KEHIDUPAN KRISTUS

Buku IV - MUJIZAT-MUJIZAT BESAR YESUS

by George Ford

Table of contents

  1. YOHANES PEMBAPTIS MERAGUKAN YESUS
  2. YESUS MENGUNJUNGI SEORANG FARISI
  3. SAUDARA SAUDARA YESUS YANG SEBENARNYA
  4. YESUS MENGAJAR DALAM PERUMPAMAAN
  5. KRISTUS MEREDAKAN ANGIN RIBUT
  6. YESUS MENYEMBUHKAN ORANG YANG KERASUKAN ROH JAHAT
  7. YESUS MEMBANGKITKAN ANAK PEREMPUAN YAIRUS DARI KEMATIAN
  8. YESUS MENGUTUS DUA BELAS MURID UNTUK MEMBERITAKAN INJIL
  9. YESUS MEMBERI MAKAN LIMA RIBU ORANG
  10. YESUS MENGAJAR TENTANG IMAN
  11. UPACARA-UPACARA DAN KEKUDUSAN HATI
  12. YESUS MEMBERITAKAN KABAR BAIK KEPADA ORANG-ORANG KAFIR
  13. Pertanyaan pertanyaan untuk menolong mengetahui pemahaman anda

1. YOHANES PEMBAPTIS MERAGUKAN YESUS

"Ketika Yohanes mendapat kabar tentang segala peristiwa itu dari murid-muridnya, ia memanggil dua orang dari antaranya dan menyuruh mereka bertanya kepada Tuhan: “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?” Ketika kedua orang itu sampai kepada Yesus, mereka berkata: “Yohanes Pembaptis menyuruh kami bertanya kepadaMu: Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan seorang lain?” Pada saat itu Yesus menyembuhkan banyak orang dari segala penyakit dan penderitaan dan dari roh-roh jahat, dan Ia mengaruniakan penglihatan kepada banyak orang buta."

Dan Yesus menjawab mereka: ”Pergilah, dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengar: Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku” (Lukas 7:19-23).

Raja Herodes mengambil isteri saudaranya, Herodias, isteri Filipus dan menjadikannya sebagai isterinya. Yohanes Pembaptis menegur dia karena perbuatannya ini. Raja sangat marah. Dia memerintahkan untuk memenjarakan Yohanes di Benteng Makeros di Berea, di mana dia tinggal di tempat itu lebih dari satu tahun. Tetapi pemenjaraan ini tidak tnenghalangi murid-muridnya untuk mengunjungi dia. Mereka memberitahu kepadanya tentang banyak mujizat yang diadakan Yesus, yang paling luar biasa dari semuanya itu adalah menghidupkan kembali seorang muda, anak laki-laki janda Nain. Mereka juga menceriterakan kepadanya mengenai kumpulan orang banyak yang mengikut Yesus, yang kagum akan ajaran-ajaran dan perbuatan-perbuatanNya.
Yohanes Pembaptis sudah menyatakan kesetiaan dan kasihNya terhadap Yesus. Dia tidak ragu-ragu lagi tentang kasih Yesus terhadapnya, tetapi dia bertanya-tanya mengapa Yesus membiarkan dia berada dalam penjara selama berbulan-bulan. Bukankah Yesus adalah Kristus yang dijanjikan, yang adalah pembebas dari orang yang tertawan? Apa yang lebih menyakitkan daripada ketidak-adilan yang dilakukan terhadap Pembaptis karena semangatnya demi kebenaran? Bagaimana bisa Yesus, sanak yang dikasihiNya tidak mengulurkan tanganNya yang berkuasa itu dan menolong dia dari situasi yang berbahaya, dan bilamana perlu menyatakan mujizat? Barangkali Yohanes mengharapkan kerajaan Kristus sebagai yang bersifat jasmani, dikelilingi oleh kemuliaan dan keagungan. Dia barangkali bertanya, Mana kerajaan ini yang kedatangannya sudah saya beritakan? Manakah belas kasih dan kemurahan Yesus, Raja dari kerajaan ini, yang seharusnya ditunjukkan?”
Sebagaimana Yohanes adalah manusia biasa yang tidak bebas dari kesalahan, dan Dosa, dia tentunya tidak lepas dari keputus-asaan dan keraguan dalam menghadapi situasi yang sangat tidak menentu, terlebih lagi dengan semua kemerdekaan, kuasa, dan kebesaran yang pernah

dialaminya sebelumnya. Tentunya sangat berat baginya, dalam keadaannya yang dirantai di penjara dan tidak melakukan suatu apapun, sesudah selama bertahun-tahun bekerja keras dan melalukan kegiatan besar. Saatnya tiba di mana dia mulai kehilangan semangat,
kesabarannya lenyap. Dia mengutus dua orang muridnya yang paling setia untuk menanyakan kepada Yesus apakah Dia benar-benar Kristus yang dijanjikan, ataukah Kristus yang sebenarnya masih belum datang.
Ketika dua orang murid itu bertemu Yesus, mereka bertanya kepada-Nya, “Engkaukah yang akan datang itu, atau haruskah kami menantikan seorang yang lain?” Sementara mereka berada di sana, Kristus menyembuhkan banyak orang dari sakit-penyakit mereka. Kemudian Dia berpaling kepada mereka dan berkata, “berbahagialah orang yang tidak menjadi
kecewa dan menolak Aku.” Dari pernyataan ini, yang ditujukan kepada dua orang murid dari Yohanes Pembaptis, kita dapat menyimpulkan bahwa pertanyaan Yohanes Pembaptis berasal dari keragu-raguannya. Kendatipun demikian ini merupakan satu-satunya catatan kekeliruan dari orang besar Allah ini. Alkitab menyebutkan banyak kesalahan yang dilakukan oleh para nabi dan rasul-rasul. Pemazmur berkata, “Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan? Bebaskanlah aku dari apa yang tidak kusadari” (Mazmur 19:13). Salomo juga mengatakan sesuatu yang sama: “Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana” (Amsal 24:16).
Adalah menggembirakan bahwa keragu-raguan Yohanes Pembaptis membawanya kepada Yesus, dan tidak menjauhkannya dari Dia. Atas dasar pementingan diri sendiri, beberapa orang menyatakan keragu-raguan untuk menunjukkan betapa sangat berpengetahuannya mereka, atau untuk menunjukkan bahwa mereka tidak berada dalam kesalahan. Allah akan menghukum orang-orang yang seperti ini. Orang-orang ini tidak dapat menemukan kebenaran kecuali mereka bertobat dan meninggalkan dosa-dosa mereka, entahkah yang mereka lakukan secara tersembunyi atau yang secara terang-terangan. Mereka yang
ragu-ragu karena tidak tahu hanya dapat sampai kepada iman melalui mempelajari, mencari tahu dan melalui tuntunan sorgawi, sementara menjalankan tugas mereka dengan jujur,
dalam waktu dan saat yang tepat. Yohanes Pembaptis adalah perpaduan dari kasih, semangat, kerendahan hati, dan takut. Keragu-raguannya nyata jelas bagaikan matahari iman dan kepastian menyinari hatinya.
Beberapa orang mengatakan bahwa Yohanes Pembaptis tidak ragu-ragu tetapi dia menginginkan agar dua utusannya mendapatkan jawaban yang meyakinkan dari Yesus, yang akan sangat berguna bagi semua muridnya. Jika ini benar, maka Yohanes Pembaptis, sampai pada akhir dari pelayanannya, berupaya keras untuk membimbing orang-orang kepada Kritus. Sebelum pemenjaraannya, dia sudah mengumumkan bahwa Yesus adalah lebih besar dari dia dan bahwa kendatipun Kristus datang sesudah dia, Dia sebenarnya sudah ada sebelum dia.
Allah, di dalam kasih dan kemurahanNya, menghendaki bahwa Yohanes pembaptis akan

mati sebagai martir untuk mendapatkan pahala ganda dalam kekekalan. Dari Yohanes. kita mendapatkan contoh yang berhasil mengenai seseorang yang dengan berani mentaati ketetapan-ketetapan Allah dengan tanpa takut pada manusia, kendatipun manusia tersebut adalah Raja Herodes. Masa-masa sulit yang dialami Yohanes Pembaptis merupakan contoh teladan yang sangat baik dalam pemberitaan Kabar Baik dan prinsip-prinsip Allah, di balik keadaan lahir yang dihadapi. Itulah sebabnya mengapa Yesus tidak inenolong Yohanes dari pencobaan berat yang dialaminya.
Yesus lebih suka untuk menjawab pertanyaan Yobanes dengan perbuatan-perbuatan daripada dengan kata-kata: “Pada saat itu Yesus menyembuhkan banyak orang dari segala penyakit
dan penderitaan dan dari roh-roh jahat, dan Ia mengaruniakan penglihatan kepada banyak orang buta” (Lukas 7: 21). Sesudah bukti yang pasti dan dapat dilihat bahwa Dia adalah Kristus, Yesus memberitahu kepada dua utusan tersebut untuk menyampaikan pada guru apa yang sudah mereka lihat dan dengar sehubungan dengan mujizat-mujizat dan
pengajaran-pengajaran IlahiNya. Dia mau agar mereka mengetahui bahwa seseorang yang mendapatkan reputasi sedemikian luas, menunjukkan kuasa yang sedemikian besar, dan menunjukkan perhatian serta kebaikan dalam hal rnengajar orang-orang miskin, maka seseorang yang dimaksud adalah Kristus. Dia merupakan penggenapan dari nubuatan Yesaya yang mengatakan “Orang-orang yang sengsara akan tambah bersukaria di dalam TUHAN, dan orang-orang miskin di antara manusia akan bersorak-sorak di dalam Yang Maha kudus, Allah Israel!” (Yesaya 29:19), juga: “Roh Tuhan ALLAH ada padaKu, oleh karena TUHAN telah mengurapi Aku, Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada
orang-orang sengsara, dan rnerawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang yang terkurung kelepasan dari penjara, untuk memberitakan tahun rahmat TUHAN” (Yesaya 61:1).

"Setelah suruhan Yohanes itu pergi, mulailah Yesus berbicara kepada orang banyak itu tentang Yohanes: “Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Melihat buluh yang digoyangkan angin kian kemari? Atau untuk apakah kamu pergi? Melihat orang yang berpakaian halus? Orang yang berpakaian indah dan yang hidup mewah tempatnya di istana raja. Jadi untuk apakah kamu pergi? Melihat nabi? Benar, dan Aku berkata kepadamu, bahkan lebih dari pada nabi. Karena tentang dia ada tertulis: Lihatlah, Aku menyuruh utusanKu mendahului Engkau, ia akan mempersiapkan jalanMu di hadapanmu. Aku berkata kepadamu: Di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak ada seorangpun yang lebih besar daripada Yohanes, namun yang terkecil dalam Kerajaan Allah lebih besar dari padanya.”

Seluruh orang banyak yang mendengar perkataanNya, termasuk para pemungut cukai mengakui kebenaran Allah, karena mereka telah memberi diri dibaptis oleh Yohanes. Tetapi orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menolak maksud Allah terhadap diri mereka karena mereka tidak mau dibaptis oleh Yohanes (Lukas 7:24-30).

Dalam jawabanNya terhadap pertanyaan Yohanes, Yesus menekankan pentingnya perbuatan-perbuatanNya sebagai bukti bahwa Dia berasal dari sorga. Jika Dia benar-benar

Kristus, maka hal itu akan ditunjukkan di dalam perbuatan-perbuatanNya dan juga dalam perkataan-perkataanNya. Kuatir kalau kediam-dirianNya, caraNya menjawab pertanyaan Yohanes, dan ketidak-sediaanNya untuk menolong dia bisa disalah mengerti sebagai melupakannya, Yesus memuji dia segera sesudah dua utusan Yohanes pergi. Dia tidak ingin pujianNya sampai ke telinga Yohanes, agar jangan dianggap sebagai penghiburan atau bahkan sebagal olokan. Memuji orang, pada saat mereka tidak berada di tempat, akan meningkatkan nilai penghargaannya.
Yesus mengingatkan para pendengarNya masa-masa dari keberhasilan Yohanes Pembaptis. Para pendengar Yohanes sudah meninggalkan rumah mereka dan bekerja, mendatangi dia di padang gurun untuk mendengarkan ajaran-ajarannya, dan dibaptiskan oleh dia. Yesus bertanya kepada orang-orang apakah mereka melihat ketidak-tetapan Yohanes, yang dipengaruhi oleh ketakutan ataupun ambisi, bagaikan buluh yang digoyangkan angin kian kemari. Jawabannya adalah, sudah barang tentu, tidak. Adakah keteguhan Yohanes, ketegasannya, atau kepercayaan dirinya yang menyebabkan dia dipenjarakan? Adakah orang banyak melihat Yohanes sebagai seorang yang hanya mementingkan diri sendiri, yang mencari-cari kemewahan hidup? Apakah ada kontradiksi antara tindakan Yohanes dan perkataan-perkataannya yang merupakan alasan untuk menolak ajaran-ajarannya? Tidakkah mereka menjumpai dia justru sebagai yang menyangkali dirinya, memberikan keberadaan dirinya secara menyeluruh untuk pelayanan Allah dengan melayani semua manusia? Oleh karena itu adalah tidak adil untuk menilai bahwa pertanyaan Yohanes Pembaptis tentang Yesus, melalui dua orang utusannya dianggap sebagai bukti dari kelemahan atau
ketidak-menentuan.
Jika orang-orang menganggap dia sebagai seorang nabi, mereka adalah benar. Tetapi dia lebih besar dari seoran nabi. Tidak juga Musa yang sudah memberikan Hukum kepada mereka sesudah melepaskan mereka dari Mesir, tidak juga Elia yang menentang penyembahan berhala dan mengerjakan mujizat-mujizat yang menakjubkan, tidak juga Daud yang memimpin rakyatnya sebagai raja selama empat puluh tahun dan memberikan kepada dunia Mazmur-mazmur yang indah, sudah mengerjakan bagi dunia pelayanan yang lebih penting daripada Yohanes Pembaptis. Yohanes mempersiapkan jalan bagi Kristus dan mengarahkan orang-orang kepada Dia.
Jika perkataan yang mengatakan bahwa “ciptaan adalah bergantung pada Allah, dan yang paling dikasuhiNya adalah yang paling mendapatkan manfaat dari kebergantungannya,” adalah benar, maka Yohanes Pembaptis adalah sangat dikasihi Allah. Kesaksian Yesus tentang Yohanes membuktikan kata-kata ini:” Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis .” (Matius 11: 11). Ini berarti bahwa dia lebih besar dari
nabi-nabi yang pernah dilahirkan secara alami, kecuali Yesus. Yohanes Pembaptis mengatasi semua nabi-nabi lainnya dalam Perjanjian Lama dengan melalui melihat Yesus secara nyata,

Mesias yang dijanjikan. Kristus mengakhiri kata-kataNya dengan mengatakan, “namun yang terkecil dalam Kerajaan Sorga lebih besar dari padanya” (Matius 11: 11). Ini berarti bahwa orang percaya yang paling rendah dalam Perjanjian Baru menyadari dan mengerti lebih banyak daripada orang percaya Perjanjian Lama manapun bahwa kerajaan Kristus adalah rohani, dan bahwa Yesus datang untuk menebus umatNya dengan melalui kematianNya.
Yesus menegur para penatua Yahudi karena sebenarnya untuk merekalah seseorang dapat berkata, “Dan sesungguhnya ada orang yang terakhir yang akan menjadi orang yang terdahulu dan ada orang yang terdahulu yang akan menjadi orang yang terakhir”(Lukas

13:30). Daripada menjadi yang pertama untuk mendapatkan pelayanan pemberitaan dan pernbaptisan Yohanes, mereka menolak kehendak Allah bagi diri mereka sendiri, dan menolak untuk dibaptis oleh Yohanes karena pengetahuan dan kedudukan mereka di dalam masyarakat. Tetapi, orang-orang berdosa, mentaati tuntutan-tuntutan dari kebenaran Allah dan dibaptiskan oleh dia. Mereka menerima kebaikan Allah yang ditunjukkan melalui pemberitaan Yohanes. Yesus mengatakan bahwa para penatua Yahudi mengkritik Yohanes karena tetap menjaga jarak, menjauhkan diri dari orang-orang, dan memilih kehidupan sebagai seorang petapa. Mereka mengatakan bahwa Yohanes kerasukan, karena itu mereka menolak dia. Selanjutnya, mereka mengkritik Yesus karena tinggal di antara orang-orang, dekat dengan mereka, memilih untuk hidup sederhana, ikut merasakan sukacita dan kesedihan orang lain. Mereka mengatakan bahwa Dia adalah “seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa” (Lukas 7:34), jadi mereka menolak Dia juga. Penatua-penatua ini terbukti tidak tulus dalam melemparkan kedua tuduhan

tersebut, dan menjadikan jelas bahwa hikmat yang benar tidak akan pernah dapat ditunjukkan dan disebar-luaskan kecuali oleh anak-anak kebenaran.
Pembaca yang baik, jangan menjadi orang yang tidak percaya tetapi percayalah pada Yesus Kristus. Bukalah hati anda sekarang ini dan terimalah Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat anda. Dia adalah satu-satunya jalan Allah untuk keselamatan.

2. YESUS MENGUNJUNGI SEORANG FARISI

Seorang Farisi mengundang Yesus untuk datang makan di rumahnya. Yesus datang ke rumah orang Farisi itu, lalu duduk makan. Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi. Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kakiNya, lalu membasahi kakiNya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kakiNya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu.

Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat hal itu, ia berkata dalam hatinya: “Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamahNya ini, tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa”(Lukas 7:36-39).

Simon, orang Farisi, mengundang Yesus untuk makan malam di rumahnya bersama-sama dengan para tamu lainnya dan Yesus menerima undangan makan itu. Kita tidak tahu apa alasan Simon di balik undangannya ini karena kita tidak tahu karakternya. Dia barangkali bermaksud baik untuk menghormati seorang yang sangat terkenal dan sudah melihat perbuatan-perbuatan yang dilakukanNya dan mendengar ajaran-ajaranNya. Dia bisa juga punya maksud tujuan yang tidak baik, bersama dengan kawan-kawannya, untuk menjebak Yesus melalui perkataan-perkataanNya. Maksud Yesus dalam menerima undangan ini adalah jelas, karena kita tahu karakter dan prinsip-prinsip kehidupanNya. Yesus mengasihi
musuh-musuhNya kendatipun mereka berusaha untuk membunuhNya. Dia membuktikan diriNya sebagai yang bersemangat dalam mempergunakan setiap kesempatan untuk memenangkanjiwa-jiwa manusia entahkah mereka orang-orang yang terkenal atau tidak.
Kendatipun Simon menghormati Yesus untuk mujizat-mujizat dan reputasiNya yang sangat luas sebagai seorang nabi, dia mempunyai sikap yang memandang rendah terhadap Dia karena latarbelakang Yesus yang berasal dari keluarga miskin di Nazaret. Dia bukan lulusan dari sekolah teologi Yahudi dan tidak menjalankan tradisi-tradisi dan adat kebiasaan
orang-orang Farisi. Simon merendahkan Yesus dari sudut pandang keagamaan. Inilah sebabnya mengapa dia tidak memberikan pada Yesus penghormatan dan pelayanan yang seharusnya Dia terima sebagai tamunya. Sepertinya Simon beranggapan bahwa undangannya itu saja sudah cukup merupakan kehormatan bagi orang Nazarene ini.
Berita mengenal Yesus diundang ke rumah Simon menyebar sampal ke setiap sudut kota, barangkali juga berita mengenai bagaimana Dia tidak dihormati sebagaimana layaknya seorang tamu undangan. Sebagai tanggapan akan hal ini, seorang perempuan, yang dikenal sebagai orang berdosa, menjadi sangat bersemangat. Dia tidak bisa membiarkan dengan
begitu saja, perlakuan terhadap seorang nabi dan guru besar, dan bermaksud untuk mengganti ketidakramahan yang Dia terima. Tiba dengan sebuah buli-buli berisi minyak wangi, dia berdiri di dekat kaki Yesus. Ini dilakukannya karena dia tahu kedudukannya yang rendah sebagai orang berdosa di mata semua orang yang berkumpul. Dia juga merasakan beban beratnya sebagai akibat dari dosa-dosanya di masa lalu. Dia tidak berani untuk mengurapi kepala Yesus dengan minyak wanginya yang berbau harum. Sebaliknya dia mencurahkan minyak wangi itu pada kaki Yesus. Tidakkah kita dapat melihat dia sebagai seorang yang lelah, berbeban dan bertanggungan berat yang sudah mendengar panggilan kudusNya beberapa waktu lebih awal sebelumnya? Dia menerima undanganNya dan datang kepadaNya dalam iman dan pertobatan.
Kita dapat membayangkan dia berdiri di belakang Dia, mencurahkan minyak wangi pada kaki-Nya. Tetapi yang lebih berharga daripada ini adalah air mata pertobatannya yang mengalir dari pipinya dan bercampur dengan keharuman yang menyebar. Air matanya merupakan air mata penyesalan karena perbuatannya yang memalukan di masa lalu. Namun juga merupakan air mata sukacita karena rasa terima kasihnya pada Yesus untuk kehidupan

baru dan pengampunan yang sudah Dia berikan kepadanya. Di dalam Dia, dia mendapatkan perhentian dan damai sejahtera bagi jiwanya. Perbuatan terpuji yang dilakukannya bukan hal yang aneh lagi bagi yang menyaksikannya. Apa yang mereka tidak dapat mengerti adalah melihat seorang perempuan mencucurkan air mata pertobatan didepan mereka, dengan penuh rasa hormat membasuh kaki Yesus dengan rambutnya, hal yang sangat berharga baginya. Mereka barangkali menganggap bahwa karena sedang mabuk maka dia melakukan hal itu, sedikit sekali yang menyadari bahwa apa yang dilakukannya adalah wujud dari kerendahan hatinya, menerima pengampunan dengan ucapan syukur. Dia mencium kaki Yesus yang sudah menuntun dia pada pertobatan dan keselamatan.

Simon, orang Farisi itu, terang-terangan menolak para pemungut cukai dan orang-orang berdosa. Itulah sebabnya mengapa dia menjadi sangat tidak senang melihat perempuan yang sedemikian itu berada di dalam rumahnya. Dia juga merasa tersinggung dengan apa yang perempuan itu lakukan terhadap Yesus. Dia tentunya juga sangat terkejut pada penerimaan Yesus atas apa yang dilakukan perempuan itu kepadaNya. Tidakkah Dia tahu, siapa perempuan itu? Jika Dia tahu, maka Dia sudah berbuat kesalahan karena membiarkan dia untuk menjamahNya. Jika Dia tidak tahu, maka Dia bukan seorang nabi. Pikiran ini sudah berkecamuk dalam pikiran Simon, namun dia tidak mengucapkan sepatah katapun. Yesus tahu apa yang dipikirkan Simon. Dia memberitahu kepadanya sebuah perumpamaan:

Lalu Yesus berkata kepadanya: “Simon, ada yang hendak Kukatakan kepadamu.” Sahut Simon,

”Katakanlah, Guru.” “Ada dua orang yang berhutang kepada seorang pelepas uang. Yang seorang berhutang lima ratus dinar, yang lain lima puluh. Karena mereka tidak sanggup membayar, maka ia menghapuskan hutang kedua orang itu. Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia?” Jawab Simon: “Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya.” Kata Yesus kepadanya: “Betul pendapatmu itu.”

Dan sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata kepada Simon: “Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kakiKu, tetapi dia membasahi kakiKu dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya. Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tidak henti-hentinya mencium kakiKu. Engkau tidak meminyaki kepalaKu dengan minyak, tetapi dia meminyaki kakiKu dengan minyak wangi.

Sebab itu Aku berkata kepadamu dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih. Lalu Ia berkata kepada perempuan itu: “Dosamu telah diampuni.” Dan mereka, yang duduk makan bersama Dia, berpikir dalam hati mereka: “Siapakah Ia ini, sehingga Ia dapat mengampuni dosa?” Tetapi Yesus berkata kepada perempuan itu: “Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat.”( Lukas 7:40-50)

Seorang pelepas uang punya dua orang penghutang, yang satu berhutang lima puluh uang perak, yang lain lagi lima ratus. Dia menghapuskan hutang kedua orang tersebut. Yang mana yang akan mengasihi lebih banyak ? Simon menjawab, “yang paling banyak dihapuskan

hutangnya.” Yesus menunjukkan pada Simon bahwa Dia adalah seorang yang berhutang kecil, sedangkan perempuan yang berdosa adalah yang berhutang dalam jumlah besar. Yesus membandingkan air mata yang ditumpahkan perempuan itu pada kakiNya dengan kebiasaan membasuh kaki yang Simon tidak lakukan kepadaNya. Dia juga menunjukkan perbedaan antara perempuan itu yang menciumi kaki Yesus dan ciuman yang Simon tidak pernah berikan kepadaNya. Yang ketiga Dia membandingkan bau harum semerbak dan banyak yang dituangkan oleh perempuan itu pada kaki Yesus dengan minyak biasa yang seharusnya dia urapkan pada kepalaNya, tetapi dia tidak melakukannya. Yesus menafsirkan perbuatan baik yang dilakukan oleh perempuan itu sebagai permohonan agar dosanya diampuni, dan Dia mengabulkan permohonannya itu. Kasih dan ungkapan syukurnya pada Dia yang sudah mengampuninya terjadi atas kesadaran akan dosa-dosanya yang besar. Simon tidak merasakan beban berat dari dosa-dosanya, dan karena itu tidak merasakan perlunya kasih sebagai ucapan syukur. Simon tidak mengerti perasaan dari perempuan itu.
Pernyataan Yesus, “Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih “ terbaca bersamaan dengan perumparnaan ini. Yesus menyatakan pada Simon bahwa orang berdosa mengasihi lebih banyak karena dia sudah diampuni banyak. Ini tidak dapat diartikan bahwa kasih orang berdosa mendahului pengampunan atau penyebab dan pengampunan. Seseorang tidak diampuni karena kasihnya yang besar, tetapi dia banyak berbuat kasih karena karena dia sudah diampuni dari hutangnya yang sangat besar.
Yesus kemudian berkata kepada perempuan itu, “Dosa-dosamu sudah diampuni.” Ketika Yesus mengetahui bahwa orang-orang yang berada di sekelilingnya mengkritik Dia, seperti yang mereka lakukan ketika Dia menyembuhkan orang yang sakit lumpuh, Dia berkata kepada perempuan itu: “Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!” Mereka yang diampuni banyak, berusaha keras untuk tidak kembali pada dosa-dosa mereka.
Bahkan dewasa inipun, Yesus masih tetap satu-satunya Juruselamat yang dapat mengampuni orang berdosa dan menuntun dia kembali ke jalan yang benar. Sudahkah anda menemukan Juruselamat ini. satu-satunya yang benar-benar dapat menyelamatkan?

3. SAUDARA SAUDARA YESUS YANG SEBENARNYA

3.1. Menyembuhkan orang yang kerasukan setan, Buta, dan bisu

"Kemudian dibawalah kepada Yesus seorang yang kerasukan setan. Orang itu buta dan bisu, lalu Yesus menyembuhkannya, sehingga si bisu itu berkata-kata dan melihat. Maka takjublah sekalian orang banyak itu, katanya: “Ia ini agaknya Anak Daud.” Tetapi ketika orang Farisi mendengarnya, mereka berkata: “Dengan Beelzebul, penghulu setan, Ia mengusir setan.” Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata kepada mereka: “Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan. Demikianlah juga kalau iblis mengusir iblis, iapun

terbagi-bagi dan welawan dirinya sendiri; bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan? jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa siapakah

pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakimmu. Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. Atau bagaimanakah orang dapat memasuki rumah seorang yang kuat dan merampas harta harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu? Sesudah diikatnya barulah dapat ia merampok rumah itu“ (Matius 12:22-29).

Orang-orang membawa kepada Yesus seorang yang sakit dirasuk setan, buta dan bisu. Ketika
Yesus menyembuhkan dia secara menyeluruh dari ketiga penderitaan yang dialaminya,
orang-orang bersukacita dan bertanya apakah penolong yang ajaib ini sesungguhnya Kristus, Anak Daud yang dijanjikan kepada mereka. Orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, yang datang dari Yerusalem untuk melihat Yesus, tidak dapat berdiam diri begitu saja melihat emosi kasih dan penghargaan yang orang banyak mulai tunjukkan pada Dia. Mereka mempergunakan pengaruh politik mereka untuk mencoba menjauhkan orang-orang dari Kristus. Mereka mengatakan bahwa Dia adalah alat dan Beelzebul, penghulu setan, menyebarluaskan desas-desus ini di antara orang banyak yang belum pernah mendengar Yesus secara pribadi. Yesus tahu apa yang ada di dalam hati orang-orang dan menyadari apa yang para pemimpin Yahudi katakan tentang Dia. Sekali lagi Dia menjadikan jelas pada mereka kemampuan ilahiNya untuk mengetahui pikiran-pikiran mereka yang tersembunyi dengan tanpa melihat atau mendengar mereka. Dia memanggil mereka dan membantah penghakiman mereka yang jahat dalam tiga cara:

1. Bantahan Yesus yang pertama menolak tuduhan bahwa Dia dituntun dan ditolong oleh Setan. Tidaklah benar bahwa Setan akan menolong Yesus, yang melawan dia dan membebaskan korban-korbannya. Jika Setan membantu Kristus, maka kerajaannya sendiri akan gagal karena terpecah-belah.

2. Bantahan yang kedua dari Yesus berhubungan dengan para penatua Yahudi yang menuduh Dia mengusir roh-roh jahat dengan kuasa Setan. Jika tuduhan ini benar, maka hal ini berlaku juga bagi orang-orang Yahudi lainnya yang mengatakan bahwa mereka mengusir roh-roh jahat. Jadi, orang-orang Yahudi yang lain ini membuktikan bahwa para penatua Yahudi adalah pendusta, dan menjadi hakim yang menghakimi mereka. Karena orang-orang Yahudi ini menyatakan bahwa mereka mengusir roh-roh jahat dengan kuasa Allah, karena itu, mereka membuat para penatua mereka berdiam diri.

3. Bantahan yang ketiga dari Yesus menunjukkan bahwa Dia mengusir setan merupakan pekerjaan dari Roh Allah yang mengumumkan kehadiran dari kerajaan baru Kristus. Yesus menyerang setan, mengikatnya, dan merebut korban-korban dari genggamannya. Pada waktu Yesus mengusir keluar setan dari orang yang kerasukan setan, Dia membuktikan diriNya sebagai Juruselamat yang berkuasa, yang menyelamatkan semuanya. Bagaimana mungkin Yesus menjadi kawan sekerja dari setan jika Dia adalah yang mengikat dia dengan rantai kuasaNya?

Tidaklah mengherankan kalau orang-orang Farisi hanya melihat kuasa dalam mujizat-mujizat Yesus, tetapi tidak belas kasihanNya? Setan punya kuasa besar tetapi tidak disertai dengan belas kasihan. Para penatua Yahudi tidak melihat adanya unsur kasih dan kelemah-lembutan di dalam mujizat-mmujizat Yesus. Mereka tidak dapat melihat apa yang jelas sejelas siang hari, yaitu bahwa sifat dari setan dan semua perbuatannya adalah berlawanan dengan perbuatan-perbuatan belas kasih dan kebaikan. Betapa besarnya kebutaan mereka ketika mereka menganggap sebagai perbuatan setan, perbuatan-perbuatan baik yang tidak ada seorangpun bisa melakukannya, kecuali Pencipta dari segala sesuatu yang baik.

3.2. Bersikap netral dalam keagamaan adalah tidak mungkin

“Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa mengumpulkan bersama Aku, ia menceraiberaikan“ (Matius 12:30).

Sesudah menjelaskan bahwa mujizat-mujizatNya adalah dari Allah, Yesus membuktikan bahwa tidak dapat mengambil sikap netral dalam keagamaan. Setiap orang harus salah satu, memihak Yesus atau melawan Yesus. Siapapun yang tidak melakukan perbuatan-perbuatan Yesus tidak bersama Dia, meskipun dia menunjukkan sikap seolah-olah melakukannya. Semua yang tidak melakukan perbuatan-perbuatan Yesus mengedakan perbuatan setan, yang adalah musuhNya, mereka tidak mengumpulkan bersama Dia tetapi menceraiberaikan. Sejak dari kelahiran, setiap orang berada dalam keadaan melayani setan dan tidak dapat menghentikan pelayanan ini kecuali dengan kemauan yang sungguh, beralih ke dalam pelayanan Kristus.
Dalam dunia rohani, ada dua kerajaan, dan terjadi peperangan yang terus berlansung di antara dua kerajaan tersebut, yang tidak ada akhirnya. Tidak ada perdamaian atau gencatan senjata di antara dua kubu ini. Kerajaan Allah adalah kerajaan terang, kebenaran, dan kekudusan. Kerajan Setan adalah kerajaan kegelapan, kesia-siaan, dan dosa. Sikap netral adalah tidak mungkin di antara dua kerajaan ini.
Yesus mengerjakan semua mujizatNya dengan kuasa Roh Kudus ini memimpin Yesus dan memberi kekuatan kepada Dia dari awal sampai akhir. Para penatua Israel mendukakan Roh Kudus dengan melemparkan tuduhan bahwa perbuatan-perbuatan Kristus adalah dengan kuasa Beelzebul, penghulu dari roh-roh jahat. Inilah sebabnya mengapa Yesus menegur mereka dengan keras dan secara terang-terangan karena menyesatkan orang banyak. Bukan untuk pertama kalinya mereka melemparkan tuduhan yang tidak adil pada Yesus. Mereka sudah pernah melakukan sebelumnya ketika Dia menyembuhkan seorang yang sakit lumpuh,
”Percayalah, hai anakku dosamu sudah diampuni” (Matius 9:2). Yesus sekarang melancarkan penghakiman yang sudah pada tempatnya atas mereka. Apa yang mereka pikirkan dan katakan tentang pengusiran roh-roh jahat adalah penghujatan.

Di tengah-tengah teguran keras atas para penatua Yahudi, Dia mengumumkan penghiburan yang besar bagi orang-orang berdosa. Dia mengumumkan bahwa pengampunan Allah meliputi semua dosa, betapapun besarnya dosa-dosa itu, sejauh ada pertobatan yang benar dengan iman. Tidak ada alasan apapun bagi orang yang paling besar dosanya, untuk menunda keselamatannya dari Dosa dan akibat-akibatnya tidak ada satu alasanpun bagi orang-orang berdosa untuk berputus-asa, betapapun besar dosa-dosanya, sejauh dia bertobat

dan memohon pengampunan. Apa yang dinubuatkan oleh nabi Yesaya menegaskan apa yang dikatakan Kristus.

“Marilah, baiklah kita berperkara!“ Firman TUHAN, Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, Akan menjadi putih seperti salju, Sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, Akan menjadi putih seperti bulu domba.“ (Yesaya 1:18)

3.3. Tindakan penghujatan terhadap Roh Kudus

“Sebab itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak“ (Matius 12:31,32).

Yesus menjadikan jelas pada para penatua Yahudi, dan pada seluruh dunia, satu jenis dosa yang tidak termasuk dalam pengharapan untuk dapat diampuni. Kata-kata hujatan melawan Roh Kudus, Dia berkata bahwa semua dosa dan hujatan dapat diampuni, tetapi barangsiapa mengucap kan kata-kata hujatan melawan Roh Kudus tidak akan pernah diampuni. Orang tersebut akan dibukum selama-lamanya. Pertobatan yang benar adalah pekerjaan dari Roh Kudus. Siapapun yang melawan Roh Kudus, melarang pekerjaanNya di dalam dirinya. Dia menjauhkan dirinya dari satu-satunya jalan dimana dia dapat mencapai pertobatan dan pengampunan yang mengikutinya. Siapapun yang takut mengucapkan kata-kata hujatan terhadap Roh Kudus menunjukkan bahwa dia tidak melakukan hujatan dimaksud. Penghujat yang sebenarnya kehilangan secara menyeluruh setiap pemahaman rohani dan dengan deniikian kehilangan setiap pengharapan untuk pengampunan karena tidak ada harapan untuk pertobatannya. Sikap yang secara total acuh tak acuh, tidak mau peduli terhadap
perkara-perkara Roh sudah mematikan hati nuraninya. Jadi, dia secara sengaja menolak untuk bertobat, mengeraskan hatinya, dan terus menerus memilih kegelapan sampai Roh Allah pada akhirnya meninggalkan dia.
Dari kata-kata Kristus tentang betapa parahnya penghujatan ini, kita mempunyai bukti bahwa
Roh Kudus adalah satu pribadi, anggota dari Trinitas Kudus dalam Satu Allah.

3.4. Apa yang diucapkan mulut meluap dari hati

”Jikalau suatu pohon kamu katakan baik, maka baik pula buahnya, jikalau suatu pohon kamu katakan tidak baik, maka tidak baik pula buahnya. Sebab dari buahnya pohon itu dikenal. Hai kamu keturunan ular beludak, bagaimanakah kamu dapat mengueapkan hal-hal yang baik, sedangkan kamu sendiri jahat? karena yang diucapkan mulut meluap dari hati. Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Tetapi Aku berkata kepadamu, setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum” (Matius

12:33-37).

Yesus mengarahkan perhatian dari orang banyak pada kenyataan bahwa kata-kata adalah buah dari apa yang dipikirkan oleh seseorang. Kata-kata tidak dapat dibenarkan, kecuali pikiran dibenarkan terlebih dahulu. Pikiran yang jahat dari para penatua Yahudi menyebabkan mereka mengucapkan kata-kata dusta. Mereka tidak dapat mengatakan sesuatupun yang baik. Inilah sebabnya mengapa mereka cocok untuk menyandang sebutan yang Yohanes Pembaptis berikan kepada mereka, dan yang diulangi sendiri oleh Yesus:
”keturunan ular beludak.” Situasi mereka justru lebih sulit karena racun ular beludak itu mereka warisi. Dalam kaitan dengan apa yang dibicarakan di sini, Yesus dengan bijaksana mengatakan bahwa apa yang diucapkan mulut meluap dari hati. Yesus mengatarkan bahwa satu kata-kata jahatpun akan dihakimi pada Hari Pertanggungjawaban karena hal itu sudah cukup membuktikan kondisi atau keadaan dari hati yang merupakan ujian akhir untuk penghakiman atau pembenaran.

3.5. Para pemimpin agama meminta suatu tanda

Pada waktu itu berkatalah beberapa ahli Taurat dan orang Farisi kepada Yesus: ”Guru, kami ingin melihat suatu tanda dari padaMu.” Tetapi jawabNya kepada mereka: “Angkatan yang jahat dan tidak setia ini menuntut suatu tanda. Tetapi kepada mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam. Pada waktu penghakiman, orang-orang Ninewe akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga. Sebab orang-orang Ninewe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Yunus Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama angkatan ini dan ia akan menghukumnya juga. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo. “Apabila roh jahat keluar dari manusia, iapun mengembara ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian. Tetapi ia tidak mendapatkannya. Lain ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang telah kutinggalkan itu. Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu kosong, bersih tersapu dan

rapih teratur. Lalu ia keluar dan mengajak tujuh roh lain yang lebih jahat dari adanya dan mereka masuk berdiam di situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk pada keadaannya semula. Demikian juga akan berlaku atas angkatan yang jahat ini“(Matius

12:38-45).

Para penatua Yahudi meminta kepada Yesus untuk melakukan mujizat. Mereka ingin disenangkan. Mereka layak untuk mendapatkan teguran keras karena kebutaan rohani mereka. Yesus berkata, orang-orang jahat dan yang tidak saleh ini meminta suatu mujizat kepadaNya tetapi kepada mereka tidak akan diberikan kecuali tanda nabi Yunus. Akar dari kerusakan generasi itu adalah bahwa hati mereka berpaling dari kasih Allah, dan sebaliknya mereka memilih untuk mengikuti ajaran-ajaran manusia. Para penatua tersebut sepertinya menunjukkan kesiapan mereka untuk percaya pada Yesus jika Dia bersedia memuaskan mereka dengan mujizat-mujizat. Mereka sudah banyak melihat mujizat lebih dari yang
mereka butuhkan untuk diyakinkan bahwa Yesus adalah Kristus yang dijanjikan, dan percaya di dalam Dia. Sayangnya, kita menjumpai bahwa banyak yang seperti orang-orang Yahudi
ini di setiap generasi. Mereka mendapatkan banyak alasan untuk penolakan mereka terhadap Kristus dalam apa yang mereka katakan sebagai ”kurang adanya pembuktian yang kuat.” Tetapi, keadaan yang sebenarnya adalah, bahwa mereka tidak mau percaya. Mereka menolak untuk percaya bahkan seandainyapun ada banyak bukti.
Yesus menunjukkan kepada mereka mujizat Yunus, yang sudah sangat mereka kenal. Di dalam mujizat Yunus itu, ada nubuat bahwa Dia akan berada di dalam kubur selama tiga hari dan tiga malam. Kutipan Yesus sudah membuktikan keaslian sejarah mengenai kisah Yunus, karena Dia tidak akan pernah mempergunakan dongeng rekaan untuk membuktikan dan melukiskan karya besarNya di kayu salib untuk menebus umatNya. Ikan raya dalam kisah Yunus bukanlah kisah khayalan.Yesus berkata bahwa Allah, pada Hari Pehukuman, akan lebih menyukai orang-orang kafir di Ninewe dan Ratu Seba daripada mereka yang mengaku diri sebagai hamba-hamba Allah tetapi tidak bertobat. Orang-orang Ninewe bertobat dari dosa-dosa mereka ketika mereka mendengar khotbah Yunus. Ratu Seba mengadakan perjalanan jauh dari negerinya dan percaya pada apa yang Salomo katakan. Yesus, yang adalah lebih besar dari Yunus dan Salomo, menampakkan diri pada orang-orang Yahudi dan berbicara pada mereka dengan perkataan-perkataan hikmat sorgawi, tetapi mereka tidak percaya di dalam Dia.
Yesus menyarnakan “generasi yang jahat dan rusak” ini dengan seorang yang dirasuk roh jahat. Roh jahat itu keluar dan segera kembali lagi dengan tuj'uh roh lainnya yang lebih jahat. Penerapan dari gambaran ini adalah bahwa, pada masa Yohanes Pembaptis, orang-orang Yahudi datang menjumpai Yohanes Pembaptis, bertobat melalui ajaran-ajarannya, dan menerima baptisannya, tetapi mereka tidak percaya kepada Yesus ataupun menerima Roh Kudus untuk tinggal di dalam mereka. Jadi hati mereka masih tetap kosong dan roh jahat
yang pernah merasuk mereka, datang kembali dengan jumlah yang lebih banyak. Yesus mengatakan bahwa akhir dari generasi yang jahat ini, kepada siapa Dia berbicara, akan lebih jahat daripada awal mulanya. NubuatanNya benar-benar digenapi. Kejahatan mereka
semakin bertambah-tambah, bahkan sampai meluap. Kemudian, waktu untuk pehukuman dan penderitaan yang menakutkan tiba, yang mana Yesus melukiskannya sebagai penderitaan yang belum pemah terjadi sebelumnya dan tidak akan pernah terjadi lagi.

Pelajaran yang dapat kita pelajari dari perumpamaan ini adalah bahwa berhenti berbuat jahat adalah sia-sia kecuali kita mengisi tempat mereka dengan hal-hal yang baik yang bertentangan dengan hal-hal yang jahat. Jika kita tidak mengisi kekosongan rohani yang ditinggalkan sesudah roh-roh jahat diusir keluar, maka roh jahat tersebut akan kembali dengan membawa roh-roh jahat yang baru. Hati tidak dapat terus kosong. Kecuali Roh Allah datang mendiami hati dan tinggal di tempat setan, maka setan akan bekerja dengan lebih giat
lagi dari yang sebelumnya, dan menguasai hati lebih sepenuh dan pada sebelumnya. Kembali ke dosa adalah lebih payah lagi dari apa yang pernah dilakukan untuk pertama kalinya.

3.6. Sanak saudara Yesus mencari Dia

Ketika yesus masih berbicara dengan orang banyak itu ibuNya dan saudara-saudaraNya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia Maka seorang berkata kepadaNya: “lihatlah, ibuMu dan saudara- saudaraMu ada di luar dan berusaha menemui Engkau”.

Tetapi jawab Yesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepadaNya: “Siapa ibuKu? Dan siapa saudara-saudaraKu ?” lalu kataNya sambil menunjuk ke arah murid-muridNya : ini IbuKu dan saudara-saudaraKu, sebab siapapun yang melakukan kehendak BapaKu di sorga, dialah saudaraKu laki-laki, dialah saudaraKu perempuan, dialah ibuKu” (Matius 12:46-50).

Sanak saudara Yesus mengetahui tentang murid-muridNya dan orang banyak yang
berdesak-desakan disekeliling Dia. Orang banyak Yang mengerumuni. Dia itu tidak memberi kesempatan pada Yesus untuk mengambil waktu beristirahat bahkan untuk makanpun. Sanak saudaraNya menyusul Dia dan berusaha untuk rnengambil Dia, karena rnereka mengatakan bahwa Dia tidak waras lagi (Markus 3: 21). Mereka seharusnya mengetahui bahwa seorang yang bersemangat secara keagamaan bukanlah seorang yang tidak waras tetapi, orang Yang mengaku beragama tetapi tidak memiliki pengabdianlah yang demikian.
Kita tidak dapat mengukur kesedihan Kristus sementara ibu dan sanak saudaraNya datang untuk mengambil Dia. Tetapi mereka tidak dapat mendekati Dia, karena banyaknya orang yang mengerumuniNya. Tidakkah mengherankan bahwa orang-orang lebih menghormati seseorang yang bertekad untuk mencari uang sebanyak-banyaknya, melawan
musuh-musuhnya. atau belajar keras, sedangkan semangat di dalam keagamaan dianggap “tidak waras “? Pada waktu sanak saudara Kristus tidak dapat mendekati Dia, mereka mengutus seseorang untuk memanggil Dia, mengatakan bahwa ibu dan saudara-saudaraNya berada di luar mencari Dia. Mereka menghendaki agar Dia pulang bersama mereka, agar dengan demikian mereka bisa mencari kesembuhan bagi Dia. Mereka bahkan akan memaksa Dia untuk pulang, bilamana perlu, dan dengan kasar mengatakan bahwa Dia sedang mengalami sakit jiwa dan perlu mendapatkan perawatan.
Yesus mendapatkan hal ini sebagai suatu kesempatan untuk mengajar sanak saudaraNya, murid-muridNya dan orang banyak yang mengerumuni Dia, beberapa pelajaran penting yang

Dia harapkan berakar kuat dalam hati mereka. Dia mengajarkan kepada mereka bahwa Dia tidak berasal dari dunia ini. Dia tidak menganggap bahwa ibuNya yang sebenarnya, saudara atau saudariNya berbeda dari orang lain. HubunganNya yang sementara dengan sanak saudaraNya secara jasmani sudah tidak ada lagi. Suatu ikatan yang baru dan tetap sudah terjadi. Hubungan persaudaraan yang baru ini terlepas dari ikatan kejasmanian, dan mengikatkan Dia pada semua yang menyatu dengan Dia secara rohani. Dia menyatakan ini dalam pertanyaanNya pada seseorang yang berbicara kepadaNya. Dia berkata: “Siapakah ibuKu? Siapakah saudara-saudaraKu?” Kemudian Dia menunjuk kepada murid-muridNya: “Inilah ibuKu dan saudara-saudaraKu! Karena siapapun yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga adalah saudaraku laki-laki dan saudaraKu perempuan dan ibuKu”.
Kasih dan penghormatan Yesus pada ibuNya, Maria, dan saudara-saudaraNya secara kemanusiaan adalah lebih kuat dan murni dari pada kasih umat manusia manapun. Yesus adalah contoh keteladanan yang sempurna dalam hal ini, sebagaimana dalam hal yang lain. Tetapi kesetiaan dan perhatianNya pada sanak-saudaraNya berada di bawah kasih dan kejujuranNya untuk Bapa yang mengutus Dia. Juga dikuasai oleh kasih rohani yang mengikat Dia pada saudara-saudaraNya yang sebenarnya, anak-anak rohani dari Bapa Sorgawi. Dari jawaban Yesus kita belajar bahwa semua mereka yang melakukan kehendak Allah adalah orang-orang yang sangat dekat dan terkasih dengan Dia.
Seseorang dapat membayangkan betapa menghibur kata-kata ini bagi utusan-utusan Kristus, yang pada hari-hari yang akan datang, akan menderita aniaya yang berat di tangan
musuh-musuh mereka. Yesus memahalai setiap orang yang berbuat baik kepada
utusan-utusanNya, dan menghukum mereka yang berbuat kejahatan pada mereka. Mereka mengalami apa yang digambarkan oleh Zakharia, ”sebab siapa yang menjamah kamu, berarti menjamah biji mataNya” (Zakharia 2.8).
Yesus menolak untuk dipengaruhi oleh kasih alami manusia terhadap sanak-saudaraNya. Kasih yang seperti ini dikuasai oleh kepicikan rohani. Yesus kemudian meninggalkan rumah, pergi ke tepi pantai, dan mulai menyampaikan perumpamaan-perumpamaan untuk memberitahu dan menjelaskan seperti apa kerajaan sorga itu.

4. YESUS MENGAJAR DALAM PERUMPAMAAN

Yesus seringkali mengajar dalam perumpamaan-perumpamaan, tetapi
perumpamaan-perumpamaan tersebut tidak mengandung unsur-unsur mistik atau humor, karena perumpamaan-perumpamaan tersebut menyatakan kepada para pendengarNya rahasia-rahasia dari Kerajaan Sorga.

4.1. Perumpamaan Seorang Penabur

"Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. KataNya “Adalah seorang

penabur keluar untuk menabur. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. Sebagian lagi jatuh di semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah-buah ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. Siapa bertelinga hendaklah ia mendengar”(Matius 13:3-9).

Dalam perumpamaan ini, Yesus membagi para pendengarNya ke dalam empat kelompok. Orang-orang dalam kelompok pertama mendengar Firman hanya dengan telinga mereka. Mereka tidak memahami dengan pikiran mereka, bisa jadi karena mereka asyik dengan
hal-hal lain atau karena hati mereka menjadi keras karena dosa yang mereka perbuat sebelumnya. Orang-orang ini tidak berbeda dari mereka yang tidak mendengar. Tidak adanya pengaruh yang terjadi segera saja terlihat, karena mereka tidak merasakan kemanisan dari makanan rohani ini. Kristus menyamakan orang-orang ini dengan benih-benih yang ditabur dan jatuh dipinggir jalan, yang terinjak-injak oleh orang-orang dan dimakan habis oleh
burung-burung. Mereka tidak menghasilkan buah
Kelompok kedua terdiri dari orang-orang yang mengerti pengajaran dan tidak terpengaruh menerima dengan sukacita. Tetapi sukacita mereka dangkal dan sementara saja, karena mereka tidak memperhitungkan harganya, juga tidak mempersiapkan diri untuk tantangan dari dalam dan dari luar yang selalu menanti setiap orang yang menyukai Firman Allah. Itulah sebabnya mengapa, pada waktu kesulitan-kesulitan terjadi, mereka beralih dari apa yang pada mulanya mereka punyai dan sukai. Yesus menyamakan orang-orang ini dengan benih-benih yang jatuh pada tanah yang tipis, dan berbatu-batu. Segera saja bertumbuh tetapi segera saja kering dan tidak menghasilkan buah ketika matahari menyinarkan cahayanya atas mereka, karena tidak berakar dalam.
Kelompok yang ketiga terdiri dari orang-orang yang mengerti ajaran itu dan menerimanya dengan sukacita. Mereka tetap berdiri teguh dalam menghadapi tantangan-tantangan, tidak tergoncangkan oleh aniaya dan apapun kerugian yang dialami. Tetapi keteguhan dan ketabahan mereka berasal dari sifat kekerasan mereka sendiri, karena mereka menganggap diri mereka sebagai para martir demi agama. Mereka tidak menghasilkan buah karena mereka tidak memuliakan Allah ataupun berguna bagi manusia. Mereka dikuasai oleh perkara-perkara dunia. Kalau mereka miskin mereka dikuasai oleh kebutuhan-kebutuhan mereka. Kalau mereka kaya, mereka dikuasai oleh kekayaan mereka dan disibukkan dengan banyak kegiatan. Yesus menyamakan mereka dengan benih yang bertumbuh dengan baik, yang dalamnya orang-orang melihat adanya tanda-tanda akan menghasilkan, buah. Hanya pada saat penuaian sajalah keberadaan mereka yang tidak menghasilkan buah akan kelihatan karena “semak-semak duri” kehidupan menguasai dan menghimpit mereka.
Kelompok keempat dan yang terakhir terdiri dari orang-orang yang terlepas dari

kerusakan-kerusakan yang sudah disebutkan tadi. Orang-orang ini pertama-tama meminta terlebih dahulu kerajaan Allah dan kebenaran. Mereka tidak terpengaruh oleh
kesulitan-kesulitan dan urusan-urusan dunia, entahkah mereka kaya ataupun miskin. Oleh karena itu, mereka tidak terpengaruh oleh aniaya ataupun penindasan yang mereka hadapi tetapi melihatnya sebagai kesempatan untuk mengembangkan ketekunan (Roma 5:3). Mereka memahami dengan baik apa yang mereka dengar dan menghasilkan banyak buah untuk kemuliaan Allah dan untuk kesejahteraan orang lain. Tetapi buah-buah mereka
berbeda-beda sesual dengan karunia-karunia, kesempatan-kesempatan, dan berbagai keadaan yang dihadapi. Yesus menyamakan orang-orang ini dengan benih yang ditabur di tanah yang baik, yang menghasilkan buah tiga puluh kali lipat, enam puluh kali lipat atau seratus kali lipat.
Dalam menjelaskan perumpamaan ini Yesus memberikan satu jalan keluar yang menolong untuk menjelaskan seluruh perumpamaan yang lain yang Dia tidak menjelaskannya. Ketika Dia memulai perumpamaan ini, Dia mengajak para pendengarNya untuk waspada dengan mengatakan “Adalah…” Ketika Dia mengakhirinya, Dia berkata “Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!”

4.2. Perumpamaan tentang lalang di ladang

Yesus membentangkan suatu perumpamaan lain lagi kepada mereka, kataNya: “Hal

Kerajaan Sorga itu seumpama orang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. Tetapi pada waktu semua orang tidur, datanglah musuhnya menaburkan benih lalang di antara gandum itu, lalu pergi. Ketika gandum itu tumbuh dan mulai berbulir, nampak jugalah lalang itu. Maka datanglah hamba-hamba tuan ladang itu kepadanya dan berkata: Tuan bukankah benih baik, yang tuan taburkan di ladang tuan? Dari manakah lalang itu? Jawab tuan itu: Seorang musuh yang melakukannya. Lalu berkatalah hamba-hamba itu kepadanya: Jadi maukah tuan supaya kami pergi mencabut lalang itu? Tetapi ia berkata: Jangan, sebab mungkin gandum itu ikut tercabut pada waktu kamu mencabut lalang itu. Biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai. Pada waktu itu aku akan berkata kepada para penuai: kumpulkanlah dahulu lalang itu dan ikatlah berberkas-berkas untuk dibakar, kemudian kumpulkanlah gandum itu ke dalam lumbungku”(Matius 13:24-30).

Perumpamaan kedua ini berdasarkan pada kenyataan bahwa musuh, Si jahat, menyelundupkan ke dalam Kerajaan Kristus yang kekal, Gereja orang-orang yang bukan milik kepunyaan Allah. Ini tidak dapat dikenali pada awalnya, tetapi pada waktu kebenaran mulai menampakkan diri secara pelahan-lahan, orang-orang yang baik mau memisahkan mereka dan menyingkirkan mereka dari orang-orang Gereja.Kristen. Namun demikian, pemisahan ini sangat berbahaya, karena para pemimpin Gereja tidak dapat mengetahui apa yang ada di dalam hati orang-orang. Mereka dapat mematikan seorang murid yang bertobat, pada waktu yang sama, dalam usaha untuk menyingkirkan seorang pengkhianat dan penipu yang tidak memiliki kualitas Kekristenan barang sedikitpun. Allah meminta pada para pemimpin umatNya untuk berhati-hati dan memeriksa dengan cermat dan seksama sebelum

mereka mematikan orang-orang yang lemah dan jatuh, agar dengan demikian mereka tidak salah menghakimi dan berbuat tidak adil.
Dalam perumpamaan ini, Yesus menyamakan Dirinya dengan seorang yang menaburkan benih yang baik di ladangnya. MusuhNya, Setan, disamakan dengan seorang yang lain yang menaburkan benih lalang di ladang yang sama. Yesus menyamakan malaikat-malaikatNya dengan penuai-penuai, dan Hari Pehukuman dengan masa penuaian. Dia mengakhiri perumpamaanNya sambil mengatakan bahwa Anak Manusia akan mengutus
malaikat-malaikatNya yang akan mencabut lalang dari kerajaanNya segala sesuatu yang menyebabkan dosa, dan semua yang melakukan kejahatan mereka akan melemparkan lalang-lalang tersebut ke dalam dapur api yang menyala-nyala, di mana ada ratapan dan
kertak gigi. Selanjutnya orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam Kerajaan
Bapa mereka.

4.3. Perumpamaan mengenai rahasia pertumbuhan benih benih

"Lalu berkatalah Yesus, “Beginilah hal Kerajaan Allah itu seumpama seorang yang menaburkan benih di tanah, lain pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba”(Markus 4:26-29).

Yesus memberitahu perumpamaan yang ketiga ini dengan tanpa menjelaskannya, Dia menerangkan tentang kenyataan bahwa pertumbuhan di dalam Kerajaan RohaniNya di bumi adalah suatu proses alami yang tidak bisa dihindari. Pertumbuhan itu terjadi secara
perlahan-lahan dan tidak secara tiba-tiba, dan bagaimana terjadinya adalah misterius, tidak diketahui, tidak ada seorangpun yang dapat mengerti ataupun menjelaskannya.

4.4. Perumpamaan Biji Sesawi

"Yesus membentangkan suatu perumpamaan lagi kepada mereka, kataNya: “Hal Kerajaan Sorga itu seumpama biji sesawi, yang diambil dan ditaburkan orang di ladangnya. Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar daripada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada

cabang-cabangnya”(Matius 13:31,32).

Ketika Yesus memberitahu perumpamaan ini, pada waktu itu musim dingin sedang mulai, dan pekerjaan di ladang terbukti ada di sekelilingNya. Kristus memberitahu kepada para pendengarNya sebuah perumpamaan yang indah, sehubungan dengan pertanian, untuk menunjukkan bahwa kerajaanNya di dalam dunia ini adalah kecil pada awalnya, tetapi besar pada akhirnya. Dalam pengertian pertumbuhan yang dapat dilihat, akan menjadi sedemikian

besarnya sehingga pada akhirnya akan dapat melayani orang dengan sangat baik. Yesus menyamakan kerajaanNya dengan sebuah biji sesawi, yang terkecil dari semua biji yang bertumbuh sedikit demi sedikit untuk menjadi sebuah pohon dalam mana burung-burung berdatangan untuk membuat sarang. Karena kegunaannya untuk pengobatan dan bentuknya yang tajam dan rasanya yang pedas, biji sesawi adalah suatu contoh yang baik tentang Kerajaan Baru yang diperkenalkan oleh Yesus Kristus. Biji sesawi juga mempunyai kegunaan untuk menyembuhkan jika dilumatkan, dan demikian pula halnya dengan kuasa
Juruselamat. Karya penebusanNya di Kayu Salib bergantung pada diriNya yang dikorbankan.

4.5. Perumpamaan mengenai Ragi

"Dan Ia menceriterakan perumpamaan ini juga kepada mereka: “Hal Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya” (Matius 13:33).

Ini adalah perumpamaan yang kelima yang diceritakan Yesus. Di dalamnya, Dia menjelaskan bahwa pertumbuhan kerajaan tidaklah keluar tetapi kedalam sebagaimana dengan organisme kehidupan. Keberhasilan dari Gereja Kristus tidaklah bergantung pada sebab-sebab yang dari luar, tetapi dari dalam. Jadi kekuatan politik dan kekayaan materi, yang dianggap sebagai yang menentukan, tidak menghasilkan pertumbuhan bagi Gereja Kristus yang benar. Sering kali terjadi, hal-hal itu justru menghambat pertumbuhan, kendatipun barangkali bisa saja menunjukkan manifestasi-manifestasi yang kelihatan atau lahiriah sehingga bisa dianggap sebagai Gereja Kristus, tetapi sebenarnya keliru.Gereja yang benar hanya bertumbuh melalui anggota-anggotanya yang mendapatkan kuasa sorgawi yang tinggal di dalam mereka melalui Roh Kudus.
Yesus juga mengatakan bahwa agama yang benar, secara alami, mempengaruhi dan mengontrol setiap menit dari kehidupan orang-orang percaya, tubuh, pikiran, dan jiwa sepenuhnya berada dibawah pengaruh iman dalam hati. Yesus melukiskan
kenyataan-kenyataan ini melalui kisah mengenai ragi yang oleh seorang perempuan dicampurkan ke dalam sebuah adonan tepung sampai tercampur semuanya. Adalah tepat sekali kalau Dia menyamakan pengaruhNya dalam kerajaan dengan pengaruh ragi, karena kendatipun tidak kelihatan, terus saja meningkat atau bertambah-tambah dari waktu ke
waktu. Juga sebagaimana ragi mengkhamiri seluruh tepung, maka demikianlah pada akhirnya baik ragi dan tepung itu menjadi satu sifat, jadi demikian juga dengan Yesus, menjadi satu dengan umat manusia. Dia dijadikan manusia untuk menyelamatkan manusia, Dia bekerja melalui umat manusia untuk menyelamatkan jiwa-jiwa. Dalam hal yang sama, kita juga menjadi satu dengan kebutuhan-kebutuhan dari manusia yang menderita untuk dapat menyelamatkan orang lain. Keselamatan umat manusia tidak dapat dilakukan oleh
malaikat-malaikat, tetapi oleh manusia.

Perumpamaan-perumpamaan indah yang disampaikan Kristus ini beberapa diantaranya tetap terpelihara bagi kita. Dalam Injil Markus, ada tertulis: “Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka” (Markus 4:33-34). Dia berbuat ini untuk menggenapi apa yang dikatakan oleh Pemazmur “Aku mau membuka mulut mengatakan amsal, aku mau mengucapkan teka-teki (perumpamaan) dari zaman purbakala”(Mazmur 78:2).

4.6. Mengapa Yesus mengajar dalam perumpamaan?

Sesudah mengajar kumpulan orang banyak di tepi pantai, Yesus pergi bersama-sama dengan murid-muridNya dan pulang ke rumah. Murid-murid bertanya kepadaNya mengapa Dia mengajar dalam perumpamaan-perumpamaan yang memerlukan penjelasan. Dia menjawab bahwa Dia dengan sengaja menyembunyikan kebenaran dari mereka yang menolak kebenaran yang sudah diberikan kepada mereka. Mereka sudah kehilangan setiap hak untuk diterangi lagi. Murid-murid kemudian meminta kepada Yesus untuk menjelaskan pada mereka perumpamaan mengenai “seorang penabur.” Dia mencela mereka, dengan mengatakan: “Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini? Kalau demikian bagaimana kamu dapat memahami semua perumpamaan yang lain? (Markus 4:13) “

4.7. Perumpamaan tentang harta yang tersembunyi

“Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lain dipendamnya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya, lalu membeli ladang itu” (Matius 13:44).

Setibanya di rumah, Yesus mengajar murid-muridNya tiga perumpamaan lagi. Dia mau menunjukkan kepada mereka bahwa nilai dari kerajaanNya adalah lebih besar dari sesuatu yang lain di dalam dunia ini. Jika seseorang mengorbankan segala sesuatu untuk itu, dia adalah orang yang berhikmat. Yesus juga mau menunjukkan bahwa beberapa orang, kendatipun mereka tidak mencari harta kekayaan agama yang sebenarnya, menemukannya

secara kebetulan ketika mereka mengerjakan hal-hal yang lain. Inilah yang terjadi pada Saul dari Tarsus dalam perjalanannya menuju ke Damaskus (Kisah Para Pasul 9:1-22). Dia adalah seperti orang yang menemukan harta kekayaan yang tersembunyi di ladang orang lain. Dia pergi dan menjual segala sesuatu yang dia punyai, dan membeli ladang itu untuk mendapatkan kekayaan itu.

4.8. Perumpamaan tentang Mutiara yang berharga

“Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu”(Matius 13:45-46).

Menemukan harta kekayaan secara kebetulan, seperti yang baru saja kita baca, tidaklah selalu terjadi demikian, kalau ada orang yang mencari dengan kesungguhan harta kekayaan
tersebut. Di sini kita melihat, seorang yang mencari di antara agama-agama di dunia, yang kemudian datang kepada Kerajaan Kristus secara rohani. Dia melupakan semua yang lain dan menjual apa saja yang dia sukai dan punyai untuk mendapatkannya. Untuk melukiskan prinsip ini, Kristus memberitahukan sebuah perumpamaan tentang seorang yang mencari
mutiara yang berharga. Pada waktu dia menemukan yang paling berharga, dia menjual semua yang dipunyainya dan membelinya.

4.9. Perumpamaan tentang Pukat

“Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama pukat yang ditabuhkan di laut, lalu mengumpulkan berbagai-bagai jenis ikan. Setelah penuh pukat itupun diseret orang ke pantai, lalu duduklah mereka dan mengumpulkan ikan yang baik ke dalam pasu dan ikan yang tidak baik mereka buang. Demikianlah juga pada akhir zaman malaikat-malaikat akan datang memisahkan orang jahat dari orang benar lalu mencampakkan orang jahat ke dalam dapur api, di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi” (Matius 13:47-50).

Yesus mengakhiri urutan perumpamaan pada hari itu dengan sebuah perumpamaan yang menunjuk pada akhir dari dunia, pada saat malaikat-malaikat dari penghakiman Allah akan memisahkan yang jahat dari yang benar. Yang jahat akan dibuang ke dalam dapur api yang menyala-nyala di mana terdapat tangisan dan kertakan gigi. Ini mengajarkan pada
orang-orang berdosa untuk tidak beranggapan bahwa kasih kemurahan Allah akan berlangsung selama-lamanya, tetapi untuk memberikan perhatian sekarang ini juga. Yesus memperingatkan orang-orang berdosa untuk waspada melalui perumpamaan pukat yang dilemparkan ke laut, yang mengumpulkan berbagai jenis ikan. Ketika sudah penuh, ditarik ke pantai dan ikan dipisahkan. Yang baik dikumpulkan dalam bejana-bejana.
Yesus berkata kepada mereka: “ mengertikah kamu semua itu ?” Mereka menjawab: “Ya kami mengerti.” Maka berkatalah Yesus kepada mereka, “karena itu setiap ahli Taurat yang

menerima pelajaran dari hal Kerajaan Sorga itu seumpama tuan rumah yang mengeluarkan harta yang baru dan yang lama dari perbendaharaannya”(Matius 13:51,52).
`Yesus bertanya kepada murid-muridNya, apakah mereka mengerti semuanya ini. Mereka berkata bahwa mereka mengerti. Dia memberitahu kepada mereka bahwa setiap orang yang belajar hal-hal mengenai Kerajaan harus mengeluarkan dari perbendaharaannya hal-hal yang baru dan yang lama. Hal-hal yang lama adalah perkataan-perkataan Kitab Suci. Hal-hal yang baru adalah apa saja yang diperoleh dari yang lama itu, yang menuntut pertimbangan yang cermat dan teliti untuk memahami makna yang sebenarnya. Hal-hal yang kita sudah dengar saat masih kanak-kanak adalah hal-hal yang lama, tetapi pelajaran-pelajaran yang kita pelajari dari hal-hal yang lama itu adalah baru dan sesuai untuk setiap kebutuhan hari baru. Semua kenyataan dari Kitab Allah adalah harta lama yang berharga yang darinya kita
mendapatkan yang baru untuk memperkuat yang lemah dalam iman, menunjukkan jalan bagi yang tidak tahu dan tersesat jalan, menghibur yang berduka, dan memberikan tuntunan bagi yang melakukan kesalahan.

5. KRISTUS MEREDAKAN ANGIN RIBUT

Pada hari itu, waktu hari sudah petang, Yesus berkata kepada mereka, “marilah kita bertolak ke seberang.” Mereka meninggalkan orang banyak itu lalu bertolak dan membawa Yesus beserta dengan mereka dalam perahu di mana Yesus telah duduk dan perahu-perahu lain juga menyertai Dia. Lalu mengamuklah taufan yang sangat dahsyat dan ombak menyembur masuk ke dalam perahu, sehingga perahu itu mulai penuh dengan air. Pada waktu itu Yesus sedang tidur di buritan di sebuah tilam. Maka murid-muridNya membangunkan Dia dan berkata kepadaNya: “Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?’ Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: “Diam! Tenanglah!” lalu angin reda dan danau itu menjadi teduh sekali. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Mereka menjadi sangat takut dan berkata seorang kepada yang lain: “Siapa gerangan orang ini, sehingga angin dan danaupun taat kepadaNya?” (Markus 4:35-41).

Hari menjelang malam dan senjapun mulai turun. Murid-murid menyuruh orang banyak pulang dan membawa Yesus bersama mereka, untuk bertolak ke seberang danau.
Perahu-perahu yang lain mengikuti mereka. Sementara mereka berlayar dalam kegelapan, Yesus tertidur dalam tilam di buritan belakang. Alkitab menyebutkan bahwa Yesus lapar, haus, sedih, capai dan bergembira., tetapi tidak pernah disebutkan dalam Alkitab bahwa Dia tidur, kecuali dalam peristiwa ini. Sebagai Anak Manusia, Dia tidur. Ini memberikan bukti yang nyata dari kemanusiaanNya. Sehubungan dengan sifat IllahiNya, apa yang dikatakan Daud adalah tetap benar: “Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel” (Mazmur 121:4). Jadi di balik dari ketertiduranNya secara jasmani, Dia tetap berjaga dan mengawasi orang-orang yang menyertaiNya di dalam perahu sementara mereka mengemudikan perahu untuk menghadapi badai yang akan datang, yang berasal dari
bukit-bukit di sekitarnya, murid-murid sudah banyak menghabiskan hampir dari seluruh

kehidupan mereka di danau ini dan sudah banyak menghadapi segala macam angin ribut dan gelombang airnya. Itulah sebabnya mereka mulai mempersiapkan layar dan dayung untuk menghadapi bahaya angin ribut yang bisa saja datang.
Tidak memakan waktu lama bagi gelombang danau itu untuk membasahi seluruh perahu, memenuhinya dengan air. Keadaan menjadi sangat berbahaya. Dahulu kala, sebuah bahtera membawa delapan orang keluarga Nuh yang hidup benar, menyelamatkan mereka dari air bah. Tidakkah sekumpulan kecil orang Kristen di dunia, yang terdiri dari Yesus dan
murid-muridNya, selamat dari keganasan badai dan angin ribut ? Tidakkah keselamatan mereka sama pentingnya dengan keselamatan Nuh dan anak-anaknya, Sem, Ham, dan Yafet?
Kita melihat dalam angin ribut ini kekuatan yang merusak memanfaatkan tertidurnya Kristus, mencoba untuk menghancurkan Dia dan murid-muridNya. Kita dapat membayangkan para nelayan tersebut dan keberanian mereka dalam berusaha untuk tetap bertahan menghadapi amukan badai. Kita dapat mendengar teriakan-teriakan mereka saling memberi petunjuk satu dengan yang lain dalam menghadapi tiupan angin keras dan alunan dahsyat gelombang. Kita dapat melihat ketegaran mereka menghadapi badai dahsyat yang menggoncangkan perahu mereka kesana kemari, dalam kegelapan malam. Mereka berusaha sekuat tenaga untuk menguras air dari dalam perahu. Perahu bisa menyesuaikan diri dengan laut yang tidak tenang, tetapi kalau laut yang marah sudah mulai masuk ke dalam perahu, maka perahu itu tidak akan dapat diselamatkan. Dalam hal yang sama, jika manusia menghadapi badai kejahatan di dalam dunia ini, dia dapat menyelamatkan dirinya. Tetapi bila badai kejahatan mengamuk di dalam hatinya, dia tidak akan pernah dapat selamat. Badai lautan tidak menenggelamkan manusia. Apa yang menghancurkan manusia adalah badai yang ada di dalam jiwanya. Ini benar bagi Gereja, sebagaimana juga halnya dengan anggota-anggotanya. Orang-orang jahat yang ada di sekeliling tidak akan pernah dapat menghancurkannya, tetapi
si jahat yang ada di dalamnya, dapat !
Adakah ada dalam pikiran murid-murid bahwa Yesus dapat melindungi perahu dan
orang-orang yang ada di dalamnya dari kehancuran, meskipun Dia tertidur ? Kami kira tidak. Ketakutan yang sangat besar dapat menggoncangkan pikiran dan menggeser iman kapan saja iman itu menjadi lemah. Murid-murid tidak punya iman pada Kristus sementara Dia tertidur,sebagaimana kita tidak punya iman di dalam Kristus karena Dia menghilang dari pandangan kita. Murid-murid barangkali sudah melihat akan datangnya angin ribut sebelum mereka melepas sauh untuk berlayar ke laut, tetapi adalah tidak aman untuk menduga bahwa mereka menyalahkan Kristus yang sepertinya memaksa mereka untuk menuju ke tengah pantai sementara mereka menginginkan untuk tetap tinggal di pelabuhan. Barangkali mereka bertanya-tanya, mengapa Dia masih tetap bisa tidur, dibalik teriakan-teriakan mereka dan gemuruhnya gelombang angin ribut. Bagaimana Dia bisa bersikap seperti tidak mau peduli terhadap bahaya yang mereka hadapi ?
Mungkin saja terjadi, bahwa sesudah angin ribut itu menjadi semakin besar, Yesus

bermaksud untuk menguji iman mereka. Pada awalnya, kasih dan rasa hormat mereka barangkali mencegah mereka untuk membangunkan Dia. Mereka tidak berharap pertolongan apapun dari Dia dalam mengemudikan perahu. Tetapi sesudah semua usaha dan jerih payah mereka sia-sia dan mereka sudah kelelahan kehabisan tenaga, tidak ada jalan lain bagi mereka kecuali membangunkan Dia. Selain itu bukankah mereka punya hak untuk minta
pertolonganNya karena bahaya besar yang mereka hadapi ? mereka berteriak, “Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa ?” Sepertinya mereka segera saja melupakan apa yang sudah mereka pelajari tentang keIlahianNya dan kuasa luarbiasa yang dimilikiNya, dan dalam ketidaktahuan mereka, mereka mengira bahwa kehancuran dapat terjadi pada perahu yang membawa seorang Manusia yang sudah mereka kenal sebagai Tuhan yang benar. Pada akhirnya, mereka mengumpulkan keberanian untuk membangunkan Dia, Dia yang “mengumpulkan air laut seperti dalam bendungan” dan “menaruh samudera raya ke
dalam wadah” (Mazmur 33:7), Seorang yang berkata: “Masakan kamu tidak takut kepadaKu, demikianlah firman TUHAN, kamu tidak gemetar terhadap Aku ? Bukankah Aku yang membuat pantai pasir sebagai perbatasan bagi laut, sebagai perhinggaan tetap yang
tidak dapat dilampauinya ? Biarpun la bergelora, la tidak sanggup, biarpun
gelombang-gelombangnya ribut, mereka tidak dapat melampauinya!” (Yeremiah 5:22).
Ketika Yesus bangun, Dia mendapatkan adanya dua angin ribut hebat: satu di danau, yang lain di dalam hati murid-muridNya. Kendatipun Dia lebih berkenan menenangkan yang
kedua daripada yang pertama, Dia dalam kebaikanNya, menghentikan angin ribut di laut. Dia tahu bahwa menenangkan murid-muridNya tidak akan berfaedah kecuali Dia menghentikan angin ribut terlebih dahulu, jadi itulah yang Dia lakukan. Penguasa Laut berkata, “Diam! Tenanglah!”
Mujizat ini berbeda dari mujizat Musa ketika dia mengangkat tongkatnya dan mengacungkannya pada lautan sesuai dengan apa yang Allah perintahkan.Yesus hanya berbicara untuk menenangkan amukan gelombang laut. Dia adalah Seorang yang tentangNya ditulis: “Engkau yang meredakan deru lautan, deru gelombang-gelombangnya, dan kegemparan bangsa-bangsa (Mazmur 65:7). Bagi Dia, kita bersaksi dan berkata
bersama-sama dengan Pemazmur, “Engkaulah yang memerintah kecongkakan laut, pada waktu naik gelombang-gelombangnya, Engkau juga yang meredakannya” (Mazmur 89:9). Seorang yang menghardik Laut Galilea adalah Dia, yang di masa lalu, sudah membelah Laut Merah. Umat Israel kemudian berjalan di atas jalan kering yang ada di tengah-tengah lautan. Allah memerintah atas Laut Merah untuk melayani orang-orang yang takut akan Dia. Dia meneduhkan amukan Laut Galilea untuk mengijinkan murid-muridNya terus berlayar. Sebagaimana domba tidak mengenali ataupun mentaati siapapun kecuali gembala mereka, maka demikian juga angin dan gelombang hanya mengenal dan mentaati Pencipta mereka. Atas perintahNya, angin ribut menjadi reda. Ketenangan yang terjadi dengan secara tiba-tiba ini sangat luarbiasa, karena biasanya, lautan menjadi tenang secara bertahap sesudah angin ribut. Dalam cara ini, mujizat nyata jelas terjadi.

Dalam kisah ini dikatakan bahwa badai angin ribut itu sempat mengombang-ambingkan perahu, kita melihat sebuah analogi dari kehidupan sehari-hari. Keselamatan orang Kristen dan Gereja, dalam gelombang angin ribut kehidupan, terletak pada Kristus yang benar-benar hadir dalam hati umatNya. Dia adalah satu-satunya yang dapat mengusir kekuatan si jahat dan mendatangkan kemenangan dan ketenangan.
Dalam mujizat ini, kita melihat secara sepintas maksud tujuan Allah untuk memulihkan kedaulatan manusia atas alam semesta, yang terhilang melalui Kejatuhan. Allah mendapatkan ini kembali melalui karya penebusan Kristus di kayu Salib, dan mengerjakan dua hal. Pertama, orang percaya dapat menghadapi semua bahaya dan berbagai pengaruh yang merusak dari alam dengan tanpa takut. Kedua, karena kuasa Kristus di dalam diri setiap
orang percaya, adalah memungkinkan bagi mereka untuk mengatasi berbagai bahaya dan memperoleh kegunaan dari bahaya-bahaya tersebut. Sebagaimana kekuatan angin bisa dipergunakan untuk menghasilkan listrik, demikian juga orang-orang percaya dapat menghadapi banyak kekuatan lainnya, menaklukkan dan mengendalikan
pengaruh-pengaruhnya yang merusak, dan mempergunakannya untuk kebaikan mereka.
Angin menggambarkan ketidakberuntungan secara lahiriah yang menguasai manusia, seperti kekuatan alam yang membunuh tubuh. Gelombang-gelombang laut berbicara mengenai kekacauan-kekacauan batin yang mengombang-ambingkan jiwa manusia. Kedua-duanya adalah kekuatan setan yang merusak kepribadian. Dalam mujizat ganda ini, Yesus menyatakan maksud tujuanNya untuk mengerjakan dua perkara di dalam setiap orang yang diombang-ambingkan oleh badai angin ribut kehidupan. Dia adalah Seorang yang menyediakan keselamatan dari dua ketidakberuntungan tersebut, dan memberikan kemenangan juga. Ketidakberuntungan dan ujian-ujian adalah bagaikan tempat peleburan pandai emas. Kendatipun tempat peleburan itu tidah merubah emas menjadi tembaga, ataupun tembaga menjadi emas, tetapi menghasilkan kemurnian emas yang sebenarnya dan menyingkirkan kotoran-kotoran yang ada. Juga membuat emas itu menjadi semakin bercahaya-cahaya daripada tembaga. Dalam hal yang sama, ujian-ujian tidak membuat yang baik, baik, tidak juga membuat yang jahat, jahat.Tetapi menunjukkan kebenaran dan menyatakan ketidakbaikan dari orang-orang jahat, sebagaimana ujian-ujian tersebut menyatakan kebaikan dari orang yang benar dan meningkatkannya.
Sesudah keganasan badai angin ribut berhenti, Yesus mengalihkan perhatianNya pada badai angin ribut yang mengamuk dalam hati murid-muridNya. Dia menenangkannya dengan teguran yang lembut ketika Dia bertanya mengapa mereka takut. Masihkah mereka tidak punya iman ? Dia menunjukkan kuasaNya dalam mengatasi berbagai ketidakberuntungan secara lahir.demikian juga halnya dengan ujian-ujian batin yang justru lebih berbahaya. Dengan perkataanNya, kedua badai angin ribut ini ditenangkan, dan melalui pengalaman ini, murid-murid memperoleh pelajaran yang sangat berharga. Allah mengijinkan ujian-ujian dan ketidakberuntungan terjadi hanya demi kebaikan kita sendiri. Kita ingat apa yang dikatakan

Rasul Paulus, “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Dia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya” (I Korintus

10:13).

6. YESUS MENYEMBUHKAN ORANG YANG KERASUKAN ROH JAHAT

Lalu sampailah mereka di seberang danau, di daerah orang Gerasa. Baru saja Yesus turun dari perahu, datanglah seorang yang kerasukan tidak ada seorangpun lagi yang sanggup mengikatnya, sekalipun dengan rantai, karena sudah sering ia dibelenggu dan dirantai, tetapi rantainya diputuskannya dan belenggunya dimusnahkannya. Siang malam ia berkeliaran di pekuburan dan di bukit-bukit sambil berteriak-teriak dan memukuli dirinya dengan batu. Ketika ia melihat Yesus dari jauh, berlarilah ia mendapatkanNya lalu menyembahNya, dan dengan keras ia berteriak: “Apa urusanMu dengan aku, hai Yesus Anak Allah Yang Maha tinggi ? Demi Allah, jangan siksa aku!” Karena sebelumnya Yesus

mengatakan kepadanya: “Hai engkau roh jahat! Keluar dari orang ini!” Kemudian Ia bertanya kepada orang itu: “Siapa namamu ?” Jawabnya: “namaku Legion, karena kami banyak.” Ia memohon dengan sangat supaya Yesus jangan mengusir roh-roh itu keluar dari daerah itu. Adalah di sana di lereng bukit sejumlah besar babi sedang mencari makan, lain roh-roh itu meminta kepadaNya, katanya: “Suruhlah kami pindah ke dalam babi-babi itu, biarkanlah

kami memasukinya!” Yesus mengabulkan permintaan mereka. Lalu keluarlah roh-roh jahat itu dan memasuki babi-babi itu. Kawanan babi yang kira-kira dua ribu jumlahnya itu terjun dari tepi jurang ke dalam danau dan mati lemas di dalamnya. Maka larilah penjaga-penjaga babi itu dan menceriterakan hal itu di kota dan di kampung-kampung sekitarnya. Lalu keluarlah orang untuk melihat apa yang terjadi. Mereka datang kepada Yesus dan melihat orang yang kerasukan itu duduk, sudah berpakaian dan sudah waras, orang yang tadinya kerasukan Legion itu. Maka takutlah mereka. Orang-orang yang telah melihat sendiri hal itu menceriterakan kepada mereka tentang apa yang telah terjadi atas orang yang kerasukan setan itu, dan tentang babi-babi itu. Lain mereka mendesak Yesus supaya Ia meninggalkan daerah mereka. Pada waktu Yesus naik lagi ke dalam perahu, orang yang tadinya kerasukan itu meminta, supaya ia diperkenankan menyertai Dia. Yesus tidak memperkenankannya, tetapi Ia berkata kepada orang itu: “Pulanglah ke rumahmu, kepada orang-orang sekampungmu, dan beritahukanlah kepada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat

oleb Tuhan atasmu dan bagaimana Ia telah mengasihani engkau!” orang itupun pergilah dan mulai memberitakan di daerah Dekapolis segala apa yang telah diperbuat Yesus atas dirinya dan mereka semua menjadi heran (Markus 5:1-20).

Sesudah meredakan angin ribut, sesuatu terjadi yang mengalihkan perhatian kita dari pekerjaan Kristus pada pekerjaan musuhNya, yaitu setan, yang tidak pernah berdiam diri tentang Kristus selama keseluruhan dari pelayananNya di hadapan umum. Dia mencoba dengan segala upaya untuk mengalahkan Yesus di padang gurun dengan meragukan kontrolNya atas beberapa orang, dan memakai mereka dalam perjuangannya melawan Kristus, musuhnya yang terbesar.

Di antara manusia yang dijadikan alat setan adalah orang yang kerasukan roh jahat ini yang berkeliaran di padang gurun di tempat di mana Yesus memutuskan untuk turun dari perahu. Pada waktu orang melihat perahu Yesus mendekat, dia meninggalkan tempat tinggalnya di antara bukit-bukit batu di pekuburan dan pergi ke tempat di mana Yesus akan mendarat. Sebelumnya, dia selalu menghadangi jalan-jalan yang menuju ke tempat ini, barangkali dengan maksud untuk menyerang orang-orang yang mau melewati jalan itu khususnya Yesus, karena dia mengenal Dia. Dia mendekat dengan berteriak-teriak dan berdarah karena dia memukuli dirinya dengan batu. Melihat ini Yesus memerintahkan pada roh-roh jahat
untuk keluar dari dia. Tiba-tiba saja, orang itu berteriak, dan berkata, “Apa urusanMu dengan aku, Yesus, Anak Allah Yang maha tinggi ? Demi Allah, jangan siksa aku.” Akibat pertama dari perintah Kristus yang menyuruh keluar roh-roh jahat adalah siksaan bagi orang yang dirasuki. Setan tidak akan meninggalkan orang itu, sebelum dia menyiksa dan menyakiti dia melemparkannya ke tanah. Dia mendapatkan kesenangan dengan menyiksa dan menghancurkan orang. Itulah sebabnya mengapa orang yang dirasuki menjadi sangat ketakutan dan meminta untuk dilepaskan dari penderitaannya. Kemarahan dan kekejaman setan muncul pada saat korban-korbannya direnggut dari genggamannya. Jadi, baik setan dan orang yang dirasuki berteriak bersama-sama, “Jangan siksa aku.”
Suatu pemandangan yang sangat menyentuh, terjadi di seberang danau Yesus berdiri, bermahkotakan kekudusan, kuasa dan belas kasihan. Di belakang Dia, murid-murid berada dalam kebingungan besar sebagai akibat dari kelelahan mereka pada malam sebelumnya. Mereka juga menghadapi ancaman baru dari orang yang kerasukan, dan tidak tahu pasti apa yang akan terjadi dengan mereka. Dibalik kebingungan mereka, kita dapat melihat pada wajah-wajah mereka tanda-tanda belas kasihan terhadap orang ini yang disiksa oleh roh-roh jahat. Di sini di depan mereka orang yang liar ini, telanjang, berlumuran darah, dan berlutut di hadapan Guru mereka. Di wajahnya nampak mengharapkan sesuatu, wajah dari seseorang
yang mencari pertolongan dari seseorang yang dia rasa dapat melepaskan dia dari kondisinya yang menyedihkan.
Yesus bertanya kepadanya, “siapakah namamu ?” orang itu menjawab, “nama saya adalah Legion, karena kami banyak.” Roh jahat meminta agar mereka dijinkan masuk ke dalam sekawanan babi dari pada dibuang ke lubang yang tidak terduga dalamnya. Yesus mengabulkan keinginan mereka. Ada sekitar dua ribu ekor babi yang sedang berada di dekat daerah pegunungan, agak berapa jauh dari mereka. Memelihara babi adalah dilarang
orang-orang Yahudi. Kenyataan bahwa sejumlah orang Yahudi memiliki ternak babi menunjukkan bahwa mereka lebih mengutamakan kemakmuran secara keuangan dari pada kesukaan mereka terhadap agama. Yesus menghukum mereka dengan membiarkan ternak larangan mereka binasa. Ini juga bukti yang kelihatan bahwa hal dirasuk setan adalah suatu kenyataan, dan bahwa pemulihan dari kondisi ini adalah benar dan permanen. Setiap orang dapat menyaksikan bagaimana perbudakan di bawah setan dihukum. Juga merupakan bukti dari kuasa Kristus atas harta kekayaan yang Dia lepaskan sesuai dengan hikmatNya. Seorang

yang mengijinkan terjadinya kehilangan besar dari seorang pemilik kawanan babi itu adalah pemilik yang sebenarnya dan yang berhak. Tidakkah Dia mengijinkan hal-hal seperti itu terjadi setiap hari di dalam dunia ini, bahkan di antara pengikut-pengikutNya ? Setiap orang yang benar-benar mengabdi akan berkata kepada Tuhan: “Segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku, saya terima dengan ucapan syukur dan terima kasih. Segala sesuatu yang Kau ambil, saya berikan dengan sukacita. Segala sesuatu yang saya ingin untuk memilikinya dan tidak menerimanya, saya lepaskan dengan tanpa bersungut-sungut” “TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!” (Ayub 1: 21).
Pada waktu Yesus memerintahkan roh-roh jahat untuk pergi, mereka keluar dari orang itu dan masuk ke dalam kawanan babi. Seluruh kawanan itu langsung saja lari menuju ke sisi tebing terjun ke dalam danau dan langsung tenggelam. Orang-orang yang menggembalakan babi-babi itu sangat terkejut melihat apa yang terjadi, dan mereka segera lari ke desa dan ke kota untuk menceriterakan apa yang terjadi. Mereka yang mendengar kejadian itu, segera
saja menuju ke tempat di mana peristiwa aneh itu terjadi. Ketika mereka tiba, mereka melihat apa yang sudah terjadi dengan babi-babi itu, dan memperhatikan bahwa orang yang
kerasukan roh-roh jahat itu sudah berpakaian, duduk dengan tenang di bawah kaki Yesus, mendengarkan ajaran-ajaranNya mengenai Kerajaan Allah.
Kita berharap tentunya orang-orang akan bergembira melihat bahwa kuasa setan sudah diikat dan korbannya sudah dilepaskan dari perbudakan. Kita juga akan akan berpikir bahwa
mereka tentunya akan berterima kasih pada Kristus untuk mujizatNya, Hal yang justru aneh adalah bahwa mereka meminta Yesus pergi meninggalkan kota mereka, karena mereka memperhitungkan bahwa kematian babi-babi mereka adalah lebih besar kerugiannya daripada melihat kenyataan bahwa setan sudah dikalahkan.
Apa yang akan dilakukan oleh orang yang sudah disembuhkan ini ? apakah dia meminta untuk kembali ke rumahnya dan bekerja, untuk dapat memperoleh kembali apa kerugian yang sudah dialaminya selama bertahun-tahun ? Jika kesembuhan ini hanya sebatas jasmani, dia akan melakukan hal itu. Tetapi Yesus tidak pernah menyembuhkan tubuh dengan tanpa
menyembuhkan jiwa yang justru lebih penting. Kesembuhan rohani dari orang ini nyata jelas karena dia minta untuk tinggal bersama Yesus.
Di dalam orang yang dirasuk oleh roh-roh jahat ini, kita mendapatkan contoh yang benar dari seorang yang berdosa. Sesungguhnyalah, Dosa merupakan kegilaan dari jiwa dan kegilaan pikiran sekedar tanda-tanda dari kegilaan yang sebenarnya, yang adalah Dosa. Orang yang dirasuk roh-roh jahat ini lebih menyukai kuburan-kuburan yang kotor sebagai rumahnya daripada rumah yang bersih. Pekerjaannya adalah menyakiti diri sendiri dan menyakiti orang lain yang melewati jalannya. Dia menjauhkan diri dari kumpulan orang yang sehat dan memilih untuk berhubungan dengan orang-orang yang seperti dirinya, sebagaimana juga dengan binatang-binatang buas.Dia berkata kepada Yesus, “apa urusanku denganMu?”
Tetapi di dalam Kristus, dalam belas kasihanNya yang tidak terbatas, menyelamatkan orang

ini dari keadaannya yang tertindas. Tidak pernah ada dan tidak akan pernah ada seorang juruselamat yang menyelamatkan dari kegilaan Dosa dan konsekuensinya, selain Juruselamat yang sudah melepaskan orang yang kerasukan roh-roh jahat dari Gerasa ini.

7. YESUS MEMBANGKITKAN ANAK PEREMPUAN YAIRUS DARI KEMATIAN

Sesudah Yesus menyeberang lagi dengan perahu, orang banyak berbondong-bondong datang lalu mengerumuni Dia. Sedang Ia berada di tepi danau, datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia di depan kakiNya dan memohon dengan sangat kepadaNya: “anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan

letakkanlah tanganMu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.” Lalu pergilah Yesus dengan orang itu. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan berdesak-desak di dekatNya.

Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib. sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya semakin memburuk. Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubahNya. Sebab katanya: “asal kujamah saja jubahNya, aku akan sembuh.” Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya.

Pada ketika itu juga Yesus mengetahui, bahwa ada tenaga yang keluar dari diriNya, lalu la berpaling di tengah orang banyak dan bertanya: “Siapa yang menjamah jubahKu ?” Murid-muridNya menjawab: “Engkau melihat bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekatMu, dan Engkau bertanya: Siapa yang menjamah Aku ?” lalu Ia memandang sekelilingNya untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu. Perempuan itu yang menjadi takut dan gemetar ketika mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya, tampil dan tersungkur di depan Yesus dan dengan tulus memberitahukan segala sesuatu kepadaNya. Maka kataNya kepada perempuan itu: “Hai anakKu, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu.”

Ketika Yesus masib berbicara datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata, “anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?” Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: “jangan takut, percaya saja!” lalu Yesus tidak memperbolehkan seorangpun ikut serta, kecuali Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudara Yakobus. Mereka tiba di rumah kepala rumah ibadat, dan di sana dilihatNya orang-orang ribut, menangis dan meratap dengan suara nyaring. Sesudah Ia masuk, Ia berkata kepada

orang-orang itu: “Mengapa kamu ribut dan menangis ? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!” Tetapi mereka mentertawakan Dia. Maka diusirNya semua orang itu, lalu dibawaNya ayah dan ibu anak itu dan mereka yang bersama-sama dengan Dia masuk ke kamar anak itu.

Lalu dipegangNya tangan anak itu, kataNya: “Talita kum,” yang berarti, “Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!” Seketika itu juga anak itu bangkit berdiri dan berjalan, sebah umurnya sudah dua belas tahun. Semua orang yang hadir sangat takjub. Dengan sangat Ia berpesan kepada mereka, supaya jangan seorangpun mengetahui hal itu, lalu Ia menyuruh mereka memberi anak itu makan (Markus 5 : 21-43).

Yesus pergi ke Kapernaum sesudah disuruh meninggalkan Gerasa di mana Dia menyembuhkan seorang yang kerasukan roh-roh jahat, dan menghancurkan babi-babi. Ada seorang di daerah itu yang bernama Yairus, dia adalah kepala rumah ibadat. Dia mempunyai seorang anak perempuan yang sakit dan harnpir mati, tidak ada harapan lagi kecuali mendatangi Nazarene yang sudah sangat dikenal.
Yairus tentunya sudah mengambil keputusan untuk pergi kepada Yesus, meminta kepadaNya untuk datang kerumahnya. Tetapi dia merasa berat untuk meninggalkan anak perempuan
satu-satunya dalam kondisi seperti itu. Dia juga tidak mengharapkan Yesus mau datang ke rumahnya kalau dia menyuruh orang lain kepadaNya, dan dia juga tidak bisa membawa anaknya kepada Yesus dalam keadaan sakit keras seperti itu, karena itu dengan sangat terburu-buru Yairus berlari-lari ke pantai, menjatuhkan diri di bawah kaki Yesus, dan menyembah dia. Betapa terkejutnya setiap orang yang menyaksikan bagaimana pemimpin agama mereka merendahkan diri sedemikian di hadapan tukang kayu miskin dari Nazaret, sahabat dari para pemungut cukai dan orang-orang-berdosa. Tetapi, apa yang Yairus dan orang-orang di Kapernaum sudah dengar tentang Yesus barangkali menolong mereka untuk mengerti sikap hormat yang ditunjukkanYairus. Kesulitan yang sangat besar sudah membawa Yairus merendahkan diri dan membawanya kepada Yesus, dimana pintu kemurahan dibukakan di hadapannya. Kesulitannya yang sangat besar berubah menjadi berkat yang sangat besar.
Yesus menunggu sementara Yairus melukiskan kondisi dari puterinya, memohon dengan sungguh-sungguh untuk pertolonganNya. Yairus menunjukkan iman yang sepenuh dalam Yesus, berkata: “anakku perempuan yang masih kecil terbaring dalam keadaan hampir mati. Datanglah dan tumpangkanlah tanganMu padanya, agar dia sembuh, dan dia akan hidup.” Yesus tidak pernah mengabaikan setiap permohonan yang disampaikan dengan iman, karena iman adalah satu-satunya timba dengan mana kita dapat menimba air yang memberikan hidup dari perigi keselamatan. Iman adalah satu-satunya mata yang melaluinya kita dapat melihat sorga dan berjalan di dalamnya, “sebab di dalamnya [Injil] nyata kebenaran Allah, yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperti ada tertulis, “orang benar akan hidup oleh iman” (Roma 1:17).
Di sini kita dihadapkan pada pertanyaan Mengapa Yesus tidak memerintahkan kesembuhan anak perempuan itu, dengan tanpa harus pergi ke rumah Yairus? Dia sudah pernah melakukan hal ini dua kali sebelumnya dan bukankah itu merupakan mujizat yang lebih besar yang merupakan alasan yang lebih kuat bagi orang banyak dan orang-orang di kota untuk percaya di dalam Dia ? Barangkali Yesus berbuat ini karena Dia tahu apa yang Yairus dan yang lain-lain tidak mengetahuinya, anak perempuan itu sudah mati sesudah ayahnya
meninggalkan rumah. Yairus adalah kepala rumah ibadat, dan biasanya orang yang memiliki kedudukan seperti itu tidak bersahabat pada Yesus. Karena Yesus pergi bersama dengan Yairus, Dia menunjukkan kepada kita contoh teladan kasih, terhadap orang yang biasanya

memusuhinya. Karena Yairus secara menyeluruh memenuhi empat persyaratan untuk menerima berkat dari Juruselamat, maka dia menerima apa yang dia inginkan. Yesus pergi bersama dia ke rumahnya. Berikut ini adalah empat persyaratan itu:

1. Datang kepada Yesus.

2. Merendahkan dirinya di hadapan Dia.

3. Mengajukan satu permohonan dengan semangat dan kesungguhan.

4. Mempunyai iman yang hidup di dalam Dia.

Sementara Yesus berjalan menuju ke rumah Yairus, Dia diikuti oleh banyak orang sehingga tidak dapat berjalan dengan cepat. Hal ini tentunya sangat mengganggu Yairus, sehingga menit-menit rasanya seperti berjam-jam. Apa yang tentunya membuat dia lebih kesal lagi adalah agak tertundanya perjalanan karena ada seorang wanita yang sakit parah yang memerlukan pertolongan. Tetapi penundaan ini, sebagaimana kita akan melihatnya, mendatangkan berkat bagi Yairus, karena memperkuat imannya dan membangkitkan harapannya.
Wanita ini, yang menderita sakit pendarahan selama dua belas tahun mendekati Yesus. Penyakitnya sudah menguras kekuatannya, dan dia sudah menghabiskan uangnya untuk membeli obat-obatan, tetapi tidak mendatangkan hasil apapun. Karena sifat dari penyakitnya, dia dianggap najis menurut Hukum Musa. Itulah sebabnya dia tidak dapat bertemu Yesus sendirian untuk memberitahu Dia mengenai penyakitnya, dia juga tidak dapat membicarakannya di hadapan orang banyak.
Dia memiliki kuasa iman di dalam Yesus, disamping keperluannya akan Dia. Dia tentunya sudah berkata pada dirinya sendiri: “Jika aku dapat menjamah pakaianNya, saya pasti akan sembuh. Saya tidak harus mengganggu Guru, saya juga tidak usah menghadapi orang banyak.” Dia tidak membiarkan apapun menghalangi dia untuk melakukan apa yang menurut dia adalah perlu. Orang banyak tidak menghalangi dia. Dia datang mendekat dan tepat berada di belakang Penyembuh ini, menjamah ujung jubahNya, dan sembuh seketika itu juga. Pemulihan atas dirinya terjadi secara tiba-tiba dan tidak diharapkan akan terjadi secepat itu sebelumnya.
Wanita ini datang dan belakang Yesus. Dia tidak menyentuh tubuhNya. Dia mengira bahwa Dia tidak akan pernah melihat dia, ataupun mengetahui apa yang dia sudah lakukan. Tetapi karena Dia melihat apa yang tidak kelihatan, Dia berhenti berjalan dan bertanya, “Siapa yang menjamah jubahKu ?” Petrus menanggapi, dan berkata, “orang banyak berdesak-desakan di belakangMu, dan Engkau berkata, “Siapa yang menjamahKu?” Tetapi Yesus tidak mencari tahu mengenai jamahan orang banyak, tetapi mengenai jamahan iman, karena tidak ada yang lain yang lebih menarik perhatian Dia, iman wanita ini membedakannya dari banyak yang lain yang seperti dia yang mau disembuhkan. Hanya sekedar menjamah pakaian Yesus,

disertai dengan iman membawa dia kepada keselamatan. Tanpa iman bukan tinggal bersama Yesus dan menyertai Dia selama tiga tahun tidak akan mendatangkan akibat apapun, itulah yang terjadi dengan Yudas Iskariot si pengkhianat itu. Yudas mendapatkan kesempatan untuk bersama dengan Yesus, namun tidak punya iman, karena itu hukumannya adalah ganda.
Melalui mujizat ini, Yesus bermaksud untuk mendatangkan kesembuhan jasmani dan rohani. Dia maksudkan untuk memperkuat iman murid-murid dan iman Yairus juga. Alkitab mengatakan, “Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan” (Roma 10:10).
Yesus melihat ke belakang, menatap wanita itu, dan menunjukkan bahwa Dia mengenalnya. Wanita itu menjadi gemetar ketakutan, karena dia belum tahu betapa lembut dan kasih Dia terhadap orang-orang. Dia takut jangan-jangan dia akan dihukum karena mengambil sesuatu yang dia tidak layak untuk itu, atau paling tidak dia akan ditegur keras di hadapan orang banyak. Dia tidak dapat berbuat apa-apa selain mengaku di hadapan umum. Dia datang kepadaNya, menjatuhkan diri berlutut, dan memberitahu Dia segala sesuatu yang berhubungan dengan penyakitnya. Dia mengaku apa yang sudah dia lakukan dengan
diam-diam dan bagaimana dia sudah disembuhkan dengan secara ajaib. Dia berbicara kepadaNya dengan perhatian dan belas kasihan yang besar: “anakKu, imanmu sudah menyembuhkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu.”
Yesus mempercepat perjalananNya menuju ke rumah Yairus. Seseorang dari rumah mendatangi, dan berkata: “anakmu perempuan sudah mati. Mengapa menyusahkan Guru?” Apakah Yairus merasa menyesal dengan sudah merendahkan dirinya di hadapan Yesus ? adakah dia menyesal karena sudah meninggalkan rumah pada saat anak perempuannya mati? apakah dia berharap bahwa kawan-kawannya, orang-orang Farisi, akan marah kepadanya karena dia sudah pergi kepada Yesus, orang yang mereka benci karena tidak mau tunduk pada otoritas mereka ? Yesus menyadari semua hal yang sedang berkecamuk di dalam
pikiran Yairus dan menghibur dia, dengan berkata, “Jangan takut, percaya sajalah.”
Ketika Yesus tiba di rumah Yairus, Dia memerintahkan murid-muridNya untuk bersama dengan orang banyak di luar, kecuali Petrus, Yakobus dan Yohanes, yang Dia mulai menyukai lebih dari yang lain. Jadi Dia membawa serta mereka denganNya untuk menyaksikan mujizat besar ini. Ketika Dia masuk ke rumah, Dia terganggu dengan tangisan dan ratapan, dan Dia menyuruh mereka semua diam. Dia mencoba untuk menyingkirkan salah pengertian mereka mengenai kematian tubuh dengan mengembalikan nyawa kedalam tubuhnya, sesudah nyawa itu pergi meninggalkannya. Dia menyamakan kematian dengan tidur, dalam hubungannya dengan kehidupan di masa datang. Bilamana seseorang tidur, dia bangun dengan tubuh yang disegarkan kembali. Dia berkata pada orang banyak yang berada di situ, “Mengapa menangis dan meratap? anak ini tidak mati, tetapi sedang tidur. Mereka (istimewa orang-orang yang diupah untuk menangis dan meratap) mengolok-olok Yesus karena tidak tahu apa perbedaan antara tidur dan kematian. Dia menyuruh mereka semua

keluar dari ruangan. Tidak ada seorangpun menyaksikan peperangan yang dengannya Yesus memenangkan kematian kecuali ayah ibu anak perempuan itu dan tiga orang murid. Tentang Dia dikatakan oleh para nabi. “Dia akan meniadakan maut (kematian) untuk
selama-lamanya (Dia) akan membebaskan mereka dari kuasa dunia orang mati! Hai maut, (Dia) akan membinasakanmu”, “Dia yang oleh Injil telah mematahkan kuasa maut dan mendatangkan hidup yang tidak dapat binasa” (Yesaya 25:8, Hosea 13:14, 2 Timotius 1:

10).

Yesus mengatakan bahwa tidak ada seorangpun dapat mengambil kehidupanNya dari Dia tetapi Dia akan merelakan nyawaNya, karena Dia memiliki kuasa untuk memberi dan mengambilnya kembali (Yohanes 10:18). Dia masuk ke dalam kamar kematian dengan lima orang ini, dan dengan kuasaNya, memegang tangan anak itu dan berbicara pada nyawa yang sudah meninggalkan tubuh. Yesus berkata, “Hai anak, Aku berkata kepadamu, bangunlah!” Kemudian, kehidupan kembali pada tubuh, anak itu bangun seketika itu juga dan mulai berjalan keliling. Yesus membeitahu kepada orang tuanya untuk memberi anak itu makan. Mujizat ini menyebabkan banyak orang takjub.

7.1. Menyembuhkan dua orang buta

"Ketika Yesus meneruskan perjalananNya dari sana, dua orang buta mengikutiNya sambil

berseru-seru dan berkata: “Kasihanilah kami, hai Anak Daud.” Setelah Yesus masuk ke dala sebuah rumah, datanglah kedua orang buta itu kepadaNya dan Yesus berkata kepada mereka: “Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?” Mereka menjawah: “Ya Tuhan, kami percaya.” lalu Yesus menjamah mata mereka sambil berkata: “jadilah kepadamu menurut imanmu.” Maka meleklah mata mereka. Dan Yesuspun dengan tegas berpesan kepada mereka, kata-ya: “jagalah supaya jangan seorangpun mengetahui hal ini.” Tetapi mereka keluar dan memasyhurkan Dia ke seluruh daerah itu" (Matius 9:27-31).

Sesudah Yesus membangkitkan anak perempuan Yairus dari kematian, Dia pulang kembali ke rumah. Dalam perjalananNya, dua orang buta datang dari belakang Dia, berseru-seru dan memohon belas kasihan. Mereka menunjukkan iman mereka dengan menyebut Dia “Anak Daud.” Nabi-nabi Perjanjian Lama menegaskan bahwa Yesus adalah Anak Daud, Mesias. Kedua orang buta tersebut, yang tidak dapat melihat dengan kedua mata mereka, melihat dengan roh mereka mengenali Yesus sebagai Kristus. Penglihatan mata manusia tidak dapat melihat apa yang dua orang buta ini melihat. Mereka melihat di dalam Yesus apa yang Daud sudah membicarakannya: “Ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, Ia akan menyelamatkan nyawa orang miskin” (Mazmur 72:13). Mereka tahu apa yang Yesaya sudah katakan tentang Yesus, bahwa Dia akan memberikan penglihatan pada yang buta. Pada mulanya Yesus tidak mengabulkan permohonan mereka ataupun memberikan perhatian pada mereka. Tetapi apa yang sepertinya tidak peduli itu tidak menghalangi ataupun membuat mereka kecewa. Sebaliknya, mereka terus mengikuti Dia dan mengulang-ulangi permohonan mereka.

Mengapa Yesus menunjukkan seolah-olah tidak peduli terhadap mereka pada awalnya? Dia bermaksud untuk menguji kekuatan dari iman mereka. Dia tidak bertanya kepada mereka apakah mereka percaya bahwa Allah mampu menyembuhkan mereka, tetapi sebaliknya bertanya, “Apakah kamu percaya bahwa Aku dapat melakukan ini?” Karena dua orang ini buta, mereka tidak dapat melihat kasih di wajah Kristus yang menyertai kuasaNya. Oleh karena itu, Dia menyatakan kasihNya pada mereka dengan tanganNya. Dia menjamah mata mereka, dan penglihatan mereka dipulihkan seketika itu juga. Dengan membuka mata mereka, Dia membuka bagi mereka jalan keselamatan, seraya berkata, “jadilah kepadamu

menurut iman” Alasan untuk keberhasilan mereka, tidaklah dalam pengetahuan mereka, tidak dalam kedudukan sosial mereka ataupun kebaikan mereka, tetapi dalam iman mereka.

TUAIAN MEMANG BANYAK, TETAPI PEKERJA SEDIKIT. KARENA ITU MINTALAH KEPADA TUAN YANG EMPUNYA TUAIAN SUPAYA IA MENGIRIMIKAN PEKERJA-PEKERJA UNTUK TUAIAN ITU. (Matius 9:37-38)

8. YESUS MENGUTUS DUA BELAS MURID UNTUK MEMBERITAKAN INJIL

"Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa, Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kataNya kepada murid-muridNya: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu” (Matius 9:35-38).

Yesus meninggalkan Nazaret dan mulai berkeliling ke kota-kota dan desa-desa melayani orang-orang, memberitakan Kabar Baik, mengajar di rumah-rumah sembahyang, dan menyembuhkan orang sakit. Dia sangat sedih melihat keadaan dari orang-orang. Dia menyamakan mereka seperti sekawanan domba yang tidak punya gembala. Ya, mereka memang punya gembala-gembala, tetapi hanya nama saja. Gembala-gembala ini adalah gembala-gembala upahan yang tidak mau peduli terhadap domba-domba. Mereka tidak membawa mereka ke dalam sumber mata air yang dapat memuaskan rasa haus mereka. Bagi domba-domba yang menderita dan terkendala seperti itulah datang Gembala Yang Baik yang mau mengorbankan hidupNya untuk mereka, “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka

guna melayani orang lain. Dia memberitahu pada mereka, “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.” Dia mengajar mereka bahwa yang empunya tuaian mengutus penuai-penuai. Mereka pergi sebagai jawaban doa.
Adalah penting bahwa gembala-gembala rohani seharusnya siap untuk pekerjaan mereka. Pertama, mereka harus melakukannya dengan sukarela. Selanjutnya, mereka harus dipilih oleh orang-orang yang tepat. Tetapi pekerjaan mereka tidak akan pernah berhasil kecuali mereka diutus oleh Roh Allah. Keberhasilan pekerja rohani tidak bergantung pada
sekolah-sekolah teologi yang diikuti oleh orang-orang percaya, atau pada gaji atau imbalan yang mereka berikan, tetapi dalam hal bahwa mereka diutus oleh Tuhan yang empunya tuaian.

"Kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan Ia berpesan kepada mereka: “janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit, bangkitkanlah orang mati, tahirkanlah orang kusta, usirlah

setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma. Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya !” (Matius 10:5-10).

Yesus menyediakan bagi murid-murid yang sudah Dia tetapkan dengan sumberdaya yang cukup pada waktu mereka diutus keluar, berdua-dua. Dia memberikan kepada mereka kuasa untuk melakukan mujizat dan menyembuhkan orang sakit, mengusir roh-roh jahat, dan membangkitkan orang mati. Dengan mujizat-mujizat ini, pemberitaan mereka akan dibuktikan kebenarannya. Dia juga memberikan kepada mereka apa yang jauh lebih penting, petunjuk-petunjuk langsung dan cara pemberitaan mereka. Yesus menjelaskan pada mereka perbedaan antara orang-orang yang kepadanya mereka akan berkhotbah dan penatua-penatua Yahudi yang menjadikan agama sebagai suatu usaha dari mana mereka mendapatkan keuntungan materi.

Perbuatan baik yang dilakukan oleh seseorang, yang tidak mendapatkan balasan, mempunyai pahala ganda. Itulah sebabnya mengapa Yesus memberikan kepada murid-muridNya ketetapan ini: “Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.” Agar memudahkan mereka untuk mengikuti ketetapan itu, Yesus menjamin kebutuhan-kebutuhan mereka secara materi bagi perjalanan mereka. Dia memberitahu mereka bahwa penyediaan itu akan mereka dapatkan tanpa mereka harus mengatur ataupun merencanakannya. Dia akan mencukupi kebutuhan-kebutuhan bendawi mereka selama mereka terus mempedulikan perkara-perkara rohani. Segala sesuatu akan ditambahkan bagi mereka yang terlebih dahulu mencari Kerajaan Allah dan kebenaranNya (Matius 6:33).

"Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya

sampai kamu berangkat. Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka. Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak salammu itu kembali kepadamu. Dan apabila seorang tidak menerima kamu dan tidak mendengar perkataanmu, keluarlah dan tinggalkanlah rumah atau kota itu dan bebaskanlah debunya dari kakimu. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya pada hari penghakiman tanah Sodom dan Gomora akan lebih ringan tanggungannya dari pada kota itu”(Matius 10 : 11-15)

Yesus mengingatkan murid-muridNya untuk jangan berpindah-pindah rumah dalam desa yang sama. Tidak akan cukup waktu untuk mendatangkan akibat atau pengaruh seperti yang mereka harapkan jika mereka berpindah-pindah tempat tinggal dari satu rumah ke rumah yang lain.
Murid-murid harus menjadikan satu keluarga dari satu rumah di setiap desa bersemangat dengan Kabar Baik, sehingga pada waktu mereka pergi, orang-orang dalam rumah tersebut akan mempengaruhi seluruh kota. Karena mereka merupakan wakil Raja yang sudah mengutus mereka, Yesus mengingatkan mereka untuk memberikan peringatan keras bagi orang-orang yang akan menolak mereka dan ajaran-ajaran mereka. Siapapun yang menghina mereka, juga akan menghina Raja yang mengutus mereka. Yesus akan menghukum setiap orang yang akan mencelakakan mereka. Semua orang yang menolak seorang utusan yang mewakili Takhta Sorgawi tidak akan dapat dibiarkan berlalu dengan begitu saja. Mereka akan menghadapi pehukuman yang mengerikan.

“Lihat, aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala, sebab itu hendaklah kamu cerdik seperti ular dan tulus seperti merpati. Tetapi waspadalah terhadap semua orang, karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesali kamu di rumah ibadatnya. Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah. Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga. Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu, Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh

jiwa, takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka”(Matius 10: 16-20,28).

Yesus bernubuat pada murid-muridNya bahwa mereka akan menghadapi aniaya dari orang-orang yang mereka layani. Mereka bagaikan domba di antara kawanan serigala. Pekerjaan mereka dalam memberitakan Kabar Baik akan memperhadapkan mereka pada kebencian dan aniaya oleh raja-raja dan penguasa-penguasa. Karena itu mereka harus lembut selembut anak-anak domba, menghindari kedengkian dan balas dendam. Mereka juga perlu tahu bahwa Roh Allah tidak akan pernah meninggalkan mereka dan bahwa mereka perlu untuk bersandar pada Dia untuk pembelaan. Yesus akan diperlakukan dengan cara yang sama seperti bagaimana mereka akan diperlakukan. Ini akan menghibur mereka pada waktu
mereka menghadapi kebencian dari setiap orang karena namaNya. Bahaya dari penderitaan

secara jasmani atau kematian tidaklah seharusnya membuat mereka ketakutan ataupun terlalu kuatir, karena tidaklah sebanding dengan bahaya dari siksaan kekal secara rohani. Pemeliharaan Allah terhadap mereka akan meliputi segala sesuatu, bahkan jumlah rambut kepala merekapun dihitung (Matius 10: 30). Siapa yang mengaku Juruselamat di bumi
dengan tanpa rasa takut, akan pada akhirnya, memperoleh pengakuan Juruselamat di sorga.

"Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi, Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya.”

Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu, dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu. Barang siapa tidak memikul salibnya dan mengikuti Aku, ia tidak layak bagiKu. Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku.

Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi, dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima upah orang benar. Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia muridKu, Aku berkata kepadamu, Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya

!”(Matius 10:34-32).

Yesus adalah Raja Damai. KerajaanNya adalah Kerajaan Damai. Tetapi damai
kadang-kadang diperhadapkan pada konflik atau pertentangan rohani untuk dapat terpelihara. Menyatakan kebenaran menyebabkan mereka yang berada dalam kesalahan berusaha untuk melawannya, karena Yesus tidak datang untuk membawa damai kepada dunia, tetapi pedang. PekerjaanNya dalam banyak hal harus memisahkan dari sanak saudara atau keluarga yang terdekat. Ini akan menjadikan jelas siapa yang lebih menyukai untuk menyenangkan keluarga dari pada Allah meninggalkan Raja Sorgawi karena lebih menyukai sanak saudara dan keluarga. Dia yang meninggalkan Allah dan menyangkali imannya untuk menyelamatkan hidupnya akan kehilangan segala-galanya. Siapa yang tetap setia akan menerima pahala sehubungan dengan hal-hal baik yang dilakukannya, betapapun kecil dan sederhananya

hal-hal baik yang dilakukannya itu. Bahkan memberikan secangkir air kepada salah satu dari murid-murid Yesus. Ketika Yesus sudah menyelesaikan pembicaraan mengenai hal ini, utusan-utusanNya pergi ke mana-mana untuk memulai pekerjaan penting yang Dia percayakan kepada mereka.

"Kemudian rasul-rasul itu kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepadaNya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika” Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat. Maka berangkatlah mereka untuk mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang yang melihat mereka dan mengetahui tujuan mereka. Dengan mengambil jalan darat segeralah

datang orang dari semua kota ke tempat itu sehingga mendahului mereka. Ketika Yesus mendarat, Ia melihat sejumlah besar orang banyak, maka tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Ia mengajarkan banyak hal kepada mereka" (Markus 6:30-34).

Sesudah Yesus mengutus murid-muridNya untuk memberitakan firman, Raja Herodes memenggal kepala Yohanes Pembaptis. Ini dilakukan atas permnintaan dari isteri dari saudara laki-laki Herodes, karena Herodes sudah menikahinya. Ketika dua belas murid kembali dari pelayanan mereka, mereka terkejut mendengar berita kematian Yohanes. Mereka sangat terharu, khususnya mereka yang untuk pertama kalinya menemukan jalan kebenaran melalui pemberitaannya.
Ketika murid-murid memberitahu kepada Yesus tentang berbagai pengalaman mengajar dan berkhotbah yang mereka jalankan diseluruh kawasan itu, orang banyak mulai mengikuti mereka, karena banyaknya pelayanan yang dilakukan, sampai-sampai tidak pada waktu bagi murid-murid untuk makan. Yesus beranggapan bahwa adalah bijaksana untuk mengajak murid-murid pergi bersamaNya ke tempat yang sunyi untuk beristirahat. Juga, Yohanes Pembaptis baru saja dipenggal kepalanya, karena itu Yesus memutuskan untuk menyingkir sementara bersama dengan murid-muridNya. Bagi petugas-petugas pemerintahan pada waktu itu, semua orang yang ada di sekeliling Yesus sepertinya nampak bahwa Dia sedang menggerakkan orang banyak itu untuk melakukan pembalasan karena pemenggalan kepala Yohanes Pembaptis, karena itu Yesus menyuruh mereka untuk pergi. Dia bermaksud untuk membubarkan kumpulan orang banyak itu, keadaan yang dapat dipergunakan sebagal alasan kuat untuk menangkap Dia.
Perahu yang dipilih untuk pelayananNya sudah menanti, dan kelelahan mereka menuntut mereka untuk beristirahat. Lautan adalah tempat yang paling baik bagi Yesus dan
murid-murid-Nya untuk mengundurkan diri dari kumpulan orang banyak dan tekanan dari pekerjaan. Hal itu juga merupakan pilihan yang sangat bijaksana bagi mereka untuk meninggalkan daerah atau kawasan yang berada di bawah kekuasaan Herodes, pembunuh Yohanes Pembaptis. Mereka pergi ke kawasan yang berada di bawah kekuasaan saudara Herodes, yaitu Filipus, seorang penguasa yang lebih baik daripada Herodes. Dengan berpindah tempat, Yesus akan dapat mengajar murid-muridNya dengan lebih baik hal-hal tertentu yang tidak dapat Dia ajarkan kepada mereka di dalam kota. Dia naik ke dalam perahu bersama mereka dan mulai bertolak ke laut. Karena angin tidak begitu besar, perjalanan perahu sangat lambat, dan ini memberi kepada mereka kesempatan untuk beristirahat.
Tetapi, orang banyak itu, pergi mendahului mereka ke Betsaida, dengan berjalan menyusuri pantai utara dari danau itu. Pada saat perahu mencapai tepian, orang banyak, bersama-sama dengan banyak dari penduduk setempat, menemui Yesus dan murid-muridNya. Kebaikan hatiNya tidak sampai hati untuk menyuruh mereka pergi, memperlakukan mereka dengan

kasar ataupun memarahi mereka. Sejauh mereka mencari Dia, Dia akan menanggapi kebutuhan-kebutuhan mereka. Dia memulihkan kembali orang-orang yang memerlukan kesembuhan, dan kemudian menyingkir kembali. Dia membawa murid-muridNya dan pergi ke atas sebuah bukit. Segera sesudah Dia duduk, sekumpulan besar orang banyak mulai berdatangan kepadaNya. Dia tidak menunjukkan sikap marah terhadap mereka, tetapi menunjukkan belas kasihan ketika Dia melihat kelaparan jiwa mereka yang seperti domba tercerai-berai tanpa seorang gembala. Dia menunjukkan belas kasihan pada mereka dan menyembuhkan orang-orang yang sakit. Orang banyak itu tetap bersama-sama dengan Yesus sampai malam hari. Selanjutnya Dia diperhadapkan pada masalah baru, Siapa yang akan memberi makan ribuan orang ini?

9. YESUS MEMBERI MAKAN LIMA RIBU ORANG

Pada waktu hari sudah mulai malam, datanglah murid-muridNya kepadaNya dan berkata “Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah mereka pergi, supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa dan di kampung-kampung di sekitar ini.” Tetapi jawabNya, “Kamu harus memberi mereka makan!” Kata mereka kepadaNya, “jadi haruskah kami membeli roti seharga dua ratus dinar untuk memberi mereka makan?” Tetapi Ia berkata kepada mereka: “Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!”Sesudah memeriksanya, mereka berkata, “Lima roti dan dua ikan.”

Lalu Ia menyuruh orang-orang itu, supaya mereka duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau. Maka duduklah mereka berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang. Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-muridNya, supaya

dibagi-bagikan kepada orang-orang itu, begitu juga kedua ikan itu dibagi-bagikanNya kepada semua mereka. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan

potongan-potongan roti dua belas bakul penuh, selain dari pada sisa-sisa ikan. Yang ikut makan roti itu ada lima ribu orang laki-laki (Markus 6:35-44).

Pada malam itu, murid-murid bertanya-tanya apa yang harus dilakukan. Mereka berunding bersama dan memutuskan untuk memberitahu Yesus, usulan mereka. Mereka masih belum belajar untuk bersabar dan menantikan petunjuk-petunjuk dari Guru mereka. Mereka juga sudah melupakan babwa Dia tidak memerlukan siapapun untuk mengingatkan apa yang
harus Dia lakukan. Mereka tentunya mengira bahwa mereka punya penilaian yang lebih baik bagi kumpulan orang banyak itu, bagi Yesus, dan bagi diri mereka sendiri.
Mereka datang kepada Kristus, berkata: “Ini tempat yang sepi, dan malam sudah hampir tiba. Suruhlah mereka pergi, agar mereka bisa membeli makanan di kota-kota dan di desa-desa di sekitar tempat ini, karena mereka tidak punya sesuatu untuk dimakan.” Sepertinya mereka takut kalau-kalau kumpulan orang banyak itu meminta makanan pada mereka. Mereka mengira bahwa orang-orang ini, baik pria maupun wanita dan anak-anak, beberapa di antara mereka adalah orang-orang sakit, akan menderita di padang gurun ini bilamana malam tiba.

Yesus bertanya kepada murid-murid tempat di mana makanan bisa diperoleh. Mereka sangat menyadari keadaan sulit di dalam mana Yesus sudah menempatkan mereka. Mereka membuat perhitungan-perhitungan dan mendapatkan bahwa untuk mendapatkan roti saja harganya sebesar dua ratus keping perak. Dari mana mereka memperoleh uang sebanyak itu?
Apakah Yesus punya uang sebanyak itu? Tempat untuk meletakkan kepalaNya saja Dia tidak punya. Bahkan seandainyapun mereka mendapatkan uang yang diperlukan, tidak cukup
waktu untuk pergi ke beberapa desa dan membeli makanan sebanyak itu, bahkan hanya untuk roti saja, dan hari sudah mulai gelap. Selain itu, bagaimana caranya membawa makanan sebanyak itu ? Seketul roti kecil yang tidak akan mengenyangkan, tidak akan Yesus berikan pada tamu-tamuNya. Itulah sebabnya mereka bertanya kepada Yesus, “Haruskah kami membeli roti seharga dua ratur dinar untuk memberi mereka makan?” Mereka mengira jawaban ini akan meyakinkan Yesus untuk menerima saran mereka dan menyuruh
orang-orang itu pulang.
Yesus tahu bahwa mereka tidak ada makanan. Tetapi Dia mau mengajar murid-muridNya bahwa orang-orang yang mau berbuat baik pada orang lain akan memerlukan Dia, karena mereka tidak punya apapun untuk diberikan dan untuk diri mereka sendiri. Pada waktu yang sama, Yesus menunjuk pada kenyataan bahwa Allah memakai orang-orang untuk menyatakan maksud tujuanNya dalam dunia. Dia tidak membagi-bagikan
pemberian-pemberian rohani dan jasmani pada waktu yang bersamaan, Dia juga tidak akan memakai malaikat-malaikat, kecuali pada saat-saat tertentu. Ketentuan ini adalah demi untuk kebaikan orang-orang yang memberi dan menerima, karena memberikan kesempatan untuk berkembangnya suatu hubungan kasih di antara yang memberi dan menerima. Juga memberikan kesempatan pada yang memberi pertolongan untuk mempraktekkan penyangkalan diri di dalam pelayanan terhadap orang lain.
Murid-murid menentang perintah Kristus, dengan berkata, “Haruskah kami pergi membeli roti seharga dua ratus dinar dan memberi mereka makan?” Yesus bertanya, “Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa.” Dengan mengatakan ini, Dia mengingatkan mereka bahwa Allah bertindak dalam kerjasama dengan manusia kapan saja hal itu dimungkinkan. Yesus tidak mau menciptakan roti dari sesuatu yang tidak ada, sejauh sudah ada sesuatu yang tersedia. Dia pertama-tama memakai apa yang sudah ada di tangan murid-murid, dengan maksud mengajar mereka untuk tidak meminta dari orang-orang, bahkan dari Allah, apa yang sudah ada pada mereka, yang itupunjuga berasal dari pemberian Allah. Mereka tidak punya hak untuk meminta sesuatu yang lain sampai apa yang mereka punyai sudah tidak ada lagi. Menggantungkan diri pada orang lain, padahal kita mampu atau dapat menolong diri kita sendiri, adalah layak untuk ditegur. Jika kita berharap Allah melakukan apapun yang kita inginkan, kita menjadi malas dan terlalu menggantungkan. Hanya jika cara-cara atau usaha manusia sudah gagal dan tidak ada jalan lain lagi, baru kita meminta campur-tangan Allah.
Berdasarkan catatan mengenai peristiwa ini dalam Injil Yohanes (6:1-14), adalah Andreas,

murid Kristus yang pertama, yang memperhatikan seorang anak laki-laki yang berada di antara orang banyak, yang mempunyai lima ketul roti dan dua ekor ikan. Anak tersebut kemungkinan sedang menjual makanan. Andreas berbicara pada Yesus dengan nada keraguan, “tetapi apakah artinya itu (roti dan ikan) untuk orang sebanyak ini?” (Yohanes

6:9). Yesus tidak menanggapi dengan berkata: “Biarkan saja. Tidak ada gunanya untuk dibicarakan,” Dia juga tidak mengatakan, “berikan saja pada orang banyak.” Tetapi, Dia memberitahu kepada mereka untuk membawa roti dan ikan itu kepadaNya dengan maksud mengajar mereka bahwa Dia adalah sumber dari semua hal yang baik dan setiap berkat. Dia adalah Raja dan Pemilik yang sah. Segala sesuatu yang kita punyai adalah milik kepunyaanNya, dan Dia dapat melakukan apapun yang Dia kehendaki dengan tanpa ada keberatan dari siapapun.

Karena ketentuan dan ketertiban adalah sangat penting, baik dalam dunia rohani dan sekuler, kita mendapatkan bahwa Yesus memberikan perhatianNya akan hal itu. Dia memerintahkan orang-orang untuk duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau. Jika makanan dibagikan dengan asal-asalan, orang-orang akan saling berebut dan bertindihan satu dengan yang lain, dan yang kuat akan mengalahkan yang lemah. Beberapa orang akan mendapat banyak, dan yang lain tidak mendapatkan apa-apa. Tetapi dengan ketertiban, pembagiannya akan menjadi lebih cepat, sesuai dan adil. Dengan memperhatikan keberadaan alam, menjadi jelas bahwa Allah menyukai harmoni dan ketertiban.
Yesus mengambil lima ketul roti dan dua ekor ikan, menengadahkan wajahNya ke langit, dan bersyukur pada Allah. Dengan melakukan hal itu, Dia mengajar kepada murid-muridNya bahwa setiap hal yang baik yang kita punyai, bahkan makanan yang kita beli, adalah pemberian dari Allah. Kita harus selalu menaikkan syukur kepada Pemberi setiap kali kita makan. Kita tidak hanya bersyukur pada saat makan saja, tetapi setiap kali kita menerima segala sesuatu yang baik. “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerahyang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang padaNya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran” (Yakobus 1:17).
Pada waktu Yesus bersyukur pada Allah, Dia memberkati makanan itu, memecah-mecahkan ketul roti dan ikan, dan memberikannya kepada murid-murid untuk dibagikan kepada
orang-orang yang duduk berkelompok-kelompok di atas rumput. Jadi, Dia mengajarkan kepada mereka untuk memberi makan orang lain terlebih dahulu, dan kemudian baru diri mereka, sebagaimana hal itu adalah tepat untuk dilakukan oleh semua orang percaya.
Selama membagikan makanan pada kumpulan orang banyak ini, mujizat pelipat-gandaanpun terjadi. Ada tertulis “

pengikut-pengikutNya bahwa Dia siap untuk menerima pelayanan mereka yang penuh dengan kelemahan dan kata-kata sederhana mereka, meningkatkan kuasa dan pengaruh mereka, dan menjadikan mereka menjadi lebih berhasil. Dia menerima apa yang diberikan kepadaNya dan melipatgandakannya, dan kemudian Dia mengembalikannya menjadi lebih banyak. Jika kita menyerahkan segala sesuatu pada Yesus, jiwa dan tubuh kita, talenta, keluarga, pengetahuan, harta kekayaan, waktu, jerih payah dan segala macam kerja keras kita, Yesus akan menerima dan memberkati semuanya itu. melipatgandakan nilai dan
kegunaannya. Hal yang sangat membangunkan semangat dan bahkan merupakan pertolongan yang terbesar berasal dari kepastianNya bahwa Dia yang memberi makan lima ribu orang dengan jumlah yang sedikit dapat juga meningkatkan pelayananNya yang sepertinya terbatas dengan berkat-berkat yang melimpah, sehingga mendatangkan berkat yang besar.
Ada pelajaran lain yang dapat kita pelajari dari perhatian Kristus terhadap makanan yang masih tersisa. Dia kuatir kalau-kalau murid-muridNya menganggap enteng apa yang tersisa, sesudah mujizat besar yang mereka lihat. Dia tidak menginginkan mereka berpikir bahwa Dia yang sudah menciptakan dengan cukup untuk kumpulan orang banyak dari jumlah yang kecil tidak akan peduli pada makanan yang tersisa di atas rumput hijau. Sesungguhnyalah, Dia sangat peduli, salah satu dari ketetapanNya adalah: “sehingga tidak ada satupun yang terhilang.”
Sesudah Yesus memberi makan orang banyak, mereka bermaksud untuk menjadikan Dia sebagai Raja. Reaksi pertama Yesus adalah memisahkan murid-muridNya dari kumpulan orang banyak yang terlalu bersemangat tersebut. Dia menyuruh mereka naik ke dalam perahu dan mendahului Dia menyeberangi danau, dengan demikian memberi Dia kesempatan untuk membubarkan orang banyak. Tidaklah mudah bagi mereka untuk meninggalkan Guru
mereka ditengah-tengah keberhasilan besar dan popularitas yang sedang bertumbuh. Sangat jelas bagi mereka bahwa pintu untuk untuk kebesaran dan kekayaan duniawi sedang terbuka bagi mereka. Yesus dengan tergesa-gesa menyingkirkan mereka, karena mereka gagal untuk memahami jalan pikiranNya. Tetapi kita melihat bahwa Dia tetap menunjukkan sikap yang baik terhadap mereka, karena Dia mengucapkan selamat jalan pada mereka. Kendatipun Dia berpisah dengan mereka hanya beberapa jam saja, Dia melepaskan mereka dengan kehangatan, menunjukkan perhatianNya yang besar pada mereka.
Hal kedua yang Yesus lakukan adalah menyuruh orang banyak pergi, dan hal ketiga yang Dia lakukan adalah menyendiri untuk berdoa. PopularitasNya yang mulai bertumbuh di antara orang banyak, mengingatkan kita pada godaan setan di padang guru dua tahun lewat. Setan menjanjikan Yesus seluruh kerajaan dunia dan kemuliaannya. Yesus sekarang menghadapi godaan yang sama. Keadaan ini menuntut doa-doa pribadi pada Bapa untuk menghindari bahaya baru ini. Itulah sebabnya mengapa Dia naik ke bukit sendirian. Ketika orang-orang melihat bahwa Yesus tidak kembali ke rumah dengan murid-muridNya, mereka tidak kembali ke tempat-tempat yang jauh dari mana mereka berasal. Mereka berharap untuk

melihat Dia kemball di tempat yang sama pada hari berikutnya.

Yesus pergi ke bukit menyendiri untuk berdoa seperti yang sering Dia lakukan. Tetapi kali ini, sesudah memberi makan lima ribu orang, Dia punya banyak alasan untuk melakukan hal itu. Di antaranya adalah kematian Yohanes Pembaptis. Alasan lainnya untuk menyendiri adalah: kepercayaan orang banyak yang keliru sehubungan dengan kerajaanNya di bumi secara politik, dan kekeliruan itu didukung oleh murid-muridNya, dan kemaha-tahuanNya bahwa kebanyakan dari mereka yang sepertinya berada di pihak Dia, pada akhirnya, akan mengkhianati Dia.

AKULAH ROTI HIDUP. BARANGSIAPA DATANG KEPADAKU IA TIDAK AKAN LAPAR LAGI DAN BARANG SIAPA PERCAYA KEPADAKU IA TIDAK AKAN HAUS LAGI. (Yohanes 6:35-36)

10. YESUS MENGAJAR TENTANG IMAN

10.1. Yesus berjalan diatas air

Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-muridNya naik ke perahu dan mendahuluiNya ke seberang, sementara Ia menyuruh orang banyak pulang. Dan setelah orang itu disuruhNya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam Ia sendirian di situ. Perahu murid-muridNya sudah beberapa mil jauhnya dari pantai dan diombang-ambingkan gelombang, karena angin sakal.

Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air. Ketika

murid-muridNya melibat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru: “itu hantu!”, lalu berteriak-teriak karena takut. Tetapi Yesus segera berkata kepada mereka: “Tenanglah! Aku ini, jangan takut!” lalu Petrus berseru dan menjawah Dia: “Tuhan apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepadaMu berjalan di atas air.” Kata Yesus: “Datanglah!” Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus. Tetapi ketika dirasakannya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: “Tuhan tolonglah aku!” Segera Yesus mengulurkan tanganNya memegang dia dan berkata: “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?” lalu

mereka naik ke perahu dan anginpun redalah. Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: “Sesungguhnya Engkau Anak Allah.”(Matius 14:22-23).

Yesus sedang berdoa sendiran di sebuah bukit malam itu, sementara murid-muridNya berada di dalam perahu. Angin yang kencang muncul dan menggelombangkan danau, sehingga perahu diombang-ambingkan ke sana kemari oleh ombak. Murid-murid tidak rnelupakan apa yang Yesus lakukan terhadap badai sekitar enam bulan lewat ketika Dia bersama-sama dengan mereka, tertidur di dalam perahu, tetapi sekarang Dia tidak bersama dengan mereka. Apakah mereka percaya bahwa Dia yang dapat menybuhkan orang sakit dari kejauhan hanya dengan perkataan dapat benar-benar memelihara dan menjaga kehidupan mereka dengan selamat dari kejauhan juga.

Mereka tetap berjuang melawab gelombang sampai menjelang pagi, tanpa bisa mencapai tepian danau. Yesus tahu kesulitan mereka dari tempat sepi di mana Dia berdoa. Dia sangat mengasihi dan tidak menginginkan mereka menderita bukan karena hal-hal yang penting untuk kebaikan mereka sendiri. Ketika Dia melihat kebingungan mereka dan bahaya yang mereka hadapi, Dia turun dari bukit dan berjalan di atas ombak yang sedang mengganas, seolah-olah seperti sedang berada di atas daratan. Dia segera menyelamatkan mereka dari ujian berat mereka.
Dia adalah “Firman” tentang Siapa Yohanes, murid yang dikasihi, sudah menuliskan. “Firman” adalah Dia yang dari Siapa segala sesuatu dijadikan (Yohanes 1:3). Ayub berkata tentang Dia, “yang seorang diri membentangkan langit dan melangkah diatas
gelombang-gelombang laut,” (Ayub 9:8). Yesus tidak langsung pergi ke perahu, karena akan membuat murid-muridNya ketakutan. Sebaliknya Dia berjalan di samping mereka,
seolah-olah melewati mereka. Tidak diragukan lagi, mereka percaya pada kisah-kisah takhayul pada jaman mereka, termasuk kisah-kisah munculnya hantu-hantu laut yang menakutkan. Sekarang, untuk pertama kali disepanjang kehidupan mereka, mereka melihat apa yang mereka anggap hantu atau sejenisnya. Mereka berteriak-teriak ketakutan. Barangkali mereka berharap dengan berteriak-teriak hantu itu akan menjadi takut dan menjauhi mereka !. Tetapi apa yang mereka anggap “hantu” itu menjawab mereka dengan suara yang lembut, penuh kasih dan kata-kata menghibur berikut ini: “tenanglah! Aku ini jangan takut “ Suara yang lembut dan membangkitkan kembali semangat ini masih terdengar setiap kali orang percaya dibingungkan dengan persoalan-persoalan dan ketakutan-ketakutan di dalam kehidupannya, istimewa jika persoalan-persoalan yang dihadapi adalah sebagai akibat dari dosa-dosanya, dan dia takut terhadap keterpisahan kekat dari Allah.
Ketika pembicara yang suaraNya dikenal oleh murid-murid, semakin dekat, Petrus yang berani itu berharap dia dapat berjalan di atas air seperti Gurunya, dia berteriak, “Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepadaMu berjalan di atas air.” Apakah Yesus mengijinkan dia untuk mendapatkan apa yang dia minta, sesudah dia berkata, “Apabila Engkau itu” “Akankah Yesus mengijinkan dia, sesudah Dia menjawab, “Ya ini Aku” Jawabannya adalah “Ya!”, jika itu adalah cara yang Dia dapat tunjukkan kepada
murid-muridNya bahwa segala sesuatu adalah mungkin dengan Allah, dan bahwa Dia dapat memberikan apapun kepada orang-orang kapan saja Dia berkenan.
Petrus berhasil pada awalnya ketika dia melangkah keluar dari perahu dan berjalan di atas air menuju ke arah Yesus. Pada saat pandangan dan pikirannya terpusatkan pada Yesus, dia
tidak takut. dia bisa melakukan apa yang tidak mungkin. Tetapi keberhasilannya membawa kepada kegagalan, karena dia mulai berpikir mengenai dirinya dan merasa sombong karena sudah melakukan sesuatu yang orang lain belum pernah melakukan sebelumnya. Dia mengalihkan pikiran dan pandangannya dari Yesus, kepada dirinya sendiri. Gelombang ombak yang sedang marah itu mulai membuatnya ketakutan, dan dia mulai tenggelam.

Meskipun dia bisa berenang, tetapi hal itu tidak dapat menenangkan hatinya, dia menginginkan untuk berada di dalam perahu bersama dengan kawan-kawannya, dibalik kenyataan bahwa mereka barangkali merasa iri karena dia bisa berjalan di atas air. Dia berteriak, “Tuhan, tolonglah aku!” Seketika itu juga Yesus mengulurkan tanganNya, memegang dia, dan mengangkatnya. Kemudian Dia menegur Petrus, dan berkata, “Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?”Apa yang sudah ditulis oleh Daud digenapi: “Ia menjangkau dari tempat tinggi, mengambil aku, menarik aku dari banjir” (Mazmur 18:17).
Petrus diselamatkan dari tenggelam, bukan karena dia memegang tangan Yesus, tetapi karena Yesus memegang tangannya Dalam hal yang sama, orang berdosa diselamatkan pada waktu tangannya kecapalan, matanya tertutup, dan pegangannya pada Juruselamat terlepas. dia
tidak melihat apapun dihadapannya kecuali kematian. Tetapi ketika dia menyadari bahwa Juruselamat vang berkuasa, tidak tertidur, sedang memegang tangannya, maka pengharapan mengambil alih keputusasaan.
Pada waktu muri 'd-murid yang ada di dalam perahu mengira bahwa mereka melihat hantu, mereka berteriak dengan maksud untuk mengusirnya. Tetapi sesudah mereka tahu bahwa yang datang mendekat adalah Yesus, mereka menerima Dia untuk naik, dan Dia berada di dalam perahu. Pada saat Dia masuk, angin sakal lenyap dan perahu sampai ke tempat tujuan. Alkitab mengatakan bahwa murid-murid masih tidak mengerti mujizat dari lima ketul roti, karena kekerasan atau kedegilan hati mereka (Markus 6:52). Ketika mereka melihat mujizat kedua ini pada hari yang sama, mereka sangat takjub dan tercengang-cengang, kendatipun Yesus pernah menyuruh diam laut yang sama bagi mereka beberapa bulan sebelumnya. Pada saat perahu mendarat ke pantai, mereka sujud di hadapanNya untuk yang pertama kalinya secara bersama-sama dan berkata, “Sesungguhnya Engkau Anak Allah.”

10.2. Yesus, Roti Kehidupan

Pada keesokan harinya orang banyak, yang masih tinggal di seberang, melihat bahwa di situ tidak ada perahu selain dari pada yang satu tadi dan bahwa Yesus tidak turut naik ke perahu itu bersama dengan murid-muridNya, dan bahwa murid-muridNya saja yang berangkat. Tetapi sementara itu beberapa perahu lain datang dari Tiberias dekat ke tempat mereka makan roti, sesudah Tuhan mengucapkan syukur atasnya. Ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ dan

murid-muridNya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus.

Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepadaNya: “Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?” Yesus menjawab mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu, sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meteraiNya.” Lain kata mereka kepadaNya: “Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan

yang dikehendaki Allah?” Jawab Yesus kepada mereka: “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.” Maka kata mereka kepadaNya: “Tanda apakah yang Engkau perbuat, supaya dapat kami melihatnya dan percaya kepadaMu? Pekerjaan apakah yang Engkau lakukan? Nenek moyang kami telah makan mana di padang gurun, seperti ada tertulis: Mereka diberiNya makan roti dari sorga” (Yohanes 6:22-31).

Pagi-pagi sekali pada hari berikutnya, orang-orang yang menanti-nantikan Kristus di seberang danau mulai mencari-cari Dia. Mereka tahu bahwa Dia tidak masuk ke dalam perahu bersama murid-muridNya, tetapi pergi sendirian di atas bukit. Mereka tahu bahwa tidak ada perahu lain yang membawa Dia ke pantai seberang. Kumpulan orang banyak itu bermalam di padang, bermaksud untuk pulang ke rumah dalam suatu iring-iringan yang dipimpin oleh Yesus, sesudah Dia turun dari bukit pada pagi itu.
Ketika mereka mendapatkan bahwa Dia sudah mendahului mereka ke seberang danau, mereka sangat takjub. Tetapi Yesus, yang mengatasi semua ambisi pribadi, mengabaikan pujian mereka. Ketika mereka bertanya bagaimana Dia sudah tiba terlebih dahulu, Dia menjawab, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang.” Dia mengatakan bahwa mereka mencari Dia, bukan karena pengajaran rohani, roti kehidupan yang bertahan sampai kepada kehidupan kekal, tetapi karena makanan jasmani yang dapat binasa. Dia siap dan mampu memberikan kepada mereka makanan yang bertahan sampai kepada kehidupan kekal, karena Dia adalah Anak Manusia. Dia memiliki meterai Allah Bapa untuk melakukan hal itu. Jadi, mereka membuka pintu bagi Dia untuk menyampaikan pengajaran mengenai roti hidup yang merupakan kesukaanNya.
Apa yang sangat menentukan bagi kita sebagai pembaca, lebih dari yang lain, adalah bahwa apa yang disampaikan di sini menunjukkan kepada kita kebenaran mengenai kepribadian Kristus. Di dalam ajaranNya, Kristus menyebutkan mengenai perlunya makan tubuhNya dan minum darahNya sebanyak enam kali. Dia mengulangi sebanyak tiga belas kali, kenyataan bahwa Dia berasal dari sorga dan menyatakan sebanyak dua belas kali bahwa Dia adalah
yang memberikan kehidupan kekal kepada semua orang yang percaya di dalam Dia. Dia juga meyakinkan para pendengarNya sebanyak enam kali bahwa keselamatan hanya dapat diperoleh bagi yang percaya di dalam Dia, karena Dia diutus oleh Bapa untuk
menyelamatkan umatNya. Dia berkata sebanyak empat kali bahwa pada Hari Pehukuman, Dia akan membangkitkan dari kematian orang-orang yang percaya di dalam Dia. Dia memisahkan diriNya dari semua umat manusia ketika Dia menyebut Allah sebagai “Bapa.” Dia juga mengatakan sebagai yang sudah melihat Allah. Dapatkah manusia biasa mengatakan hal-hal seperti itu? Betapa menggemparkan kalau saja kata-kata ini diucapkan oleh seorang nabi biasa. Adalah jelas bahwa Yesus bermaksud agar para pendengarNya mengerti bahwa Dia lebih dari sekedar manusia biasa.
Adalah sangat sulit bagi para pendengar Kristus yang adalah orang-orang Yahudi untuk

menerima kata-kataNya mengenal makan tubuhNya dan minum darahNya, karena makan daging dicampur dengan darah adalah larangan bagi mereka. Bagi mereka perkataanNya yang mengatakan mengenai minum darahNya lebih menyakitkan daripada kata-kata mengenai makan tubuhNya. Orang-orang yang tidak mengetahui asal-usul sorgawiNya punya hak untuk bersungut-sungut terhadap perkataan-perkataanNya, karena mereka menganggap bahwa Dia adalah sekedar manusia biasa, dan mereka mengenal keluargaNya dengan baik. Mereka tentunya bertanya-tanya, “Punya hak apa sampai Dia berkata-kata mengenai hal-hal seperti itu”
Adalah benar untuk membandingkan Yesus dengan roti karena beberapa alasan. Pertama, sebagaimana halnya roti adalah sangat perlu untuk hidup, maka demikian pula halnya, tidak ada kehidupan tanpa Dia, dan bahwa kehidupan hanya tersedia melalui meremukkan Dia. Kedua, roti harus dimakan, dan kehidupan iman hanya bagi mereka yang jiwanya diserahkan kepadaNya melalui tindakan iman, yang Dia samakan dengan makan. Sayangnya, para pendengar menerima perkataan-perkataan Yesus secara harafiah, karena itu menyebabkan mereka merasa tersinggung. Hal itu menjadi batu sandungan. tidak hanya bagi orang-orang Yahudi, tetapi bagi banyak dari murid-muridNya juga. Yesus memperingatkan mereka untuk jangan menafsirkan perkataan-perkataanNya secara harafiah dengan mengatakan, “Rohlah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Kusampaikan kepadamu adalah roti, dan hidup” (Yohanes 6:63). Bahkan sampai hari ini,
ada banyak orang-orang yang lebih mengutamakan pada peraturan-peraturan yang berpegang pada hal-hal yang lebih bersifat harafiah, sama seperti orang-orang Yahudi pada zaman Yesus.
Kristus memperkuat perkataan-perkataanNya dengan menunjuk pada suatu peristiwa sangat ajaib yang akan terjadi. Dia menubuatkan pada mereka untuk pertama kalinya mengenai kebangkitanNya dan kenaikanNya ke sorga, yang mana banyak dari murid-muridNya yang percaya di dalam Dia akan menjadi saksi. Penggenapan dari nubuatanNya akan memberikan bukti terbaik bagi mereka bahwa Dia berasal dari sorga.
Yesus memberitahu murid-muridNya bahwa Dia tahu apa yang ada di dalam hati mereka. Dia juga dapat membedakan antara orang-orang percaya yang benar dan yang berpura-pura. Dia tahu bahwa beberapa dari murid-muridNya memiliki iman yang dangkal, dan bahwa salah satu dari mereka akan mengkhianati Dia, ini sudah Dia ketahui sejak dari awal mulanya. Dia menunjuk mengenai kematianNya sebagai korban pengganti bagi orang-orang berdosa dengan mengatakan bahwa Dia akan mengorbankan nyawaNya bagi dunia. PerkataanNya ini merupakan titik balik antara peninggian serta pujian dari orang-orang Galilea dan sikap permusuhan mereka yang semakin meningkat terhadap Dia dan mencapai puncaknya di kayu Salib, sebagai tindakan penolakan. Sesudah Dia menyampaikan perkataan-perkataan tersebut, banyak dari murid-muridNya yang mengundurkan diri dan tidak lagi bersama Dia. Diperkirakan, iman dari dua belas murid terguncang, menyaksikan

banyaknya mereka yang mengundurkan diri. Pada saat itu, Yesus memilih untuk membuka pintu bagi mereka, apakah mereka mau meninggalkan atau membaharui kesetiaan mereka kepada Dia. Petrus segera saja berbicara mewakili kedua belas murid, dengan mengatakan “Tuhan kepada siapakah kami akan pergi. Perkataan hidup yang kekal., dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah” (Yohanes 6:68-69). Kendatipun Yesus gembira dengan jawaban Petrus, Dia merasa sedih karena Yudas Iskariot, salah satu dari mereka akan mengkhianati Dia. Dia mengatakan dalam kaitannya dengan dia, “Bukankah Aku sendiri yang telah memilih kamu yang dua belas ini,namun seorang di antaramu adalah Iblis.” (Yohanes 6:70).

11. UPACARA-UPACARA DAN KEKUDUSAN HATI

Kemudian datanglah beberapa orang Farisi dan ahli Taurat dari Yerusalem, kepada Yesus dan berkata: mengapa murid-muridMu melanggar adat istiadat nenek-moyang kita? Mereka tidak membasuh tangan sebelum makan, Tetapi jawab Yesus kepada mereka: “mengapa kamupun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu? sebab Allah berfirman Hormatilah ayahmu dan ibumu, dan lagi siapa yang mengutuki ayahnya atau ibunya pasti dihukum mati. Tetapi kamu berkata: Barangsiapa berkata kepada bapanya atau kepada ibunya, apa yang ada padaku yang dapat digunakan untuk pemeliharaanmu, sudah dipergunakan untuk persembahan kepada Allah, orang itu tidak wajib lagi menghormati bapanya atau ibunya. Dengan demikian firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadatmu sendiri. Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat yesaya tentang kamu: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya padabal hatinya jauh dari padaKu. Percuma mereka beribadah kepadaKu, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia.”

Lalu Yesus memanggil orang banyak dan berkata kepada mereka: Dengar dan camkanlah bukan yang masuk ke dalam, mulut yang menajiskan orang melainkan yang keluar dari mulut, itulah yang menajiskan orang.” Maka datanglah murid-muridNya dan bertanya kepadaNya: “Engkau tahu bahwa perkataanMu itu telah menjadi batu sandungan bagi orang-orang Farisi?” jawab Yesus : “Setiap tanaman yang tidak ditanan, oleh BapaKu yang di sorga akan dicabut dengan akar-akarnya. Biarkanlah mereka itu. Mereka orang buta yang menuntun orang buta. Jika orang buta menuntun orang buta, pasti keduanya jatuh ke dalam lobang.”

Lalu Petrus berkata kepadaNya: “jelaskanlah perumpamaan itu kepada kami.” Jawab Yesus: “Kamupun masih belum dapat memahaminya? Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu Yang masuk ke dalam mulut turun ke dalam perut lalu dibuang di jamban ? Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, Pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat. Itulah yang menajiskan orang. Tetapi makan dengan tangan yang tidak dibasuh tidak menajiskan orang” (Matius

15:1-20).

Sepertinya peristiwa-peristiwa selanjutnya dalam kehidupan Kristus membuat penatua-penatua Yahudi di Yerusalem berkeinginan untuk melihat Dia. Mereka mengharapkan Dia untuk menghadiri perayaan Paskah, dan mereka berharap mendapatkan sejumlah kesalahan di dalam Dia yang dapat menyebabkan Dia dituntut dan diadili. Tetapi

Yesus tidak menghadiri perayaan. Dalam kekecewaan, mereka mengutus beberapa dari anak buah mereka untuk mengamat-amati Dia. berharap agar paling tidak mereka dapat menyebabkan orang banyak melawan Dia, menentang perkataan-perkataanNya, atau perbuatan-perbuatanNya.
Tetapi adalah tidak mungkin untuk menuduh Yesus melakukan pelanggaran terhadap hukum-hukum Allah. Tidak ada jalan untuk dapat mewujudkan keinginan mereka kecuali melalui hukum-hukum tambahan yang mereka buat yang sudah dikembangkan oleh para pengajar Taurat. Hukum-hukum tambahan ini disebut “tradisi para penatua.”
Hukum Musa sangat ketat terhadap kebersihan, moral dan kebersihan rohani untuk menunjukkan pentingnya kemurnian dari hati. Dalam rangka mengajarkan kepada
orang-orang agar jangan mengotori jiwa dengan dosa, Hukum Musa mengajarkan bahwa tidak adanya kebersihan secara lahir akan membawa kepada kekotoran batin. Sebagai akibatnya. Orang-orang Yahudi, umat pilihan Allah, memisahkan diri mereka dari
orang-orang Kafir (orang-orang bukan Yahudi) yang ada di sekitar mereka. Allah bermaksud untuk menjauhkan mereka dan gaya hidup dan iman yang sia-sia dari orang-orang yang tidak mengenal Allah yang berada di sekeliling mereka.
Penatua-penatua Yahudi, lebih memperhatikan pada tulisan-tulisan dari Hukum Taurat daripada inti pengajarannya, ini menjadikan hukum-hukum pengudusan atau pentahiran sebagai suatu beban yang berat. Mereka menambahkan banyak ketetapan-ketetapan kecil pada Hukum Musa. Jose, seorang Rabbi yang terkenal, mengatakan bahwa makan dengan tangan tanpa dibasuh adalah dosa yang sama dengan perzinahan. Penatua-penatua Yahudi
juga mengajarkan bahwa siapapun yang melakukan dosa ini akan berada di bawah kekuasaan roh jahat yang bernama “Sheta,” sementara sedang tidur pada malam hari. Dikatakan juga bahwa ketika Rabbi Acheba yang terkenal itu berada di dalam penjara, dia diberi persediaan air yang cukup, untuk keperluan minum dan pembasuhan. Pada suatu hari, kepala penjara tidak membawa persediaan air yang dirasa cukup. Acheba sangat marah dan memutuskan untuk berhenti minum. dan tidak mau lagi menjalankan upacara pembasuhan, dengan
berkata, “Saya lebih senang mati dari pada melanggar upacara-upacara nenek moyang saya.” Penatua-penatua Yahudi menekankan bahwa pembasuhan harus dijalankan tepat waktu, kendatipun diperlukan waktu selama satu setengah jam untuk mendapatkan air yang diperlukan.
Adalah tidak mungkin bagi Yesus sebagai seorang pembaharu dan pengajar, untuk mengikuti hal-hal yang kabur dan tidak jelas arah-tujuannya ini. KepekaanNya tidak akan mengijinkan Dia untuk membenarkan rasa bersalah yang besar yang orang-orang Yahudi tempatkan bagi orang-orang yang mengabaikan upacara-upacara pembasuhan yang diajarkan. Pada waktu Yesus menolak untuk melakukan aturan-aturan buatan manusia ini, murid-muridNya melakukan hal yang sama. Para pengamat yang sengaja datang dari Yerusalem untuk mengamat-amati Dia, memperhatikan pelanggaran ini dan memanfaatkannya. Mereka mau

menegur Dia di hadapan umum. Dengan tujuan untuk mengkritik Dia habis-habisan, mereka bertanya kepadaNya, mengapa murid-muridNya tidak mengikuti tradisi dari para penatua. Yesus mengetahui maksud tujuan mereka yang jahat dan menyebut mereka orang-orang munafik.
Teguran Yesus terhadap jenis kejahatan tertentu lainnya tidaklah sekeras teguranNya terhadap kemunafikan. Dia menyampaikan teguran-teguran yang keras dan sangat tajam terhadap orang-orang yang munafik. Betapa dunia memerlukan para pembaharu yang mengikuti keteladanan Kristus dalam menentang dosa yang mengerikan ini! Juga sangat diperlukan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk menyingkirkan kejahatan ini dari kehidupan keagamaan, sehingga baik penampilan secara lahir dan keberadaan batin dari orang-orang percaya berada dalam keharmonisan. Dengan demikian agama akan menunjukkan penampilan baru dan Allah, yang adalah “Kebenaran,” akan dimuliakan.
Kita jarang sekali menjumpai adanya sindiran yang keras dan tajam
dalamperkataan-perkataan Yesus. Tetapi dalam peristiwa ini, Injil Markus mencatat bahwa Dia mengatakan sesuatu pada penatua-penatua Yahudi yang agak sedikit ironis. “Sungguh pandai kamu mengesampingkan perintah Allah, supaya kamu dapat memelihara adat istiadatmu sendiri” (Markus 7:9). Dia mengingatkan mereka mengenai betapa kerasnya mereka terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak penting, tetapi mengabaikan apa yang terutama. Dalam Matius 23:23,24, Dia berkata, “Persepuluhan dari selasih, adas manis, dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu. keadilan, belas-kasihan dan kesetiaan Hai kamu pemimpin-pemimpin buta, nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan!” murid-murid Yesus melihat upacara-upcara pembasuhan sebagai “nyamuk-nyamuk” sementara penatua-penatua Yahudi melihatnya sebagai “unta-unta.” Seharusnya kebalikannyalah yang terjadi. Para penatua Yahudi mencoba untuk membersihkan selumbar kecil di mata murid-murid, tetapi tidak memperhatikan balok besar yang ada di mata mereka sendiri (Matius 7:3,4).
Kendatipun murid-murid mengikuti contoh keteladanan Kristus dalam mengabaikan pembasuhan-pembasuhan yang dipaksakan ini, mereka tidak mengerti prinsip atau ajaran utama yang terdapat di dalamnya. Mereka bertanya kepada Dia, apakah Dia mengetahui bahwa orang-orang Farisi sangat tersinggung ketika Dia menegur mereka. Pada waktu Dia meninggalkan orang banyak dan masuk ke dalam rumah, mereka minta kepada Dia untuk menjelaskan kepada mereka apa yang sudah Dia katakan. Dia menjawab: “Kamupun masih belum dapat memahaminya? Tidak tahukah kamu bahwa segala sesuatu yang masuk ke

dalam mulut turun ke dalam perut lalu dibuang ke jamban? Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang. Karena dari hati timbul segala pikiran jahat. pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat. Itulah yang menajiskan orang. Tetapi makan dengan tangan yang tidak dibasuh tidak menajiskan orang.”

KAMU AKAN KUBERIKAN HATI YANG BARU DAN ROH YANG BARU DI DALAM BATINMU

(Yehezkiel 36:26)

12. YESUS MEMBERITAKAN KABAR BAIK KEPADA ORANG-ORANG KAFIR

Yesus datang untuk menyelamatkan seluruh dunia. Sebagaimana Dia melakukan pelayananNya pada orang-orang Yahudi, Dia juga melayani orang-orang kafir (orang-orang bukan Yahudi). Dia pergi ke kawasan Fenisia dengan banyak sasaran dalam pikiran. Dengan melangkah ke daerah orang-orang yang tidak mengenal Allah, Dia memberi kesempatan pada diriNya dan murid-muridNya untuk beristirahat, baik secara fisik dan mental.
Orang-orang di sana tidak berdatangan menemui Dia, karena Dia tidak banyak dikenal di daerah itu. Dia juga punya cukup waktu untuk mengajar murid-muridNya, sebagai persiapan sebelum meninggalkan mereka. Dengan melihat daerah-daerah baru, pikiran dan pandangan murid-murid menjadi diperluas dan mereka mulai mempersiapkan diri untuk Amanat Agung: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam Bapa dan Anak dan Roh Kudus, ” (Matius 28:19). Mereka juga akan melihat, dalam perjalanan ini, suatu kesaksian baru dari kebenaran kata-kataNya ketika Dia berkata, “banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga” (Matius 8:11). Dia mau mengajar mereka bahwa keselamatan tidaklah diwarisi, tetapi hanya dapat diperoleh dengan melalui iman secara pribadi di dalam Dia. Itulah sebabnya mengapa Dia pergi bersama-sama dengan mereka ke Tirus dan Sidon, kota yang paling baik dan terkenal.
Yesus masuk ke dalam sebuah rumah di sana. Kendatipun Dia tidak menginginkan seorangpun tahu, Dia mendapatkan bahwa adalah tidak mungkin untuk tetap merahasiakan diri. Bagaimana mungkin keharuman dari pribadiNya dapat terus tersembunyi, berita mengenai kasih dan kuasaNya sudah terdengar sampai ke daerah tersebut karena beberapa orang dari Fenisia sudah mendatangi Dia di Kapernaum.
Adalah tidak mungkin bagi seorang pengembara, seperti Dia, akan memasuki sebuah desa bersama murid-muridNya, tanpa mendapatkan perhatian. Seorang wanita yang sedang dalam tekanan berat mendengar tentang Dia. Dia punya seorang anak perempuan yang dirasuk Setan.

12.1. Iman dari seorang wanita Fenesia

Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon. Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita.” Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-muridNya datang dan meminta kepadaNya: “Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak.” Jawab Yesus: “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata:

“Tuhan, tolonglah aku.” Tetapi Yesus menjawab: “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” Kata perempuan itu: “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.” Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Dan seketika itu juga anaknya sembuh (Matius 15:21-28).

Kendatipun wanita Fenisia dan bangsanya menolak orang-orang Yahudi dia menyembah di bawah kaki Yesus dengan penuh hormat. Barangkali dia mengerti bahwa Dia adalah seorang keturunan keluarga bangsawan yang terhormat di Israel. Dia barangkali juga sudah mengetahui bahwa Juruselamat orang-orang Yahudi akan disebut “Anak Daud.” Dia mengira bahwa dia memuliakan dan memperkenankan Dia, karena memanggil Dia dengan sebutan
ini. Tetapi jika konsep pemikiran orang-orang Yahudi tentang Kristus hanya sebagai Anak Daud adalah benar, maka hal itu tidak akan mendatangkan kebaikan apapun bagi dia, karena hal itu berarti bahwa Yesus hanyalah Juruselamat secara politik dan duniawi bagi bangsa Yahudi yang menganggap dia dan bangsanya sebagai yang terbuang dan sebagai anjing. Adalah menguntungkan bahwa wanita Fenisia ini tidak tahu akan semua itu. Dia memohon belas kasihan Yesus. Dia tidak meminta belas kasihan bagi anak perempuannya, tetapi bagi dirinya sendiri. Dia berkata “Kasihanilah aku ya Tuhan…”karena bebannya sangat berat.
Wanita Fenisia itu meninggikan Yesus dan menyembah di hadapanNya. Dia mengajukan permohonan dengan bersemangat untuk pertolonganNya, tetapi Dia tidak menjawab dia. Dia tidak memberikan perhatian kepadanya, tetapi wanita itu terus mengulangi permohonannya. Dia tidak berputus-asa, karena dia tentunya sudah mengetahui bahwa apa yang dia dengar tentang kebaikan dan belas kasihanNya adalah benar. Wanita itu mengira bahwa dengan
terus mengajukan permasalahannya dia akan mendapatkan berkatNya. Barangkali Dia berdiam diri karena sedang disibukkan dengan hal-hal lain yang lebih penting. Murid-murid sangat terganggu dengan seruan yang tidak kenal henti dari wanita itu dan minta pada Yesus untuk mengabulkan permintaannya. Tetapi Yesus berkata kepada mereka, “Aku hanya diutus kepada domba yang hilang di Israel.”
Bagaimana dapat Juruselamat dunia memusatkan perhatianNya hanya pada domba di Israel? Jawabannya adalah bahwa Yesus memutuskan untuk memulai PelayananNya dengan memberitakan Kabar Baik pada orang-orang Yahudi, karena mereka memiliki janii-janji Allah. Jika Yesus memulai pemberitaanNya di antara orang-orang yang tidak mengenal Allah, maka orang-orang Yahudi akan menolak untuk mendengarkan Dia. Yesus tidak mau melayani orang-orang Yahudi dan orang-orang Kafir pada waktu yang bersamaan karena Dia tidak punya waktu untuk melakukan kedua-duanya. Itulah sebabnya mengapa Yesus mempercayakan kepada murid-muridNya tugas untuk membawa Injil kepada setiap orang, entahkan Yahudi atau Kafir.
Adalah benar perkataan yang mengatakan bahwa angin yang mematikan nyala lilin dapat mengobarkan api dan menjadi besar. Demikian juga halnya dengan iman.

Kesukaran-kesukaran yang dapat mematikan iman yang lemah dapat menjadikan iman lebih besar dan kuat dari biasanya. Kita melihat wanita ini terus mendekati Kristus dan membaharui permohonannya, dan apa yang nampak seperti penolakan ternyata memperkuat imannya. Dia menyembah Yesus sekali lagi dan berteriak, “Tuhan, tolonglah aku” Akibat dari pernyataan yang sederhana dan singkat, yang keluar dari hati yang hancur, adalah lebih berkuasa daripada semua doa yang diucapkan dengan kata-kata indah di Bait Allah pada waktu itu. “Tidakkah Dia mengabulkan permohonanku sekarang ini juga?” demikian pikir wanita itu. Masih belum cukupkah hatinya yang penuh dengan semangat yang
menyala-nyala? Tetapi Tuhan yang penuh dengan belas kasihan bermaksud untuk memberikan kepadanya kemuliaan yang lebih besar dalam memurnikan imannya, dengan melalui ujian baru yang lebih keras daripada yang pertama. Dia memberitahu kepadanya bahwa pertama-tama Dia datang untuk memberi makan anak-anakNya. Dan tidaklah pada tempatnya untuk mengambil makanan anak-anak dan memberikannya pada anjing. Para pembaca yang tidak dapat memahami pernyataan Kristus ini beranggapan bahwa kata-kata ini sengaja diselipkan oleh seseorang yang membenci Kristus. Adalah tidak mungkin kalau kata-kata seperti ini bisa diucapkan dari mulut seseorang yang mengasihi seluruh dunia, besar atau kecil, kaya atau miskin, baik atau jahat. Dia memberikan diriNya untuk semua orang. Namun Yesus mengatakan ini. Melalui kata-kata ini, Dia bermaksud untuk membuka mata wanita ini pada kenyataan rohani yang masih belum dikenal olehnya. Wanita itu melihat Dia sebagai Anak Daud dan Kristus bagi orang-orang Yahudi. Ini berarti bahwa dia tidak punya hak untuk ikut menikmati kasih dan kemurahanNya sampai dia mengerti dan mengenal Dia sebagai Kristus bagi orang-orang Kafir juga. Dengan jawaban yang keras ini, Dia membuka pintu bagi wanita itu, dan melaluinya dia bisa mencapai pengertian ini.
Dalam kerendahan hati dan keperluan yang sangat mendesak, wanita itu tetap mendekati Yesus, dan mengajukan permohonannya. Dia memberi tahu kepadanya bahwa pertama-tama mau memberi makan anak-anakNya, kemudian anjing-anjing akan mengambil bagian sesudah anak-anak, karena mereka akan mendapatkan sisa-sisa dari meja makan anak-anak. Wanita itu tidak mau mundur, dia berketetapan untuk terus menghadap, dengan kerendahan hati mau meminta bagian dari apa yang menjadi bagian untuk anjing.
Melalui tindakannya itu, dia memberikan contoh teladan dari iman yang besar. Kalau saja imannya hanya mental saja sifatnya, seperti yang dipunyai oleh yang lain-lain, dia tidak akan tertarik sama sekali dengan cara Yesus memperlakukan dia, dia akan meninggalkan Dia dan berhenti berharap untuk mendapatkan pertolonganNya. Tetapi karena imannya adalah iman yang kuat mendasar dari dalam hati, dia melihat jauh di balik apa yang kelihatan dan memiliki keyakinan kuat bahwa Yesus tidak menolak siapapun yang mempunyai keperluan besar, bahkan jika sepertinya Dia nampak tidak peduli kepadanya. Dia mengabulkan permohonannya dengan berkata, ini adalah seperti yang kau kehendak.” Yesus tidak pernah mau menyerahkan diri pada para filsuf Yahudi dalam semua diskusi dengan mereka, tetapi membuat mereka bungkam dan berdiam diri melalui jawaban-jawabanNya yang tegas, benar

dan berwibawa. Dia menunjukkan pada mereka betapa jauhnya mereka dari Kerajaan Allah. Tetapi di sini, kita melihat Dia menunjukkan perhatianNya dengan penuh kesabaran, pada wanita yang sangat menderita karena kebutuhannya ini, menunjukkan kepadanya betapa dekat dia pada kerajaanNya.

12.2. Suatu pelajaran bagi Murid Murid

Murid-murid mendapatkan berkat besar dari ujian ini. Mereka melihat di depan mereka contoh dari domba milik Gembala agung yang bukan dalam kawanan ini (Yohanes 10:16). Beberapa dari orang-orang kafir yang bergabung dalam kawanan Kristus karunia rohani. Murid-murid sudah terbiasa mendengar teguran Yesus yang mengatakan betapa kecil dan lemahnya Iman mereka. Ketika Petrus hampir tenggelam ke dalam air, Yesus berkata kepadanya, “hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?” (Matius 14:31) Betapa malunya murid-murid itu, pada waktu mendengar Guru mereka berkata, dengan sukacita pada wanita yang tidak kenal Allah dan tidak punya latar belakang keagamaan.” Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kau kehendaki.”

12.3. Jawaban atas Doa

Peristiwa ini menunjukkan pada kita bahwa jawaban atas doa tidaklah bergantung pada status atau kedudukan seseorang yang meminta, seperti yang dipercayai oleh banyak orang, tetapi pada roh atau semangat yang dengannya seseorang meminta. Ini dengan jelas ditunjukkan ketika dua orang murid Yesus yang paling dekat, Yakobus dan Yohanes, datang kepadaNya bersama dengan ibu mereka, seorang wanita yang baik. Dia sebelumnya termasuk di dalam rombongan yang menyertai Yesus dan murid-muridNya dan memberikan dukungan
keuangan bagi pelayanan. Pada suatu hari, dia mengajukan permohonan khusus kepadaNya untuk kedua putranya, tetapi nenengadah Yesus tidak mengabulkan permohonannya. Tetapi Dia menjawab permohonan wanita kebanyakan dari Fenisia ini yang tidak memiliki kedudukan menonjol di masyarakat. Kita melihat, di masa lalu, betapa banyaknya
murid-murid yang berbalik dan meninggalkan Yesus Tetapi perginya banyak pengikut ini, kendatipun nampak besar, tidak pernah dapat dibandingkan degan perolehan jiwa dari wanita Fenisia ini.

12.4. Membawa Kabar Baik kesepuluh kota

"Kemudian Yesus meninggalkan pula daerah Tirus dan dengan melalui Sidon pergi ke Galilea, di tengah-tengah daerah Dekapolis". (Markus 7:31).

Yesus melanjutkan perjalanan dari Tirus dan Sidon menuju ke timur ke arah dataran Tinggi
Golan. Kota ini sangat terkenal karena budaya Gerika mereka dan perdagangannya yang

marak. Mereka jauh dari pemerintahan dan kekuasaan Herodes yang tidak adil, dan juga jauh dari pengaruh para penatua Yahudi yang justru lebih berbahaya. Sebelumnya Yesus hanya beberapa jam saja berada di kawasan ini, ketika Dia mengusir roh-roh jahat dari orang yang kerasukan. Sepertinya peristiwa itu mendatangkan pengaruh yang besar di kawasan itu, karena ketika Yesus naik ke atas bukit, kumpulan orang banyak datang kepadaNya dengan membawa orang-orang yang timpang, buta dan lumpuh. Mereka membawa mereka di bawah kaki Yesus untuk disembuhkan.

12.5. Yesus menyembuhkan orang tuli dan bisu

"Di situ orang membawa kepadaNya seorang yang tuli dan yang gagap dan memohon kepadaNya, supaya Ia meletakkan tanganNya atas orang itu. Dan sesudah Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian, Ia memasukkan jariNya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu. Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: “Efata!”, artinya: Terbukalah! Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik. Yesus berpesan kepada

orang-orang yang ada di situ supaya jangan menceriterakannya kepada siapapun juga. Tetapi makin dilarangnya mereka, makin luas mereka memberitakannya. Mereka takjub dan tercengang dan berkata: “Ia menjadikan segala-galanya baik, yang tuli dijadikanNya mendengar, yang bisu dijadikanNya berkata-kata” (Markus 7:32-37).

Kejadian yang lain, yang terjadi di Fenisia, dijelaskan dengan secara terperinci. Orang yang buta dan bisu dibawa kepada Yesus. Beberapa orang harus membawa dia, karena mereka tidak dapat menjelaskan kepadaNya, apa yang mereka kehendaki agar Yesus melakukan terhadap dia, kemungkinan menderita sakit mental disamping sangat lemah. Orang yang bisu dan tuli ini, tidak seperti yang lain-lain, tidak Punya kesempatan untuk mendengar dari atau tentang Yesus. Kristus bermaksud untuk menghidupkan iman yang ada di dalam orang itu, seperti yang Dia lakukan pada orang lain yang Dia sembuhkan. Yesus meletakkan jariNya pada telinganya, seperti Dia membuka pintu untuk pendengaran. Kemudian Dia meludah dan menjamah lidahnya, menciptakan di dalam dirinya iman yang baru. Kelemahan tubuh dari orang ini disembuhkan dan dia mulai berkata-kata.

Pikiran dari orang ini masih perlu untuk diarahkan kepada Allah yang merupakan sumber dari semua berkat, agar dengan demikian dia tahu dari mana pertolongannya sudah datang. Yesus menengadahkan mataNya ke langit dan berseru, barangkali mewakili semua ciptaan yang menderita. Dia memohonkan kasih. Kemurahan bagi mereka semua yang mengalami penderitaan tubuh. Tentang Dia dikatakan :

Ia menjadi Juruselamat mereka dalam segala kesesakkan mereka, Bukan seorang duta atau utusan, melainkan Ia sendirilah yang menyelamatkan mereka, Dialah yang menebus mereka dalam kasihNya dan belas kasihanNya, Ia mengangkat dan menggendong mereka selama zaman dahulu kala. (Yesaya

63:9)

Kemudian Dia memerintahkan pada orang yang sakit dalam bahasa Aram, Efata: yang artinya, “terbukalah”, lidah orang terlepas ikatannya dan dia mulai berkata-kata dengan benar. Dengan demikian kata-kata nabi Yesaya digenapi, “…telinga orang-orang tuli akan dibuka” (Yesaya 35:5)
Pemandangan dari mujizat pemulihan ini adalah hal yang baru bagi sebagian besar orang banyak ini. Mereka tahu bahwa Yesus adalah orang Yahudi, bukan orang kafir seperti mereka. Mereka juga tahu bahwa ilah mereka, yang mereka banggakan dan yang kepadanya mereka bersandar tidak dapat melakukan mujizat seperti yang dilakukan Yesus. Inilah sebabnya mengapa, pada waktu mereka takjub dan tercengang-cengang, mereka mulai memuliakan Kristus dengan mengatakan, “Dia menjadikan segala-galanya baik.” Kata-kata seperti ini juga sudah diucapkan oleh jutaan orang disepanjang abad, yang menerima Dia sebagai Juruselamat mereka, mengetahui bahwa Dia adalah Seorang yang memberikan kepada mereka keselamatan yang kekal dan sukacita di bumi.

12.6. Memberi makan empat ribu orang

Pada waktu itu ada pula orang banyak di situ yang besar jumlahnya, dan karena mereka tidak mempunyai makanan, Yesus memanggil murid-muridNya dan berkata, “hatiKu tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak ini. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Dan jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan, sebab ada yang datang dari jauh.” Murid-muridNya menjawab: “Bagaimana di tempat yang sunyi ini orang dapat memberi mereka roti sampai kenyang?” Yesus bertanya kepada mereka: “Berapa roti ada padamu?” jawab mereka: “Tujuh” lalu Ia menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-muridNya untuk dibagi-bagikan, dan mereka memberikannya kepada orang banyak. Mereka juga mempunyai heberapa ikan, dan sesudah mengucapkan berkat atasnya, Ia menyuruh supaya ikan itu juga dibagi-bagikan. Dan mereka makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, sebanyak tujuh bakul. Mereka itu ada kira-kira empat ribu orang. Lalu Yesus menyuruh mereka pulang (Markus 8:1-9).

Yesus sudah mengadakan mujizat memberi makan lima ribu orang di Galilea dan sekarang Dia memberi makan empat ribu orang di kawasan sepuluh kota, kawasan orang-orang yang tidak mengenal Allah.
Orang-orang berkumpul mengelilingi Yesus di padang gurun dari tempat yang jauh. Pertemuan mereka dengan Dia berlangsung selama tiga hari sampai mereka kehabisan makanan. Kristus tergerak oleh belas kasihan, dan melakukan mujizat memberi makan orang banyak sekali lagi. Yesus memperhatikan kebutuhan semua orang, mulai saat mereka dilahirkan sampai kematian mereka. Dengan penuh perasaan, Dia berkata kepada
murid-muridNya. “Jika mereka Kusuruh pulang ke rumahnya dengan lapar, mereka akan rebah di jalan.” Betapa mengherankan bahwa murid-muridNya melakukan kesalahan yang sama seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya, mereka meminta maaf karena tidak

dapat memberi makan orang sebanyak itu. Adalah musim semi pada waktu Yesus memberi makan lima ribu orang. Dan sekarang ini adalah musim panas dalam tahun yang sama pada waktu Dia mengadakan mujizat ini. Tidak lama kemudian, Yesus menegur murid-muridNya karena mereka sudah melupakan kedua mujizat tersebut dan tidak belajar dari kedua
peristiwa itu. Keragu-raguan yang tiba-tiba saja muncul pada waktu itu menyebabkan mereka melupakan belas kasihan dari sorga yang sudah mereka saksikan di masa lalu.

12.7. Penyembuhan orang buta

Kemudian tibalah Yesus dan murid-muridNya di Betsaida. Di situ orang membawa kepada Yesus seorang buta dan mereka memohon kepadaNya, supaya Ia menjamah dia. Yesus memegang tangan orang buta itu dan membawa dia ke luar kampung. Lalu Ia meludahi mata orang itu dan meletakkan tanganNya atasnya, dan bertanya: “Sudahkah kau lihat sesuatu?” Orang itu memandang ke depan, lalu berkata: “Aku melihat orang, sebab melihat mereka berjalan-jalan, tetapi tampaknya seperti pohon-pohon.” Yesus meletakkan lagi tanganNya pada mata orang itu, maka orang itu

sungguh-sungguh melihat dan telah sembuh, sehingga ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas. Sesudah itu Yesus menyuruh dia pulang ke rumahnya dan berkata: “Jangan masuk ke kampung!” (Markus 8:22-26).

Mujizat ini menyebabkan nama baik Yesus tersebar ke seluruh daerah baru sampai sedemikian rupa sehingga Dia harus pergi untuk menghindarkan diri dari orang banyak. Dia naik ke perahu bersama dengan murid-muridNya dan datang ke distrik Malda dan Dalmanuta yang saling berdekatan. Ketika Yesus sampai ke Betsaida, pada pantai sebelah timur danau di mana Dia sudah memberi makan lima ribu orang, orang-orang membawa kepadanya orang buta untuk disembuhkan, yang menginginkan agar Yesus menjamah dia. Yesus tidak mengikuti cara kesembuhan mereka, tetapi menyembuhkan orang itu dengan caraNya sendir. Kristus membawa orang yang buta itu keluar kota. Sementara orang itu menanti dengan
penuh harap apa yang Yesus akan lakukan atau bertanya sesuatu kepadanya, Yesus meludahi matanya dan meletakkan tanganNya pada kedua matanya, dan orang itu mulai bisa melihat dengan.jelas. Pertama-tama Dia melihat orang-orang seperti pohon-pohon yang berjalan. Ini berarti bahwa penglihatannya sudah pulih sebagian, sesuai dengan imannya. Pada waktu imannya semakin meningkat, sesudah penglihatan yang diterimanya, Yesus meletakkan tanganNya sekali lagi pada orang itu, dan dia mulai melihat dengan sangat jelas. Orang buta ini merupakan satu contoh dari orang-orang yang mencari penglihatan rohani secara
bertahap. Jika mereka mempergunakan penglihatan kecil yang mereka punyai, maka penglihatan itu akan semakin bertambah. “karena siapa yang mempunyai kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan ” (Matius 13.12).

13. Pertanyaan pertanyaan untuk menolong mengetahui pemahaman anda

Jika anda sudah mempelajari buku ini, maka anda akan dapat menjawab

pertanyaan-pertanyaan dengan mudah.

1. Apa jawaban Yesus terhadap pertanyaan Yohanes Pembaptis?

2. Mengapa Yesus menerima undangan Simon Orang Farisi?

3. Mengapa wanita yang berdosa itu lebih mengasihi Yesus?

4. Siapakah saudara dan saudari Yesus yang sebenarnya?

5. Siapakah saudara dan saudari Yesus yang sebenarnya?

6. Berikan bukti yang mendukung klaim Yesus bahwa Dia tidak mengusir roh-roh jahat dengan kuasa setan?

7. Apakah perbedaan antara kuasa Yesus dan kuasa Setan?

8. Berikan dua sifat dari biji sesawi yang kita jumpai dalam Kerajaan Allah?

9. Apa yang kita pelajari tentang perumpamaan mutiara yang terdapat dalam Matius

13:45,46?

10. Apakah empat syarat untuk menerima berkat dari Kristus?

11. Mengapa Petrus mampu berjalan di atas air?

12. Beri tiga kesamaan antara Kristus dan Roti?

13. Mengapa Yesus berkata kepada wanita Fenesia, “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing?“