Jalan Ke Surga Telah Rata

Pelajaran 30

Musa Berjumpa dengan Allah

Salam Pembukaan: Dalam perjumpaan kita yang terakhir, kita melihat bagaimana Firaun raja Mesir, menekan keturunan Ibrahim, yaitu orang-orang Israel dengan menjadikan mereka budak-budaknya, menyuruh mereka bekerja paksa. Tapi Kitab Suci menceritakan pada kita, bahwa semakin mereka ditekan, mereka semakin bertambah banyak. Hal ini benar-benar membuat Firaun murka, sehingga ia akhirnya menetapkan bahwa semua bayi laki-laki orang Israel harus dibuang ke dalam sungai Nil.

Tapi Allah yang setia pada janji-Nya tidak membiarkan Firaun berhasil dengan rencananya untuk menghapus keberadaan orang Israel. Allah dengan cara yang luar biasa, membuka jalan bagi seorang bayi dapat selamat dari perintah Firaun itu, malah dipelihara oleh putri Firaun dan dibesarkan dalam istana Firaun sendiri. Bayi itu bernama Musa. Waktu ia berumur 40 tahun, ia berusaha menolong bangsanya dengan kekuatannya sendiri.. tapi sebagai akibatnya, dia harus lari dari Mesir, lari dari Firaun yang ingin membunuhnya. Sejak lari dari Mesir, selama 40 tahun, Musa tinggal di tengah padang pasir Midian dan menjadi gembala dari ternak kepunyaan mertuanya.

Hari ini mari kita lanjutkan lagi, kisah Musa seperti yang tertulis dalam Kitab Suci, pada kitab Keluaran pasalnya yang ke 3: “ Pada waktu itu Musa menggembalakan domba-domba dan kambing-kambing Yitro, mertuanya…… ia sedang menggiring ternak itu ke seberang padang gurun, tibalah ia di Gunung Sinai, gunung yang suci. Di situ malaikat TUHAN menampakkan diri kepadanya dalam nyala api yang keluar dari tengah-tengah semak. Musa melihat semak itu menyala, tetapi tidak terbakar. "Luar biasa," pikirnya. "Semak itu tidak terbakar! Baiklah kulihat dari dekat."

TUHAN melihat Musa mendekati tempat itu, maka Ia berseru dari tengah-tengah semak itu, "Musa! Musa!" "Saya di sini," jawab Musa. Lalu Allah berkata, "Jangan dekat-dekat. Buka sandalmu, sebab engkau berdiri di tanah yang suci. Aku ini Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Ishak dan Yakub." Maka Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah.

7 ¶ Lalu TUHAN berkata, "Aku sudah melihat penderitaan umat-Ku di Mesir, dan sudah mendengar mereka berteriak minta dibebaskan dari orang-orang yang menindas mereka. Sesungguhnya, Aku tahu semua kesengsaraan mereka. 8 Sebab itu Aku turun untuk membebaskan mereka dari tangan orang Mesir dan membawa mereka keluar dari negeri itu menuju suatu negeri yang luas. Tanahnya kaya dan subur, dan sekarang didiami oleh bangsa Kanaan……... 9 Tangisan bangsa Israel sudah Kudengar, dan Kulihat juga bagaimana mereka ditindas oleh bangsa Mesir. 10 Sekarang engkau Kuutus untuk menghadap raja Mesir supaya engkau dapat memimpin bangsa-Ku keluar dari negeri itu."

11 ¶ Tetapi Musa berkata kepada Allah, "Siapa saya ini, sehingga sanggup menghadap raja dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?" 12 Allah menjawab, "Aku akan menolong engkau. Dan bila bangsa itu sudah kaubawa keluar dari Mesir, kamu akan beribadat kepada-Ku di gunung ini. Itulah buktinya bahwa Aku mengutus engkau." 13 Musa menjawab, "Tetapi kalau saya menemui orang-orang Israel dan berkata kepada mereka: 'Allah nenek moyangmu mengutus saya kepada kamu,' mereka pasti akan bertanya, 'Siapa namanya?' Lalu apa yang harus saya jawab kepada mereka?" 14 Kata Allah, "Aku adalah AKU ADA. Inilah yang harus kaukatakan kepada bangsa Israel, Dia yang disebut AKU ADA, sudah mengutus saya kepada kamu. 15 Kabarkanlah juga kepada mereka bahwa Aku, TUHAN, Allah nenek moyang mereka, Allah Abraham, Ishak dan Yakub, mengutus engkau kepada mereka. Akulah TUHAN, itulah nama-Ku untuk selama-lamanya. Itulah sebutan-Ku untuk semua bangsa turun-temurun.

Ada empat hal tentang sifat-sifat Allah yang dapat kita pelajari dari Firman Allah kepada Musa dari dalam semak yang menyala di gunung Sinai.

Pertama, kita pelajari bahwa Allah itu suci! Allah yang suci inilah yang menampakkan diriNya kepada Musa dalam bentuk nyala api. Waktu Musa mendengar panggilan Allah, dia gemetar karena takut, dan ia tak berani mengangkat mukanya, karena Musa sadar dia sedang berada di dalam hadirat Allah. Di dalam hadirat Allah seperti inilah di mana para malaikat, seperti dikatakan oleh kitab suci: “siang dan malam mereka tidak pernah berhenti berseru-seru: Kudus, kudus, kuduslah Allah yang Maha Kuasa, yang sudah dan yang ada dan yang akan datang.” Para malaikat ini mengenali, menyadari kekudusan Allah, begitu juga Musa, dan saudaraku… itu pula yang Allah inginkan dari kita semua, yaitu agar kita mengenali kekudusan-Nya. Bagaimana dengan saudara?

Saudaraku, sadarkah saudara bahwa penting sekali bagi kita mengenali kekudusan Allah? Mari kita renungkan hal ini dengan mengingat kisah yang telah kita pelajari sebelumnya: Allah harus mengusir Adam dan Hawa dari taman Eden karena dosa mereka, Allah menolak korban Kabil karena kekudusan-Nya. Karena kekudusan-Nya, Allah menghukum manusia di jaman Nuh dengan air bah. Setelah masa itu, Allah menyerakkan penduduk Babel dan mengacaukan bahasa mereka karena mereka mencoba memberontak terhadap Allah. Pada jaman Ibrahim, Allah menghukum penduduk kota Sodom dan Gomorah dengan hujan api dari langit, juga karena kekudusanNya.

Tragisnya, sampai dengan hari ini, banyak orang tidak menghargai kekudusan Allah. Mereka tidak mengenali siapa dan bagaimana Allah itu. Ini bisa kita buktikan dari banyaknya orang yang secara terang-terangan berbuat dosa dan bersenang-senang di dalamnya. Kegagalan manusia mengenali kekudusan Allah juga bisa kita lihat dari sikap manusia yang menjadikan agama seperti pakaian, tapi tidak menyelidiki kitab suci supaya dapat mengerti kebenaran-kebenaran sabda Allah. Ada banyak orang membiasakan diri menyebut nama Allah, tapi hati mereka tidak tulus kepadaNya. Mereka berkata “bism Allah”, atau “insya Allah”, padahal kehendak Allah adalah hal yang paling akhir yang mereka pikirkan. Kita bisa melihat kegagalan manusia mengenali kekudusan Allah dengan melihat bagaimana manusia berusaha membenarkan atau memperkenankan diri mereka kepada Allah dengan cara-cara seperti berpuasa untuk waktu yang panjang, berulang-ulang sembahyang, atau dengan membasuh diri atau menyucikan diri lewat macam-macam upacara. Tapi saudaraku, seperti yang kita lihat dalam tulisan para nabi, hal-hal yang terlihat dari luar sama sekali tidak bisa memuaskan hati Allah yang menuntut supaya seorang manusia harus murni atau bersih dari dalam hatinya. Saudara dan sahabat pendengarl, kenalilah bahwa Allah itu kudus, atau suci. Itu sebabnya Allah berkata kepada Musa:’lepaskan alas kakimu, sebab tanah di mana enkau berdiri adalah tznah yang kudus.”

Lalu yang ke dua, Allah bukan saja Kudus atau suci tapi juga setia. Dia adalah Allah yang memelihara perjanjian, itulah sebabnya Allah memperkenalkan diri kepad Musa sebagai:”Akulah Allah nenek moyangmu, Allah Ibrahim, Isak dan Yakub.” Sabda Allah ini seharusnya mendatangkan sukacita bagi setiap orang yang ingin mendekatkan diri kepada Allah dan menikmati persekutuan dengan Dia. Allah yang suci itu, juga adalah Allah yang menetapkan perjanjian, dan tidak akan menghianati atau meninggalkan sahabat-sahabatNya..bahkan setelah ratusan tahun, Allah masih tetap ingat akan perjanjian yang dibuat-Nya dengan Ibrahim, Isak dan Yakub juga keturunan mereka.

Bagaimana dengan saudara sendiri? Apakah anda menghargai kesetian Allah? Apakah anda mempunyai dan menikmati hubungan yang akrab, intim dengan Allah? Sesungguhnya saudaraku, inilah pertanyaan yang penting kalau anda menginginkan kehidupan bahagia yang sejati dalam hidup ini dan kehidupan yang akan datang. Kami tidak bertanya: “apakah anda punya agama?” Karena mentaati aturan-aturan agama tidak akan membuat seseorang tak bercacat di hadapan mata Allah. Itulah sebabnya yang kami tanyakan adalah :”apakah anda punya hubungan pribadi yang baik dengan Allah?, apakah anda percaya pada jalan lurus yang telah ditetapkan Allah untuk dapat mempunyai hubungan yang akarab denganNya?” Apakah anda saudaraku, sejauh ini dapat melihat bahwa mempunyai agama dan mempunyai hubungan yang intim dengan Allah adalah dua hal yang berbeda?

Jaman sekarang ini ada begitu banyak agama di dunia, ribuan. Misalnya di Brazil sja, ada lebih dari 4000 agama dan sekte. Apakah itu berarti ada 4000 allah? Atau ada 4000 jalan yang memimpin kepada Allah? Saudara mungkin ingat kata pepatah: ada banyak jalan menuju Roma.. tapi mengenai jal;an yang membawa kepada keselamatan, kitab suci dengan ttegas mengatakan: “hanya ada satu Allah dan satu perantara antara Allah dengan manusia.” Lalu kenapa ada begitu banyak agama di dunia ini? Ini karena sebagian besar dari manusia telah melupakan dasar kebenaran yang ditetapkan Allah dengan Ibrahim, Isak dan Yakub, mereka tidak tahu tentang janji Allah mengenai seorang perantara yang akan melepaskan manusia dari hukuman dan kuasa dosa. Mereka tidak tahu bahwa Sabda Allah tidak pernah berubah. Saudaraku… mereka tidak mengenal Dia yang Maha Setia.

Sifat lain yang Allah tunjukkan saat menampakkan diri pada Musa dalam semak yang menyala itu adalah: belas kasihanNya. Allah bukan hanya yang Maha Suci, Maha Setia.. tapi juga Maha Pengasih.. perhatikanlah bahwa Allah sendiri yang berinisiatif untuk menolong orang Israel waktu IA mengatakan kepada Musa:” Aku telah memperhatikan dengan sungguh penderitaan umatku di Mesir. Aku sudah mendengar teriakan mereka dan Aku mengetahui (ikut merasakan) penderitaan mereka Sebab itu aku telah turun (datang) untuk melepaskan mereka….. Allah melakukan ini karena belas kasihan dan kesetiaanNya, bukan karena orang Israel itu sendiri. Artinya, bangsa Israel sesungguhnya tidak lebih baik, atau lebih benar dari bangsa-bangsa lain.. mereka tidak layak, tapi karena Allah telah berjanji dan Allah prihatin pada keadaan mereka, Allah menolong mereka. Ingatlah akan hal ini saudaraku, Allah adalah Allah yang penuh belas kasihan.

Satu hal terakhir, yang bisa kita pelajari dari kisah semak yang menyala adalah waktu Musa bertanya:”siapakah Engkau?” Dapatkah pribadi yang Allah yang kekal digambarkan dengan sebuah nama? Yang berhadapan dengan Musa adalah Allah yang Maha Besar, Maha Suci, Maha Setia dan Maha Pengasih. Dia adalah Allah yang tak dapat dilihat dengan mata manusia, Allah yang menciptakan segala sesuatu, melihat segala sesutu, mengetahui segala sesuatu, dan dapat melakukan apa saja…. Siapa namaNya?

Orang menyangka nama Allah adalah Allah. Memang benar Allah adalah Allah. Tapi, Allah bukanlah namaNya. Allah adalah jati diriNya, keberadaanNya… contohnya: Saya seorang manusia, atau saya adalah manusia.. tapi manusia bukan nama saya. Kita semua punya nama sendiri-sendiri, yang menjadi pengenal untuk orang lain. Jadi saudaraku, hal ke empat yang kita perlu pelajari adalah tentang namaNya. Siapakah nama Allah? Perhatikanlah jawaban Allah kepada Musa: ”Aku-adalah-Aku Ada. Inilah yang harus kau katakan kepada orang Israel: Aku-adalah-Aku Ada telah mengutus aku (Musa) kepadaMu. Allah juga berkata kepada Musa:”katakan kepada orang Israel, TUHAN, Allah nenek moyangmu, Allah Ibrahim, Isak dan Yakub yang telah mengutus aku (Musa) kepadamu. Inilah namaKu untuk selama-lamanya.

Dengarkah engkau saudaraku? Siapa nama yang Maha kekal itu untuk selama-lamanya? NamaNya: TUHAN, dalam bahasa Ibrani nama ini ditulis seluruhnya dalam huruf mati:YHWH.Dalam Bahasa Inggris disebut Lord yang artinya Sang Kekal. Dalam kitab suci para nabi menggambarkan Allah dengan berbagai nama dan gelar tapi nama yang khusus ini, digunakan lebih dari 6500 kali. Allah adalah TUHAN, “Aku” yang Maha Kekal, yang sudah ada, yang ada, dan yang akan ada untuk selama-lamanya. Dia yang tak mempunyai permulaan dan tidak mempunyai akhir, tanpa batas, tak ada banding, Dia yang ada karena kuasaNya sendiri. TUHAN itulah namaNya.

Sahabat pendengar sekalian, apakah saudara mengenal TUHAN, dia yang berbicara kepada Musa dari dalam semak menyala? Apakah saudara dapat mengenali kesucianNya? Apakah saudara bersukacita dalam kasih setiaNya? Dalam hubungan, dan perjanjian-perjanjianNya?Apakah saudara menerima belas kasihannya? Terimakasih telah bersama dengan kami. Insya Allah kali yang akan datang kita akan melanjutkan kisah Musa dan melihat bagaiman Allah mengutusNya kepada Firaun. Allah memberkati anda saat saudara terus merenungkan sabda Allah kepada Musa: ”Aku adalah Aku Ada… Aku TUHAN……itulah namaKu untuk selama-lamanya!