10
Malaikat yang memberikan gulungan kitab kecil kepada Yohanes
Lalu saya melihat malaikat lain yang penuh kuasa turun dari surga. Malaikat itu berjubahkan awan putih. Satu pelangi mengelilingi kepalanya. Mukanya bersinar seperti matahari, dan kakinya kelihatan seperti dua tiang api. Dia memegang sebuah gulungan kitab kecil yang terbuka. Kaki kanannya menginjak laut, sedangkan kaki kirinya menginjak bumi. Malaikat itu berseru dengan suara yang keras sekali— seperti suara singa yang mengaum. Sesudah itu suara Yang Mahakuasa berbicara dari surga seperti bunyi guntur.* suara Yang Mahakuasa … Secara harfiah, “ketujuh guntur (mengeluarkan) gemuruhnya masing-masing.” Tidak terdapat informasi bahwa ada tradisi tentang “ketujuh guntur.” Jadi kemungkinan besar ini adalah cara simbolis untuk mengatakan suara Allah sendiri. (Lihat Kel. 19:16; 19:19; 20:18; Mzm. 29:3-9; Ibr. 12:18-19.) Dan dari ayat 4, ternyata suara itu menggunakan kata-kata yang dimengerti Yohanes. Lihat catatan tentang arti angka tujuh di Why. 3:1.
Baru saja saya mau menuliskan apa yang saya dengar, tetapi saya mendengar suara yang lain dari surga yang berkata, “Jangan tuliskan apa yang dikatakan oleh suara yang seperti bunyi guntur itu. Rahasiakanlah itu.”
Lalu malaikat yang menginjak laut dan bumi itu mengangkat tangan kanannya ke langit 6-7 dan bersumpah seperti ini: “Demi Dia yang hidup selamanya— yaitu Tuhan yang sudah menciptakan segala sesuatu, termasuk segala isi dari langit, bumi dan laut: Allah tidak akan menunda lagi untuk melaksanakan apa yang sudah direncanakan-Nya! Tetapi ketika malaikat yang ketujuh meniup terompetnya, apa saja yang dinubuatkan para nabi dan para utusan Allah para nabi … utusan Allah Secara harfiah, “para nabi.” Beberapa kali dalam Wahyu TSI menggunakan ‘para utusan-Nya’ atau ‘para utusan Allah yang bernubuat’ untuk membedakan para pengikut Yesus yang sudah menerima kemampuan khusus untuk bernubuat dari para nabi zaman Perjanjian Lama. akan segera terjadi, dan apa saja rencana Allah yang masih dirahasiakan dari manusia akan menjadi nyata.”
Kemudian suara yang tadi dari langit menyuruh saya, “Pergilah dan ambillah gulungan kitab yang terbuka dari tangan malaikat yang menginjak laut dan bumi itu.”
Maka saya pergi kepada malaikat itu dan berkata kepadanya, “Tolong berikan gulungan kitab itu kepada saya.” Lalu malaikat itu berkata kepada saya, “Ambillah ini dan makanlah. Kitab itu akan terasa manis seperti madu di dalam mulutmu, tetapi akan menjadi pahit di dalam perutmu.” 10 Lalu ketika saya mengambil kitab kecil itu dari tangannya dan memakannya, kitab itu manis seperti madu di dalam mulut saya, dan sesudah saya telan perut saya menjadi pahit. 11 Kemudian malaikat itu berkata kepada saya, “Kamu harus bernubuat lagi tentang banyak negara, bangsa, bahasa, dan raja.”

*10:3 suara Yang Mahakuasa … Secara harfiah, “ketujuh guntur (mengeluarkan) gemuruhnya masing-masing.” Tidak terdapat informasi bahwa ada tradisi tentang “ketujuh guntur.” Jadi kemungkinan besar ini adalah cara simbolis untuk mengatakan suara Allah sendiri. (Lihat Kel. 19:16; 19:19; 20:18; Mzm. 29:3-9; Ibr. 12:18-19.) Dan dari ayat 4, ternyata suara itu menggunakan kata-kata yang dimengerti Yohanes. Lihat catatan tentang arti angka tujuh di Why. 3:1.

10:6-7 para nabi … utusan Allah Secara harfiah, “para nabi.” Beberapa kali dalam Wahyu TSI menggunakan ‘para utusan-Nya’ atau ‘para utusan Allah yang bernubuat’ untuk membedakan para pengikut Yesus yang sudah menerima kemampuan khusus untuk bernubuat dari para nabi zaman Perjanjian Lama.