Jalan Ke Surga Telah Rata

Pelajaran 14

Nabi Nuh dan Banjir Besar

Ass. Wr. Wb saudara dan sahabatku pendengar sekalian... Terimalah salam kami dalam nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang. Allah yang selalu menginginkan setiap orang mengenali dan bertekun pada Jalan Lurus, jalan menuju surga yang telah dibuat-Nya. Di jalan itu Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang ingin setiap orang hidup dan berada dalam restu-Nya. Karena lewat jalan itu, manusia akan sampai kepada-Nya dalam damai yang sejati. Dalam acara Jalan Menuju Surga ini kita akan mendengarkan banyak kisah tentang nabi-nabi Allah, satu demi satu. Kita juga akan bersama-sama menyelidiki kitab-kitab yang ditulis oleh nabi-nabi; yang menjelaskan bahwa ada jalan mulia yang telah Allah tetapkan sehingga umat manusia dapat diperhitungkan sebagai orang benar di hadapanNya.

Kita telah mendengar tentang nabi Nuh pada perjumpaan yang lalu. Tentang betapa bejat dan jahatnya kehidupan manusia pada jaman nabi Nuh hidup, tapi nabi Nuh memilih jalan hidup yang berkenan kepada Allah. Dia tidak sama dengan orang-orang pada jamannya. Dia memilih untuk hidup sesuai dengan tuntutan hukum Allah. Nuh dengan hidupnya yang saleh, dapat merasakan betapa sediihnya hati Allah karena kejahatan manusia itu.. Kitab suci berkata: ”Allah melihat betapa jahatnya manusia di bumi. Setiap pikiran mereka hanyalah kejahatan.” Karena kejahatannya sendirilah, kenapa Allah yang maha suci merencanakan untuk membinasakan manusia yang tidak mau bertobat dari muka bumi.

Tapi Allah memberikan pengasihanNya kepada Nuh, itu sebabnya suatu hari Allah berkata kepada Nuh: Aku akan membinasakan semua manusia, karena bumi penuh dengan kejahatan mereka. Aku akan mendatangkan banjir besar ke bumi, untuk membinasakan segala sesuatu yang bernyawa. Tapi engkau, buatlah bagimu sebuah kapal yang besar untuk menyelamatkan engkau dan keluargamu.

Kapal yang Allah peerintahkan unttuk dibuat itu, betul-betul sangat besar, lebih panjang dari lapangan sepakbola. Dan untuk membangun kapal yang besarnya seperti itu, tentu saja lama baru selesai. Tapi kira-kira berapa lama menurut anda? 1 tahun? 2 tahun? Tidak saudara, lebih lama dari 1 atau 2 tahun, malahan lebih dari 10 tahun... Selama 100 tahun, Nuh dan anak-anaknya bekerja keras membangun kapal yang besar itu. Tapi sambil bekerja, Nuh juga terus menerus memberitahukan kepada tetangganya, atau siapa saja bahwa mereka harus bertobat dari dosa dan kejahatan mereka. Kalau tidak, mereka pasti mati dalam banjir besar yang akan Allah kirimkan. Banjir besar itu adalah hukuman Allah untuk kejahatan manusia di bumi.

Tapi apakah orang-orang itu mendengarkan perkataan Nuh? Apakah mereka percaya bahwa Allah akan menghukum manusia, lalu mereka bertobat? Dari beribu-ribu keturunan Adam yang ada di bumi waktu itu, kira-kira berapa orang yang percaya pada sabda Allah yang disampaikan nabi Nuh? Apakah banyak orang yang percaya, lalu bertobat dan masuk ke dalam kapal supaya bisa lolos dari kebinasaan? Kenyataannya, seperti yang dikatakan kitab suci , hanya sedikit saja yang akhirnya masuk ke dalam kapal itu. Hanya delapan orang saja yang selamat.

Bayangkan saudaraku, dari beribu-ribu keturunan Adam, hanya 8 orang yaang beriman, yaitu: Nuh dan Isterinya, tiga anak laki-lakinya yang bernama Sem, Ham dan Yafet bersama isteri mereka masing-masing. Semua orang yang lain tidak percaya pada Sabda Allah. Ada yang memang tidak perduli dengan pesan Allah yang disampaikan oleh Nuh, tapi lebih banyak yang menertawai Nuh karena itu. Orang-orang Mungkin orang-orang itu berpikir: Nuh ini sudah gila. Bukan cuma karena apa yang dikatakannya tapi karena pekerjaan yang dia bikin, membangun kapal di tempat yang jauh dari air. Mungkin dengan kata-kata seperti ini mereka menghina Nuh: “Saudara-saudara....mari, mari lihatlah ini dia Nuh si orang gila. Yang bikin kapal di tengah-tengah padang pasir ini. Hei Nuh siapa yang akan menarik kapalmu itu kalau sudah selesai? Siapa yang akan membaawa laut kemari untuk kapalmu itu?...Nuh... Nuh... kasian kamu ini.. Dan katanya, kamu bilang akan ada banjir yang akan menenggelamkan kita semua... omong kosong apa itu?! Tidak mungkin akan ada banijr di padang pasir, apalagi kalau banjir itu adalah hukuman Allah..ha ha ha (tertawa) tidak mungkin itu.. Bukankah Allah itu baik? Dia tidak akan menghancurkan dan membinasakan manusia yang telah diciptakanNya. Nuh, Nuh... kamu benar-benar sudah gila!

Tapi Nuh tidak memperdulikan hinaan itu karena dia percaya pada sabda yang telah Allah ucapkan. Dia tetap meneruskan pekerjaan membangun kapal, dan terus menyampaikan pesan Allah tentang banjir besar yang akan datang sambil berkata: Bertobatlah! Allah akan menghakimi dunia ini dengan kebenaran. Kenapa kamu tidak mau percaya pada sabda Allah, Kenapa kamu memilih untuk binasa?

Akhirnya tibalah hari di mana kapal itu selesai dibuat. Dalam ayat terakhir pasal enam kitab kejadian dapat kita baca bahwa di sana tertulis: “Nuh membuat segala sesuatunya tepat seperti yang diperintahkan oleh Allah.” Kapal sekarang sudah siap. Hanya satu hal yang harus dilakukan oleh Nuh dan keluarganya yaitu: mereka harus masuk ke dalam kapal. Bahkan dalam saat terakhir kita bisa mendengar Nuh masih berusaha meyakinkan orang-orang itu tentang hukuman Allah yang pasti terjadi: Dengarkanlah sabda Allah! Bertobatlah dan percayalah kepada sabdaNya. Banjir akan segera datang! Masuklah ke dalam kapal selama masih ada waktu. Pintunya masih terbuka, siapa saja yang masuk kapal akan selamat. Tapi jika kamu menolak untuk masuk, bagaimana kamu dapat lolos dari penghakiman Allah itu?

Selama 100 tahun Nuh mengerjakan pembangunan kapal, dan selama itu juga dengan tidak bosan Nuh berusaha memperingatkan mereka. Jadi waktu yang lama itu, diberikan Allah bukan karena kapal yang harus Nuh bikin besar sekali, Tapi waktu 100 tahun itu adalah sebagai kesempatan supaya ada lebih banyak keturunan Adam yang bisa selamat. Karena kalau Allah mau bukankah Allah dapat berfirman saja dan kapal yang harus Nuh bikin langsung ada? Tapi mereka tidak mau mendengar. Waktu Allah yaang berharga lewat begitu saja, karena mata hati kebanyakan orang di jaman Nuh sudah dibutakan oleh dosa.

Akibatnya, bisa kita baca dalam pasal yang ke tujuh kitab kejadian. Beginilah ceritanya, akhirnya tibalah hari di mana Allah menyuruh Nuh dan seluruh keluarganya untuk masuk ke dalam kapal. Apakah kapal besar itu isinya cuma 8 orang? Tidak, Allah yang Maha Tahu menyuruh Nuh membuat kapal yang besar supaya ada mahluk ciptaan Allah lain yang bisa luput dari banjir bersama Nuh dan keluarganya. Mahluk-mahluk itu adalah berbagai jenis binatang, baik yang berkaki atau yang melata dan burung-burung. Dari seluruh bumi datang berbagai jenis binatang ke tempat Nuh membangun kapal. Dan ke dalam kapal, yang masuk dari berbagai jenis binatang ini adalah: tujuh pasang dari setiap jenis binatang yang halal; dua pasang dari setiap binatang yang haram, dan tujuh pasang dari setiap jenis burung.

Lalu Allah berkata kepada Nuh bahwa hujan akan turun tujuh hari setelah itu. Jadi waktu mereka semua, baik Nuh dan keluarganya dan binatang-binatang itu masuk ke dalam kapal, sama sekali belum ada tanda-tanda akan turun hujan. Langit yang cerah, udara yang panas adalah hal yang terlihat waktu mereka masuk ke dalam kapal. Lalu apa lagi yang terjadi selanjutnya? Setelah semua binatang dan burung masuk ke dalam kapal, masuk juga Nuh dan keluarganya. Dan, begitu Nuh serta keluarganya masuk ke dalam kapal, tahukah anda apa yang Allah lakukan? Kitab suci berkata: “Lalu Allah menutup pintu kapal itu dari luar”.

Sungguh di sini bisa kita lihat betapa Nuh adalah seorang yang sangat mempercayai Allah. Dengan segenap hatinya dia percaya bahwa Allah tidak pernah ingkar janji. Masih satu minggu lagi baru hujan, tapi dia dan keluarganya sudah Allah perintahkan untuk masuk ke dalam kapal. Dan selama seminggu itu mereka hanya tinggal di dalam kapal, mereka tidak bisa lagi keluar masuk, sebab Allah sudah menutup pintu kapal dari luar. Yang di dalam tidak bisa ke luar, yang di luar tidak bisa masuk lagi.

Lalu kenapa mereka mau masuk seminggu sebelum hujan mulai turun? Hanya ada satu alasan, yaitu mereka percaya apa yang Allah katakan. Kepercayaan mereka pada sabda Allah itulah yang membuat mereka masuk ke dalam kapal sebelum melihat awan hitam, atau mencium bau hujan. Mungkin dari orang-orang di luar ada yang berpikir: “saya juga percaya kok sama Allah, tapi saya tidak akan masuk ke dalam kapal itu, saya tidak bisa terima apa yang Nuh bilang.” Untuk orang-orang seperti itu, apa yang bisa kita bilang? Yang bisa kita bilang hanyalah bahwa mereka tidak sunguh-sungguh percaya kepada Allah, karena mereka tidak percaya pada apa yang dikatakan nabi Allah. Mereka tidak mau bertobat dari dosa-dosa mereka dan mereka juga tidak mau terima jalan yang disediakan Allah supaya mereka bisaa selamat dari banjir besar, yaitu masuk ke dalam kapal yang telah selesai dibangun oleh nabi Nuh. Mereka hanya dengan mulut saja menghormati Allah, tapi hati mereka jauh dari Allah. Betapa sedihnya kenyataan ini, bahwa tidak satu orangpun dari orang-orang itu, yang mau menundukkan dirinya pada Allah dan percaya pada perkataan nabi utusanNya.