus. Kesimpulan paling alamiah dari ayat-ayat ini adalah menafsirkan bahwa Yesus memiliki saudara-saudara kandung.

Beberapa orang Katolik Roma mengklaim bahwa yang disebut "saudara-saudara" ini sebetulnya adalah sepupu-sepupu Yesus. Namun demikian, dalam setiap contoh, kata Yunani yang khusus untuk "saudara" digunakan. Walaupun kata tsb. dapat merujuk pada famili yang lain, makna yang normal dan harafiah adalah saudara jasmaniah. Ada kata Yunani untuk sepupu dan kata tsb. tidak digunakan. Selanjutnya kalau mereka adalah sepupu Yesus, mengapa mereka begitu sering digambarkan bersama-sama dengan Maria, ibu Yesus? Dalam konteks kedatangan ibu dan saudara-saudara Yesus untuk menjenguk Yesus tidak ada tanda-tanda bahwa mereka bukan saudara Yesus secara harafiah, sedarah dan seibu.

Argumen Katolik Roma yang kedua adalah bahwa saudara-saudara laki-laki dan perempuan Yesus adalah anak dari perkawinan Yusuf yang terdahulu, sebelum dia menikahi Maria. Cerita lengkap mengenai bagaimana Yusuf itu jauh lebih tua dari Maria, pernah menikah, memiliki beberapa anak, dan kemudian menjadi duda sebelum menikahi Maria diciptakan untuk mendukung. Masalahnya Alkitab sama sekali tidak memberi indikasi bahwa Yusuf pernah menikah, atau memiliki anak sebelum menikah dengan Maria. Kalau Yusuf sudah memiliki paling sedikit enam anak sebelum dia menikahi Maria, mengapa mereka tidak disebutkan dalam perjalanan Yusuf dan Maria ke Betlehem (Lukas 2:4-7), atau perjalanan mereka ke Mesir (Matius 2:13-15), atau perjalanan mereka kembali ke Nazaret (Matius 2:20-23)?

Tidak ada alasan Alkitabiah untuk percaya bahwa para saudara ini bukanlah betul-betul anak-anak dari Yusuf dan Maria. Mereka yang menolak pemikiran bahwa Yesus memiliki saudara laki-laki dan perempuan yang seibu melakukan hal ini bukan dari membaca Alkitab tapi dari konsep yang telah terlebih dahulu dirumuskan mengenai keperawanan Maria yang bersifat kekal [note: insert hyperlink], yang pada dirinya sendiri merupakan sesuatu yang jelas-jelas tidak Alkitabiah: "tetapi tidak bersetubuh dengan dia (Maria) SAMPAI ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus." (Matius 1:25). Yesus memiliki saudara seibu, saudara laki-laki dan perempuan yang adalah anak-anak Yusuf dan Maria. Ini adalah pengajaran Firman Tuhan yang jelas dan tidak diragukan.

Mengapa Yesus harus mengalami begitu banyak penderitaan?

Pertanyaan: Mengapa Yesus harus mengalami begitu banyak penderitaan?

Yesaya 52:14 menyatakan, "Seperti banyak orang akan tertegun melihat dia"begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi." Yesus amat menderita selama diadili, disiksa dan disalibkan (Matius pasal 27, Markus pasal 15, Lukas pasal 23, Yohanes pasal 19). Sengeri apapun penderitaanNya secara fisik, itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan penderitaan rohani yang harus dijalaniNya. 2 Korintus 5:21, " Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah." Yesus menanggung dosa seluruh dunia di atas diriNya (1 Yohanes 2:2). Adalah dosa yang mengakibatkan Yesus berseru, "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" (Matius 27:46). Jadi sekeji apapun penderitaan jasmaniah Yesus, itu tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Dia harus menanggung dosa-dosa kita " dan mati bagi dosa-dosa kita (Roma 5:8).

Yesaya 53, khususnya ayat 3 dan 5 menubuatkan penderitaan Yesus, "Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. " Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh." Mazmur 22:14-18 adalah bagian Alkitab lain yang menubuatkan penderitaan sang Mesias, "Seperti air aku tercurah, dan segala tulangku terlepas dari sendinya; hatiku menjadi seperti lilin, hancur luluh di dalam dadaku; kekuatanku kering seperti beling, lidahku melekat pada langit-langit mulutku; dan dalam debu maut Kauletakkan aku. Sebab anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan dan kakiku. Segala tulangku dapat kuhitung; mereka menonton, mereka memandangi aku. Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku."

Mengapa Yesus harus menderita separah itu? Sebagian orang memikirkan bahwa penderitaan Yesus secara jasmaniah adalah merupakan bagian dari hukuman yang ditanggungNya untuk dosa-dosa kita. Pada saat yang sama penganiayaan yang dialami oleh Yesus lebih berbicara keras mengenai kebencian dan kekejian umat manusia daripada mengenai hukuman Allah untuk dosa. Kebencian Iblis kepada Allah dan Yesus secara mutlak jelas merupakan bagian dari motivasi di balik penganiayaan dan perlakuan semena-mena itu. Penderitaan Yesus adalah contoh terutama mengenai apa yang dirasakan oleh manusia yang berdosa terhadap Allah (Roma 3:10-18).

Apa artinya bahwa Yesus adalah Anak Domba Allah?

Pertanyaan: Apa artinya bahwa Yesus adalah Anak Domba Allah?

Ketika Yesus disebut sebagai Anak Domba Allah dalam Yohanes 1:29 dan 1:36, hal ini adalah merujuk pada Yesus sebagai korban yang terutama dan sempurna untuk dosa. Untuk memahami siapakah Kristus dan apa yang Dia lakukan, kita harus memulai dengan Perjanjian Lama yang mengandung nubuat-nubuat mengenai kedatangan Kristus sebagai "korban penebus salah" (Yesaya 53:10). Bahkan sebetulnya seluruh sistim korban persembahan yang ditetapkan Allah dalam Perjanjian Lama mempersiapkan pentas untuk kedatangan Yesus Kristus, yang adalah korban yang sempurna yang Allah persiapkan sebagai penebusan untuk dosa-dosa umatNya (Roma 8:3, Ibrani 10).

Mempersembahkan domba memainkan peranan yang amat penting dalam kehidupan agama orang-orang Yahudi dan sistim persembahan mereka. Ketika Yohanes Pembaptis merujuk pada Yesus sebagai "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia." (Yohanes 1:29), orang-orang Yahudi yang mendengarnya mungkin langsung memikirkan salah satu dari beberapa korban persembahan yang penting. Menjelang Hari Raya Paskah, pikiran yang pertama mungkin adalah korban persembahan Anak Domba Paskah. Hari Raya Paskah adalah salah satu hari raya utama orang Yahudi dan suatu perayaan untuk memperingati saat Allah melepaskan orang-orang Israel dari perbudakan di Mesir. Kenyataannya, penyembelihan anak domba Paskah dan menaruh darah di ambang pintu rumah agar supaya malaikat maut melewati mereka "yang ditutupi oleh darah" (Keluaran 12:11-13) adalah merupakan gambaran yang indah mengenai karya penebusan Kristus di atas salib.

Persembahan lain yang melibatkan domba adalah persembahan sehari-hari di Bait Suci di Yerusalem. Setiap pagi dan petang seekor domba dipersembahkan di Bait Allah bagi dosa-dosa orang banyak (Keluaran 29:38-42). Persembahan sehari-hari ini, sama seperti semua lainnya, sekedar menunjuk kepada persembahan Kristus yang sempurna di atas salib. Kenyataannya saat kematian Yesus di atas salib bertepatan dengan saat korban petang dilakukan di Bait Suci. Orang-orang Yahudi pada waktu itu akan kenal baik dengan nabi-nabi Perjanjian Lama, yaitu Yeremia dan Yesaya, yang nubuatnya sudah lebih dahulu memberitahukan datangnya seseorang yang akan dituntun "seperti seekor domba ke pembantaian" (Yeremia 11:19, Yesaya 53:7) dan yang penderitaan dan pengorbananNya akan menebus Israel. Sudah barang tentu orang yang dinubuatkan oleh para nabi Perjanjian Lama ini tidak lain adalah Yesus Kristus, "sang Anak Domba Allah."

Sekalipun konsep mengenai sistim korban persembahan mungkin asing bagi kita pada zaman sekarang, konsep penebusan atau penggantian adalah sesuatu yang dapat kita pahami dengan mudah. Kita tahu bahwa upah dosa adalah kematian (Roma 6:23) dan bahwa dosa kita memisahkan kita dari Allah. Kita juga tahu bahwa Alkitab mengajarkan bahwa kita semua adalah orang berdosa dan tidak seorangpun yang benar di hadapan Allah (Roma 3:23). Karena dosa kita, kita terpisah dari Allah dan kita bersalah di hadapanNya; oleh karena itu, satu-satunya harapan kita adalah kalau Dia bersedia menyediakan jalan untuk kita diperdamaikan dengan diriNya dan itulah yang dilakukanNya dalam mengutus AnakNya Yesus Kristus untuk mati di salib. Kristus mati untuk menebus dosa dan untuk membayar hukuman dosa dari semua yang percaya kepadaNya.

Melalui kematianNya di atas salib sebagai korban yang sempurna untuk dosa dan kebangkitanNya tiga hari kemudian maka kita sekarang dapat memiliki hidup kekal jikalau kita percaya kepadaNya. Fakta bahwa Allah sendiri yang telah menyediakan korban yang menebus atau membayar dosa kita adalah bagian dari kabar baik yang mulia dari Injil yang begitu jelas dinyatakan dalam 1 Petrus 1:18-21, "Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir. Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan yang telah memuliakan-Nya, sehingga imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah."

Di manakah Perjanjian Lama mencantumkan Kristus?

Pertanyaan: Di manakah Perjanjian Lama mencantumkan Kristus?

Ada banyak nubuat Perjanjian Lama mengenai Yesus Kristus. Beberapa penafsir menempatkan jumlah nubuat Mesianis pada angka ratusan. Berikut ini adalah nubuat-nubuat yang dianggap paling jelas dan penting. Mengenai kelahiran Yesus: Yesaya 7:14, "Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel." Yesaya 9:6, "Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai." Mikha 5:2, "Tetapi engkau, hai Betlehem Efrata, hai yang terkecil di antara kaum-kaum Yehuda, dari padamu akan bangkit bagi-Ku seorang yang akan memerintah Israel, yang permulaannya sudah sejak purbakala, sejak dahulu kala."

Mengenai pelayanan dan kematian Yesus: Zakharia 9:9, "Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda." Mazmur 22:16-18, "Sebab anjing-anjing mengerumuni aku, gerombolan penjahat mengepung aku, mereka menusuk tangan dan kakiku. Segala tulangku dapat kuhitung; mereka menonton, mereka memandangi aku. Mereka membagi-bagi pakaianku di antara mereka, dan mereka membuang undi atas jubahku."

Kemungkinan nubuat yang paling jelas mengenai Yesus, dan sudah pasti yang paling panjang, adalah keseluruhan pasal ke 53 dari kitab Yesaya. Yesaya 53:3-7, " Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya."

Nubuat "tujuhpuluh tujuh" dalam Daniel pasal 9 menubuatkan tanggal yang persis di mana Yesus, sang Mesias akan "disingkirkan." Yesaya 50:6 dengan akurat menggambarkan siksaan yang dialami oleh Yesus. Zakharia 12:!0 menubuatkan "ditikamnya" Mesias, yang terjadi setelah Yesus mati di atas salib. Masih banyak contoh yang dapat disajikan, namun apa yang ada sudah cukup. Perjanjian Lama sangat jelas menubuatkan kedatangan Yesus sebagai Mesias.

Mengapa Allah mengutus Yesus pada waktu itu? Mengapa tidak lebih awal? Mengapa bukan di kemudian hari?

Pertanyaan: Mengapa Allah mengutus Yesus pada waktu itu? Mengapa tidak lebih awal? Mengapa bukan di kemudian hari?

"Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat." (Galatia 4:4). Ayat di atas menyatakan bahwa Allah Bapa mengutus Anaknya "setelah genap waktunya." Ada banyak hal yang terjadi pada abad pertama yang secara penalaran manusia nampaknya membuat saat itu sebagai saat yang ideal untuk kedatangan Kristus. Hal tsb. meliputi:

1) Di antara orang-orang Yahudi saat itu ada antisipasi yang tinggi bahwa Mesias akan datang. Penjajahan Roma atas Israel membuat orang-orang Yahudi haus akan kedatangan Mesias.

2) Roma telah menyatukan sebagian besar dunia di bawah pemerintahannya, memberi kesan bersatu kepada berbagai wilayah. Lagipula karena secara umum kekaisaran itu cukup aman, maka orang-orang Kristen mula-mula dapat mengadakan perjalanan untuk mengabarkan Injil, di mana hal ini tidak mungkin terjadi pada waktu yang berbeda.

3) Kalau Roma menaklukkan secara militer, maka Yunani menaklukkan secara budaya. Bentuk Bahasa Yunani yang "umum" (berbeda dari bahasa Yunani klasik) adalah bahasa perdagangan dan digunakan di seluruh kekaisaran sehingga memungkinkan untuk mengkomunikasikan Injil kepada beraneka macam orang melalui bahasa yang umum itu.

4) Fakta bahwa banyak berhala tidak mampu memberi kemenangan atas Roma menyebabkan banyak orang membuang penyembahan mereka. Pada saat yang sama, di kota-kota yang lebih "berbudaya" filosofi Yunani dan ilmu pengetahuan pada zaman itu meninggalkan kekosongan rohani sama seperti yang ditinggalkan oleh pemerintah Komunis yang ateis pada zaman ini.

5) Agama-agama misteri pada waktu itu menekankan allah-penyelamat dan menuntut persembahan darah dari penyembahnya, dan karena itu tidak membuat mereka tidak bisa percaya pada Injil Kristus yang berbicara mengenai suatu persembahan yang paling besar. Orang-orang Yunani juga percaya pada kekekalan jiwa (dan bukannya tubuh).

6) Tentara Roma merekrut anggota pasukan dari provinsi-provinsi, memperkenalkan orang-orang ini pada budaya Roma dan pada berbagai ide (seperti misalnya Injil) yang belum sampai ke provinsi-provinsi yang terpencil. Injil pada mulanya diperkenalkan ke Inggris oleh para tentara Kristen yang berdinas di sana.

Sekali lagi pernyataan-pernyataan di atas adalah berdasarkan pandangan manusia akan zaman dan spekulasi mengenai mengapa titik sejarah tertentu adalah merupakan waktu yang matang untuk datangnya Kristus. Namun kita memahami bahwa jalan Allah melampaui jalan kita dan hal-hal ini bisa saja ya atau bukan merupakan alasan mengapa Dia memilih waktu tsb. untuk mengutus anakNya. Dari konteks Galatia 3 and 4 adalah nyata bahwa Allah berusaha meletakkan landasan melalui hukum Taurat orang Yahudi yang akan mempersiapkan datangnya Mesias. Taurat dimaksudkan untuk menolong orang-orang menyadari betapa dalamnya dosa mereka (dalam pengertian bahwa mereka tidak mampu untuk menaati Taurat) sehingga mereka mungkin lebih siap untuk menerima obat dosa tsb. di dalam Yesus, sang Mesias (Galatia 3:22-23; Roma 3:19-20). Hukum Taurat juga berfungsi sebagai "penuntun" (Galatia 3:24) yang membimbing orang kepada Yesus sebagai Sang Mesias. Hal ini dilakukan melalui berbagai nubuat mengenai Mesias yang digenapi oleh Yesus. Ditambah lagi dengan sistim korban persembahan yang menunjuk pada perlunya korban untuk dosa dan sifatnya yang sementara (setiap korban persembahan selalu membutuhkan korban persembahan lainnya di kemudian waktu). Sejarah Perjanjian Lama juga melukiskan gambaran mengenai pribadi dan karya Kristus melalui berbagai peristiwa dan hari raya (misalnya kerelaan Abraham untuk mempersembahkan Ishak, atau detil mengenai Pasah saat keluar dari Mesir, dll).

Yang terakhir, Kristus datang pada saat itu sebagai penggenapan dari nubuat khusus. Daniel 9:24-27 berbicara mengenai "tujuhpuluh minggu" atau tujuhpuluh "tujuh." Dari konteksnya, "minggu" dan "tujuh" merujuk pada kelompok tujuh tahun, bukan tujuh hari. Ketika orang menganalisa sejarah dan menderetkan detil-detil dari enampuluh sembilan minggu yang pertama (minggu ke tujuhpuluh akan terjadi di kemudian hari). Perhitungan tujuhpuluh minggu dimulai dengan "saat Firman itu keluar, yakni bahwa Yerusalem akan dipulihkan dan dibangun kembali" (ayat 25). Perintah ini diberikan oleh Artahsasta pada tahun 445 S.M. (lihat Nehemia 2:5). Setelah 7 "tujuh" ditambah 62 "tujuh" atau 69 x 7 tahun, dikatakan bahwa "akan disingkirkan seorang yang telah diurapi, padahal tidak ada salahnya apa-apa. Maka datanglah rakyat seorang raja memusnahkan kota dan tempat kudus itu" dan akhirnya adalah dengan "air bah" (yang dimaksudkan adalah kerusakan dahsyat) (ayat 26). Di sini kita mendapatkan rujukan yang amat jelas kepada kematian sang Juruselamat di atas salib. Seabad yang lalu dalam bukunya, The Coming Prince, Sir Robert Anderson memberikan kalkulasi detil mengenai enampuluh sembilan minggu tsb, dengan menggunakan "tahun-tahun nubuatan," dengan memperhitungkan tahun kabisat, salah penanggalan, perubahan dari S.M ke A.D, dll. dan menyimpulkan bahwa enampuluh sembilan minggu berakhir tepat pada hari di mana Yesus masuk ke Yerusalem dengan megah lima hari sebelum kematianNya. Apakah orang menerima perhitungan waktu ini atau tidak, poinnya adalah bahwa waktu inkarnasi Yesus berhubungan dengan nubuat yang mendetil yang dicatat oleh Daniel limaratus tahun sebelumnya.

Saat inkarnasi Yesus adalah begitu tepatnya sehingga orang-orang pada zaman itu dipersiapkan untuk kedatanganNya dan orang-orang pada setiap zaman sesudah itu mendapatkan bukti yang lebih dari cukup bahwa Yesus memang adalah Mesias yang dijanjikan melalui Dia menggenapi Kitab Suci yang menggambarkan dan menubuatkan kedatanganNya dengan detil.

Apa artinya Yesus adalah Anak Manusia?

Pertanyaan: Apa artinya Yesus adalah Anak Manusia?

Yesus disebut sebagai "Anak Manusia" sebanyak 88 kali dalam Perjanjian Baru. Apa artinya? Bukankah Alkitab mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah? Kalau begitu bagaimana Yesus juga Anak Manusia? Arti pertama dari frasa "Anak Manusia" adalah rujukan pada nubuat dalam Daniel 7:13-14, "Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah." Gambaran "Anak Manusia" di sini adalah gelar Mesianis. Yesus adalah yang mendapatkan kekuasaan, kemuliaan dan kerajaan. Ketika Yesus menggunakan gelar ini untuk diriNya sendiri, Dia menerapkan nubuat "Anak Manusia" pada diriNya sendiri. Orang-orang Yahudi pada jaman itu amat mengenal frasa tsb dan kepada siapa frasa tsb merujuik. Yesus memperkenalkan diriNya selaku Mesias.

Arti kedua dari frasa "Anak Manusia" adalah bahwa Yesus adalah benar-benar seorang manusia. Allah memanggil nabi Yehezkiel sebagai "anak manusia" 93 kali. Allah sekedar menyebut Yehezkiel sebagai seorang manusia. Anak manusia adalah seorang manusia. Yesus adalah Allah yang sempurna (Yohanes 1:1), namun Dia juga adalah manusia (Yohanes 1:14). 1 Yohanes 4:2 memberitahu kita, "Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah." Ya, Yesus adalah Anak Allah " pada esensinya Dia adalah Allah. Ya, Yesus juga adalah Anak Manusia " pada esensinya Dia adalah seorang manusia. Secara ringkas, frasa "Anak Manusia" mengindikasikan bahwa Yesus adalah Mesias, dan bahwa Dia adalah manusia sejati.