13
Sebagai contoh, kalau saya diberikan kemampuan khusus untuk berbicara dalam semua bahasa manusia bahkan bahasa-bahasa yang digunakan oleh para malaikat, tetapi kalau saya tidak mengasihi orang lain, kemampuan saya itu sama sekali tidak ada artinya— sama seperti lonceng atau gong yang hanya berbunyi saja. Dan kalau saya memiliki kemampuan khusus untuk bernubuat, dan mempunyai kemampuan pengetahuan sampai saya bisa mengerti segala sesuatu— bahkan rencana-rencana rahasia Allah, dan juga memiliki kemampuan keyakinan yang besar— sehingga atas perintah saya gunung berpindah, tetapi kalau saya tidak mengasihi orang-orang lain, semua kemampuan khusus saya itu sama sekali tidak ada artinya! Atau dengan bangganya saya memberikan semua harta saya kepada orang miskin dan bahkan menyerahkan tubuh saya sebagai kurban,* dengan bangganya … Dalam salinan kuno ada perubahan kecil dalam pengejaan kata— sehingga kata itu juga pernah diterjemahkan “untuk dibakar.” Salinan yang paling kuno menggunakan pengejaan “dengan bangganya.” tetapi kalau saya tidak mengasihi sesama, semuanya itu tidak ada artinya!
Sifat kasih itu adalah sabar, murah hati, tidak iri hati, tidak membesarkan diri, dan tidak sombong. Kasih itu tidak berbuat kasar, tidak mencari kepentingan sendiri, tidak gampang marah, dan tidak mengingat-ingat kesalahan yang pernah dibuat oleh orang lain. Kasih itu tidak bersukacita waktu melihat orang lain melakukan yang jahat, tetapi bersukacita waktu melihat mereka hidup sesuai ajaran yang benar. Kasih itu kuat sehingga bisa tahan dalam menghadapi segala sesuatu, dan kasih selalu siap untuk percaya dan berharap yang terbaik tentang orang lain, dan kasih selalu sabar dalam setiap situasi.
Kasih tidak akan pernah habis kepentingannya! Tetapi akan datang waktunya di mana kemampuan-kemampuan khusus tidak diperlukan lagi— termasuk kemampuan bernubuat, berbicara dalam bahasa-bahasa Roh, atau untuk menyampaikan pengetahuan. Kemampuan khusus untuk bernubuat atau menyampaikan pengetahuan, sekarang memang berguna, tetapi tidak bisa menyampaikan hal-hal itu dengan lengkap. 10 Tetapi sesudah Yesus kembali nanti, pengetahuan kita akan menjadi lengkap, dan kemampuan khusus yang sekarang kurang lengkap ini akan dihapuskan karena tidak diperlukan lagi.
11 Waktu saya masih kecil, saya berbicara, berpikir, dan membuat rencana seperti anak kecil. Tetapi waktu saya sudah menjadi dewasa, saya berhenti berbuat hal-hal yang bersifat seperti anak-anak. 12 Demikian juga dengan kita. Sekarang kita seperti melihat ke kaca cermin yang kabur, tetapi ada waktunya nanti kita akan melihat dengan jelas. Sekarang pengetahuan saya kurang lengkap, tetapi ada saatnya nanti saya akan mengerti semuanya sampai sedalam-dalamnya— sama seperti Allah sudah mengenal diri saya. 13 Jadi, ketiga hal ini akan selalu penting— yaitu percaya, berharap, dan mengasihi. Tetapi yang paling penting dari ketiga hal itu adalah mengasihi!

*13:3 dengan bangganya … Dalam salinan kuno ada perubahan kecil dalam pengejaan kata— sehingga kata itu juga pernah diterjemahkan “untuk dibakar.” Salinan yang paling kuno menggunakan pengejaan “dengan bangganya.”